DRILLING THE CLUES: MEDIA PENGAJARAN SPEAKING

(TEKS DESCRIPTIVE) BAGI SISWA SMP

 

Ratih Wijayava

Giyatmi

Sihindun Arumi

Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris,

Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo

 

ABSTRAK

Siswa tingkat SMP seringkali mengalami kesulitan terkait dengan kemampuan berbicara (speaking). Guru mengindikasikan bahwa rendahnya kemampuan speaking ini akibat dari lemahnya minat dan motivasi siswa terhadap pembelajaran. Salah satu alternatif yang bisa dipakai guru dalam pembelajaran speaking untuk materi descriptive text adalah penggunaan media Drilling The Clues (permainan mengulang kata kunci). Permainan yang kreatif bisa menarik perhatian siswa karena memiliki kelebihan, yaitu menarik dan mudah dipahami. Penambahan kata kunci dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga terjadi proses belajar yang baik. Tahapan yang diaplikasikan adalah Building Knowledge of Field (BKOF), Modelling of Text (MOT), Joint Construction of Text (JCOT) dan Independent Construction of Text (ICOT). Selain meningkatkan kemampuan speaking, media Drilling The Clues meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam belajar bahasa Inggris khususnya materi descriptive text.

Kata kunci: Pembelajaran Bahasa Inggris, drilling, clues, speaking, descriptive text

 

PENDAHULUAN

Secara sederhana interaksi berarti berkomunikasi menggunakan bahasa. Hal ini meliputi berbicara, mendengar, menganggukkan kepala, gerak tubuh, gerakan bahu, senyuman, dan beberapa kebiasaan lain di mana seseorang bisa menangkap makna. Menurut Tubbs (2001): “Interaction simply means communication. This includes talking and listening, head nods, gestures, glances, paths on the back, smiles, frowns, and many other behaviors to which people assign meaning”. Dalam pengertian lain bahasa diartikan sebagai sistem yang arbiter, symbol vocal yang memberi keluasaan seseorang dalam budayanya sendiri berkomunikasi dan berinteraksi. (Finicchiaro: 1964 dalam Arif Rahman: 2008).

Belajar bahasa berarti belajar menggunakan bahasa itu untuk berkomunikasi, yaitu saling bertukar pesan (message) antara dua orang atau lebih, baik secara lisan (melalui listening dan speaking) maupun secara tertulis (melalui reading dan writing). Sedangkan mengajar bahasa berarti memfasilitasi terjadinya pembelajaran bahasa tersebut, dengan cara menciptakan situasi yang memungkinkan siswa berlatih menggunakan bahasa itu. Teknik-teknik yang dapat digunakan antara lain tanya jawab, penggunaan media, simulasi, diskusi, dan pemecahan masalah (Joko Nurkamto: 1998).

Dari definisi di atas kita ketahui bahwa sesungguhnya tujuan pembelajaran bahasa adalah mengembangkan kemampuan komunikatif siswa, baik secara reseptif (listening dan reading) maupun produktif (speaking dan writing), baik secara lisan (listening dan speaking) maupun tertulis (reading dan writing). Dengan kata lain, pengembangan kemampuan komunikatif adalah kemampuan menguasai kaidah bahasa target agar dapat memahami dan/atau menyusun kalimat itu secara benar serta kemampuan menggunakan kalimat itu untuk berkomunikasi secara tepat sesuai dengan konteks.

Dari beberapa definisi di atas bisa disimpulkan bahwa bahasa adalah sistem arbiter dan disepakati di satu komunitas tertentu dan digunakan sebagai sarana komunikasi dan berinteraksi. Implikasinya dalam pembelajaran bahasa adalah belajar bahasa berarti belajar mempraktekkannya sebagai sarana komunikasi, bukan belajar memahami konsepnya.

Keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran menggunakan Bahasa Inggris akan sangat membantu siswa meningkatkan kemampuan berbicaranya. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan para siswa SMP seringkali mengalami kesulitan dalam mengembangkan kompetensi berbicara (speaking).

Penyajian materi bahasa inggris biasanya banyak terfokus pada pendekatan struktur (structural approach) yakni berkutat pada teori dan tata bahasa, seperti penguasaan struktur bahasa, part of speech dan sebagainya. Akibatnya banyak siswa yang bagus dalam pemahaman teori sehingga mendapatkan nilai yang baik dalam evaluasi tertulis tetapi tidak memiliki kecakapan komunikasi (speaking) yang baik. Dalam pembelajaran Bahasa Inggris siswa masih terlihat kurang aktif dan tidak responsif, interaksi antar siswa juga masih kurang. Nampak pula adanya siswa tertutup dan malu bertanya kepada guru mengenai materi pelajaran yang belum dimengerti. Hal itu mengakibatkan siswa merasa kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru.

Di samping itu juga terdapat faktor lain yakni lemahnya respon dan motivasi siswa untuk terlibat dalam pembelajaran. Hal ini disebabkan metode yang digunakan kurang melibatkan aktivitas siswa secara langsung. Pembelajaran Bahasa Inggris yang dilaksanakan masih didominasi oleh guru sehingga kurang menghasilkan aktifitas siswa yang baik. Kebosanan anak didik dalam belajar Bahasa Inggris sebagian besar disebabkan oleh faktor didaktik, termasuk pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered).

Salah satu model pembelajaran yang bisa diterapkan adalah menggunakan media permainan mengulang kata kunci (drilling the clues). Permainan yang kreatif bisa menarik perhatian semua orang dari segala usia, karena memiliki kelebihan, yaitu menarik dan mudah dipahami. Penambahan kata kunci dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga terjadi proses belajar yang baik.

Metodologi

Penulisan artikel ini menggunakan metode studi pustaka. Dalam metode ini pengumpulan data dilakukan dengan mencari informasi lewat buku, majalah, koran dan literatur lainnya yang bertujuan untuk membentuk sebuah landasan teori (Arikunto, 2006). Senada dengan teori di atas (Sugiyono, 2012) menyebut studi pustaka sebagai kajian teoretis, referensi serta literatur ilmiah lainnya yang berkaitan dengan budaya, nilai dan norma yang berkembang pada situasi sosial yang diteliti. Dalam menyusun artikel penulis mempelajari berbagai buku referensi serta hasil penelitian sebelumnya yang sejenis untuk mendapatkan landasan teori mengenai kontribusi teori skopos dalam penerjemahkan iklan.

 

 

 

Prosedur

Menurut Hasan (2002) studi pustaka dilakukan melalui 3 tahap:

Mengetahui jenis pustaka yang dibutuhkan

  1. Berdasarkan bentuk pustaka dibedakan atas sumber tertulis dan tidak tertulis. Penulis menggunakan sumber tertulis berupa buku dan virtual references.
  2. Berdasarkan isi pustaka dibedakan atas sumber primer dan sumber sekunder

Mengkaji dan mengumpulkan bahan pustaka

Pengkajian dan pengumpulan bahan pustaka mencakup variabel/pokok masalah, nama pengarang, nama sumber yang memuat pokok masalah, tahun yang menunjukkan waktu sumber dibuat, penerbit, kota terbit, penjelasan tentang metode drilling the clues

Menyajikan studi kepustakaan

Penyajian studi kepustakaan dilakukan dengan cara menuliskan kutipan langsung dan kutipan tidak langsung dalam artikel

PEMBAHASAN

Media Pembelajaran

Definisi Media

Media berasal dari Bahasa Latin medium yang berarti tengah, perantara atau pengantar. Menurut Gagne dalam Etin Solihatin (2007) media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Media berupa berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Media memiliki peran sangat penting dalam pembelajaran, terutama dalam membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran.

Definisi Media Pembelajaran

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyampaikan pesan. Sesuatu di sini adalah apa saja yang memiliki guna sebagai perantara untuk menyampaikan pesan, baik itu berupa lisan atau alat peraga yang mengisyaratkan maksud tertentu dan dipahami oleh orang yang menerima pesan, atau dalam konteks pembelajaran adalah peserta didik (Depdiknas: 2003).

Media yang tepat akan dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam proses belajar mengajar. Lebih lanjut dijelaskan oleh Harjanto (2003) media pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran adalah:

  1. Media grafis yang meliputi media gambar, foto, grafik, bagan atau diagram, poster, komik, charta dan kartun.
  2. Media tiga dimensi yakni dalam bentuk model meliputi model padat (solid), model penampang, model susun, dan model kerja.
  3. Media proyeksi yang meliputi slide, film strips, film, dan penggunaan OHP/ LCD.
  4. Penggunaan lingkungan sebagai media pendidikan

 

Materi DescriptiveText tingkat SMP

Teks deskriptif adalah jenis teks yang ditulis untuk memberikan deskripsi (penjelasan) tentang subjek tertentu secara spesifik (khusus). Subjek tersebut bisa berupa benda, manusia, atau tempat. Mereka dideskripsikan berdasarkan karakter, cirri-ciri khsus, jenis, bentuk fisik, jumlah, dan sebaginya.

Fungsi

Sebagaimana definisi dari teks deskriptif maka fungsinya adalah untuk mendeskripsikan subjek agar lebih jelas.

Struktur

Identification (identifikasi)

Bagian ini menjelaskan tentang subjek yang dideskripsikan. Identifikasi juga bisa berarti pendahuluan singkat untuk mengenalkan subjek kepada pembaca (belum menjelaskan secara detail).

Description (deskripsi)

Bagian kedua ini berisi deskripsi yang mendetail tentang subjek dilihat dari beberapa sudut pandang, seperti karakteristik, kebiasaan (jika berupa makhluk hidup), ciri-ciri fisik, dsb.

Biasanya lebih panjang dari identifikasi.

Ciri-Ciri

  • Focusing on specific participant (fokus pada subjek yang khusus)

Subjek yang dideskripsikan khusus jadi tidak umum.

Contoh  : My Little Cat, Javanese Dance: Gambyong, Tawangmangu Waterfall, etc.

  • Using simple present tense (menggunakan simple present tense)
  • Frequent use of noun phrase. (sering kali menggunakan fase nomina)
  • Using various verbs or processes (memakai kata kerja proses)
1.     MATERIAL PROCESS / ACTION VERB.

e.g : run, write, cook, paint etc.

Berikut penjelasan tentang jenis kata kerja:

 

 

 

 

 

3.     VERBAL PROSESS / SAYING VERB

eg : say, answer, promise, whisper, etc

VERBS

 

4.     MENTAL PROSESS / THINKING VERB

e.g.: realize, guess, think, etc

 

 

 

Gambar: Jenis kata kerja

Contoh Descriptive Text untuk speaking

Describing person:

My Uncle

Hey, I want to tell you about my uncle. His name is Andy Wijaya. He is very kind man. He is an engineer. Now he works in a steel company in Jakarta. He has long angular face and pointed nose. He has a small moustache and short black hair. His eyes are small and he wears glasses. He has a faint scar on his left cheek. He looks very serious person but actually he is humorous

Describing object:

My house

Our house is a brick house with a small garden in front of it. It is very nice and comfortable house. This house has a living room, three bedrooms, a kitchen and a bathroom. There is a verandah with three wooden chairs and wooden table in front of the veranadah. The living room is big enough. In the middle of the livingroom, there is a big sofa and some comfortable chairs . At the end of the livingroom there is a cabinet with a TV set on it.

My bedroom is quite small. There is a writing desk and a chair next to the window. The bed is small. It is in the left side opposite to the window. There are few books on the top of the desk. The kitchen is in the back part of the house. It is next to the bathroom.

Describing place:

Borobudur

Borobudur Temple is one of the miracles in the world. It is an old monument in Indonesia. Borobudur is located in Magelang, Central Java. This place is near Jogjakarta. It is on 266 meters above the sea levels.

Borobudur Temple has a lot of statues and two kinds of relief. They are very beautiful and interesting. That’s why many foreign tourist want to visit there. It has three terraces. Therefore, it is extremely high.

Drilling The Clues

Drilling

Pembelajaran latihan drill merupakan suatu cara mengajar dengan memberikan latihan-latihan terhadap apa yang telah dipelajari siswa sehingga memperoleh suatu keterampilan tertentu. Metode drill adalah metode dalam pengajaran dengan melatih peserta didik terhadap bahan yang sudah diajarkan/ berikan agar memiliki ketangkasan atau ketrampilan dari apa yang telah dipelajari (Sudjana, 1995:86)

Adapun tujuan penggunaan metode drill adalah diharapkan agar siswa (Armai, 2002:175):

  • Memiliki ketrampilan moroeis/gerak, misalnya menghafal katakata, menulis, mempergunakan alat, membuat suatu bentuk, atau melaksanakan gerak dalam olah raga.
  • Mengembangkan kecakapan intelek, seperti mengalikan, membagikan, menjumlah, tanda baca, dll.
  • Memiliki kemampuan menghubungkan antara suatu keadaan, misalnya hubungan sebab akibat banyak hujan maka akan terjadi banjir, antara huruf dan bunyi, dll.
  • Dapat menggunakan daya pikirnya yang makin lama makin bertambah baik, karena dengan pengajaran yang baik maka anak didik akan menjadi lebih baik teratur dan lebih teliti dalam mendorong ingatannya.
  • Pengetahuan anak didik akan bertambah dari berbagai segi dan anak didik tersebut akan memperoleh pemahaman yang lebih baik dan lebih mendalam.

Clues

Suatu kata kunci merupakan sebuah kata atau konsep dengan keistimewaan, yang berarti kata apapun yang digunakan sebagai kunci dan kode atau digunakan untuk menghubungkan ke kata lain atau informasi lain.

Penerapan Drilling The Clues

Metode Pengajaran Genre Based Text

Dalam mengajarkan teks berbasis essay, setidaknya terdapat 4 tahapan/ cara yakni:

  • Tahap pertama Building Knowledge of Field (BKOF).

Dalam tahap ini guru dan siswa membangun konteks budaya, berbagi pengalaman, membahas kosakata, pola-pola kalimat, dan sebagainya. Guru mengenalkan contoh teks descriptive kepada siswa, tujaun teks, struktur dan bentuk-bentuk grammatikalnya.

  • Tahap ke dua, Modelling of Text (MOT).

Siswa diberikan model media “Drilling the Clues” dari jenis teks yang sedang dipelajari.

  • Tahap ke tiga, Joint Construction of Text (JCOT).

Siswa memproduksi teks secara berkelompok dan dengan bantuan guru. Setelah memperoleh pengalaman berkolaborasi dengan teman.

  • Tahap ke empat Independent Construction of Text (ICOT).

Pada tahap ini siswa diharapkan mampu memproduksi teks lisan atau tulis secara mandiri.

Penerapan media “Drilling The Clues” pada pengajaran Descriptive Text

  • Guru memberi contoh teks descriptive satu tokoh dan mulai membacakan dan siswa mengikuti (drilling).

 

 

 

 

 

Gambar: teks descriptive lengkap

  • Guru memberi contoh penggunaan clue untuk teks tersebut dilanjutkan dengan membaca dan siswa mengikuti.

Gambar: Teks descriptive dengan clues

  • Guru memberikan contoh penggunaan clue yang lebih kecil dan dilanjutkan dengan membaca dan siswa mengikuti.

Gambar: Teks descriptive dengan clues lebih kecil

  • Guru memberikan contoh penggunaan clue yang paling kecil dan dilanjutkan dengan membaca dan siswa mengikuti.

Gambar: Teks descriptive tanpa clues

SIMPULAN

Penggunaan media ‘Drilling the Clues’ pada pengajaran speaking materi descriptive text merupakan salah satu cara yang tepat. Pembelajaran di dalam kelas dilakukan secara efektif dan interaktif oleh guru dan siswa. Permainan yang kreatif bisa menarik perhatian siswa karena memiliki kelebihan, yaitu menarik dan mudah dipahami. Penambahan kata kunci dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga terjadi proses belajar yang baik.Tahapan yang diaplikasikan adalah BKOF, MOT, JCOT dan JCOT. Bagi guru Bahasa Inggris penggunaan media Drilling The Clues ini bisa digunakan untuk meningkatkan kemampuan speaking dan minat serta motivasi siswa dalam pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Depdiknas. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Biro Hukum dan Organisasi Sekretariat Jenderal Depdiknas.

Etin, Solihatin. 2007. Cooperatif Learning. Jakarta: Bumi Aksara.

Harjanto.2003. Perencanaa pengajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta

Hasan, Iqbal. 2002. Pokok- pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Graha Indonesia

Nurkamto, Joko. 1998. Metode Pengajaran Bahasa Inggris

Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Mulyasana, Deddy. 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rahman, Arif. 2008. Teaching English to Children.

Ramelan, Purnama. 2010. Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Tubbs. 2001. Konteks-Konteks Komunikasi. Bandung: Gramedia Pustaka Utama.