USAHA MENGURANGI PERILAKU MENYONTEK

MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK SEBAYA

PADA SISWA KELAS IX-A SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2018/2019

 

Gunawan

SMP Negeri 4 Surakarta

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mengurangi jumlah siswa yang berperilaku menyontek melalui tindakan layanan bimbingan konseling dengan layanan konseling kelompok sebaya. Prosedur dalam penelitian tindakan mencakup 1) Perencanaan, 2) Pelaksanaan, 3) Pengamatan, dan 4) Refleksi. Berdasarkan pelaksanaan tindakan layanan konseling kelompok sebaya maka diperoleh hasil penelitian sebagai berikut, dari segi hasil tindakan bimbingan konseling.Hasil konseling: terjadinya penurunan jumlah siswa yang menyontek kategori perilaku menyontek sangat rendah meningkat 24,2%, sedangkan perilaku menyontek kualifikasi rendah menurun 24, 2%,proses konseling kelompok lebih berkualitas antara kondisi awal dengan siklus II.

Kata kunci: Perilaku Menyontek, Konseling Kelompok Sebaya Besar Tanpa Chart dan Konseling kelompok Sebaya Kecil dengan chart.

 

PENDAHULUAN

Tujuan bimbingan konseling di SMPN 4 Surakarta adalah membentuk individu yang berintegritas dan berkarakter. Salah satu bentuk karakter yang digalakkan adalah karakter jujur dan mandiri. Apalagi SMPN 4 Surakarta termasuk sekolah yang berintegritas tinggi tingkat nasional. Sekolah beritegritas tinggi seharusnya tidak dijumpai para siswanya yang mempunyai perilaku menyontek., namun masih ditemukan banyak siswa yang tidak mencerminkan karakter jujur, khususnya dalam mengerjakan tugas sekolah, penilaian harian, penilaian tengah semester. Ada beberapa siswa yang sering melakukan perilaku menyontek FA, KE, YO, DL,AL,EV, KA, RE,RA, SE.

Untuk mengatasi perilaku tersebut, peneliti telah melakukan bimbingan klasikal dengan berbantuan film, di mana peneliti memutarkan beberapa film yang bertemakan bekerja keras, kemandirian, perilaku menyontek saat ujian. Di mana kegiatan siswa hanyalah menyaksikan film , memperhatikan dan merefleksikan dalam kehidupan sehari-hari. Posisi anak adalah diam sambil menyaksikan maksud isi film tersebut. Namun demikian jumlah siswa yang mempunyai perilaku menyontek masih signifikan.

Dalam pembimbingan secara klasikal di kelas 9A berkaitan dengan perilaku menyontek seharusnya menggunakan pendekatan yang bersifat dialog berbasis perilaku untuk mengetahui latar belakang perilaku menyontek. Pendekatan ini bisa dilakukan dengan kegiatan yang mendengarkan pendapat dari pelaku perilaku menyontek , maupun para siswa yang berperilaku tidak menyontek sehingga terjadi komunikasi antar siswa berperilaku menyontek maupun yang tidak menyontek. Dengan demikian terjadi interaksi timbal balik antar pribadi penyontek dan pribadi yang jujur.

Oleh karena itu diperlukan suatu solusi untuk mengatasi perilaku menyontek anak. Adapun cara untuk mengatasi dengan cara bimbingan kelompok. Melalui konseling kelompok sebaya , karena anggota kelompok bisa memberikan masukan bagi temannya yang memiliki perilaku menyontek.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah melalui layanan konseling kelompok sebaya dapat mengurangi perilaku menyontek pada siswa klas IXA semester gasal tahun pelajaran 2018-2019 SMP Negeri 4 Surakarta ?

Tujuan Penelitian ini adalah: Mengurangi perilaku menyontek dalam mengerjakan tugas maupun pekerjaan rumah pada siswa klas IXA semester gasal tahun pelajaran 2018-2019.

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Perilaku Menyontek

Menyontek merupakan terjemahan dalam bahasa Inggris, cheating. Menurut Purnamasari dalam Siwi Dwi Pangestu (2016) ,menyontek adalah perbuatan yang menggunakan cara-cara tidak sah untuk tujuan yang sah dan terhormat yaitu mendapatkan keberhasilan akademik dan menghi9ndari kegagalan akademik (2016:15) Sedangkan menurut Mujahidah dalam Siwi Dwi Pangestu (2016), perilaku menyontek merupakan tindakan curang yang sengaja dilakukan ketika seseorang mencari dan membutuhkan akan adanya pengakuan atas hasil kerjanya dari orang lain meskipun dengan cara yang tidak sah (2016:16),

Faktor-faktor Penyebab Perilaku Menyontek

Menurut Pangesti mengutip pendapat Agustin, ada beberapa faktor yang menyebabkan siswa memiliki perilaku menyontek (a) tekanan yang terlalu besar terhadap hasil studi, (b) pendidikan moral di keluarga dan sekolah kurang diterapkan dalam kehidupan siswa,(c) sikap malas dan kurang bertanggungjawab, (d) kurang mengerti penting pendidikan di masa depan (Pangesti, 2016:17).

Bentuk-bentuk Perilaku Menyontek

Menurut Siwi, mengutip pendapat Hetherington dan Feldman, bentuk-bentuk perilaku menyontek meliputi:

1)    Social active, meliputi (a) meminta jawaban teman ketika ujian berlangsung, (b) melihat jawaban tenman ketika ujian sedang berlangsung.

2)    Individual-oppotunisctic, meliputi (a) menggunakan hp atau alat elektronik yang dilarang ketika ujian sedang berlangsung,(b) mempersiapkan catatan ketika ujian berlangsung, (c) menyalin pekerjaan teman saat ujian berlangsung.

3)    Individual planned, meliputi (a) mengganti jawaban ketika guru sedang keluar kelas, (b) membuka buku teks ketika ujian sedang berlangsung, (c) mememanfaatkan kelengahan guru saat mengawasi ujian.

4)    Social-passive, meliputi (a) mengijinkan orang lain melihat jawaban ketika ujian sedang berlangsung, (b) membiarkan orang lain melihat jawabannya, (c) memberikan jawaban tes kepada teman ketika ujian sedang berlangsung (Pangesti,2016:18).

 

 

Layanan Konseling Kelompok

Hakekat Konseling Kelompok

Layanan konseling kelompok adalah suatu layanan yang diiberikan kepada sejumlah peserta didik/konseli dalam suasana kelompok dengan memanfaatkan dinamika kelompok untuk saling belajar dari pengalaman para anggotanya sehingga peserta didik /konseli dapat mengatasi masalahnya (Kemendikbud, 2016:50).

Tujuan konseling kelompok

Tujuan konseling kelompok adalah memfasilitasi konseli melakukan perubahan perilaku, mengkonstruksi pikiran, mengembangkan kemampuan memngatasi situasi kehidupan, membuat keputusan yang bermakna bagi dirinya dan berkomitmenuntuk mewujudkan keputusan dengan penuh tangguyngjawab dalam kehidupannya dengan memanfaatkan kekuatan kelompok (Kemendikbud,2016:52).

Layanan Konseling Kelompok Sebaya

Konseling sebaya menurut Rogacion dalam Supratiknyo, dikatakan bahwa konseling sebaya merupakan pertolongan yang diberikan oleh individu-awam yang sebaya, bukan hanya sama umurnya, melainkan juga sama dalam hal berbagai pengalaman hidup lainnya, seperti pekerjaan, permasalahan yangs edang dihadapinya “sebaya” dalam hal apa saja (Supratiknya,2000:5). Tujuan konseling sabaya adalah menolong anak muda mengatasi aneka perasaan negatif terhadap diri mereka sendiri termasuk perasaan sepi dan terisoloasi dan tidak punya teman, dan mengajari mereka dengan berbagai ketrampilan yang diperlukan untuk hidup atau life skill, seperti ketrampilan berkomunikasi, memecahkan masalah, mengatasi konflik, mengambil keputusan, mengatasi kecemasan serta stress dan sebagainya (Supratiknya, 2000:7).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa konseling kelompok sebaya adalah suatu proses konseling yang melibatkan sekelompok siswa yang sebaya sebagai konselor sebaya dengan menggunakan dinamika kelompok untuk membantu memecahkan masala yang dialami anggota kelompok.

Layanan Konseling Kelompok Sebaya Besar

Konseling kelompok besar menurut Prayitno terdiri antara 8 sampai 30 orang. Kelompok ini kurang efektif untuk kekraban sosial dalam waktu yang singkat (Prayitno,1995: 29).Menurut Jalaludin, semakin banyak anggota kelompok hanya akan merugikan produktifitas kelompok (Rakhmat, 2009:161). Menurut penelitian Hare, makin besar ukuran kelompok makin berkurang kepuasan anggota-anggotanya. Dengan demikian kelompok besar kurang efektif bagi dinamika kelompok.

Layanan Konseling Kelompok Sebaya Kecil

Konseling kelompok kecil terdiri dari 4 sampai 8 orang. Menurut Prayitno, konseling kelompok dengan anggota 4-8 orang mempunyai keuntungan dapat meningkatkan suasana kelompok dapat “hangat” (Prayitno,1995:28). Hal ini sesuai dengan pendapat Jalaludin Rahkmat, bahwa “ bahwa bila tujuan kelompok yang memerlukan kovergen (mencapai suatu tujuan yang benar), hanya dibutuhkan kelompok kecil supaya sangat produktif, terutama tugas yang dilakukan itu membutuhkan sumber, ketrampilan dan kemampuan yang terbatas (Rakhmat, 2009:160). Hare mengemukakan bahwa kelompok lima orang memiliki tingkat konsesus yang lebih tinggi daripada kelompok 12 orang.

Media Pembelajaran Chart

Menurut Latuberu, media adalah segala bentuk dan saluran yang dapat digunakan dalam suatu proses penyajian informasi (Latuheru, 1988:11). Sedangkan media pembelajaran adalah semua alat (bantu) atau benda yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Media pembelajaran dapat dikategorikan menjadi perangkat lunak ‘soft ware” dan “dan perangkat lunak.

Adapun manfaat dari media pembelajaran meliputi (1) menarik dan memperbesar perhatian anak terhadap materi pelajaran yng diajarkan. (2) mengurang verbalisme,(3) mengatasi perbedaan, (4) membantu memberikan pengalaman belajar yang sulit diperoleh dengan cara yang lain (Lateheru,1988:23). Media pembelajaran Chart adalah serangkaian gambar atau uraian singkat yang terssusun rapi dan berbentuk lambang-lambang visual yang menunjukkan perbandingan,perbedaan, proses kerja dai awal sampai akhir (Latuheru,1988:45).

Kerangka Berpikir

Pada penelitian ini sebelum peneliti menggunakan konseling kelompok sebaya perilaku menyontek siswa tidak mengalami penurunan, oleh karena itu diadakan tindakan siklu I sampai siklus II. Siklus I dengan konseling kelompok sebaya besar tanpa berbantuan alat peraga. Berdasarkan teori bahwa melalui konseling kelompok, anggota kelompok dapat mengungkapkan secara terbuka dihadapan kelompok besar dengan pendampingan konselor sebaya dari siswa dan mendapat masukan dari anggota , dan pengalaman belajar dari konselor sebaya. Oleh karena itu diprediksi melalui tindakan konseling kelompok sebaya besar tanpa berbantuan alat peraga dapat mengurangi perilaku menmyontek siswa.

Tindakan siklus II dengan menggunakan layanan konseling kelompok sebaya kecil dengan berbantuan Chart, berdasarkan teori bahwa semakin kecil anggota kelompoknya maka pemecahan masalahnya semakin intensif, demikian juga berdasarkan piramida pengalaman belajar, bahwa kegiatan presentasi dengan chart memiliki 70% daya serap, sehingga diprediksi dari siklus I dengan siklus II dapat mengurangi perilaku menyontek.

Karena tindakan siklus II sebagai merupakan tindakan terakhir dapat diduga melalui tindakan layanan konseling kelompok sebaya besar tanpa berbantuan alat peraga dan tindakan layanan konseling kelompok kecil dengan berbantuan alat peraga chart dapat menurunkan perilaku menyontek siswa klas 9A.

Hipotesis Tindakan

 Berdasarkan uraian di atas maka penulis mengajukan hipotesis tindakan sebagai berikut: Melalui Konseling Kelompok Sebaya dapat mengurangi perilaku menyontek siswa klas IXA SMPN 4 Surakarta pada semester gasal tahun pelajaran 2018/2019.

METODE PENELITIAN

Setting dan Subyek Penelitian

 Penelitian ini kami laksanakan selama enam bulan dari bulan Juli 2018 sampai dengan Desember 2018. Penelitian ini dilakukan di Surakarta karena peneliti sekarang ini tingggal di kota Surakarta, sedang sekolah tempat penelitian adalah SMPN 4 Surakarta, karena secara yuridis peneliti mempunyai SK PNS yang berunit kerja di SMPN 4 Surakarta membimbing klas IXA sebanyak 33 siswa terdiri 33 siswa dengan perincian laki-laki 18 siswa, sedangkan siswa perempuannya 15 siswa.Adapun obyek penelitiannya variabel masalahnya adalah perilaku menyontek siswa klas 9A baik dalam mengerjakan penilaian dan pekerjaan rumah , sedangkan variabel tindakannya berupa layanan konseling kelompok sebaya besar dan kecil baik menggunakan tanpa bantuan alat peraga maupun dengan berbantuan Chart.

Teknik Dan Alat Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik antara lain observasi, dan angket. Data perilaku menyontek pada kondisi awal dikumpulkan dengan teknik observasi dan angket, sedangkan data perilaku menyontek sesudah tindakan siklus I dikumpulkan dengan teknik angket, begitu juga data perilaku menyontek sesudah tindakan siklus II dengan menggunakan teknik angket.

 Pada penelitian ini , data perilaku menyontek pada kondisi awal dikumpulkan dengan alat pengumpulan data berupa pedoman observasi dan daftar pertanyaan atau questioner, begitu juga data perilaku menyontek sesudah tindakan siklus I dan siklus II dikumpulkan dengan alat pengumpulan data berupa daftar pertanyaan atau questioner tentang perilaku menyontek.

Validasi Data Dan Analisa Data

Dalam penelitian ini data perilaku menyontek pada kondisi awal dengan teknik observasi, supaya datanya valid maka dilakukan teknik observasi dengan melibatkan siswa lain atau guru teman sebaya. Sedangkan data yang bersumber dari teknik angket, supaya datanya valid dengan menggunakan analisis butir item-item pernyataan angket dengan membuat kisi-kisi.

 Dalam penelitian ini karena data berupa kualitatif, maka dalam menganalisis datapun juga menggunakan analisis data kualitatif, hal ini disebabkan teknik pengumpulan data yang digunakan berupa non tes yaitu observasi, dan angket sosiometri. Analisis data dilakukan dengan membandingkan hasil dari ketiga teknik tersebut di atas. Adapun rincian analisisnya sebagai berikut yaitu membandingkan data pada kondisi awal dengan sesudah tindakan siklus I, sedudah tindakan siklus II.

Prosedur Penelitian

 Metode penelitian yang digunakan dalam kegiatan ini adalah penelitian tindakan kelas, oleh karena itu proses penelitian menggunakan siklus, hal ini sesuai pendapat Kurt Lewin bahwa penelitian tindakan kelas dilakukan melalui langkah-langkah, adapaun setiap langkah memiliki empat tahap yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing).,dan refleksi (reflecting) seperti dikutip Mulyadi (2005: 4).

Siklus I

1.    Perencanaan meliputi: Penyebaran angket perilaku menyontek, peneliti menentukan anggota konseling kelompok besar secara acak.

2.     Pelaksanaan Tindakan, peneliti melaksanakan konseling kelompok besar tanpa alat peraga chart.

3.     Pengamatan Tindakan

4.     Menampilkan data hasil analisis angket perilaku menyontek.,Menampilkan data hasil observasi tentang proses kelompok kelompok besar tanpa alat peraga.

5.     Refleksi, membandingkan hasil analisis angket perilaku menyontek dari dan proses konseling kelompok kondisi awal dengan siklus I.

Siklus II

1.    Perencanaan meliputi: Penyebaran angket perilaku menyontek, dan peneliti menentukan anggota konseling kelompok kecil dengan alat peraga chart.

2.     Pelaksanaan: melaksanakan konseling kelompok kecil dengan bantuan chart.

3.     Pengamatan yaitu mengamati hasil konseling kelompok dan proses konseling kelompok

4.     Refleksi, Membandingkan data hasil analisis perilaku menyonteki dan prosesmkonseling kelompok dari siklus I dengan siklus II.

HASIL PENELITIAN

Deskripsi Kondisi Awal

Tabel 1. Data proses konseling kelompok

Aspek proses konseling kelompok

Kondisi Awal

Mendengarkan

10

Keterbukaan

9

Menyampaikan pendapat

5

 

Tabel 2 Data Perilaku Menyontek berdasarkan Kategori

No

Interval Skor

Kategori

Frekwensi

Prosesntase

1

1-17

Sangat rendah

19

57%

2

18-35

Rendah

14

42,424%

3

36-54

Sedang

0

4

55-73

Tinggi

0

5

74-90

Sangat tinggi

0

 

 

 

33

101    

 

Tabel 3 Data Perilaku Menyontek Berdasarkan Skor Menyontek

No

Aspek

skor

1

Skor menyontek tertinggi

52,5

2

Skor menyontek terendah

28,3

3

Rerata skor

38,7

 

Deskripsi Data Siklus I

Tabel 4 Menampilkan proses konseling kelompok

Aspek proses konseling kelompok

Siklus I

Mendengarkan

20

Keterbukaan

15

Menyampaikan pendapat

10

 

 

 

 

Tabel 5.Menampilkan Hasil Data Perilaku Menyontek Berdasarkan kategori

No

Interval Skor

Kategori

Frekwensi

Prosesntase

1

1-17

Sangat rendah

23

69,697

2

18-35

Rendah

10

30,303

3

36-54

Sedang

0

4

55-73

Tinggi

0

5

74-90

Sangat tinggi

0

 

 

 

33

100   

 

Tabel 6.Data Perilaku Menyontek berdasarkan skor menyontek

No

Aspek nilai

Jumlah

1

Nilai tertinggi

51,7

2

Nilai terendah

29,2

3

Nilai rerata

38,1

 

 

 

Deskripsi Data Siklus II

Tabel 7.Data proses konseling kelompok

Aspek proses konseling kelompok

Siklus II

Mendengarkan

25

Keterbukaan

25

Menyampaikan pendapat

25

 

Tabel 8 Data hasil perilaku menyontek siklus II

No

Interval Skor

Kategori

Prekwensi

Prosesntase Frekwensi

1

1-17

Sangat rendah

27

81,82%

2

18-35

Rendah

6

18,18%

3

36-54

Sedang

0

0

4

55-73

Tinggi

0

0

5

74-90

Sangat tinggi

0

0

 

Tabel 9 Data Perilaku Menyontek berdasarkan skor menyontek

No

Aspek skor

Nilai

1

Nilai tertinggi

48,3

2

Nilai terendah

28.3

3

Rerata

36,2

 

Pembahasan

Tabel 10 Refleksi Data proses konseling kelompok. Refleksi Proses Konseling Kelompok antara Kondisi Awal dengan Siklus II

Aspek proses konseling kelompok

Kondisi Awal

Siklus I

Siklus II

Refleksi

Mendengarkan

10

20

25

1.Jumlah siswa yang mendengarkan meningkat 15 siswa atau meningkat 45%

Keterbukaan

9

15

25

Jumlah siswa yang terbuka meningkat 16 siswa atau meningkat sebesar 48,5%

Menyampaikan pendapat

5

10

25

Jumlah siswa yang mengemukakan pendapat meningkat 20 siswa atau meningkat 60,1%

 

Berdasarkan data tersebut dari kondisi awal sampai tindakan siklus II , selama proses konseling kelompok sebaya beberapa aspek proses konseling kelompok sebaya , yaitu aspek kemauan mendengarkan siswa lain berbicara meningkat dari 10 menjadi 25 siswa, aspek keterbukaan siswa dalam mengungkapkan pendapatnya meningkat dari 9 siswa menjadi 25 siswa, dan aspek jumlah siswa yang mengemukakan pendapat meningkat dari 5 menjadi 25 siswa, maka kesimpulannya melalui layanan konseling kelompok sebaya dapat mengurangi perilaku menyontek siswa klas IXA semester ganjil tahun pelajaran 2018/2019.

Kesimpulan tersebut menunjukkan bahwa kegiatan layanan konseling kelompok sebaya memberikan dampak bagi kemauan mendengarkan siswa terhadap konselor sebaya, begitu juga karena anggota konselor sebaya merupakan teman sendiri memungkinkan siswa lebih terbuka dengan temans sebayanya , begitu juga keberanian dalam mengemukakan pendapat meningkat karena anggota konseling kelompok sebaya merupakan anggota kelasnya sendiri.

Refleksi Data hasil konseling kelompok berdasarkan kategori

Perilaku menyontek berdasarkan kategori pada kondisi awal jumlah siswa berperilaku menyontek yang berada di kategori sangan rendah meningkat dari 19 siswa menjadi 27 siswa berarti meningkat 24%, sedangkan yang berperilaku menyontek kategori rendah menurun dari 14 siswa menjadi 6 siswa atau 24%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui konseling kelompok sebaya dapat mengurangi perilaku menyontek siswa klas IXA semester gasal tahun pelajaran 2018/2019, yaitu sebesar 24%, penurunan siswa tersebut merupakan perubahan dari perilaku mneyontej berkategori rendah menuju sangat rendah.

Tabel 11 Refleksi Perilaku Menyontek Berdasarkan Kategori

Interval Skor

Kategori

Awal

Siklus I

Siklus II

Refleksi

1-17

Sangat rendah

19

23

27

1.Jumlah siswa dengan kualitas perilaku sangat rendah dari kondisi awal ke tindakan sesudah siklus II meningkat 8 siswa atau meningkat 24,2%.

18-35

Rendah

14

10

6

1.Jumlah siswa dengan kualitas perilaku sangat rendah dari kondisi awal ke tindakan sesudah siklus II meningkat 8 siswa atau meningkat 24,2%.

36-54

Sedang

0

0

0

55-73

Tinggi

0

0

0

74-90

Sangat tinggi

0

0

0

 

Jumlah

 

 

 

 

 

Refleksi Data perilaku menyontek berdasarkan skor menyontek

Adapun skor perilaku menyontek siswa pada kondisi awal tertinggi menunjukkan skor tertinggi 52,2 sedangkan pada siklus II menurun 48,3, nilai terendah pafa kondisi awal 28,3 dan pada siklus II sama yaitu 28,3, sedangkan rerata skor perilaku menyontek dari 38,7 menjadi 36,2. Kesimpulannya melalui konseling kelompok sebaya dapat menurunkan skor perilaku menyontek siswa.

Tabel 12 Refleksi Perilaku Menyontek berdasarkan Skor Nilai

No

Aspek

Nilai kondisi awal

Nilai seudah tindakan siklus I

Nilai sesudah tindakan siklus II

1

Nilai tertinggi

52,5

51,7

48,3

2

Nilai terendah

28,3

29,2

28.3

3

Rerata

38,7

38,1

36,2

 

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan teoritik yang tertera dalam hipotesis bahwa melalui konseling kelompok sebaya dapat mengurangi perilaku menyontek, sedangkan berdasarkan empirik konseling kelompok sebaya dapat mengurangi perilaku menyntek siswa klas IXA baik secara proses konseling kelompok maupun pada hasil dari layanan konseling kelompok sebaya.

Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian ini maka langkah selanjutnya peneliti akan meningkatkan intensitas dalam layanan konseling kelompok sebaya dengan menggunakan teknik konseling kelompok yng lain.

Saran

Bagi Siswa , sebaiknya siswa mulai memiliki nit untuk mengurangi perilaku menyontek demi kemandirian pada amsa depan.

Bagi Guru Teman Sejawat, sebaiknya guru bimbingan konseling menggunakan pendekatan-pendekatan yang bervariasi untuk mengurangi perilaku negatif siswa yang merugukan siswa pada masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Latuheru, John,1988,Media Pembelajaran,Depdikbud, Jakarta

Wibowo, Mungin ,Edy,2005, Konseling Kelompok Perkembangan, Unnes Press, Semarang..

Depdiknas, 2004, Pedoman Pelaksanaan Pelayanan Bimbingan dan Konseling. Jakarta

Mulyadi. 2005. Penelitian Tindakan Kelas, Semarang, Depdiknas..

Pangesti,Siwi.2016. Sikap Siswa terhadap Perilaku Menyontek Ditinjau dari jenis Kelamin dan Penghasilan Orang Tua,Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

 Poerwadrminta. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: balai Pustaka. Prayitno.1995. Layanan Bimbingan Konseling Kelompok, Jakarta: Ghalia Indonesia.

Rakhmat, Jalaludin,2009,Psikologi Komunikasi, Bandung, Rosda.

Supratiknya.2000. Tumbuh Bersama Sahabat. Yogyakarta: Kanisius.