UPAYA PENINGKATAN GURU DALAM MENERAPKAN

MODEL DISCOVERY LEARNING MELALUI PEMBINAAN KELOMPOK DENGAN MEMANFAATKAN MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN

BAGI GURU SD NEGERI 1 NGESREP UPT DIKDAS LS

KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2018/2019

 

Sri Yekti

Kepala SD Negeri 1 Ngesrep

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis proses dan hasil pembinaan kelompok dengan media video pembelajaran sebagai upaya meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran Dicovery Learning, di SD Negeri 1 Ngesrep UPT Dikdas LS Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali Pada Semester II Tahun Pelajaran 2018/2019. Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Ngesrep UPT Dikdas LS Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali. Penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2018/2019. Subjek penelitian ini adalah guru SD Negeri 1 Ngesrep UPT Dikdas LS Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali sebanyak 9 guru. Hasil penelitian dikatakan berhasil apabila semua guru telah mencapai nilai kemampuan dengan kategori baik, dengan nilai rata-rata minimal 10,1 (≥ 10,1), dengan prosentase penguasaan indikator telah mencapai lebih dari >85% (baik). Hasil penelitian menunjukan bahwa melalui pembinaan kelompok dengan media video pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan model discovery. Peningkatan terjadi pada seluruh guru yang ditunjukan dengan nilai rata-rata dari prasiklus sebesar 6,2, setelah pembinaan meningkat menjadi 13,67. Dari sisi penguasaan langkah-langkah penerapan model discovery learning, yang dilihat dari peningkatan prosentase ketercapaian indikator terjadi peningkatan dari prasiklus sebesar 41,48% menjadi 91,11%. Hal ini membuktikan bahwa tindakan perbaikan berupa pembinaan kelompok dengan media video pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan model discovery learning.

Kata Kunci: discovery learning, pembinaan kelompok, media video pembelajaran.

 

PENDAHULUAN

Pelaksanaan kurikulum 2013, merupakan hal yang mendesak untuk dilaksanakan, atau setidaknya dipersiapkan oleh Sekolah Dasar, termasuk SD Negeri 1 Ngesrep. Langkah-langkah pembelajaran dalam kurikulum yang sistematis diperlukan untuk menjelaskan suatu konsep materi kepada siswa. Guru perlu menerapkan konsep pembelajaran yang baik dalam setiap kegiatan belajar-mengajar.

Untuk melaksanakan pembelajaran kurikulum 2013, guru perlu memiliki kesiapan yang baik, termasuk pemanfatan media pembelajaran untuk membantu siswa dalam melaksanakan langkah pembelajaran yang terdiri dari mengamati, menanya, menalar, mencoba dan mengkomunikasikan materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Melalui pemanfaatan media pembelajaran siswa akan lebih mudah memahami materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru.

Pembelajaran pada Kurikulum 2013 berorientasi pada pendekatan saintific learning mengharuskan guru untuk memiliki kemampuan memberikan motivasi dan mengajak siswa untuk aktif dalam setiap kegiatan ini, mulai dari mengamati hal disekitar yang berkaitan dengan materi, aktif bertanya dan saling diskusi baik dengan guru ataupun teman, menggunakan penalaran dalam setiap langkah berpikirnya, mencoba untuk mempraktekkan sendiri atau menemukan sendiri serta memecahkan sendiri berbagai pertanyaan yang ada dengan berbekal pengetahuan yang dimiliki dan menularkannya atau membuat jejaring dengan teman untuk dapat saling bertukar informasi pengetahuan yang didapat.

Selain pemanfaatan media pembelajaran, guru harus menggunakan model pembelajaran seperti yang distandarkan kurikulum 2013, salah satunya adalah Descovery Learning. Berdasarkan hasil monitoring dan masukan dari guru pada awal semester II Tahun Palajaran 2018/2019, diketahui bahwa guru belum memiliki kemampuan yang baik dalam menerapkan model pembelajaran discovery learning. Informasi yang diperoleh dari guru, diketahui bahwa belum mampunya guru melaksanakan pembelajaran discovery learning disebabkan guru belum memiliki pemahaman yang baik terhadap langkah pembelajaran tersebut.

Berdasarkan kenyataan terebut, maka perlu adanya tindakan untuk mengatasinya, yaitu melalui pembinaan guru. Berbagai taknik dapat diterapkan untuk membina guru, baik secara kelompok maupun individu. Mengingat permasalahan yang dihadapi oleh guru SD Negeri 1 Ngesrep bersifat umum artinya semua guru belum memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam menerapkan metode discovery learning, maka teknik pembinaan yang tepat adalah menggunakan pembinaan kelompok dengan memanfaatkan media video pembelajaran.

Atas pertimbangan bahwa tindakan pembinaan tersebut merupakan upaya untuk memperbaiki kinerja guru, maka tindakan yang tepat adalah menggunakan desain penelitian tindakan sekolah (PTS). Adapun judul yang sesuai dengan permasalahan, teknik pembinaan, tujuan pembinaan, tempat dan waktu penelitian, maka judul penelitian tindakan sekolah ini adalah: “Upaya Peningkatan Guru dalam menerapkan Model Discovery Learning melalui Pembinaan Kelompok dengan Memanfaatkan Media Video Pembelajaran Sebagai bagi Guru di SD Negeri 1 Ngesrep UPT Dikdas LS Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali Semester II, Tahun Pelajaran 2018/2019.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah pembinaan kelompok dengan memanfaatkan media video pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran Discovery Learning, di SD Negeri 1 Ngesrep UPT Dikdas LS Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali Pada Semester II Tahun Pelajaran 2018/2019?

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah tersebut di atas, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: Untuk mendeskripsikan peningkatan kemampuan guru melalui pembinaan kelompok dengan memanfaatkan media video pembelajaran bagi guru SD Negeri 1 Ngesrep UPT Dikdas LS Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali Pada Semester II Tahun Pelajaran 2018/2019.

 

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Pembinaan Guru

Menurut Sutisna (2013: 13) pembinaan personil ialah proses perbaikan prestasi (performa) personel melalui pendekatan-pendekatan yang menekankan realisasi diri, pertumbuhan diri dan perkembangan diri. Pembinaan meliputi kegiatan-kegiatan yang diarahkan kepada perbaikan dan pertumbuhan kesanggupan, sikap, keterampilan dan pengetahuan dari pada anggota organisasi. Sedangkan kata pembinaan berarti proses atau usaha dan kegiatan yang dilakukan secara berhasil guna memperoleh hasil yang baik (Rohim, 2011). Daradjat (2010), “Pembinaan adalah upaya pendidikan baik formal maupun nonformal yang terlaksana secara sadar, berencana, terarah, teratur dan bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan dan mengembangkan suatu dasar kepribadian yang seimbang utuh selaras”.

Media Video Pembelajaran

Media pembelajaran merupakan perantara untuk menyampaikan pesan atau informasi yang sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran agar memudahkan guru dalam penyampaian materi pembelajaran dan memudahkan siswa untuk menerima materi pembelajaran. Asra (2007: 5.5) mengemukakan bahwa kata media dalam “media pembelajaran” secara harfiah berarti perantara atau pengantar, sedangkan kata pembelajaran diartikan sebagai suatu kondisi yang diciptakan untuk membuat seseorang melakukan sesuatu kegiatan belajar.

Menurut (Arsyad, 2011) video merupakan gambar-gambar dalam frame, di mana frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar hidup. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan, bahwa video merupakan salah satu jenis media audio-visual yang dapat menggambarkan suatu objek yang bergerak bersama-sama dengan suara alamiah atau suara yang sesuai. Kemampuan video melukiskan gambar hidup dan suara memberikan daya tarik tersendiri. Video dapat menyajikan informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit, mengajarkan keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu, dan mempengaruhi sikap.

Kompetensi Guru

Menurut Usman (2009: 14) kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak. Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direflesikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Dengan demikian, kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru yang sebenarnya.

Menurut Mulyasa (2008: 25) kompetensi guru merupakan gambaran kualitatif tentang hakikat perilaku guru yang penuh arti. Kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Sarimaya (2008: 17) mengemukakan kompetensi guru merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diwujudkan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalnya. Ditampilkan melalui unjuk kerja. Kompetensi guru dapat dimaknai sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang berwujud tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran.

Pembelajaran

Menurut Sukirman (2008: 6) pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses interaksi yang terjadi antara berbagai unsur pembelajaran, unsur-unsur yang terlibat dalam proses tersebut pada intinya adalah siswa dengan lingkungannya, baik itu dengan guru, teman-temannya, tutor, media pembelajaran, dan atau sumber-sumber belajar yang lain.

Model Pembelajaran Discovery Learning

Pratowo (2013: 68) model pembelajaran adalah acuan pembelajaran yang secara sistematis dilaksanakan berdasarkan pola-pola pelajaran tertentu. Model pembelajaran tersusun atas beberapa komponen yaitu fokus, sintaks, sistem sosial, dan sistem pendukung. Menurut Sani (2013: 89) model pembelajaran adalah kerangka konseptual berupa pola prosedur sistematik yang dikembangkan berdasarkan teori dan digunakan dalam mengorganisasikan proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan belajar. Lebih lanjut, Suprihatiningrum (2013: 145) mengemukakan bahwa model pembelajaran merupakan suatu rancangan yang didalamnya menggambarkan sebuah proses pembelajaran yang dapat dilaksanakan oleh guru dalam mentransfer pengetahuan maupun nilai-nilai kepada siswa.

Penemuan (discovery) merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pandangan konstruktivisme. Menurut Kurniasih & Sani (2014: 64) discovery learning didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila materi pembelajaran tidak disajikan dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri. Selanjutnya, Sani (2014: 97) mengungkapkan bahwa discovery adalah menemukan konsep melalui serangkaian data atau informasi yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan.

Kerangka Pemikiran

Kesiapan guru di ruang kelas akan menjadi faktor penentu implementasi kurikulum baru. Guru harus selalu berusaha menyesuakan diri dengan kurikulum baru, dengan cara selalu up date pengetahuan dan kompetensi yang dimilikinya. Beberapa perubahan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi Kurikulum 2013, diantaranya adalah pendekatan pembelajaran kurikulum 2013 lebih berorientasi pada pendekatan saintific learning, dengan beberapa model pembelajaran yang distandartkan diantaranya adalah model discovery learning, yaitu model pembelajaran yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga peserta didik memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya, tetapi dengan cara menemukan sendiri.

Berdasarkan masukan dari guru, dan hasil pengamatan awal, diketahui guru belum memiliki kemampuan yang baik dalam melaksanakan pembelajaran discovery. Sebagai penyebab rendahnya kempuan guru dalam menerapkan pembelajaran discovery tersebut karena kurangnya pemahaman guru tentang langkah-langkah pembelajaran yang seharusnya dilakukan, sehingga perlu adanya pembinaan khusus tentang pembelajaran tersebut melalui supervisi klinis teknik demonstrasi pembelajaran.

Dipilihnya teknik ini, karena secara keseluruhan guru belum memahami langkah pembelajaran yang harus dilakukan, sehingga dengan memperhatikan demonstrasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru model, maka akan diperoleh pemahaman yang lebih baik, terlebih dengan menggunakan rancangan penelitian tindakan sekolah, maka perubahan pemahaman dan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran discovery akan dapat terlihat dengan jelas.

Hipotesis Tindakan

Melalui pembinaan kelompok dengan memanfaatkan media video pembelajaran mampu meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan model discovery learning bagi guru SD Negeri 1 Ngesrep UPT Dikdas LS Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali semester II tahun pelajaran 2018/2019 dengan maksimal.

METODE PENELITIAN TINDAKAN

Desain Penelitian Tindakan

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan sekolah (PTS) dengan tujuan untuk mencari pemecahan permasalahan di SD Negeri 1 Ngesrep UPT Dikdas LS Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali. Adapun permasalahan yang akan dipecahkan, khususnya pada semester II tahun pelajaran 2018/2019, ini adalah rendahnya kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran Discovery Learning yang berdasarkan hasil monitoring pada semester II tahun pelajaran 2018/2019, belum dapat terlaksana dengan baik. Desain PTS ini sesuai dengan tujuan penelitian yaitu ingin meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan model Discovery Learning dengan tindakan yang nyata yaitu berupa pembinaan kelompok dengan memanfaatkan media video pembelajaran. Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini dilakukukan dalam 4 (empat) langkah yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi, keempat langkah tersebut dilakukan dalam 1 siklus tindakan. Berdasarkan refleksi siklus tindakan, disusun perencanaan untuk tindakan siklus berikutnya, demikian seterusnya hingga tindakan berhasil.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Ngesrep UPT Dikdas LS Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali, yang beralamat di desa Ngesret, Kecamatan Ngesrep, Kabupaten Boyolali. Penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2018/2019, dimulai bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2019. Penelitian diawali dengan kegiatan prasiklus. Berdasarkan hasil prasiklut dilanjutkan dengan kegiatan perencanaan untuk kegiatan siklus I, dilanjutkan dengan pelaksnaan, observasi, dan refleksi. Hasil refleksi siklus I digunakan sebagai bahan menyusun perencanaan siklus II, dan seterusnya. Jadwal kegiatan penelitian disesuaikan dengan kelender pendidikan SD Propinsi Jawa Tengah Tahun Pelajaran 2018/2019.

Subjek dan Obyek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah guru SD Negeri 1 Ngesrep UPT Dikdas LS Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali sebanyak 9 (sembilan) guru. Objek penelitian merupakan variabel atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2010: 56). Dalam penelitian ini yang menjadi titik perhatian (objek penelitian) adalah peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan model discovery learning.

Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model PTS yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart. Penelitian terdiri dari sikus-siklus penelitian. Tiap-tiap siklus terdiri dari 4 (empat) langkah yaitu: perencanaan, pelaksanaan, Observasi, dan refleksi.

Teknik Analisa Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif yaitu suatu teknik yang dilakukan dengan cara membandingkan hasil yang diperoleh dari kegiatan prasiklus, siklus I, dan siklus II, dan seterusnya, sehingga akan diperoleh gambaran kemajuan kemampuan guru dalam menerapkan model Discovery Learning. Proses analisis dilakukan selama proses tindakan dan sesudah penelitian.

Hasil penelitian ini, selain berbentuk narasi juga berbentuk angka dan bilangan. Jadi, dalam pengolahan data peneliti menggunakan analisis kuantitatif. Analisis data kuantitatif ini dilakukan terhadap hasil penilaian kemampuan guru dalam menerapkan model Discovery Learning dengan menggunakan pendekatan presentase yang dikemukakan oleh (Rusliana, 2007: 6).

Indikator Kinerja

Indikator kinerja adalah kriteria yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan tindakan. Hasil penelitian dikatakan berhasil apabila semua guru telah mencapai nilai kemampuan dengan kategori baik, dengan nilai rata-rata minimal 10,1 (≥ 10,1), dengan prosentase penguasaan indikator telah mencapai lebih dari >85% (baik).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Prasiklus

Hasil pengamatan tentang kemamupan guru dalam menerapkan model discovery learning dicatat pada lembar observasi seperti terlampir. Berdasarkan hasil supervisi tersebut selanjutnya pada tanggal 18 Januari 2019 peneliti melakukan rekapitulasi data, menghitung skor rata-rata yang dicapai oleh setiap guru, dan prosentase capaian indikator, rekapitulasi data seperti terlampir. Berikut ringkasan hasil penilaian kemampuan guru dalam menerapkan model Discovery Learning pada kegiatan prasiklus dapat diketahui bahwa kemampuan guru di SD Negeri 1 Ngesrep dalam menerapkan model Discovery Learning tergolong cukup dengan skor rata-rata sebesar 6,22 (cukup). Berdasarkan kategorisasi penilaian yang telah ditentukan dari sembilan guru, terdapat tiga guru dengan kategori kurang, enam guru dengan kategori cukup.

Selanjutnya, prosentase ketercapaian penguasaan guru terhadap tiap-tiap komponen dapat diketahui bahwa rata-rata prosentase ketercapaian yang diperoleh guru adalah 41,48%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan guru di SD Negeri 1 Ngesrep dalam menerapkan model discovery learning belum maksimal. Hal ini terlihat dalam melaksanakan penilaian dilakukan hanya pada akhir pembelajaran. Artinya guru tidak melakukan penilaian mulai dari awal pembelajaran, saat pembelajaran, dan akhir pembelajaran. Selain itu penilaian tidak dilakukan secara utuh, dan baru mengukur apa yang diketahui oleh siswa. Belum maksimalnya kemampuan guru tersebut disebabkan guru belum memahami komponen yang harus dikerjakan saat menerapkan model discovery learning secara detail. Untuk itu perlu diupayakan langkah perbaikan, yaitu melalui pembinaan kelompok dengan memanfaatkan media video pembelajaran. Aktivitas guru dalam menerapkan model discovery learning prasiklus terlihat pada dokumentsi terlampir.

Siklus I

Berdasarkan hasil penilaian kemampuan guru, diketahui bahwa skor rata-rata sebesar 11,22 (kategori baik), dengan prosentasi penguasaan indikator rata-rata sebesar 74,81%, dibanding dengan hasil penilaian prasiklus, walaupun nilai rata-rata telah melebihi indikator nilai rata-rata yang ditetapkan, namun prosentase penguasaan indikator belum mencapai 85%, artinya belum semua komponen model discovery learning dikuasi oleh guru dengan baik. Untuk itu perlu dilakukan tindakan lanjutan (siklus II).

Siklus II

Berdasarkan hasil penilaian kemampuan guru, diketahui bahwa skor rata-rata sebesar 13,67 (kategori baik), dengan prosentasi penguasaan indikator rata-rata sebesar 91,11%, dibanding dengan hasil penilaian siklus I, menunjukkan adanya peningkatan dibanding dengan indikator keberhasilan telah mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan yaitu dengan nilai rata-rata melebihi 10,1 dengan prosentase ketercapaian indikator lebih dari 85%. Untuk itu tindakan tidak perlu dilanjutkan.

Pembahasan

Perbandingan Nilai Rata-Rata Prasiklus dengan Siklus I

Perbandingan nilai kemampuan guru dalam menerapkan model Discovery Learning prasiklus dengan siklus I menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus I mengalami peningkatan sebesar 5,00. Peningkatan terjadi pada semua guru. Peningkatan tersebut disebabkan oleh tindakan berupa pembinaan kelompok dengan memanfaatkan video pembelajaran. Melalui tindakan tersebut, pengetahuan guru terhadap deskriptor yang harus dilaksanakan pada setiap komponen/indikator kemampuan bertambah. Sehingga dalam menerapkan model discovery learning sesuai dengan langkah-langkah yang tepat.

Perbandingan Hasil Nilai Rata-Rata Siklus I dengan Siklus II

Perbandingan nilai kemampuan guru dalam menerapkan model discovery learning siklus I dengan siklus II, menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 2,44. Peningkatan terjadi pada semua guru. Peningkatan tersebut disebabkan oleh tindakan berupa pembinaan kelompok dengan memanfaatkan video pembelajaran untuk membahas hasil penilaian siklus I beserta penyampaian kelemahan guru dalam menerapkan model discovery learning.

Perbandingan Hasil Nilai Rata-Rata prasiklus dengan Siklus II

Perbandingan nilai rata-rata kemampuan guru dalam menerapkan model discovery learning prasiklus dengan siklus II, menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 7,44. Peningkatan terjadi pada semua guru. Peningkatan tersebut disebabkan oleh tindakan berupa pembinaan kelompok dengan memanfaatkan video pembelajaran.

Perbandingan Prosentase Penguasaan Indikator Prasiklus dengan Siklus I

Perbandingan prosentase penguasaan indikator kemampuan guru dalam menerapkan model discovery learning dimaksudkan untuk melihat peningkatan pemahaman guru terhadap tiap-tiap indikator, semakin tinggi prosentase yang dicapai pada setiap indikator, menunjukkan bahwa guru semakin banyak menerapkan langkah model discovery learning dalam proses pembelajaran yang seharusnya dilakukan. Perbandingan prosentase ketercapaian indikator prasiklus dengan siklus I, menunjukkan bahwa prosentase penguasaan indikator kemampuan guru dalam menerapkan model discovery learning dari prasiklus ke siklus I mengalami peningkatan sebesar 33,33%.

Perbandingan Prosentase Penguasaan Indikator siklus I dengan Siklus II

Perbandingan prosentase penguasaan indikator kemampuan guru dalam menerapkan model discovery learning siklus I dengan siklus II, menunjukkan bahwa prosentase penguasaan indikator kemampuan guru dalam menerapkan model discovery learning dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 16,30%. Peningkatan terjadi pada seluruh indikator.

Perbandingan Prosentase Penguasaan Indikator Prasiklus dengan Siklus II

Perbandingan prosentase penguasaan indikator kemampuan guru dalam menerapkan model discovery learning prasiklus dengan siklus II, menunjukkan bahwa prosentase penguasaan indikator kemampuan guru dalam menerapkan model discovery learning dari prasiklus ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 49,63%. Peningkatan terjadi pada seluruh indikator.

Berdasarkan perbandingan yang disajikan dalam bentuk tabel dan gambar grafik tersebut di atas, dapat dikemukakan bahwa melalui pembinaan kelompok dengan memanfaatkan media video pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan model discovery learning. Peningkatan terjadi pada seluruh komponen penilaian.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan model discovery learning bagi guru SD Negeri 1 Ngesrep UPT Dikdas LS Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali melalui pembinaan kelompok dengan memanfaatkan media video pembelajaran dapat meningkat dengan maksimal. Peningkatan terjadi pada seluruh guru yang ditunjukkan dengan nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus I meningkat dari 6,2 menjadi 11,22 (meningkat sebesar 5,00). Nilai rata-rata dari siklus I ke siklus II dari 11,22 menjadi 13,67 (meningkat sebesar 2,44). secara keseluruhan nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus II dari 6,2 menjadi 13,67 (meningkat sebesar 7,44). Dari sisi penguasaan langkah-langkah penerapan model discovery learning, yang dilihat dari peningkatan prosentase ketercapaian indikator terjadi peningkatan dari prasiklus sebesar 41,48% pada siklus I meningkat menjadi 74,81% (meningkat sebesar 33,33%). Dari siklus I sebesar 74,81% meningkat pada siklus II menjadi 91,11% (meningkat sebesar 16,30%). Secara keseluruhan prosentase ketercapaian indikator dari prsiklus ke siklus II, meningkat dari 41,48% menjadi 91,11% (meningkat sebesar 49,63%). Hal ini membuktikan bahwa tindakan perbaikan berupa pembinaan kelompok dengan memanfaatkan media video pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan model discovery learning.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto S, 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Ed Revisi VI,. Jakarta: Penerbit PT Rineka Cipta

Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran, cetakan ke-15. Jakarta: Rajawali Pers.

Asra, Sumiati. 2007. Metode Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima

Darajat, 2010. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara

Mulyasa. 2008. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya

Prastowo, Andi . 2013. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar. Inovatif. Yogyakarta: Diva Press. BSNP

Rohim, Abdul. 2011. Pembinaan Kompetensi Profesional Guru di SMP Cipondoh Tanggerang. Website: Pembinaan Kompetensi Mengajar.pdf

Rusliana, Ade, 2007, Konsep Dasar Evaluasi Belajar (”http://www.oenoen.co.cc /2010/12/ konsep-dasar-evaluasi.html”, Diakses 07 Desember 2009)

Sani, Ridwan Abdullah. 2014. Pembelajaran Saintifik Untuk Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta. Bumi Aksara

Sarimaya, 2008, Sertifikasi Guru (Apa, Mengapa, Bgaimana?). Bandung: Yrama Widya

Sukirman Hartati, dkk. 2008. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press

Suprihatiningrum, Jamil. 2013. Strategi Pembelajaran Teori dan Aplikasi. ARRuzz Media. Yogyakarta

Sutisna, Oteng, 2009, Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis Untuk Praktik Profesional, Bandung: Angkasa.

Thoha, Miftah. 2011. Perilaku Organisasi, Konsep Dasar dan Aplikasinya. Rajawali Pers. Jakarta