Analisis Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah
ANALISIS PELAKSANAAN GERAKAN LITERASI SEKOLAH
DI SD NEGERI 1 TRIHARJO
KECAMATAN GEMUH KABUPATEN KENDAL
Fajar Ayu Budiyanti
Iin Purnamasari
Veryliana Purnamasari
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas PGRI Semarang
ABSTRAK
Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah di SD Negeri 1 Triharjo Kecamatan Gemuh Kabupaten Kendal sudah berjalan tetapi belum terlaksana dengan baik. Seperti pemanfaatan pojok baca yang belum dimanfaatkan dengan baik serta antusias anak berkunjung keperpustakaan yang kurang. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah di SD Negeri 1 Triharjo Kecamatan Gemuh Kabupaten Kendal. Tujuan dalam penelitian ini diharapkan dari penelitian ini dapat menganalisis pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah Di SD Negeri 1 Triharjo Kecamatan Gemuh Kabupaten Kendal. Jenis Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan mengambil data sesuai dengan fakta dilapangan. Data yang diperoleh dianalisis dan disajikan dalam bentuk deskriptif. Dengan menggunakan metode observasi, wawancara, angket, dokumentasi, subjek penelitian ini adalah siswa SD Negeri 1 Triharjo Kecamatan Gemuh Kabupaten Kendal. Hasil penelitian menjukan bahwa pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah di SD Negeri 1 Triharjo Kecamatan Gemuh Kabupaten Kendal sudah berjalan dengan baik diketahui dari pengamatan observasi yang dilakukan di kelas I samapi dengan kelas VI dan penyebaran angket di kelas III, IV, dan V. Gerakan Literasi Sekolah di SD Negeri 1 Triharjo sudah melakukan pembiasaan baik rata-rata skor 68,00%, untuk sarana dan prasarana sudah digunakan dengan sangat baik dengan skor 89,90% untuk penyediaan dan keikut sertaaan siswa dalam kegiatan membiasaan membaca sudah sangat baik dengan skor 87,20%. Dalam kegiatan pembiasaan membaca 15 menit sebelum pembelajaran pada saat ini sedang dalam tahap pembiasaan. guru masih ikut andil dalam kegiatan pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah. untuk siswa kelas tinggi ada kegiatan membaca safari di SD N 1 Triharjo. Berdasarkan hasil penelitian ini saran yang disimpulkan adalah keberhasilan kegiatan Gerakan Literasi Sekolah dapat melalui kegiatan membaca safari serta sarana dan prasarana sehingga dapat menumbuhkan minat siswa dalam proses kegiatan pembiasaan 15 menit membaca sebelum pembelajaran.
Kata kunci: Analisis, Gerakan Literasi Sekolah (GLS)
LATAR BELAKANG
Sekolah merupakan lembaga atau instansi yang melaksanakan pelayanan belajar atau proses pendidikan. Sebagai organisasi pendidikan formal maupun non formal, sekolah memiliki tanggung jawab dalam meningkatkan mutu pendidikan. Karena di lembaga inilah setiap anggota masyarakat dalam hal ini siswa dapat mengikuti proses pendidikan dengan tujuan membekali mereka dengan berbagai ilmu dan pengetahuan sehingga menjadi manusia yang berkualita, sesuai tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan Nasional menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dikatakan bahwa: “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab”.
Menurut Susanto (2013: 18) “Pembelajaran di sekolah dasar bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar baca, tulis, hitung, pengetahuan, dan keterampilan dasar bermanfaat bagi siswa sesuai dengan tingkat perkembangan serta mempersiapkan mereka untuk mengikuti pendidikan SMP.”
Menurut Abidin, dkk (2017: 160) membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa. Membaca juga merupakan sebuah kebutuhan bagi kita, disamping hal-hal lain yang diperlukan untuk bertahan hidup. Terlebih diera informasi seperti sekarang ini, aktivitas membaca merupakan sebuah keniscayaan bagi setiap orang. Membaca memiliki makna menjadikan peserta didik literat terhadap suatu konteks.
Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) ini adalah upaya menyeluruh yang melibatkan semua warga sekolah (guru, peserta didik, orang tua/wali murid) dan masyarakat sebagai bagian dari ekosistem pendidikan. (Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Dasar, 2016: 1), Penanaman budaya membaca melalui program GLS menuntut peran serta sekolah sebagai organisasi pendidikan untuk menumbuhkan budaya membaca pada siswa. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 4 ayat 5 yang menjelaskan bahwa pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat.
Gerakan Literasi Sekolah yang ada di SD Negeri 1 Triharjo Kecamatan Gemuh Kabupaten Kendal, Gerakan Literasi Sekolah yang ada di SD Negeri 1 Triharjo Kecamatan Gemuh Kabupaten Kendal sudah berjalan tetapi belum terlaksana dengan baik seperti pojok baca yang belum dimanfaatkan dengan baik hanya sekedar ada tapi tidak digunakan selayaknya pojok baca, kemudian minat baca anak yang masih rendah untuk kelas rendah masih dibacakan oleh guru kelas sedangkan kelas tinggi sudah menggunakan metode membaca mandiri, antusias anak berkunjung keperpustakaan yang masih kurang ini menimbulkan permasalahan yang ada di SD Negeri 1 Triharjo Kecamatan Gemuh Kabupaten Kendal. Kemudian fakta yang ada dilapangan terdapat kegiatan pembiasaan membaca sebelum pembelajaran yakni dilakukan pembiasaan 15 menit membaca sebelum pembelajaran untuk meningkatkan minat baca pada siswa. Dimana guru dan siswa melakukan pembiasaan ini setiap hari pada kelas tinggi dan kelas rendah. Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah di SD Negeri 1 Triharjo Kecamatan Gemuh Kabupaten Kendal terlihat aktivitas sebagai berikut: (1) Menyanyikan lagu Indonesia Raya sebelum pembelajaran, (2) membaca Asmaul Husna, (3) kegiatan 15 menit membaca setiap hari sebelum jam pelajaran dimulai. Sehubungan dengan latar belakang diatas, maka penulis melakukan penelitian guna menganalisis pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah yang judul “Analisis Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah Di SD Negeri 1 Triharjo Kecamatan Gemuh Kabupaten Kendal”
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan. Penelitian ini menggunakan Kualitatif Deskriptif, pengumpulan data beberapa instrume, antara lain: observasi, wawancara, angket, dan dokumentasi. Instrumen-instrumen tersebut diberikan kepada kepala sekolah, guru kelas, dan siswa setelah dan saat pelaksanaan pembiasaan membaca sebelum pembelajaran dimulai.
Menurut Sugiyono (2015: 15) metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting); metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandasan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alami. sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta (participan observation), wawancara mendalam (in depth interview) dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data adalah wawan- cara, pengamatan, dan analisis dokumen. Adapun instrumen yang digunakan adalah peneliti sendiri sebagaimana menjadi ciri dari penelitian kualitatif. Instrumen pendukung berupa pedo- man wawancara terstruktur dan tidak terstruktur, lembar observasi profil sekolah, lembar observasi interaksi anak, angket untuk guru, dan anak. Ana- lisis dokumen dilakukan dengan mengumpulkan data-data terkait dokumen sekolah seperti profil sekolah, visi misi sekolah, tata tertib sekolah, jur- nal kegiatan anak di sekolah
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan penjabaran mengenai hasil temuan yang telah dilakukan oleh peneliti bahwa pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah di SD Negeri 1 Triharjo sudah dilaksanakan disemua kelas dari kelas I samapai dengan kelas VI. Gerakan Literasi Sekolah yang dilaksanakan di SD Negeri 1 Triharjo sudah melakukan pembiasaan sudah baik dan berjalan sesuai pembiasaan dengan rata- rata skor 68,00%, sarana dan prasarana yang dimiliki sangat baik dengan skor 89,90% akan tetapi penggunaan sarana dan prasarana kurang seperti pengunaan pojok baca yang tidak digunakan selayaknya pojok baca dan pemahaman dikelas rendah tentang pojok baca yang belum memahami penggunaan pojok baca, akan tetapi penyediaan sudah sangat baik untuk pendukung pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah dalam keikutsertaan Guru dan siswa dikelas tinggi dan kelas rendah sudah sangat baik dengan skor 87,20%, keikutsertaan siswa dalam kegiatan membaca sudah sangat baik dengan hasil angket yang diperoleh danhasil observasi yang dilakukan peneliti.
Kegiatan pembiasaan membaca 15 menit sebelum pembelajaran pada saat ini masih dalam tahap pembiasaaan dan sudah mencapai tahap pengembangan. Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah dilakukan pembiasaan membaca 15 menit sebelum pembelajaran. Sebelum melakukan kegiatan Gerakan Literasi Sekolah siswa melakukan pembiasaan membaca doa Asmaul Husna, kemudian menyanyikan lagu nasional lalu menyanyikan mars PPK lalu dilaksanakan pembiasaan membaca 15 menit sebelum pembelajaran. Pada kelas tinggi khususnya kelas IV, V, dan VI menggunakan pembiasan membaca dalam hati dan untuk kelas rendah masih menggunakan metode membaca nyaring.
Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah pada tahap pembiasaan sudah baik hal ini dibuktikan bahwa siswa melakukan kegiatan membaca 15 menit sebelum pembelajaran dimulai dengan membaca nyaring dan membaca dalam hati. Untuk kelas tinggi di SD 1 Triharjo untuk kelas tinggi yakni kelas IV, V dan kelas VI diadakan pembiasaan safari setiap hari selasa, rabu, dan kamis, kegiatan ini dijadwalkan untuk kelas IV dijadwalkan hari selasa, kemudian kelas V dijadwalkan hari rabu dan untuk kelas VI dijadwalkan hari kamis, hal ini dilakukan oleh guru supaya memudahkan dan memantau siswa dalam kegiatan safari membaca ini. kegiatan safari membaca ini dilakukan di luar kelas diarea sekolah karena sekolah memiliki area membaca yang tepat untuk kegiatan membaca seperti dekat sawah, dan belakang sekolah yang asri. Dalam hal ini ada tempat lain untuk siswa membaca selain di dalam kelas, seperti perpustakaan, dan lingkungan sekolah dengan mengikuti kegiatan safari membaca.
Dalam hal fisik sekolah mampu dikatakan sekolah literasi bukan sekolah yang terlihat kaya akan tetapi sekolah yang mampu melaksanakan kegiatan pembiasaan membaca 15 menit sebelum pembelajaran dan sekolah yang memiliki sarana prasarana yang baik, seperti perpustakan, pojok baca, buku bacaan, serta penunjang lainnya berupa taman baca, UKS, dan kantin sekolah. Pada tahap pengembangan sudah mulai terlaksana dengan baik. Sudah mulai dilakukan membaca 15 menit sebelum pembelajaran dimulai yang dilakukan oleh siswa dan guru. Guru masih ikut serta dalam kegiatan pembiasaan membaca di kelas rendah dan di kelas tinggi. Untuk kelas rendah guru masih membacakan buku non pembrlajaran. Di kelas I, II, dan III guru masih membacakan buku bacaan dan masi mengajari cara membaca dengan ejaan yang baik. Untuk kelas IV, V, dan VI siswa sudah menggunakan membaca dalam hati dan guru sudah tidak membacakanbuku bacaan, untuk kelas tinggi tagihan non akademik seperti kegiatan menanggapi isi bacaan buku sudah dilakukan, dikelas rendah masih menghunakan membaca nyaring dan membaca bersamaan.
Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah dalam aspek membantu guru yakni banyak sekali sarana dan prasarana yang harus dioptimalkan. Menurut Abidin (2017: 289-296). Sarana dan prasarana sekolah adalah modal dasar keempat bagi terciptannya sekolah literasi. Sekolah yang dikatakan literasi buakan sekolah yang kaya akan tetapi sekolah bisa dikatakan sekolah literasi merupana sekolah yang mampu memberikan sarana dan prasarana yang memenuhi seperti, buku bacaan, perpustakaan, pojok baca, pusat literasi, serta sarana dan prasarana yang terkait dengan budaya literasi di sekolah. Ruang lingkup kelas, telah banyak di- uraikan di atas bahwa ruang kelas harus benar-benar mendukung gerak anak. Penggunaan bangku dan kursi harus sesuai ukuran dan kenyamanan anak. Begitu juga pemilihan warna cat sebisa mungkin sesuai warna anak, cerah dan menye- nangkan sehingga dapat merasa senang berada di kelas, tidak lekas bosan. ( Kusdaryani 2016: 125)
Sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan Gerakan Literasi Sekolah yang ada di SD Negeri 1 Triharjo yakni seperti buku bacaan, perpustakaan, pojok baca, kemudian dalam hal kunjungan keperpustakaan di SD Negeri 1 Triharjo belum dijadwalkan untuk setiap kelas namun ditinjau setiap kelas guru dianjurkan untuk memberikan penyuluhan kepada siswa untuk datang keperpustakaan kemudian melaksanakan kegiatan pembiasaan membaca, namun Ruangan yang disediakan untuk membaca yakni ruang kelas, perpustakaan, pojok baca dan lingkungan sekolah.
Berdasarkan hasil observasi dapat disajikan pola pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah sebagai hasil kategorisasi yang diidentifikasi berdasarkan persamaan dan perbedaan pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah di kelas I sampai dengan kelas VI di SD Negeri 1 Triharjo Kecamatan Gemuh Kabupaten Kendal sebagai berikut:
Persamaan Dan Perbedaan Pelaksaan Gerakan Literasi Sekolah di SD N 1 Triharjo
No | Aspek | Persamaan | Perbedaan |
1. | Proses pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah | 1. Melakukan pembiasaan 15 menit membaca sebelum pembelajaran
2. Mempunyai metode dalam kegiatan pembiasaan membaca sebelum pembelajaran |
3. Di kelas rendah menggunakan mmetode membaca nyaring sedangkan di kelas tinggi membaca menggunakan metode membaca dalam hati
4. Di kelas rendah masih dibacakan oleh guru kelas 5. Dikelas tinggi memiliki kegiatan membaca safari |
2. | Sarana dan prasarana pendukung | · Terdapat poster disetiap kelas
· Terdapat rak buku dan pojok baca di semua kelas |
– |
3. | Antusias siswa dalam pelaksanaan GLS | · Guru melakukan umpan balik kepada siswa | · Di kelas rendah siswa hanya melakukan kegiatan pembiasaan 15 menit membaca sebelum pembelajaran.
· Kelas tinggi membuat ringkasan setelah pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah · Dikelas tinggi siswa memberi tanggapan terhadap isi buku |
Berdasarkan tabel 4.5 terdapat persamaan serta perbedaan yang terdapat dari pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah yang ada di kelas tinggi dan kelas rendah. Dari aspek pelaksanaan terdapat persamaan yakni semua kelas melakukan pembiasaan 15 menit membaca sebelum pembelajaran serta disemua kelas guru memiliki metode dalam kegiatan pembiasaan 15 menit membaca sebelum pembelajaran, akan tetapi metode yang dilakukan yakni berbeda beda, hal ini dikategrikan dalam bentuk perbedaan yakni perbedaan metode. Di kelas tinggi menggunakan metode membaca dalam hati, untuk kelas rendah menggunakan metode membaca nyaring. Di SD Negeri 1 Triharjo juga terdapat membaca safari untuk kelas tinggi hal ini termasuk dalam perbedaan dalam proses pelaksanaann.. Pengembangan sarana literasi membutuhkan sumber daya yang memadahi. Partisipasi publik seperti komite sekolah, kepala sekolah, guru, siswa, serta orang tua itu sendiri. Berdasarkan kondisi ini, pembiasaan membaca dapat menjadikan pemahaman yang lebih baik, dengan membaca dapat menjadikan wawasan serta pemahaman lebih baik. Pembelajaran membaca pada dasarnya adalah mengkreasikan berbagai aktivitas membaca, agar siswa mencapai tujuan yang direncanakan. Kemudian dari jabaran diatas peneliti membuat pola pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah di SD Negeri 1 Triharjo Kecamatan Gemuh Kabupaten Kendal sebagai berikut:
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan dalam bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut, Berdasarkan hasil pengamatan hasil observasi, wawancara dan penyebaran angket yang telah dilakukan oleh peneliti, Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah yang ada di SD Negeri 1 Triharjo Kecamatan Gemuh Kabupaten Kendal sudah berjalan dengan baik, hal ini dibuktikan bahwa siswa melakukan kegiatan membaca 15 menit sebelum pembelajaran dimulai di kelas I sampai dengan kelas VI melaksanakan kegiatan Gerakan Literasi Sekolah. Pada tahap pembiasaan sudah berjalan dengan baik. Dalam kegiatan membaca siswa sudah menggunakan membaca dalam hati dan membaca nyaring untuk kelas tinggi dan kelas rendah masih menggunakan membaca bersama-sama. Terdapat pojok baca disetiap kelas dan dikelas. Kemudian dikelas tinggi kelas IV, V, dan kelas VI mempunyai kegiatan membaca safari. Untuk tahap pembiasaan sudah berjalan dengan baik dan untuk target kurikulum 2013 masih akan diadakan.
Saran
`Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan beberapa saran. Saran ini dimaksudkan ditunjukan kepada berbagai pihak, yaitu:
- Bagi Kepala Sekolah, diharapkan mampu menjadikan sekolah yang memiliki literasi yang tinggi, dapat menjadikan minat baca anak bertambah
- Bagi Guru, diharapkan guru mampu memberikan metode yang menarik dalam melaksanakan Gerakan Literasi Sekolah agar siswa lebih tertarik dalam mengikuti pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah.
- Bagi Sekolah, diharapkan sekolah mampu meningkatkan sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan Gerakan Literasi Sekolah seperti pojok baca, perpustakaan yang indah dan buku bacaan yang menarik agar meambah minat membaca anak bertambah.
- Bagi Siswa, diharapkan siswa lebih sering melakukan kegiatan membaca dan menggunakan waktu luang untuk membaca agar mendapatkan pengetahuan yang luas.
- Bagi pembaca, diharapkan dengan membaca skripsi ini mampu memahami bagaimana cara meningkatkan minat membaca dengan pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Yunus dkk.2017. Pembelajaran Literasi Strategi Meningkatkan Kemampuan Literasi Matematika, Sains, Membaca, dan Menulis. Jakarta: Bumi Aksara.
Antoro, Billy. 2017. Gerakan Literasi Sekolah dari Pucuk Hingga Akar Sebuah Refleksi. Jakarta:Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementrian Kebudayaan.
Endraswara, Suwardi. 2017. Literasi Sastra (teoti, Model, dan Terapan). Yogyakarta: morfalingua.
Fanata, Muhammad Randy dkk.2017. Materi Pendukung Literasi Sains.Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kasman, Thamrin dkk. 2016. Panduan Gerakan Literasi Sekolah Di Sekolah Dasar.Jakarta: Direktorat Pembinaan sekolah Dasar.
Kusdaryani, Wiwik dkk.2016.”Penguatan Kultur Sekolah Untuk Mewujudkan Pendidikan Ramah Anak”. Diterbitkan. Universitas Negeri Yogyakarta. https://journal.uny.ac.id/index.php/cp/article/view/8383/pdf