WASPADA BAHAYA PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA

 

Feny Lestari

SMPN 2 Cipari Kabupaten Cilacap

 

ABSTRAK

Prokratinasi merupakan perilaku menunda dalam mengerjakan atau menyelesaikan suatu tugas. Prokrastinasi bisa berbentuk prokrastinasi akademik dan nonakademik. Prokrastinasi akademik seperti tugas mengarang, membaca atau mengerjakan tugas umumnya dilakukan oleh siswa dengan berbagai factor yang berasal dari internal ataupun eksternal. Ciri-ciri pelaku prokrastinasi adalah ada kesenjangan waktu dan lambatnya dalam mengerjakan dan menyelesaikan tagihan tugas sesuai tenggat waktu yang diberikan. Prokrastinasi memberikan dampak negative bagi siswa yang mengalaminya karena dapat menimbulkan kecemasan, rasa gelisah, tugas yang tidak terselesaikan dan hasil prestasi yang tidak baik. Dengan demikian dibutuhkan suatu cara untuk mencegah prokrastinasi agar dampak prokrastinasi tidak semakin parah dan meluas yaitu (1) membentuk kelompok belajar; (2) manajemen waktu; (3) yakin terhadap diri sendiri; (4) berani mencoba; (5) menentukan prioritas dan (6) tidak menyepelekan tugas.

Kata kunci: prokrastinasi. cara mencegah prokrastinasi.

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 pasal 3 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Peserta didik dimana pada umumnya juga disebut siswa memiliki berbagai kesempatan untuk dapat mewujudkan apa yang menjadi harapan tujuan system pendidikna nasional tersebut. Sekolah menjadi salah satu lembaga formal dalam upaya mencapai tujuan pendidikan nasional. Siswa mendapat pengajaran, ilmu dan wawasan yang baru. Tidak hanya terkait dengan ilmu saja tetapi siswa juga dibekali dengan pendidikan karakter, salah satunya dalah mengenai tanggung jawab. Bentuk pendidikan karakter dalam menumbuhkan sikap tanggung jawab adalah dengan memberikan tugas rumah atau PR. Disadari atau tidak bahwa dalam kenyataannya dewasa ini banyak siswa yang melakukan prokrastinasi dalam mengerjakan tugas. Prokrastinasi adalah suatu perilaku menunda dalam mengerjakan dan atau menyelesaikan suatu tugas atau tagihan. Prokrastinasi jika terus dibiarkan dapat menjadi ancaman terhadap sikap tanggung jawab sebagai siswa dan hal ini pastinya dapat berpengaruh juga terhadap hasil belajar mereka. Perlu adanya upaya agar prokrastinasi ini dapat di atasi dan di cegah agar tidak berlanjut pada efek yang lebih serius. Berikut penulis paparkan mengenai prokrastinasi yang umumnya mulai banyak terjadi di lingkungan sekolah. Adapun judul makalah ini adalah waspada bahaya prokrastinasi akademik pada siswa.

 

 

Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah:

  1. Apakah yang dimaksud dengan prokrastinasi?
  2. Bagaimana cara mengatasi prokrastinasi?

Tujuan

Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka tujuan yang di ingin diperoleh dalam makalah ini adalah:

  1. Mengetahui apa itu prokrastinasi
  2. Mengetahui bagaimana cara mengatasi prokrastinasi

PEMBAHASAN

Prokrastinasi Akademik

Pengertian Prokrastinasi Akademik

Prokrastinasi jika dilihat berdasar etomologinya berasal dari bahasa latin yaitu procrastination yang terbentuk dari kata pro yaitu memiliki arti bergerak atau mendorong untuk maju dan kata crastinus yaitu keputusan terkait yang dilakukan akan datang. Berdasarkan etimologi tersebut prokrastinasi bisa di artikan penundaan atau penangguhan. Sehingga bisa dimaksudkan prokrastinasi merupakan kondisi penangguhan proses pengerjaan atau penyelesaian suatu tugas yang diberikan.

Perilaku prokrastinasi bisa terlihat pada individu atau seorang siswa yang tidak mengumpulkan tugas tepat waktu, terlambat, dan gagal dalam proses penyelesaian tagihan atau tugas. . Menurut Noran (dalam Akinsola, Tella & Tella, 2007) menyebutkan bahwa prokrastinasi akademik merupakan perilaku siswa yang menghindari penyesaian tugas. Siswa pelaku prokrastinasi cenderung melakukan kegiatan yang tidak produktif sehingga terkesan membuang-buang waktu daripada menyelesaikan tugas akademik yang diberikan gurunya. Siswa lebih memilih menghabiskan waktu untuk bermain game atau berkumpul dengan teman sebaya untuk mengobrol atau membahas hal yang tidak penting.

Prokrastinasi selain terkait dengan penundaan penyelsaian tugas tetapi juga bisa terjadi karena siswa menghindari mengerjakan tugas yang bisa dikarenakan kurang senang dengan materi tugas atau perkiraan tidak bisa mengerjakan tugas tersebut sehingga cenderung menyelesaikan tugas. Pelaku prokrastinasi memahami bahwa dirinya memiliki tagihan atau tugas yang penting. Namun, secara sadar menunda mengerjakan tugas yang berakibat timbul rasa tidak enak, rasa bersalah, cemas sehingga diri sendiri merasa tidak nyaman.

Pada bidang akademik, prokrastinasi merupakan perilaku menunda mengerjakan tugas yang berkaitan dengan akademik. Menurut Ferrari dkk. (dalam Ghufron dan Rini R. , 2010) mengklasifikasikan prokrastinasi menjadi dua macam yaitu (1) functional procrastination, artinya menunda mengerjakan tugas karena berbagai pertimbangan agar pengerjaan tugas dapat lebih maksimal. Dengan demikian pelaku prokrastinasi berpikir lebih detail dam pengerjaannya dan tidak menimbulkan kegelisahan atau rasa bersalah dalam dirinya. (2) disfunction procrastination, adalah kebiasaan menunda mengerjakan suatu tugas tanpa alasan yang jelas bahkan cenderung karena rasa malas sehingga pelaku prokrastinasi merasakan efek atau akibat yang negative pada diri sendiri seperti gelisah atau cemas. Berdasarkan paparan diatas dapat kita ketahui bersama bahwa prokrastinasi akademik adalah kegiatan atau perilaku menunda mengerjakan tugas oleh siswa terhadap tugas-tugas akademik seperti meringkas, membuat karangan, mengerjakan soal secara sengaja dan berulang karena alasan yang tidak jelas.

Jenis Tugas Akademik yang di Prokrastinasi

Secara umum jenis tugas prokrastinasi diklasifikasikan menjadi dua, yakni prokrastinasi akademik dan non-akademik. Prokrastinasi akademik adalah jenis menunda pekerjaan atau tugas resmi atau formal dan berkaitan dengan tugas akademik contohnya tugas dari guru di sekolah atau tugas dari tutor pada tempat kursus. Adapun, prokrastinasi non-akademik adalah jenis menunda pekerjaan atau tugas pada bidang non formal atau tidak resmi contohnya tugas dalam rumah tangga, tugas bidang sosial, dan lain sebagainya.

Menurut Green (dalam Ghufron dan Rini R., 2010) mengungkapkan bahwa jenis tugas pada sasaran prokrastinasi akademik adalah tugas yang berkaitan dengan kinerja kademik. Sedangkan menurut Solomon dan Rothblum (dalam Ghufron dan Rini R., 2010) mengungkapkan setidaknya ada enam bagian akademik untuk mengetahui jenis- tugas yang menjadi sasaran diprokrastinasi oleh siswa, yaitu:

  1. Tugas mengarang, mencakup kegiatan menunda kegiatan wajib yang berkaitan dengan tugas menulis. contihnya mengarang membuat karya ilmiah, artikel, laporan penelitian, dan lain sebagainya.
  2. Tugas belajar mempersiapkan ujian, meliputi menunda waktu belajar untuk menghadapi ujian. Contohnya ulangan harian, penilaian tengah semester, dan penilaian akhir semester.
  3. Tugas membaca, mencakup menunda membaca buku yang berkaitan dengan tugas akademik yang menjadi tagihan siswa.
  4. Kerja tugas administratif, meliputi menunda pekerjaan pada bagian kelengkapan administrasi seperti mengisi daftar hadir, melengkapi catatan materi, dan lain sebagainya.
  5. Menghadiri pertemuan, meliputi menunda waktu kehadiran pada suatu pertemuan seperti saat pelajaran, praktikum, seminar dan lain seabaginya.
  6. Penundaan dalam kinerja akademik secara keseluruhan, yaitu penundaaan pengerjaan tugas akademik secara meyeluruh, baik menulis, mengarang, membaca, mengerjakan soal ataupun kehadiran yang terlambat dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Ciri-ciri Prokrastinasi Akademik

Menurut Ferrari, dkk., (2008) mengungkapkan bahwa perilaku prokrastinasi akademik memiliki ciri-ciri yang dapat diamati dan terungkap dalam indicator seperti berikut di bawah ini:

  1. Penundaan dalam memulai ataupun menyelesaikan pekerjaan pada tugas yang dihadapi. Seorang siswa pelaku prokrastinasi mengetahui tagihan tugas yang diterimanya harus segera selesai dan berpengaruh pada dirinya, namun siswa tersebut lebih memilih menunda menuntaskan pekerjaannya.
  2. Terlambat dalam menuntaskan pekerjaan. Siswa pelaku prokrastinasi membutuhkan waktu lebih lama untuk mengerjakan suatu tugas yang berbeda dengan lainnya. Seorang prokrastinator menghabiskan waktu yang dimilikinya untuk melakukan hal yang tidak penting atau hal yang tidak diperlukan dalam menyelesaikan suatu tugas, tanpa menggunakan dengan cermat waktu yang dimilikinya. Kadang kala tindakan tersebut menyebabkan siswa tersebut gagal dalam menuntaskan tugasnya. Sikap lamban, demikian yang dimaksud lamanya pelaku prokrastinasi dalam menyelesaikan tugas yang dapat menjadi ciri dalam prokrastinasi akademik.
  3. Kesenjangan waktu antara rencana dan pelaksanaan pada kenyataannnya. Pelaku prokrastinator memiliki kesulitan dalam melakukan suatu pekerjaan sesuai batas waktu yang telah di tentukan sebelumnya. Seorang prokrastinator sering mengalami keterlambatan dalam memenuhi batas waktu tugas yang telah ditentukan, baik oleh orang lain maupun rencana awal yang dia tentukan sendiri sebelumnya. Siswa tersebut mungkin sudah memiliki rencana untuk memulai menyelesaikan tugas pada waktu yang telah ia tentukan sebelumnya, namun ketika pelaksanaannya dia tidak bisa melakukannya sesuai dengan apa yang telah direncanakan, dan hal ini yang menyebabkan keterlambatan maupun kegagalan dalam menyelesaikan tugas secara memadai.
  4. Memilih mengerjakan kegiatan lain yang lebih menyenangkan daripada menyelesaikan tugas yang harus dikerjakan.

Pelaku prokrastinator secara sengaja tidak segera menyelesaikan atau mengerjakan tugasnya, namun lebih suka menggunakan waktu yang dia miliki untuk melakukan kegiatan lain yang dianggap lebih menyenangkan dan mendatangkan hiburan, contohnya membaca (komik, tabloid, majalah, atau buku cerita lainnya), ngobrol, jalan-jalan, mendengarkan musik, dan sebagainya, sehingga menghabiskan waktu yang di miliki bukan untuk menyelesaikan tugas.

Selain ciri-ciri yng dimiliki pelaku prokrastinasi yang telah disebutkan diatas, ada beberapaciri lainnya yang bisa menyebutkan bahwa hal tersebut menjadi ciri individu yang mengalami prokrastinas, Hal tersebut tidak berbeda jauh dengan yang dikemukakan Asikhia (2010) yang mengungkapkan bahwa karakteristik prokrastinasi, ada hal-hal tertentu yang menjadi ciri individu yang melakukan prokrastinasi, antara lain yaitu: (1) self efficacy maksudnya adalah kepercayaan individu akan kemampuannya untuk bisa dalam melakukan sesuatu, (2) perilaku kritis terhadap diri sendiri (self critical behaviour), dan (3) takut berhasil atau gagal ketakutan yang irasional dalam keberhasilan atau kegagalan dan sejenisnya.

Ciri-ciri prokrastinasi akademik secara khusus dapat kita simpulkan yaitu menunda dalam memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang telah diberikan, keterlambatan dalam menyelsaikan ataupun mengerjakan tugas, kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja pada kenyataan pelaksanaannya dan melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada melakukan tugas yang harus dikerjakan. Selain itu, self efficacy, perilaku kritis terhadap diri sendiri, dan ketakutan yang irasional dalam keberhasilan atau kegagalan dan sejenisnya.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prokrastinasi Akademik

Faktor-faktor yang berpengaruh pada prokrastinasi akademik menurut pendapat Ghufron dan Rini R. (2010) dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal, yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu tersebut yang mempengaruhi prokrastinasi. Misalnya kondisi fisik dan kondisi psikologis dari individu.

Kondisi fisik

Kondisi fisik termasuk dalam factor internal yang memberikan pengaruh timbulnya prokrastinasi akademik. Faktor internal merupakan kondisi yang berasal dari dalam diri individu, hal ini bisa berupa keadaan fisik dan kondisi kesehatan individu misalnya fatigue. Fatigue merupakan kondisi lelah atau lesu yang dialami sesorang sehingga menyebabkan merasa kurang bertenaga dan kurang bersemangat. Kondisi inilah yang menyebabkan sesorang yang mengalami fatigue memiliki kecenderungan untuk melakukan prokrastinasi dibandingkan yang kondisi fisiknya sehat.

Kondisi psikologis

Trait kepribadian individu yang turut mempengaruhi munculnya perilaku penundaan, misalnya trait kemampuan sosial yang tercermin dalam self regulation dan tingkat kecemasan dalam berhubungan sosial. Motivasi yang dimiliki individu juga memiliki andil dalam terbentuknya perilaku prokrastinasi secara negatif, di mana semakin tinggi motivasi intrinsik yang dimiliki individu ketika menghadapi tugas, akan semakin rendah kecenderungannya untuk prokrastinasi akademik dan begitu pula sebaliknya. Kita dapat melihat berbagai hasil penelitian yang menyebutkan aspek lain pada diri individu yang ikut andil dalam mempengaruhi seseorang untuk memiliki kecenderungan sebagai pelaku prokrastinasi, misalnya rendahnya kontrol diri.

Faktor eksternal, yakni faktor yang berasal dari luar diri individu yang memiliki pengaruh terhadap prokrastinasi. Misalnya, pola asuh orang tua dan lingkungan yang kondusif.

Pola asuh orang tua.

Pada hasil penelitian Ferrari dan Ollivete (dalam Ghufron dan Rini R. , 2010), menyebutkan bahwa tingkat pola asuh otoriter ayah mengakibatkan munculnya kecenderungan perilaku prokrastinasi yang kronis pada subyek penelitian anak wanita, sedangkan tingkat pola asuh otoritatif ayah menghasilan anak wanita yang bukan prokrastinator. Sedangkan ibu yang memiliki kecenderungan melakukan avoidance procratination memberikan dampak pada anak wanita yang memiliki kemungkinan untuk melakukan avoidance procratination pula.

Kondisi lingkungan

Pentingnya pengawasan pada kondisi lingkungan dapat meminimalisir terbentuknya pelaku prokrastinasi. Karena biasanya prokrastinasi akademik lebih banyak muncul atau terjadi pada lingkungan yang rendah dalam pengawasan daripada lingkungan yang memiliki kepedulian dan mau memberikan pengawasan.

Menurut Knaus (2015) menyebutkan bahwa faktor yang menyebabkan seseorang melakukan prokrastinasi terdiri dari lima pokok alasan yaitu: (1) karena kondisi fisik, (2) karena tidak tahu, (3) karena tipu muslihat, (4) ingin menjauhi hal-hal yang tidak enak, dan (5) karena ragu-ragu.

Penyebab Prokrastinasi

Noran (dalam Asikhia, 2010), memberikan beberapa pendapatnya mengenai penyebab prokrastinasi, antara lain:

  1. Kurangnya manajemen waktu. Seseorang yang prokrastinasi menunjukkan dia tidak mampu mengatur waktu dengan bijaksana. Ini menyiratkan ketidakpastian prioritas, tujuan dan sasaran.
  2. Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi atau memiliki rendahnya tingkat kesadaran pada satu pekerjaan. Ini adalah alasan lain untuk menunda-nunda. Hal ini mungkin karena distorsi dalam lingkungan, seperti kebisingan, meja belajar yang berantakan atau mencoba untuk melakukan tugas di tempat tidur.
  3. Ketakutan dan kecemasan terkait dengan kegagalan. Seseorang dalam kategori ini akan menghabiskan lebih banyak waktu mengkhawatirkan tugas yang diberikan atau tes yang akan datang daripada berencana untuk belajar dan menyelesaikannya.
  4. Jenis karakter seseorang. Setiap orang memiliki karakter yang berbeda-beda. Begitu pula hal yang terjadi pada para pelajar. Karakter yang kurang baik dapat menyebakan seseorang melakukan prokrastinasi. Misalnya seseorang pelajar yang malas kemungkinan ia juga malas untuk mengerjakan tugas-tugas sekolahnya.
  5. Kurangnya keyakinan. Maksudnya yaitu kurangnya kepercayaan diri untuk menyelesaikan tugas dengan tepat waktu. Seseorang harus memiliki keyakinan bahwa ia mampu mengerjakan dan menyelesaikan tugasnya sesuai dengan waktu yang ditentukan.

Akibat Prokastinasi

Prokrastinasi memberikan dampak berbagai hal yang merugikan bagi pelakunya. Akibat dari prokrastinasi menurut Solomon dan Rothblum (dalam Ghufron dan Rini R. , 2011) yaitu:

  1. Tugas tidak terselesaikan, maksudnya adalah tugas yang dikerjakan mungkin bisa terselesaikan akan tetapi hasilnya tidak memuaskan karena individu terburu-buru dalam menyelesaikan tugas tersebut untuk mengejar batas waktu sehingga kurang teliti dalam mengerjakannya.
  2. Menimbulkan kecemasan sepanjang waktu sampai terselesaikannya tugas tersebut.
  3. Tingkat kesalahan yang tinggi karena individu merasa tertekan dengan batas waktu yang semakin sempit disertai dengan peningkatan rasa cemas sehingga individu sulit berkonsentrasi secara maksimal.
  4. Waktu yang terbuang lebih banyak dibandingkan dengan orang lain yang mengerjakan tugas yang sama.
  5. Pada siswa dapat merusak kinerja akademik seperti kebiasaan buruk dalam belajar, memotivasi belajar rendah serta rasa percaya diri yang rendah.

Cara mengatasi prokastinasi

Membentuk kelompok belajar

Dalam sebuah penelitian eksperimen menghasilkan bahwa dengan cara membuat kelompok belajar dapat membantu mengurangi kecenderungan prokrastinasi akademik. Hal ini dikarenakan, alasan menunda mengerjakan tugas biasanya disebabkan karena tidak memiliki teman belajar. Saat tidak memiliki teman dalam belajar terkadang dapat membuat seseorang berhenti saat menemukan permasalahan akademik. Dengan adanya kelompok belajar, siswa dapat bertanya atau melakukan diskusi dengan teman sekelompoknya. Proses diskusi dalam kelompok memberikan pengalaman dan wawasan baru untuk mencari solusi terkait kesulitan yang dialami dalam mengerjakan tugas akademik. Proses pertukaran informasi juga memberikan semangat pada siswa untuk mengerjakan tugas akademik. Lingkungan yang terbentuk melalui kelompok belajar menjadi kondusif dalam mendorong siswa menyelesaikan tugas atau tagihan. Dengan demikian pembentukan kelompok belajar dapat mengurangi kecenderungan perilaku prokrasstinasi.

Manajemen waktu

Manajemen waktu diperlukan dalam segala kegiatan dari formal dan nonformal termasuk juga dalam pengerjaan tugas akademik. Hal ini berkaitan dengan batas waktu akhir penyelesaian tugas. Pada siswa yang mejadi pelaku prokrastinasi perlu kiranya membuat atau memanajemen waktu agar terpetakan dengan jelas kapan untuk memulai mengerjakan tugas dan kapan harus mengumpulkan.

Yakin terhadap Diri Sendiri

Kurangnya keyakinan bahwa dirimu bisa melakukannya dapat membuat pekerjaan itu semakin tertunda. Sebuah studi mengatakan bahwa keyakinan diri dapat membantu seseorang mengurangi prokrastinasi. Yakinkanlah dirimu sendiri kalau kamu mampu. Walaupun nantinya ada sebuah kesalahan, sekali lagi, itu wajar. Yakinlah dulu!

Berani mencoba

Istilah trial and error mungkin tepat untuk menggambarkan bahwa jangan takut untuk mencoba. Dengan berani mencoba berarti kita bisa mengambil pengetahuan atau pengalaman belajar. Jika kita tidak berani mencoba maka pengetahuan kita tidak akan bertambah. Jangan lupa untuk berani mencoba ini hanya untuk hal yang positif. Terkait dengan hal atau kegiatan negative tanpa kita mencoba dapat mengambil pengetahuan atau pengalaman belajar melalui orang lain yang pernah mengalami langsung. Siswa pelaku prokrastinasi lebih banyak berpikir ragu untuk mengerjakan karena ada perasaan takut salah dan tidak berani mencoba mengerjakan sehingga cenderung menunda mengerjakan tugas akademiknya.

Menentukan Prioritas

Tidak asing bagi siswa dengan istilah SKS atau system kebut semalam mulai dari siswa SMP hingga mahasiswa dalam perkuliahan. Belum adanya prioritas terkait banyaknya tugas dari guru mata pelajaran yang akan dikerjakan dan diselesaikan terlebih dahulu. Oleh karena itu dibutuhkan prioritas agar bisa memanajemen pengerjaan tugas agar tidak tertunda atau sampai terlambat dalam mengumpulkan. Dengan mengurutkan prioritas siswa akan terhindar dari perilaku prokrastinasi.

Tidak menyepelekan tugas

Pelaku prokrastinasi umumnya menganggap enteng tugas sehingga menunda mengerjakan dan menyelesaikan tugas. Perlu adanya pemahaman bahwa siswa memiliki tanggung jawab dalam mengerjakan tugas sesuai tenggat waktu yang diberikan. Dengan adanya komitmen dan tanggung jawab dalam pengerjaan tugas maka perilaku prokrastinasi dapat diminimalisir.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:

  1. Prokrastinasi adalah perilaku menunda mengerjakan tugas atau tagihan yang menyebabkan mundurnya waktu pengumpulan tugas tersebut. Prokrastinasi
  2. Cara mengatasi prokrastinasi yaitu dengan (1) membentuk kelompok belajar; (2) manajemen waktu; (3) yakin terhadap diri sendiri; (4) berani mencoba; (5) menentukan prioritas dan (6) tidak menyepelekan tugas.

Saran

  1. Individu pelaku prokrastinasi harus bisa memahami bahwa prokrastinasi adalah perilaku negative yang merugikan diri sendiri.
  2. Lingkungan keluarga menjadi factor yang mendukung dan tidaknya perilaku prokrastinasi siswa di rumah untuk itu harus ada komunikasi positif di dalam keluarga agar bisa meminimalisir perilaku prokrastinasi yaitu dengan pengawasan dan pendampingan orang tua.
  3. Lingkungan pergaulan yang positif yaitu teman-teman yang tidak melakukan prokrastinasi menjadi daya dukung tambahan agar siswa pelaku prokrastinasi dapat berhenti melakukan prokrastinasi.

Daftar Pustaka

  1. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas

Akinsola, M. K, Tella, A. , & Adeyinka T. 2007. Correlates of Academic Procrastination and Mathematics Achievement of University Undergraduate Students. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, 3, 363-370.

Asikhia, O, A. 2010. Academic procrastination in mathematics: Causes, dangers and implications of counselling for effective learning. International Education Studies, 3 (3), 1-6.

Ellis, A. & Knaus, W. J. 2000. Overcoming Procrastination. New York: New American Library.

Ferrari, J. R. , Johnson J. L. , dan McCown, W. G. 1995. Procrastination and Task Avoidance: Theory, Research, and Treatment. New York: Plenum Press.

Gufron, M. Nur, dan Rini Risnawati, 2010. Teori-Teori Psikologi. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

 

Ghufron, Nur dan Rini Risnawati. 2011. Teori-Teori Psikologi. Jogjakarta: Ar-ruzz Media.

https: //pijarpsikologi. org/9-tips-atasi-perilaku-menunda-tugas/ (diakses tanggal 5 November 2020)

Solomon, L. J. dan Rothblum, E. D. (1984). Academic Procrastination: Frequency and Cognitive Behavioral Correlates. Journal of Counseling Psychology. Vol. 31 (504 -510)