ANALISIS POLA ASUH ORANG TUA DITINJAU DARI USIA IBU

PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN

 

Eko Sumaryati

Mahasiswa PG-PAUD Universitas PGRI Semarang (UPGRIS)

Purwadi

Dwi Prasetiyawati Diyah Hariyani

Dosen Universitas PGRI Semarang (UPGRIS)

 

ABSTRAK

 Peranan orang tua dalam keluarga sangat penting terlebih peranan ibu. Ibu merupakan salah satu anggota keluarga yang terdekat dengan anak, salah satu peran ibu adalah dalam pengasuhan, salah satu faktor yang mempengaruhi pola asuh adalah usia ibu. Pola asuh orang tua pada anak usia 5-6 tahun di TK Islam Mutiara Ibunda berbeda antara ibu yang satu dengan lainnya. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pola asuh orang tua. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Metode dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Data yang dikumpulkan bukan berupa angka- angka melainkan data tersebut berasal dari naskah wawancara, dokumen pribadi, dan dokumen resmi lainnya. Penelitian ini berlokasi di TK Islam Mutiara Ibunda Semarang.  Hasil penelitian dilakukan terhadap orang tua siswa kelompok B yaitu ibu yang berusia 25-41 tahun di TK Islam Mutiara Ibunda menunjukkan bahwa responsiveness (kehangatan) orang tua terhadap anak tinggi, orang tua memberikan kebutuhan, mendampingi anak ketika belajar dan bermain, dan mendukung kegiatan positif yang dilakukan anak, memiliki waktu luang kepada anak, dapat berkomunikasi dengan baik kepada anak, serta memberikan penghargaan terhadap keberhasilan anak. Demandingness (tuntutan) orang tua kepada anak juga tinggi terhadap aktivitas anak bertujuan untuk dapat mengawasi kegiatan anak.

 Kata Kunci: Pola asuh, Orang Tua, Usia Ibu

 

PENDAHULUAN

Undang-Undang Republik Indonesia tentang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, Bab I Pasal 1 ayat 13, menyebutkan bahwa pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1, Pasal 1, Butir 14 bahwa Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Jannah (2012:1) menyatakan pendidikan pertama yang diperoleh anak diawal kehidupannya berasal dari keluarga khususnya orang tua, dimana pendidikan yang diberikan itu bisa dalam bentuk pola asuh. Pola asuh menurut Rahmi dan Yenita (2018:39) merupakan pola interaksi orang tua dengan anak dalam pendidikan karakter anak.

Menurut Depkes RI 2009b dalam (Aji dkk, 2016:3) pengasuhan dilakukan orang tua khususnya ibu. Ibu merupakan seorang anggota keluarga yang menentukan tumbuh kembang balita, terutama fisik, sosial, dan emosionalnya, yang tergantung kuantitas dan kualitas dari interaksi antara anak dan orang tua, pola mendidik anak, pemberian perhatian dan pemenuhan kebutuhan anak tersebut.

Peneliti melakukan pengamatan awal pada ibu dari anak usia 5-6 tahun, pengamatan dimulai dari peran ibu kepada anak ketika di sekolah. Hasil pengamatan awal ditemukan antara lain; 1) Ibu mengantar anaknya sampai masuk ke dalam kelas sekaligus membawakan tas 2) Ibu mengantar anak hanya sampai gerbang sekolah, 3) Ibu yang mengantarkan bekal anaknya yang tertinggal, 4) Ibu yang sering terlambat mengantarkan anaknya masuk sekolah, 5) Ibu menjemput anak tepat waktu, 6) Ibu selalu berinteraksi dengan guru.

Rahmi dan Yenita (2018: 44) menyatakan bahwa usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kematangan emosional seseorang. Semakin bertambah usia seiring juga bertambahnya pula pengalaman yang dimiliki, sehingga akan membantu kesiapan seseorang untuk menjalankan peran sebagai orang tua. Mampu mengarahkan pola asuh anak untuk membentuk kepribadian anak yang baik berdasarkan pemahamannya tentang cara mengasuh anak.

Peneliti berinisiatif berusaha mendapatkan informasi lebih lanjut dengan melakukan wawancara kepada kepala sekolah, guru dan orangtua. Berdasarkan paparan di atas penulis tertarik untuk melakukan sebuah penelitian yang berjudul “ Analisis Pola Asuh Orang Tua Ditinjau Dari Usia Ibu Pada Anak Usia 5-6 Tahun di TK Islam Mutiara Ibunda Semarang”.

METODE PENELITIAN

Penelitian Analisis Pola Asuh Orang Tua Ditinjau Dari Usia Ibu pada Anak Usia 5-6 tahun di TK Islam Mutiara Ibunda Semarang menggunakan metode penelitian kualitatif. Lokasi dalam penelitian ini yaitu TK Islam Mutiara Ibunda Semarang dengan fokus penelitian pada orang tua khususnya ibu dari siswa kelompok B. Subjek penelitian adalah 17 ibu dari siswa kelompok B. Sumber primer adalah sumber data yang diperoleh peneliti secara langsung dan sumber sekunder sumber merupakan sumber yang diperoleh peneliti secara tidak langsung misalnya berupa dokumentasi Sugiyono (2015: 137). Data primer dalam penelitian ini diperoleh berupa kata-kata atau ucapan lisan dari kepala sekolah, guru, dan orang tua siswa melalui wawancara. Data sekunder diperoleh dari dokumen, foto, observasi dan data lainnya sebagai pelengkap data yang berfokus pada analisis pola asuh orang tua ditinjau dari Usia Ibu pada Anak Usia 5-6 tahun di TK Islam Mutiara Ibunda. Sumber data utama dalam penelitian kualitatif dikemukakan oleh Lofland dan Lofland dalam Moleong (2017: 157) ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yakni wawancara dan dokumentasi. Pengujian keabsahan data penelitian ini menggunakan pengujian kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan triangulasi dan member check. Hasil pengumpulan data yang diperoleh melalui teknik wawancara dan dokumentasi. Teknis analisis tersebut terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan data Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2015: 246).

 

 

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Hasil Penelitian

Karakteristik responden

5.88
11.76
5.88
11.76
17.65

Diagram 1. Usia ibu

Responden pada penelitian ini adalah ibu pada anak usia 5-6 tahun. Pada data tersebut menunjukkan bahwa responden merupakan usia ibu dewasa, dari 17 responden, 5,88 % responden berusia berusia 27 tahun, 11,76% responden berusia 30 tahun, 5,88 %, ibu yang berusia 31 tahun sebanyak 5,88%, ibu yang berusia 32 tahun sebanyak 5,88%, dapat terlihat pada usia 33 tahun yaitu 17,65% dan usia 40 tahun sebanyak 17.65%. Pada usia 35 tahun dan 41 tahun sebanyak 5,88% sedangkan pada usia 36 tahun sebanyak 11,76%.

23.53
17.65
41.18
5.88
11.76

Diagram 2. Pendidikan Ibu

Tingkat pendidikan ibu terlihat bahwa terbanyak memiliki pendidikan SMA sebanyak 41, 18%, selanjutnya S1 sebanyak 23, 53%, D3 sebanyak 17,65 %, SMP sebanyak 11,76%, dan ibu yang berpendidikan SD sebanyak 5,88%. Pendidikan Ibu dalam diagram diatas menunjukkan tinggi.

64.71
17.65
11.76
5.88
 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Diagram 3 Pekerjaan Ibu

Data diatas menunjukkan bahwa dari 17 responden, 64, 71% adalah ibu rumah tangga, 17,65 % responden berprofesi sebagai karyawati, 11,76% responden berprofesi sebagai wiraswasta dan 5,88% berprofesi sebagai seorang pendidik (guru).

Pola asuh merupakan hubungan yang dibangun antara orang tua dengan anak, dalam rangka membentuk kepribadian anak. Pengasuhan anak dipengaruhi oleh berbagai hal termasuk usia ibu, karena kedewasaan ibu berperan dalam merespon anak dalam berbagai hal. Pola asuh yang baik antara orang tua dan anak akan merangsang perkembangan anak. Pada pola asuh sendiri ada tiga tipe yaitu pola asuh yaitu demokratis, pola asuh otoriter, dan pola asuh permisif.

Pola asuh dalam penelitian ini meliputi dua aspek, yakni responsiveness (kehangatan) dan demandingness (tuntutan) yang dilakukan oleh orang tua kepada anak. Berdasarkan data hasil wawancara, maka hasil penelitian adalah sebagai berikut:

Dimensi responsiveness (kehangatan)

Pada dimensi ini didapati bahwa sikap ibu tinggi terhadap anaknya, hal tersebut diwujudkan dalam bentuk memperhatikan kebutuhan anak, ibu mengungkapkan bahwa ibu selalu memberikan kebutuhan makan yang penting pada masa pertumbuhan anak, hal ini seperti disampaikan oleh Rosa dalam wawancaranya yang mengatakan bahwa ibu memastikan kualitas makanan anak-anak dan selalu berdiskusi terkait menu makanan. Ibu juga memiliki waktu bersama anak mendampingi anak-anak ketika balajar dan bermain bahkan mengantar dan menjemput anak ketika sekolah. Pujian dan penghargaan juga diberikan ibu kepada anak disertai dengan peluk dan cium ketika anak sudah dapat melakukan kegiatan seperti merapikan tempat tidur. Komunikasi yang jelas antara ibu dan anak juga dilakukan dengan baik, ibu bertukar cerita bersama anak diwaktu menjelang tidur seperti yang disampaikan oleh Dwi dalam wawanacaranya. Rosa dalam wawancaranya menyampaikan bahwa mendengarkan pendapat anak, anak bercerita kepada orang tua sebagai bagian dari memenuhi kebutuhan psikis anak.

 

 

Dimensi demandingness (tuntutan)

Sikap ibu pada dimensi demandingness (tuntutan) juga tinggi, hal ini dapat dilihat dari ibu menuntut anak mengoptimalkan kemampuan sendiri, kemampuan membaca dan menulis, anak dituntut bisa membaca dan menulis, ibu menganggap bahwa itu merupakan tuntutan ketika anak sudah memasuki jenjang sekolah dasar, hal ini disampaikan oleh Esti dalam wawancara, bahkan beliau juga mendatangkan guru les agar anak dapat membaca dan menulis. Ibu mengontrol ketat aktivitas anak, aktivitas seperti bermain hujan-hujanan, bermain air, tujuan mengontol untuk mengawasi kegiatan anak.

Ibu membuat peraturan yang harus dipatuhi anak, pada anak usia dini, kegiatan bangun pagi, sarapan pagi, dan tidur siang merupakan beberapa dari hal untuk mendukung tumbuh kembang anak. Wawancara yang dilakukan oleh seorang ibu yang bernama Dian menyatakan bahwa anaknya memiliki masalah dalam kesehatan terutama kesehatan pencernaan, jadi makan teratur khususnya sarapan pagi menjadi peraturan wajib yang dilakukan oleh anak untuk menjaga kondisi tubuhnya. Peraturan ibu terkait bangun pagi, sarapan pagi,dan tidur siang merupakan hal baik yang dapat menumbuhkan anak menjadi pribadi yang sehat. Pada kenyataan dilapangan ibu membuat peraturan tersebut tetapi dalam penerapannya sangat luwes sambil memperhatikan kondisi anak.

Analisis dan Pembahasan

Peranan orang tua dalam keluarga sangatlah penting terlebih peranan ibu. Ibu merupakan salah satu anggota keluarga yang terdekat dengan anak, dimana anak sudah mengenal ibu dari sejak dalam kandungan sampai anak lahir dan tumbuh. Gustian dkk (2018: 375) menjelaskan bahwa peran sentral ibu sebagai pemberi kasih sayang, memperhatikan tumbuh kembang anak, baik kesehatan fisik-psikologis, termasuk menciptakan kehangatan dalam rumah tangga tidak dapat digantikan begitu saja oleh orang lain/keluarga. Ini artinya bagi ibu-ibu yang bekerja perlu kemampuan khusus dalam mengatur waktu dan perhatian antara rumah tangga dan pekerjaan. Salah satu peran ibu adalah dalam pengasuhan. Bentuk pola asuh yang tepat akan menstimulasi perkembangan anak. Pengasuhan memiliki dua dimensi yaitu dimensi responsiveness (kehangatan) dan dimensi demandingness (tuntutan). Menurut Baumrind dalam Haeriyah (2018:186), mayoritas orang tua menampilkan satu tipe pola asuh terhadap anaknya (meski kadang juga menerapkan lebih dari satu tipe namun ada satu tipe yang dominan). Klasifikasi atas tipe pola asuh, dalam penilaian Baumrind ditentukan dari tingkat respon dan kontrol orang tua terhadap anaknya.

Dimensi kehangatan antara lain dengan sikap orang tua senantiasa dapat berkomunikasi jelas kepada anak dalam hal mendengarkan pendapat anak dan bertanya tentang keadaan anak, memperhatikan kebutuhan anak, membersamai kegiatan anak, memberikan penghargaan atas keberhasilan yang dilakukan anak. Orang tua dengan dimensi sikap dukungan yang tinggi terhadap anak akan menimbulkan hubungan yang hangat antara anak dan orang tua, anak akan menganggap orang tua layaknya teman sehingga anak dapat percaya penuh kepada orang tua. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Baumrind dalam Agustina (2017:211) bahwa dalam dimensi ini memperlihatkan seberapa besar orang tua bersikap mendukung dan peka terhadap kebutuhan anak serta kesediaan untuk memberikan kasih sayang dan pujian ketika mereka berhasil mencapai harapannya.

Dimensi demandingness (tuntutan) merupakan dimensi yang ditunjukkan orang tua dalam bentuk pengawasan, tuntutan terhadap anak dan peraturan yang harus dipatuhi anak. Kontrol yang dilakukan orang tua terhadap anak sebatas sesuai dengan kondisi anak merupakan bentuk kontrol yang baik seperti penelitian diungkapkan Widiana (2018:12) bahwa kontrol dari orangtua dibutuhkan untuk mengembangkan anak agar anak menjadi individu yang kompeten baik secara intelektual maupun sosial.

SIMPULAN

Berdasarkan penelitian dan pembahasan, kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian bahwa Pola Asuh memiliki dua dimensi yaitu dimensi responsiveness (kehangatan) dan dimensi demandingness (tuntutan) diperoleh hasil yaitu pada dimensi dukungan, dukungan yang diberikan ibu sangat tinggi kepada anak. Ibu mendukung aktivitas anak dengan cara memenuhi kebutuhan anak, berkomunikasi dengan jelas kepada anak, memiliki waktu luang bersama anak serta memberikan penghargaan berupa pujian, nasehat, penguatan melalui kata-kata positif dan sikap.

Pada dimensi tuntutan didapati temuan bahwa sikap ibu tinggi. Ibu menuntut anak untuk bisa membaca dan berhitung, tetapi pada aktivitas anak, ibu tidak melakukan kontrol yang ketat. Pola asuh orang tua pada penelitian ini antara dukungan dan kontrol adalah tinggi, hal ini menunjukkan bahwa orang tua memberikan dukungan yang tinggi kepada anak dan tidak lupa untuk selalu melakukan kontrol yang tinggi sebagai upaya pengawasan terhadap anak.

Berdasarkan kesimpulan, maka saran yang dapat disampaikan bagi orang tua hendaknya tetap mempertahankan dukungan kepada anak, kontrol terhadap aktivitas anak tetap dipertahankan untuk mengetahui kegiatan anak dan memberikan pengawasan. Tuntutan yang tinggi terhadap kemampuan membaca dan berhitung, sebaiknya dirubah dengan memberikan kegiatan yang mengasikkan yang merangsang anak untuk dapat membaca di usia dini. Bagi Sekolah hendaknya sering mengadakan kegiatan sekolah orang tua yang dapat menambah pengetahuan orang tua tentang pengasuhan. Bagi Guru adalah kerjasama dengan orang tua, bersinergi untuk merangsang tumbuh kembang anak.

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Yeni Anna Appulembang. 2017.Pengaruh Pola Asuh terhadap Kualitas Hidup Siswa Pelaku Tawuran. Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni. Vol.1, No., April 2017: hlm 210-215

Aji, Dimas Setiyo Kusuma., Erna Kusuma Wati., dan Setiyowati Rahardjo. 2016. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Pola Asuh Ibu Balita di Kabupaten Banyumas. Jurnal Kesmas Indonesia. Vol.8, No.1, Januari, Hlm. 1-15.

Gustian, Diki., Erhamwilda., Enoh. 2018. Pola Asuh Anak Usia Dini Keluarga Muslim Dengan Ibu Pekerja Pabrik. Ta’dib: Jurnal Pendidikan Islam, Vol.7 No. 1

Haeriah, Baiq. 2018. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kemandirian Anak Kelompok B Taman Kanak-Kanak PGRI Gerunung Tahun Pelajaran 2017/2018. Jurnal Ilmiah Mandala Education, Vol. 4, No.1, April 2018

Jannah, Husnatul. 2012. Bentuk Pola Asuh Orang Tua dalam Menanamkan Perilaku Moral pada Anak Usia di Kecamatan Ampek Angkek. Jurnal Pesona PAUD. Vol. 1, No. 1.

Moleong, Lexy J. 2017. Metodeologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Cetakan 36. Bandung: Rosdakarya.

Rahmi, Rifa. Dan Riski Novera Yenita. 2018. Pola Asuh antara Ibu yang Menikah Usia Dini dengan Ibu yang Menikah Usia Dewasa di Wilayah Kerja Puskermas Tapung Hilir 2 Kanupaten Kampar. Jurnal Curricula. Vol. 3, No. 1, hlm. 39-45.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Widiana, Dinar.,Krismi Diah Ambarwati. 2018. Pola Asuh Orangtua Yang Memiliki Anak Berkebutuhan Khusus (Tunarungu) Di Boyolali.

ADIWIDYA, Vol. 2, No. 1, November 2018.