PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYUSUN

ANALISIS SWOT SEKOLAH

DENGAN PENDEKATAN COOPERATIVE LEARNING TIPE KELILING KELOMPOK

BAGI KEPALA SEKOLAH TK/RA

DALAM RANGKA MENGEMBANGKAN SEKOLAH

DI WILAYAH GUGUS MELATI

DABIN I UPTD PENDIDIKAN MANISRENGGO KLATEN

TAHUN 2010/2011

Jumini

Pengawas UPTD Pendidikan Manisrenggo Klaten

ABSTRAK

Penelitian ini mengkaji dampak dari pendekatan cooperative learning tipe keliling kelompok untuk meningkatkan kemampuan menyusun analisis SWOT bagi kepala TK/RA dalam rangka pengembangan sekolah di wilayah Gugus Melati Dabin I UPTD Pendidikan Manisrenggo Klaten tahun pelajaran 2010/2011. Jenis penelitian adalah Penelitian Tindakan Sekolah (PTS), dengan prosedur penelitian: perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, serta analisis dan refleksi. Teknik pengumpulan data menggunakan: observasi, wawancara, penugas-an, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan analisis interak-tif dan deskriptif. Hasil penelitian menyimpulkan: (1) Diskusi de-ngan pendekatan cooperative learning tipe keliling kelompok mampu meningkatkan antusias kepala TK/RA untuk menyusun analisis SWOT sekolahnya di wilayah Gugus Melati Dabin I UPTD Pendidikan Manisrenggo Klaten, karena mereka mendapatkan tambahan pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi upaya pengembangan sekolahnya masing-masing; (2) Diskusi dengan pendekatan cooperative learning tipe keliling kelompok sangat efektif meningkatkan kemampuan kepala TK/RA menyusun analisis SWOT di wilayah Gugus Melati Dabin I UPTD Pendidikan Manisrenggo Klaten, karena peserta yang mendapat skor lebih dari 75 mencapai lebih dari 80% dari seluruh peserta.

Kata Kunci : Pendekatan Cooperative Learning, Tipe Keliling Kelompok, Analisis SWOT.

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Tujuan utama penggunaan perencanaan strategi adalah untuk menyiagakan suatu organisasi terhadap berbagai ancaman dan peluang eksternal yang mungkin membutuhkan tanggapan di masa mendatang yang dapat diduga. Dengan kata lain, tujuan utama dari perencanaan strategis adalah mempersiapkan organisasi memberi tanggapan secara efektif kepada dunia luar sebelum krisis. Setelah mengembangkan menyusun misi dan mengembangkan misinya, kemudian mengarsipkan daftar peluang dan ancaman eksternal maupun kekuatan dan kelemahan internal. Dengan urutan yang berbeda, daftar peluang merupakan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat), merupakan perencanaan strategis yang popular.

Analisis SWOT merupakan analisis dari kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan dari suatu organisasi serta peluang dan ancaman di lingkungan eksternalnya. Organisasi harus membuat analisis SWOT dengan menekankan kepada kekuatannya untuk menutupi atau mengalahkan kelemahannya. Juga menggunakan peluang-peluang yang terlihat dari analisis tersebut, untuk menutupi segala ancaman yang ada di lingkungan eksternalnya. (http://ekonomi.kompasiana.com, diak-ses tanggal 21 Desember 2010).

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, penulis tertarik untuk melakukan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) dengan mengambil judul “Peningkatan Kemampuan Menyusun Analisis SWOT Sekolah Melalui Pendekatan Cooperative Learning Tipe Keliling Kelompok bagi Kepala TK/RA dalam rangka Mengembangkan Sekolah di Wilayah Gugus Melati Dabin I UPTD Pendidikan Manisrenggo Klaten Tahun Pelajaran 2010/2011”.

Rumusan Masalah

Permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pelaksanaan pendekatan cooperative learning tipe keliling kelompok untuk meningkatkan kemampuan Kepala TK/RA menyusun analisis SWOT dalam rangka mengembangkan sekolah di wilayah Gugus Melati Dabin I UPTD Pendidikan Manisrenggo Klaten tahun pelajaran 2010/2011?

2. Apakah melalui pendekatan cooperative learning tipe keli-ling kelompok dapat meningkatkan kemampuan Kepala TK/RA menyusun analisis SWOT dalam rangka mengembangkan sekolah di wilayah Gugus Melati Dabin I UPTD Pendidikan Manisrenggo Klaten tahun pelajaran 2010/2011?

Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui:

1. Pelaksanaan pendekatan cooperative learning tipe keliling kelompok untuk meningkatkan kemampuan Kepala TK/RA menyusun analisis SWOT dalam rangka mengem-bangkan sekolah di wilayah Gugus Melati Dabin I UPTD Pendidikan Manisrenggo Klaten tahun pelajaran 2010/2011.

2. Efektivitas pendekatan cooperative learning tipe keliling kelompok dapat meningkatkan kemampuan Kepala TK/RA menyusun analisis SWOT dalam rangka mengembangkan sekolah di wilayah Gugus Melati Dabin I UPTD Pendidikan Manisrenggo Klaten tahun pelajaran 2010/2011.

Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini adalah untuk:

a. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu meng-hasilkan beberapa prinsip pengembangan sekolah secara efektif dan efisien melalui kemampuan analisis SWOT dalam rangka menyusun Rencana Pengembangan Seko-lah (RPS).

b. Sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya, yang tertarik untuk mengkaji lebih mendalam mengenai peningkatan kepala sekolah dalam mengembangkan sekolah.

c. Bagi sekolah atau pengelola pendidikan, penelitian ini dapat menjadi masukan untuk meningkatkan pengem-bangan sekolah, sehingga berdampak pada peningkatan mutu pendidikan.

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Landasan Teori

1. Rencana Pengembangan Sekolah

Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) yang efektif dapat dipandang sebagai suatu proses yang dapat digunakan oleh pengawas dan kepala sekolah untuk membayangkan, menvisualisasikan masa depan sekolahnya, kemudian me-ngembangkan struktur, staf, prosedur, operasional, serta pengendaliannya sehingga gemilang sekolah mampu mewu-judkan visi dan misinya.

Sedikitnya terdapat lima aspek penting yang harus diperhatikan dalam Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) yang baik, yaitu:

a. Analisis SWOT untuk memahami posisi sekolah.

b. Rumusan visi dan misi sekolah.

c. Seperangkat strategi untuk mencapai misi sekolah.

d. Rencana operasional untuk merealisasikan sasaran sekolah.

e. Kontrol terhadap pelaksanaan rencana operasional (Mulyasa, 2010: 29).

Berdasarkan pendapat di atas, maka langkah pertama yang harus dilakukan sebelum mengembangkan sekolah adalah melakukan analisis SWOT yaitu menganalisis lingkungan internal dan eksternal sekolah. Tujuan analisis SWOT ini adalah untuk mengetahui kekuatan, kelemahan internal sekolah, dan mengetahui peluang dan ancaman yang datang dari luar (eksternal).

Selain itu, Mercer (dalam Mulyasa, 2010: 49) mengemukakan beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam rencana pengembangan sekolah yang efektif sebagai berikut:

1. Setiap orang harus dilibatkan dalam proses perenca-naan, agar dapat meningkatkan pemahaman, kepe-dulian, dan komitmen mereka terhadap rencana yang dibuat.

2. Pada setiap tingkatan organisasi sekolah, ide-ide serta tujuan dan sasaran harus dirumuskan secara jelas.

3. Harus ada kejelasan tentang orang yang bertang-gung jawab dalam implementasi setiap aspek perencanaan yang telah dibuat.

4. Rencana pengembangan sekolah yang dikembangkan harus merupakan suatu siklus yang berjalan terus-menerus setiap tahun.

5. Rencana pengembangan sekolah akan membekali kepala sekolah dalam memilih keputusan penting dan strategis untuk menyusun jadwal kegiatan secara cepat dan tepat.

2. Analisis SWOT

Analisa SWOT adalah sebuah analisa yang dicetuskan oleh Albert Humprey pada dasawarsa 1960-1970an. Analisa ini merupakan sebuah akronim dari huruf awalnya yaitu Strenghts (kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunity (kesempatan) dan Threat (Ancaman).

Dalam analisis SWOT, terdiri dua analisis lingkungan strategis (analisis eksternal) dan analisis situasi sekolah (analisis internal). Menurut Mulyasa (2010:54) analisis ling-kungan strategis (analisis eksternal) sekolah meliputi kajian terhadap berbagai komponen yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup sekolah. Hal ini mencakup komponen geografis, demografis, ekonomi, soail, keamanan, budaya dan politik. Analisis situasi sekolah (analisis internal) meliputi komponen kontek, input, proses, output, dan outcome.

Metode analisa SWOT bisa dianggap sebagai metode analisa yang paling dasar, yang berguna untuk melihat suatu topik atau permasalahan dari 4 sisi yang berbeda. Hasil analisa biasanya adalah arahan/rekomendasi untuk memper-tahankan kekuatan dan menambah keuntungan dari peluang yang ada, sambil mengurangi kekurangan dan menghindari ancaman.

Membuat daftar kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman saja tidaklah cukup. Daftar itu harus dibahas, dianalisis, dibandingkan dan dipertentangkan secara cermat; dengan kata lain, “analisis SWOT” harus dikerjakan. Para perencana harus mencatat implikasi khusus bagi perumusan isu strategis dan strategis yang efektif, serta tindakan yang mungkin diperlukan dan mungkin diambil sebelum berakhirnya proses perencanaan strategis.

3. Cooperative Learning Tipe Keliling Kelompok

Falsafah yang mendasari cooperative learning (model pembelajaran gotong royong) dalam pendidikan adalah falsafah homo homoni socius Falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah makluk sosial. Kerjasama merupakan kebutuhan yang sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup. Tanpa kerjasama, tidak akan ada individu, keluarga, organisasi atau sekolah.

Roger dan David (dalam Lie, 2008: 31-35) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, ada lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan:

1) Saling ketergantungan positif

Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka.

2) Tanggung jawab perseorangan

Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran cooperative learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan metode kerja kelompok adalah persiapan guru dalam menyusun tugasnya.

3) Tatap muka

Setiap kelompok harus diberikan kesemptan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya dari pada hasil pemikiran dari satu kepala saja. Lebih jauh lagi, hasil kerjasama ini jauh lebih besar dari pada jumlah hasil masing-masing anggota.

4) Komunikasi antar anggota

Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak setiap siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.

5) Evaluasi proses kelompok

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajar terlibat dalam kegiatan pembelajaran cooperative learning.

Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah bahwa diskusi analisis SWOT dapat meningkatkan kemampuan Kepala TK/RA dalam mengembangkan sekolah secara efektif dan efisien.

METODOLOGI PENELITIAN

Setting Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tahun pelajaran 2010/2011. Penelitian ini dilakukan selama bulan Januari s.d Februari 2011. Selama penelitian tersebut peneliti mengumpulkan para kepala TK/RA yang ada di wilayah Gugus Melati Dabin I UPTD Pendidikan Maninsrenggo Klaten untuk diberikan pengarahan dan melakukan diskusi dengan pendekatan cooperative learning tipe keliling kelompok untuk menyusun analisis SWOT terhadap sekolahnya masing-masing. Pelaksanaan diskusi dilakukan setiap hari Sabtu jam 10.00 sd/12.00 WIB. bertempat di aula UPTD Pendidikan Maninsrenggo Klaten.

Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Seko-lah (PTS). Penelitian tindakan sekolah (PTS) merupakan suatu cara memperbaiki manajemen sekolah melalui peningkatan profesionalisme pengawas dan kepala sekolah karena pengawas dan kepala sekolah merupakan orang yang paling tahu segala sesuatu yang terjadi di sekolah.

Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah Kepala Sekolah TK/RA yang ada di wilayah Gugus Melati Dabin I UPTD Pendidikan Manisreng-go Klaten yang berjumlah 8 orang.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, adalah: (1) Observasi, yang dilakukan untuk mengumpulkan data-data tentang dampak atau hasil yang muncul dari pengaruh tindakan yang diperlakukan kepada kepala sekolah. Obyek penelitian yang dimaksud adalah kepala sekolah saat mengikuti pengarahan dan diskusi analisis SWOT dalam pengembangan sekolah; (2) Wawancara, yang dilakukan dengan tanya jawab serta menggunakan pedoman wawancara (interview). Wawancara ini dilakukan dengan beberapa Kepala TK/RA, untuk mengetahui respon Kepala TK/RA tentang penyelenggaraan analisis SWOT dalam mengembangkan sekolah; (3) Penugasan, digunakan dengan cara memberikan tugas kepada Kepala TK/RA untuk mengetahui tingkat kemampuan Kepala TK/RA menyusun analisis SWOT dalam mengembangkan sekolah: (4) Dokumentasi, yaitu memanfaatkan data diperoleh dari profil sekolah, laporan sekolah, informasi yang berasal dari buku, surat kabar, internet dan sejenisnya yang berhubungan dengan kajian penelitian ini.

Validasi Data

Dalam penelitian ini cara yang digunakan untuk mengembangkan kredibilitas (keabsahan) data penelitian digunakan teknik triangulasi. Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu (Sugiyono, 2010: 125).

Pada penelitian ini teknik triangulasi yang digunakan adalah:

1. Triangulasi sumber

Triangulasi sumber untuk menguji data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Dalam peniliatan ini, untuk mengembangkan triangulasi sumber digunakan nara sumber yang berbeda yaitu kedelapan Kepala TK/RA di wilayah Gugus Melati Dapin I UPTD Pendidikan Manisrenggo Klaten.

2.   Trianggulasi teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Dalam penelitian ini, untuk mengembangkan triangulasi teknik, maka teknik pengumpulan data yang digunakan cukup bervariasi, yaitu: wawancara, observasi, penugasan, dan dokumentasi.

Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Namun, analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data (Sugi-yono, 2010: 89).

Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah analisis interaktif dari Miles dan Huberman (Sugiyono, 2010: 91). Teknik analisis interaktif ini meliputi: (a) Reduksi data; (b) Display data atau penyajian data; (c) Mengambil kesimpulan dan verifikasi.

Khusus untuk menganalisis data yang berbentuk angka (skor penugasan) digunakan analisis deskriptif yaitu: mean, persentase dan grafik. Pedoman yang dipakai dalam penentuan nilai atau skor dalam penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 1

Interpretasi Skor Kemampuan Menyusun Analisis SWOT

No

Skor

Kategori

1

80 – 100

Baik sekali

2

66 – 79

Baik

3

56 – 65

Cukup

4

40 – 55

Kurang

5

0 – 39

Gagal

Sumber: Arikunto, 2008: 245

Indikator Kinerja

Keseluruhan data yang terkumpul, selanjutnya dipergu-nakan untuk menilai keberhasilan tindakan yang diberikan dengan indikator keberhasilan yaitu terjadinya peningkatan ke-mampuan Kepala TK/RA dalam menyusun analisis SWOT dalam rangka mengembangkan sekolah.

Dalam penelitian ini indikator kinerja tindakan yang dijadikan ukuran keberhasilan peningkatan kemampuan Kepala TK/RA menyusun analisis SWOT dalam pengembangan sekolah adalah kepala TK/RA yang memperoleh skor 75 lebih dari 80% jumlah Kepala TK/RA yang diteliti.

HASIL PENELITIAN

Secara berurutan dibahas, yaitu: (1) deskripsi kondisi awal, yang menjelaskan kondisi awal sebelum tindakan dilaku-kan; (2) deskripsi per siklus, yang menyajikan pelaksanaan tindakan per siklus dan analisis data yang berkaitan dengan ada-tidaknya perubahan/perbaikan dari hasil tindakan; dan (3) pembahasan, yang mengkaji hasil penelitian.

Deskripsi Kondisi Awal

Sebelum kepala TK/RA diberikan diskusi tentang analisis SWOT dalam pengembangan sekolah, peneliti melakukan tanya jawab (wawancara) dengan kepala TK/RA. Hal ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman awal kepala TK/RA tentang analisis SWOT dalam mengembangkan sekolah.

Berdasarkan wawancara dengan kepala TK/RA di wilayah Gugus Melati Dabin I UPTD Pendidikan Manisrenggo Klaten, diketahui bahwa umumnya sekolah dalam menyusun Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) tidak melakukan análisis SWOT. Mereka umumnya dalam menyusun RPS tidak mau repot-repot, tidak tahu bagaimana melakukan análisis SWOT, dan kurang memahami dari manfaat dari analisis SWOT tersebut.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, maka perlu dilakukan tindakan perbaikan untuk meningkatkan kemampuan kepala TK/RA menyusun analisis SWOT dalam mengembangkan sekolahnya.

Deskripsi Tiap Siklus

1. Siklus Pertama

a. Perencanaan Tindakan

Sebelum tindakan perbaikan dilakukan, peneliti melakukan persiapan: (1) menyusun jadwal dan materi yang akan diberikan dalam pengarahan dan diskusi yang berkaitan dengan Analisis SWOT dalam pengembangan sekolah; (2) menyusun instrumen penelitian yang meliputi lembar observasi, penugasan, dan pedoman wawancara; (3) menyiapkan tempat yang akan diguna-kan untuk memberikan pengarahan dan diskusi.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pada siklus I, pelaksanaan dilakukan selama 2 kali pertemuan @ 3 jam yaitu pada tanggal 15 dan 22 Januari 2011, jam 10.00 sd 12.00 WIB.

Pada pertemuan pertama, kepala TK/RA di wilayah Gugus Melati Dabin I Manisrenggo Klaten diberikan pengarahan tentang pentingnya analisis SWOT dalam rangka penyusuanan RPS, diberikan pemahaman tentang unsur yang berkaitan dengan analisis SWOT dana melakukan analisis SWOT. Dalam pengarahan ini, nara sumber (peneliti) menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan diskusi. Pada akhir pertemuan, setiap kepala TK/RA diberikan tugas rumah untuk melakukan analisis SWOT terhadap sekolahnya masing-masing, dan hasilnya harus dipresentasikan pada pertemuan berikutnya.

Pada pertemuan kedua, masing-masing kepala TK/RA secara bergiliran melakukan presentasi hasil analisis SWOT sekolahnya masing-masing. Setiap kepala TK/RA juga harus menjawab pertanyaan atau menanggapi masukan/saran dari peserta lain. Presentasi ini ditutup dengan menyimpulkan materi diskusi yang telah diberikan. Pada akhir pertemuan, peneliti membagikan daftar pertanyaan (wawancara) untuk mengetahui respon kepala TK/RA, dan melakukan evaluasi terhadap hasil analisis SWOT yang telah dibuat oleh kepala TK/RA untuk mengukur kemampuan peserta (kepala TK/RA).

c. Observasi dan Evaluasi

Saat mengikuti diskusi tentang analisis SWOT dalam pengembangan sekolah pada siklus I, terlihat seluruh peserta cukup antusias untuk dapat memahami tentang analisis SWOT. Saat diberikan kesempatan bertanya, hampir semua peserta memanfaatkan kesempatan tersebut untuk bertanya.

Pada saat presentasi dilakukan, antusias peserta terlihat bersemangat dalam menyampaikan hasil analisis SWOT, dan masing-masing juga berusaha menjawab pertanyaan dan menanggapi masukan/saran yang disampaikan oleh peserta lain dan nara sumber.

Dari hasil analisis SWOT yang dibuat oleh setiap peserta, terlihat bahwa hampir seluruh peserta mampu membuatnya dengan baik. Mereka telah memahami kondisi nyata apa yang terjadi di lingkungan internal dan eksternal di sekolahnya masing-masing. Mampu mendes-kripsikan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang berkaitan dengan sekolahnya.

Berdasarkan hasil evaluasi atas analisis SWOT yang telah dibuat oleh kepala TK/RA diketahui bahwa kemampuan kepala TK/RA menyusun analisis SWOT dalam pengembangan sekolah pada siklus I ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2

Kategori Kemampuan Kepala TK/RA Menyusun Analisis SWOT dalam Pengembangan Sekolah pada Siklus I

Skor

Kategori

Jml

%

80 – 100

Baik sekali

3

38%

66 – 79

Baik

4

50%

56 – 65

Cukup

1

13%

40 – 55

Kurang

0

0%

0 – 39

Gagal

0

0%

Jumlah

8

100%

Sumber: Skor diolah

Pada tabel di atas diketahui bahwa dari 8 Kepala TK/RA di wilayah Gugus Melati Dabin I UPTD Pendidikan Manisrenggo Klaten, setelah diberikan diskusi tentang analisis SWOT dalam pengembangan sekolah terdapat 3 kepala TK/RA (38%) menunjukkan kemampuan yang baik sekali dalam menyusun analisis SWOT dalam pengembangan sekolah, ada 4 kepala TK/RA (50%) menunjukkan kemampuan yang baik menyusun analisis SWOT dalam pengembangan sekolah, dan ada 1 kepala TK/RA (13%) menunjukkan kemampuan yang cukup menyusun analisis SWOT dalam pengembangan sekolah. Dari temuan ini diketahui bahwa sebagian besar kepala TK/RA memiliki kemampuan menyusun analisis SWOT dalam pengembangan sekolah dengan kategori yang baik.

d. Pencapaian Kinerja Tindakan

Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang dijadikan acuan dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian (Suwandi, 2008: 71). Dalam penelitian ini indikator kinerja yang dijadikan ukuran keberhasilan tindakan adalah skor kemampuan kepala TK/RA yang memperoleh 75 lebih dari 80% dari seluruh peserta.

Pada tabel di bawah diketahui bahwa jumlah kepala TK/RA yang mendapat skor lebih besar atau sama dengan 75 adalah 5 orang (63%), dan yang mendapat skor kurang dari 75 adalah 3 orang (38%).

Tabel 3

Keberhasilan Pencapaian Tindakan Siklus I

Skor

Jml

%

>=75

5

63%

< 75

3

38%

8

100%

Sumber: data penelitian diolah

Dengan demikian, tindakan siklus I belum efektif atau belum berhasil meningkatkan kemampuan kepala TK/RA sesuai indikator yang diinginkan, karena jumlah kepala TK/RA yang mendapat skor lebih dari 75 belum mencapai 80%. Dengan demikian, diskusi dilanjutkan pada siklus II untuk mencapai indikator kinerja yang diharapkan.

e. Analisis dan Refleksi

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala TK/RA di wilayah Gugus Melati UPTD Manisrenggo yang telah diberikan diskusi pada siklus I, diketahui bahwa mereka pada umumnya tertarik dengan materi diskusi yang diberikan, karena materi yang diberikan bermanfaat bagi upaya pengembangan sekolahnya.

Mengingat kemampuan kepala TK/RA di wilayah Gugus Melati UPTD Manisrenggo dalam menyusun anali-sis SWOT sekolah hingga akhir siklus I belum maksimal dan masih perlu diberikan tindakan selanjutnya, karena indikator kinerja belum mencapai seperti yang diharapkan.

Sehubungan dengan hal ini, maka perlu dilakukan tindakan berikutnya yaitu siklus II, untuk memaksimalkan penerapan cooperative learning tipe keliling kelompok untuk meningkatkan kemampuan kepa-la TK/RA menyusun analisis SWOT dalam mengembang-kan sekolah lebih lanjut, pada siklus II materi analisis SWOT ditambah tentang cara mengoptimalkan kekuatan dan memanfaatkan peluang, serta mengurangi kele-mahan dan mengantisipasi ancaman yang dihadapai masing-masing sekolah.

2. Siklus Kedua

a. Perencanaan Tindakan

Pada perencanaan tindakan siklus II, pada dasarnya hampir sama dengan perencanaan siklus I. Hanya saja pada siklus II program diskusi lebih disem-purnakan sesuai masukan yang ditemui pada siklus I.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pada siklus II, pelaksanaan dilakukan selama 2 kali pertemuan @ 3 jam yaitu pada tanggal 5 dan 12 Februari 2011, jam 10.00 sd. 12.00 WIB.

Pada siklus II, tahapan pelaksanaan agak berbeda seperti yang dilakukan pada siklus I. Pada pertemuan pertama, nara sumber menyampaikan kembali materi analisis SWOT dalam pengembangan sekolah. Pada pertemuan tersebut, nara sumber juga memberikan pemahaman tentang pentingnya mengopti-malkan kekuatan dan memanfaat peluang, serta mengu-rangi dan mengantisipasi ancaman yang dihadapi oleh sekolah.

Tahap selanjutnya, nara sumber membagi peserta menjadi dua kelompok dan masing-masing terdiri atas empat orang. Masing-masing kelompok diberikan tugas untuk melakukan diskusi atau bertukar pikiran dengan peserta yang lain dalam mengoptimalkan kekuat-an, memanfaatkan peluang, mengurangi kelemahan, dan mengantisipasi ancaman yang dihadapi oleh setiap sekolahnya masing-masing. Pada akhir pertemuan, nara sumber memberikan tugas rumah kepada peserta untuk membuat analisis SWOT terhadap sekolahnya masing, yang di dalamnya mencakup juga cara mengoptimalkan kekuatan, memanfaatkan peluang, mengurangi kelemah-an, dan mengantisipasi ancaman yang dihadapi sekolah-nya. Isi analisis SWOT ini sekaligus merupakan revisi dari analisis SWOT yang pernah dibuat, setelah mendengar masukan atau saran dari peserta lain dan nara sumber.

Pada pertemuan kedua, masing-masing peserta secara bergiliran melakukan presentasi terhadap hasil analisis SWOT tentang sekolahnya, dan peserta yang lain diberikan kesempatan untuk bertanya dan menanggapi-nya. Setelah seluruh peserta melakukan presentasi, nara sumber dan peserta melakukan diskusi untuk menyim-pulkan materi yang telah dipelajari.

Sebelum pertemuan hari itu ditutup, peneliti membagikan membagikan daftar pertanyaan (wawanca-ra) untuk mengetahui respon kepala TK/RA tentang pelaksanaan tindakan pada siklus II, dan melakukan evaluasi terhadap analisi WSWOT yang telah dibuat oleh kepala TK/RA untuk mengukur kemampuan peserta (kepala TK/RA).

c. Observasi dan Evaluasi

Selama proses diskusi berlangsung pada siklus II, seluruh peserta tetap terlihat antusias dalam mengikuti diskusi, baik saat mendengarkan penjelasan nara sum-ber, saat diskusi, dan saat melakukan presentasi.

Dalam proses diskusi, terlihat masing-masing peserta terlihat aktif berusaha beradu argumentasi untuk mempertahankan pendapatnya masing-masing. Saat presentasipun, usaha untuk beradu argumentasi juga terlihat aktif dan dinamis.

Dari hasil skor penugasan pada siklus II, skor kemampuan kepala TK/RA dalam menyusun analisis SWOT untuk pengembangan sekolah diketahui bahwa skor terendah adalah 75, dan skor tertinggi mencapai 87, dan rata-rata skor adalah 80,38. Dengan demikian, rata-rata kemampuan kepala TK/RA menyusun analisis SWOT dalam pengembangan sekolah pada siklus II mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Rata-rata kemampu-an kepala TK/RA pada siklus II tersebut lebih baik dibandingkan dengan siklus I. Skor kemampuan kepala TK/RA pada siklus II ini dapat dikategorikan seperti pada tabel di bawah ini.

Tabel 4

Distribusi Frekuensi Kategori Kemampuan Kepala TK/RA Menyusun Analisis SWOT dalam Pengembangan Sekolah pada Siklus II

Skor

Kategori

Jml

%

80 – 100

Baik sekali

5

63%

66 – 79

Baik

3

38%

56 – 65

Cukup

0

0%

40 – 55

Kurang

0

0%

0 – 39

Gagal

0

0%

Jumlah

8

100%

Sumber: Data Penelitian Diolah

Dari tabel di atas diketahui bahwa dari 8 Kepala TK/RA di wilayah Gugus Melati UPTD Pendidikan Manisrenggo Klaten, pada siklus II terdapat 5 Kepala TK/RA (63%) menunjukkan kemampuan yang baik sekali menyusun analisis SWOT dalam pengembangan sekolah, dan ada 3 Kepala TK/RA (38%) menunjukkan kemampuan yang baik menyusun analisis SWOT dalam pengembangan sekolah. Dari temuan ini diketahui bahwa seluruh kepala TK/RA memiliki kemampuan yang baik dalam menyusun analisis SWOT untuk pengembangan sekolah.

d. Pencapaian Kinerja Tindakan

Pada tabel di bawah diketahui bahwa jumlah kepala TK/RA yang mendapat skor lebih besar atau sama dengan 75 adalah 8 kepala TK/RA (100%), dan kepala TK/RA yang mendapat skor kurang dari 75 tidak ada. Dengan demikian, tindakan siklus II telah efektif dan berhasil meningkatkan kemampuan kepala TK/RA menyusun analisis SWOT dalam pengembangan sekolah, karena jumlah kepala TK/RA yang mendapat skor lebih dari 75 telah mencapai 80% lebih.

Tabel 5

Pencapaian Kinerja Tindakan Siklus II

Skor

Jml

%

>= 75

8

100%

< 75

0

0%

Jumlah

8

100%

Sumber: data penelitian diolah

Dengan demikian, tindakan siklus II telah efektif atau berhasil meningkatkan kemampuan kepala TK/RA sesuai indikator yang diinginkan, karena jumlah kepala TK/RA yang mendapat skor lebih dari 75 telah mencapai 80%. Dengan demikian, diskusi dapat dihentikan, karena telah mencapai indikator kinerja yang diharapkan.

e. Analisis dan Refleksi

Setelah diberikan diskusi tentang analisis SWOT hingga siklus II, kemampuan kepala TK/RA menyusun analisis SWOT dalam pengembangan sekolah mengalami kenaikan cukup signifikan. Dibandingkan skor siklus I, rata-rata kenaikan sebesar 5,63 (7,75%). Kenaikan terendah adalah 2 (2,5%) dan tertinggi mencapai 10 (15,38%).

Pada akhir siklus II, hasil analisis SWOT yang dibuat oleh masing-masing peserta cukup bagus. Berdasarkan hasil wawancara dengan peserta, pada siklus II pelaksanaan diskusi semakin baik, karena ada proses diskusi dan saling tukar pikiran dengan peserta lain. Peserta juga mengakui semakin memahami tentang analisis SWOT dalam pengembangan sekolah.

Pembahasan

Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity), dan ancaman (threat). Metode ini dapat diterapkan untuk menganalisis sekolah. Sekolah harus membuat analisis SWOT dengan menekankan kepada kekuatannya untuk menutupi atau mengalahkan kelemahannya. Juga menggunakan peluang-peluang yang terlihat dari analisis tersebut, untuk menutupi segala ancaman yang ada di lingkungan eksternalnya.

Dengan analisis SWOT ini, maka sekolah dapat melihat posisinya terhadap sekolah yang lain (pesaing). Dengan analisis ini, dapat di rumuskan grand strategy yang terdiri dari: (1) Strategi-strategi stabilitas sekolah, yaitu strategi tingkat organisasi yang dibuat karena tidak adanya perubahan yang berarti; (2) Strategi-strategi pertumbuhan sekolah, yaitu strategi tingkat korporasi yang berupaya meningkatkan tingkat operasi sekolah; (3) Strategi-strategi pengurangan, yaitu strategi tingkat korporasi yang berupaya untuk mengurangi keragaman operasional sekolah; (4) Kombinasi, yaitu mengejar dua atau lebih strategi di atas.

Dalam analisis SWOT, terdiri dua analisis lingkungan strategis (analisis eksternal) dan analisis situasi sekolah (analisis internal). Menurut Mulyasa (2010:54-55) analisis lingkungan strategis (analisis eksternal) sekolah meliputi kajian terhadap berbagai komponen yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup sekolah. Hal ini mencakup komponen geografis, demografis, ekonomi, sosial, keamanan, budaya dan politik. Analisis komponen geografis meliputi lokasi sekolah, kondisi alam sekitar, jarak tempuh ke sekolah, dan sebagainya. Komponen demografis meliputi usia anak (kompisisi umur), komposisi pendidikan orang tua dan masyarakat, jumlah penduduk, dan komposisi gender. Komponen ekonomi meliputi penghasilan orang tua, pendapatan, pendapatan asli daerah (PAD), kondisi dunia usaha dan segmen pasar (persaingan). Komponen social meliputi status sosial, tingkat penghargaan, dan hubungan sosial masyarakat. Komponen budaya meliputi norma, adat istiada, dan seni yang berkembang di masyarakat. Komponen keamanan meliputi tingkat kriminalitas dan tingkat keamanan. Komponen politik meliputi system pemerintahan, kebijakan umum nasional dan daerah, partisipasi dan keberpihakan partai.

Analisis situasi sekolah (analisis internal) meliputi komponen kontek, input, proses, output, dan outcome. Komponen kontek meliputi karakteristik orang tua, dukungan masyarakat serta dunia usaha dan industry, kebijakan pemerintah yang melandasi penyelenggaraan sekolah. Komponen input meliputi peserta didik, sarana, fasilitas, guru, dan kurikulum. Komponen proses meliputi proses pembelajaran, kegiatan lapangan, metode pembelajaran, pengelolaan kelas, media dan sumber belajar, serta system evaluasi. Komponen output meliputi prestasi belajar peserta didik dalam bidang akademik dan non akademik, prestasi kepribadian, kecakapan emosional dan kecakapan spiritual. Komponen outcome meliputi pendidikan lanjutan, bidang karier yang dimasuki, dan status sosial-ekonomi lulusan.

Data pendukung dalam melakukan analisis situasi sekolah adalah profil sekolah, yang harus disiapkan sebelum analisis situasi dilakukan. Untuk mengumpulkan data tentang lingkungan internal dan eksternal sekolah tersebut dapat digunakan teknik wawancara, observasi, penugasan, dokumentasi. Data disajikan berkaitan dengan pertanyaan apa, siapa, bagaimana, mengapa, di mana dan kapan.

Selanjutnya dapat dilakukan identifikasi faktor strategis internal dan eksternal, yang hasilnya dapat digunakan untuk memformulasikan pendidikan yang diharapkan di masa depan, misalnya lima tahun yang akan datang. Setelah itu, dicari kesenjangan antara situasi pendidikan sekarang dengan yang diharapkan, yang hasilnya dapat digunakan untuk menyusun rencana strategis (rentra) sekolah, khususnya dalam proses pengembangan sekolah.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Diskusi dengan pendekatan cooperative learning tipe keliling kelompok mampu meningkatkan antusias kepala TK/RA untuk menyusun analisis SWOT sekolahnya di wilayah Gugus Melati Dabin I UPTD Pendidikan Manisrenggo Klaten, karena mereka mendapatkan tambahan pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi upaya pengembangan sekolahnya masing-masing.

2. Diskusi dengan pendekatan cooperative learning tipe keliling kelompok sangat efektif meningkatkan kemam-puan kepala TK/RA menyusun analisis SWOT di wilayah Gugus Melati Dabin I UPTD Pendidikan Manisrenggo Klaten, karena peserta yang mendapat skor lebih dari 75 mencapai lebih dari 80% dari seluruh peserta.

Implikasi

Analisis SWOT dapat diterapkan pada sekolah, karena:

1. Upaya pengembangan sekolah akan dapat berjalan dengan baik apabila sekolah melakukan analisis SWOT.

2. Dengan analisis SWOT, sekolah dapat mengetahui posisinya di tengah persaingan yang semakin kompetitif.

Saran

1. Sekolah hendaknya melakukan analisis SWOT dalam upaya mengembangkan sekolah, sehingga Rencana pengembangan Sekolah (RPS) memiliki nilai strategis dan layak dicapai.

2. Dalam melakukan analisis SWOT sekolah, perlu melibatkan berbagai pihak (komponen) yang ada di sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Miles, Matthew B. dan A Michael Huberman, 1992. Analisis Data Kualitatif. Penerjemah: Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta: UI-Press.

Mulyasa, H.E, 2010. Penelitian Tindakan Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Lie, Anita, 2008. Cooperative Learning: mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Sugiyono, 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sutopo, H.B., 2006. Metodologi Penelitian Kuanlitatif: Dasar Teori dan Terapannya Dalam Penelitian. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Zainal Akib, 2009. Penelitian Tindakan Sekolah. Bandung: Yrama Widya.