EVALUASI PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
EVALUASI PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
(Suatu Analisis Dalam Perspektif Pemberdayaan Masyarakat)
Cornelius Herdita Aries Permana[1]
Daru Purnomo[2]
ABSTRACT
Community empowerment are intended to be competitive and independent society, that means the community can learn from and implement community development programs independently to empower themselves.
The purpose of this study was to evaluate the success of community empowerment programs conducted by Trukajaya in Lembu village and analyze the factors that affect the results of the implementation of the program based on community empowerment perspective. This study used a qualitative approach and included in the case study research.
Based on the community development perspective, the program has not been successful, but not entirely fail because it is caused by several things, among others: First, community empowerment program implemented by Trukajaya yet to reduce the number of poor people in Lembu village. Second, community empowerment program implemented by Trukajaya not enough to help poor people in developing revenue enhancement initiatives, leveraging available resources. Third, community empowerment program implemented by Trukajaya successfully added concern of community efforts to improve well-being of poor families in the region. Fourth, community empowerment program implemented by Trukajaya not been able to increase the survival of the group. Fifth, community empowerment program implemented by Trukajaya not been able to fully enhance community capacity and equalize income because the income of poor families did not increase significantly.
Keywords: programevaluation, community empowerment
1. PENDAHULUAN
Kemiskinan di Indonesia merupakan persoalan kompleks dan multidimensional yang berkaitan dengan aspek politik, ekonomi, sosial dan budaya. Upaya untuk mengatasi persoalan kemiskinan merupakan prioritas utama dalam pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi, tetapi pada kenyataannya, persoalan kemiskinan belum dapat diatasi sepenuhnya, oleh karena itu diperlukan berbagai upaya untuk mengatasi persoalan-persoalan tersebut tanpa mengabaikan pertumbuhan ekonomi. Golongan masyarakat miskin memerlukan pemberdayaan untuk menumbuhkan kemandirian, keswadayaan dan partisipasi. Keberdayaan masyarakat yang ditandai adanya kemandirian dapat dicapai melalui proses pemberdayaan masyarakat (Sumodiningrat, 1999). Pelaksanaan program tersebut diarahkan untuk melakukan pemberdayaan kepada warga masyarakat kampung (desa) setempat agar dapat meningkatkan kondisi sosial ekonomi dan lingkungannya secara mandiri/berkelanjutan (Suhartini et.al, 2005). Menurut Oakley dan Marsden, dalam proses pemberdayaan terdapat dua kecenderungan (Prijono dan Pranarka, 1996), yaitu: Pertama, kecenderungan primer, artinya proses pemberdayaan menekankan pada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu lebih berdaya. Proses ini berupaya membangun kemandirian melalui organisasi. Kedua, kecenderungan sekunder, artinya proses pemberdayaan menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan dan keberdayaan untuk apa yang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog.
Dalam implementasi program pemberdayaan masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) memiliki peran penting untuk memberdayakan masyarakat dalam rangka mengatasi persoalan kemiskinan. Di Kota Salatiga terdapat sebuah LSM bernama Yayasan Kristen Trukajaya yang bergerak dalam bidang pemberdayaan masyarakat di desa-desa dampingan di berbagai daerah, antara lain Kota Salatiga, Kabupaten Semarang, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Batang, dan beberapa daerah lainnya. Implementasi program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh Trukajaya dapat berdampak pada dua hal, yaitu: Pertama, masyarakat menjadi bergantung pada program tersebut. Hal tersebut menunjukkan bahwa ketergantungan adalah budaya, di mana masyarakat terbiasa berada dalam hirarki, birokrasi dan kontrol manajemen yang tegas, sehingga membuat mereka terpola dalam berpikir dan berbuat dalam rutinitas (Sumaryadi, 2005). Kedua, masyarakat menjadi berdaya dan mandiri. Hal tersebut merupakan salah satu indikator keberhasilan program berdasarkan perspektif pemberdayaan masyarakat, yaitu meningkatkan kemandirian kelompok yang ditandai dengan makin berkembangnya usaha produktif anggota dan kelompok, makin kuatnya permodalan kelompok, makin rapinya sistem administrasi kelompok, serta makin luasnya interaksi kelompok lain di dalam masyarakat (Sumodiningrat, 1999).
Desa Lembu merupakan salah satu desa yang menjadi perhatian utama implementasi program pemberdayaan masyarakat. Trukajaya telah mendampingi desa tersebut sejak tahun 2009 dan masih berlangsung hingga saat ini. Dibandingkan dengan desa-desa dampingan lainnya, desa Lembu termasuk desa di mana Trukajaya mengalami berbagai persoalan dalam implementasi program pemberdayaan masyarakat. Hal tersebut dapat mempengaruhi keberhasilan program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh Trukajaya. Untuk mengatasi persoalan tersebut diperlukan evaluasi program untuk mengetahui seberapa jauh program tersebut dilaksanakan agar dapat mengetahui berbagai kekurangan dan kelebihan dari program tersebut. Evaluasi tersebut bertujuan untuk menganalisis keberhasilan program berdasarkan perspektif pemberdayaan masyarakat. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui apakah masyarakat benar-benar menjadi berdaya atau hanya bergantung pada program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh Trukajaya.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana keberhasilan program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh Trukajaya di Desa Lembu dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi hasil implementasi program tersebut berdasarkan perspektif pemberdayaan masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi keberhasilan program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh Trukajaya di Desa Lembu dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi hasil implementasi program tersebut berdasarkan perspektif pemberdayaan masyarakat.
Kerangka Pemikiran
Trukajaya melaksanakan beberapa program pemberdayaan masyarakat di Desa Lembu, antara lain biogas, pertanian organik, gaduhan ternak, pendidikan gender dan demokratisasi desa. Dalam program-program tersebut terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi implementasi program. Setelah program-program tersebut dilaksanakan perlu dilakukan evaluasi program untuk mengetahui keberhasilan dari implementasi program-program tersebut. Evaluasi program dapat dipandang berdasarkan perspektif program dan perspektif pemberdayaan masyarakat, tetapi penelitian ini lebih menekankan pada perspektif pemberdayaan masyarakat. Evaluasi program tersebut bertujuan untuk mengetahui empat hal utama, yaitu efisiensi, efektivitas, mutu dan kegunaan, untuk mengetahui keberhasilan dari implementasi program pemberdayaan masyarakat.
2. KAJIAN TEORITIS
2.1. Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pembangunan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk meningkatkan dan memajukan kehidupan masyarakat dan warganya. Sekurangnya terdapat tiga komponen penting yang selalu terlibat dalam perencanaan dan pembinaan pedesaan (Sairin, 2002), yaitu perencana, agents dan masyarakat yang dijadikan sasaran. Perencana adalah mereka yang secara teoritis mengembangkan konsep, strategi dan metodologi, yang dipandang dapat diandalkan dalam upaya mencapai tujuan pembinaan masyarakat itu. Mereka ini adalah kumpulan orang yang duduk di belakang meja, berpikir, merumuskan dan kemudian mencoba melaksanakan pikiran dan gagasan itu untuk agents yang telah mereka siapkan lebih dahulu. Agents ini umumnya adalah petugas yang berusaha menerjemahkan ide dan pikiran pada perencanaan itu kepada masyarakat yang menjadi sasaran pembinaan. Para agents ini umumnya adalah kaki tangan perencana yang mungkin berasal dari luar atau dari dalam masyarakat yang dijadikan sasaran, sedangkan masyarakat yang menjadi sasaran pembinaan adalah unsur penerima gagasan. Umumnya mereka menunggu dan seringkali bersifat pasif.
Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu upaya untuk memberikan kekuasaan agar suara mereka (masyarakat) didengar guna memberikan kontribusi kepada perencanaan dan keputusan yang mempengaruhi komunitasnya (Foy,1994). Pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan. Kemandirian masyarakat merupakan suatu kondisi yang dialami oleh masyarakat yang ditandai dengan kemampuan memikirkan, memutuskan serta melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah yang dihadapi dengan mempergunakan daya/kemampuan yang dimiliki (Sulistiyani, 2004). Dalam implementasi pemberdayaan masyarakat terdapat lima indikator keberhasilan (Sumodiningrat, 1999), yaitu: Pertama, berkurangnya jumlah penduduk miskin. Kedua, berkembangnya usaha peningkatan pendapatan yang dilakukan oleh penduduk miskin dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Ketiga, meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap upaya peningkatan kesejahteraan keluarga miskin di lingkungannya. Keempat, meningkatnya kemandirian kelompok yang ditandai dengan makin berkembangnya usaha produktif anggota dan kelompok, makin kuatnya permodalan kelompok, makin rapinya sistem administrasi kelompok serta makin luasnya interaksi kelompok lain di dalam masyarakat. Kelima, meningkatnya kapasitas masyarakat dan pemerataan pendapatan yang ditandai oleh peningkatan pendapatan keluarga miskin yang mampu memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan sosial dasar.
2.2. Perubahan Sosial
Menurut Soemardjan, perubahan sosial merupakan segala perubahan pada lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Proses perubahan sosial memiliki beberapa ciri, antara lain: Pertama, tidak ada masyarakat yang berhenti perkembangannya karena setiap masyarakat akan mengalami perubahan baik cepat atau lambat. Kedua, perubahan terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu dan diikuti oleh perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga sosial lainnya. Ketiga, perubahan sosial yang cepat biasanya diikuti dengan disorganisasi yang bersifat sementara karena berada dalam proses penyesuaian diri. Keempat, perubahan tidak dapat dibatasi hanya pada bidang kebendaan atau spiritual saja karena kedua bidang itu mempunyai kaitan yang timbal balik (Soekanto, 2007).
2.3. Evaluasi Program dan Analisis Kebijakan
Evaluasi program merupakan proses penetapan secara sistematis tentang nilai, tujuan, efektivitas atau kecocokan sesuatu sesuai dengan kriteria dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya (Arikunto dan Jabar, 2004). Dalam evaluasi terdapat tiga langkah uji, yaitu: Pertama, observasi atau mengumpulkan data. Kedua, menerapkan beberapa standard atau kriteria pada observasi kita. Ketiga, dibuatkan pertimbangan, menarik kesimpulan atau membuat keputusan (Warsito, 1986). Evaluasi program memiliki enam tujuan, yaitu: Pertama, memberikan masukan bagi perencanaan program. Kedua, menyajikan masukan bagi pengambil keputusan yang berkaitan dengan tindak lanjut, perluasan atau penghentian program. Ketiga, memberikan masukan bagi pengambil keputusan tentang modifikasi atau perbaikan program. Keempat, memberikan masukan yang berkenaan dengan faktor pendukung dan penghambat program. Kelima, memberi masukan untuk kegiatan motivasi dan pembinaan bagi penyelenggara, pengelola dan pelaksana program. Keenam, menyajikan data tentang landasan keilmuan bagi evaluasi program. Evaluasi bertujuan untuk mengetahui empat hal utama (Warsito, 1986), yaitu: Pertama, efektivitas, yaitu melihat sejauh mana tujuan telah dicapai atau mempertimbangkan antara tujuan yang direncanakan dengan tujuan yang telah dicapai. Kedua, efisiensi, yaitu melihat perbandingan antara input dan output dari segi waktu dan biaya/uang. Ketiga, mutu, yaitu melihat sejauh mana yang dilakukan menghasilkan mutu yang sesuai dengan/lebih baik daripada standard. Keempat, kegunaan, yaitu melihat apakah program yang dilaksanakan berguna bagi sasaran yang dituju (Sudjana, 2006).
Analisis kebijakan merupakan suatu disiplin ilmu sosial terapan yang menggunakan berbagai macam metode penelitian dan argumen untuk menghasilkan dan memindahkan informasi yang relevan dengan kebijakan, sehingga dapat dimanfaatkan di tingkat politik dalam rangka memecahkan masalah-masalah kebijakan (Dunn, 2000). Menurut Hogwood dan Gunn, kebijakan terdiri dari tiga proses (Tangkilisan, 2003), yaitu: Pertama, proses pembuatan kebijakan, yaitu kegiatan perumusan hingga dibuatnya suatu kebijakan. Kedua, proses implementasi, yaitu pelaksanaan kebijakan yang sudah dirumuskan. Ketiga, proses evaluasi kebijakan, yaitu proses mengkaji kembali implementasi yang sudah dilaksanakan atau dengan kata lain mencari jawaban apa yang terjadi akibat implementasi kebijakan tertentu dan membahas antara cara yang digunakan dengan hasil yang dicapai. Analisis kebijakan dapat dikembangkan melalui tiga proses (Dunn, 2003), yaitu: Pertama, proses pengkajian kebijakan, menyajikan metodologi untuk analisis kebijakan. Metodologi di sini adalah sistem standar, aturan dan prosedur untuk menciptakan, menilai secara kritis dan mengkomunikasikan pengetahuan yang relevan dengan kebijakan. Kedua, proses pembuatan kebijakan adalah serangkaian tahap yang saling bergantung yang diatur menurut urutan waktu, yaitu penyusunan agenda, formulasi kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi kebijakan dan penilaian kebijakan. Ketiga, proses komunikasi kebijakan merupakan upaya untuk meningkatkan proses pembuatan kebijakan berikut hasilnya. Dalam hal ini sebagai penciptaan dan penilaian kritis, pengetahuan yang relevan dengan kebijakan.
3. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan termasuk dalam jenis penelitian studi kasus. Unit analisis dalam penelitian ini adalah evaluasi keberhasilan program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh Trukajaya di Desa Lembu berdasarkan perspektif pemberdayaan masyarakat, sedangkan unit amatannya adalah program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh Trukajaya di Desa Lembu dan penduduk Desa Lembu yang menjadi sasaran dari program tersebut. Penelitian ini dilakukan di Desa Lembu pada bulan Mei hingga Juli 2013. Dalam penelitian ini, data primer diperoleh dari hasil observasi terhadap program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh Trukajaya di Desa Lembu, sedangkan data sekundernya diperoleh dari beberapa sumber, yaitu: Pertama, informasi dari berbagai narasumber, baik dari staf Trukajaya maupun penduduk Desa Lembu. Kedua, berbagai tulisan yang menyediakan informasi mengenai Trukajaya dan Desa Lembu. Ketiga, buku-buku mengenai berbagai teori yang digunakan sebagai landasan dalam penelitian ini. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi.
Dalam penelitian ini, analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang dikumpulkan dari hasil observasi. Setelah data terkumpul dengan baik, kemudian diedit dan dipilah-pilah. Data yang diperlukan dikategorikan menjadi beberapa cover term untuk menjawab pertanyaan penelitian. Setelah semua dilakukan, diadakan analisis secara deskriptif, sedangkan data yang kurang relevan dengan pertanyaan penelitian disimpan. Yang perlu diketahui adalah langkah-langkah analisis dalam penelitian, yaitu sejak mulai dilakukan proses pengumpulan data, penyajian data, reduksi data dan penarikan kesimpulan. Dalam penelitian ini, reduksi data pada hakikatnya menyederhanakan dan menyusun secara sistematis data tersebut. Hasil dari reduksi kemudian disajikan dalam bentuk display data. Untuk penyajian data digunakan uraian naratif, selanjutnya membuat kesimpulan atau verifikasi (Miles dan Huberman, 1992).
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Rencana dan Implementasi Program
Desa Lembu terletak di Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang. Secara administratif, Desa Lembu terdiri dari 7 RW dan 16 RT dengan tujuh dusun yang terdiri dari Dusun Bamban, Dusun Kalimacan, Dusun Kendel, Dusun Krajan, Dusun Krempel, Dusun Melikan dan Dusun Ngebleng. Jumlah penduduk Desa Lembu pada tahun 2013 adalah 2.242 jiwa yang terdiri dari 1.115 laki-laki dan 1.127 perempuan.
Trukajaya melaksanakan beberapa program pemberdayaan masyarakat di Desa Lembu sebagai salah satu desa binaannya, antara lain biogas, pertanian organik, gaduhan ternak, pendidikan gender dan demokratisasi desa. Sebelum melaksanakan program-program tersebut, Trukajaya telah menyusun berbagai rencana program. Program-program tersebut dilaksanakan melalui berbagai kegiatan dengan jangka waktu dan anggaran tertentu, serta kelompok sasaran yang berasal dari berbagai kalangan masyarakat. Dalam rencana tersebut, Trukajaya memiliki berbagai tujuan dari implementasi program-program tersebut.
Penduduk Desa Lembu cukup sering menghadiri kegiatan-kegiatan dalam program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh Trukajaya dan mengetahui keputusan yang dihasilkan, serta terlibat dalam pengambilan keputusan. Misalnya, Solikhin[3] cukup sering menghadiri kegiatan penyuluhan dan pelatihan dalam program pertanian organik[4], Karjono[5] menyampaikan pendapat mengenai pelatihan pembuatan tempe dan tahu dengan menggunakan bahan pangan lokal[6], serta Jarwati[7] cukup sering menghadiri kegiatan dalam program pendidikan gender.[8] Selain itu, mereka juga merasakan manfaat dari kegiatan-kegiatan tersebut. Misalnya, Mukiran[9] merasakan manfaat dari program biogas yang diperoleh melalui kegiatan pelatihan dan pembangunan biogas, sehingga membantu memudahkan proses memasak.[10] Menurut Eunike[11], Trukajaya sudah tidak mendampingi penduduk dalam program tersebut sejak bulan Desember 2012. Selanjutnya, aplikasi program tersebut diharapkan dilakukan sendiri oleh penduduk, tetapi terdapat beberapa penduduk yang tidak melakukan aplikasi program tersebut.[12]
Sejak Trukajaya melaksanakan program pemberdayaan masyarakat di Desa Lembu, telah terjadi perkembangan di desa tersebut. Menurut Solikhin Kemat[13] dan Mukiran (terkait dengan program biogas), sebelum Trukajaya melaksanakan program tersebut, penduduk Desa Lembu menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar untuk memasak, tetapi setelah Trukajaya melaksanakan program pemberdayaan masyarakat di Desa Lembu, masyarakat dapat menghemat tenaga dan biaya melalui program biogas dan gaduhan ternak. Kegiatan penyuluhan dan pelatihan program pertanian organik juga membantu penduduk untuk beralih dari penggunaan pupuk kimia ke pupuk organik.[14]
Program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh Trukajaya memberikan beberapa manfaat bagi penduduk Desa Lembu, antara lain: Pertama, program tersebut dapat meringankan beban hidup masyarakat dan membuat kehidupan menjadi lebih maju. Kedua, program tersebut dapat menambah pengalaman, wawasan dan SDM masyarakat. Ketiga, program tersebut dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan modal desa. Keempat, program tersebut dapat menghemat pengeluaran dan tenaga.
Beberapa penduduk Desa Lembu yang menjadi sasaran program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh Trukajaya merasa cukup puas dengan hasil dari program tersebut karena program tersebut telah terlaksana dengan baik dan sesuai dengan kebutuhan mereka. Namun demikian, ada beberapa penduduk yang merasa kurang puas dengan hasil dari program tersebut. Menurut Karjono, Trukajaya cenderung bersikap kurang terbuka terhadap penduduk Desa Lembu, sehingga program pemberdayaan masyarakat, seperti pertanian organik, pendidikan gender dan demokratisasi desa, hanya diikuti oleh orang-orang tertentu. Bantuan berupa uang dan peralatan yang ditujukan untuk dapat merata tidak dilakukan. Pada kenyataannya, sesuatu yang ada uangnya telah dikuasai oleh orang-orang tersebut. Misalnya, kacang tanah dengan anggaran sebesar Rp 500.000 diambil oleh Jarwati, sedangkan dia telah memiliki lahan dan kacang tanah sendiri. Walaupun tidak ada Trukajaya, dia juga menanam, tetapi ketika diberi bantuan uang, dia menggunakan bantuan tersebut untuk hal-hal yang lain. Hal tersebut menimbulkan kesenjangan dan ketidakpedulian dari penduduk yang lain terhadap program tersebut.[15] Menurut Eunike, Trukajaya telah mensosialisasikan program di Balai Desa Lembu kepada perangkat desa dan perwakilan penduduk, hanya saja perangkat desa tidak menyampaikan hal tersebut kepada penduduk secara keseluruhan. Hal tersebut juga terjadi karena informasi yang tidak jelas antar penduduk.[16]
Menurut Widodo, program biogas pada awalnya dilaksanakan dengan membangun biogas jenis bis beton dan geomembrane yang mengalami kegagalan dan tidak bermanfaat bagi masyarakat. Kegagalan tersebut terjadi karena gas yang dihasilkan cepat habis. Trukajaya kemudian membangun biogas jenis fixed dome yang berfungsi dengan baik dan bermanfaat bagi masyarakat karena membantu masyarakat memudahkan proses memasak dan menghemat biaya listrik. Selain itu, Trukajaya telah mengupayakan pelatihan produksi dan penjualan makanan, tetapi cara-cara membuat makanan yang telah diberikan tidak dimanfaatkan dengan baik, padahal Trukajaya telah memberikan bantuan berupa uang dan peralatan, sehingga usaha penduduk tidak berkembang. Hal tersebut disebabkan oleh penduduk yang menggunakan bantuan tersebut untuk keperluan yang lain karena keterbatasan dana untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, sehingga menghambat produksi dan penjualan makanan.[17]
4.2. Evaluasi Keberhasilan Program
§ Berkurangnya Jumlah Penduduk Miskin
Menurut Schiller, kemiskinan merupakan ketidaksanggupan untuk mendapatkan barang dan pelayanan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan sosial yang terbatas (Ala, 1981). Program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh Trukajaya merupakan salah satu upaya untuk mengatasi persoalan kemiskinan di Desa Lembu. Program tersebut membantu penduduk untuk menghemat pengeluaran melalui program biogas yang membantu penduduk untuk memproduksi listrik dan gaduhan ternak yang membantu penduduk untuk menggunakan kotoran ternak sebagai pupuk dan tidak menggunakan pupuk kimia.[18] Selain itu, program tersebut juga membantu penduduk untuk meningkatkan pendapatan melalui produksi dan penjualan makanan yang diperoleh dari bantuan Trukajaya.[19]Hal tersebut menunjukkan bahwa program tersebut berperan dalam mengatasi persoalan kemiskinan di Desa Lembu, tetapi program tersebut belum sepenuhnya mampu mengurangi jumlah penduduk miskin di desa tersebut. Di beberapa dusun, jumlah penduduk miskin bahkan mengalami peningkatan. Hal tersebut tampak dari tabel berikut:
Tabel 1
Jumlah Rumah Tangga Miskin Di Desa Lembu Tahun 2010
No. |
Dusun |
Jumlah (rumah tangga) |
Persentase (%) |
1. |
Bamban |
54 dari 156 |
34,61 |
2. |
Kalimacan |
23 dari 73 |
31,50 |
3. |
Kendel |
44 dari 94 |
46,80 |
4. |
Krajan |
29 dari 73 |
39,72 |
5. |
Ngebleng |
73 dari 133 |
54,88 |
Jumlah |
223 dari 529 |
42,15 |
Sumber: Trukajaya, Pemetaan Desa Lembu, 2011, diolah.
Tabel 2
Jumlah Rumah Tangga Miskin Di Desa Lembu Tahun 2012
No. |
Dusun |
Jumlah (rumah tangga) |
Persentase (%) |
1. |
Bamban |
65 dari 156 |
41,66 |
2. |
Kalimacan |
31 dari 73 |
42,46 |
3. |
Kendel |
41 dari 94 |
43,61 |
4. |
Krajan |
47 dari 73 |
64,38 |
5. |
Ngebleng |
37 dari 133 |
27,82 |
Jumlah |
221 dari 529 |
41,78 |
Sumber: Trukajaya, Formulir Pendapatan Rumah Tangga Miskin (RTM) Partisipatif, 2013, diolah.
Jumlah penduduk miskin di Desa Lembu yang menjadi sasaran program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh Trukajaya secara keseluruhan berkurang, tetapi hal tersebut berbeda dengan jumlah penduduk miskin di masing-masing dusun yang menjadi wilayah implementasi program tersebut. Di Dusun Bamban, Dusun Kalimacan dan Dusun Krajan, jumlah penduduk miskin meningkat, sedangkan di Dusun Kendel dan Dusun Ngebleng, jumlah penduduk miskin berkurang. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, baik dari program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh Trukajaya maupun pemerintah. Selain itu, hal tersebut juga disebabkan oleh faktor-faktor lain, baik dari penduduk maupun wilayah dusun-dusun tersebut. Meningkatnya jumlah penduduk miskin di Dusun Bamban, Dusun Kalimacan dan Dusun Krajan disebabkan oleh implementasi program yang tidak merata yang disebabkan oleh sedikitnya jumlah penduduk yang mengikuti program tersebut dan kekeringan yang terjadi di wilayah dusun-dusun tersebut, sedangkan berkurangnya jumlah penduduk miskin di Dusun Kendel dan Dusun Ngebleng disebabkan oleh banyaknya penduduk yang merantau dan memperoleh pekerjaan di wilayah lain. Selain program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh Trukajaya juga terdapat Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Pedesaan yang dilaksanakan oleh pemerintah, tetapi program-program tersebut lebih cenderung ditujukan pada pembangunan fisik desa.[20]
§ Berkembangnya Usaha Peningkatan Pendapatan yang Dilakukan oleh Penduduk Miskin
Salah satu indikator keberhasilan program pemberdayaan masyarakat adalah berkembangnya usaha peningkatan pendapatan yang dilakukan oleh penduduk miskin dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia (Sumodiningrat, 1999). Sejak Trukajaya melaksanakan program pemberdayaan masyarakat di Desa Lembu, telah terjadi perkembangan di desa tersebut. Menurut Solikhin Kemat dan Mukiran, sebelum Trukajaya melaksanakan program biogas, penduduk Desa Lembu menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar untuk memasak. Penduduk memerlukan tenaga dan biaya yang lebih besar untuk proses memasak, tetapi setelah Trukajaya melaksanakan program biogas di Desa Lembu, masyarakat dapat menghemat tenaga dan biaya. Kegiatan penyuluhan dan pelatihan program pertanian organik juga membantu penduduk untuk beralih dari penggunaan pupuk kimia ke pupuk organik.[21] Selain itu, menurut Mugiono, bantuan bibit dan penyuluhan keterampilan juga menambah pengalaman penduduk dan membantu penduduk untuk mengembangkan usaha.[22]
Menurut Widodo, Trukajaya telah memberikan bantuan berupa uang dan peralatan kepada penduduk untuk produksi dan penjualan makanan dengan memanfaatkan sumber pangan lokal kepada penduduk. Seharusnya bantuan tersebut dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pendapatan, tetapi pada kenyataannya bantuan tersebut tidak dimanfaatkan dengan baik, sehingga produksi dan penjualan makanan tidak dapat berkembang. Hal tersebut disebabkan oleh penduduk yang menggunakan bantuan tersebut untuk keperluan yang lain karena keterbatasan dana untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, sehingga menghambat produksi dan penjualan makanan.[23] Hal tersebut menunjukkan bahwa telah terjadi usaha peningkatan pendapatan, walaupun usaha tersebut belum dapat berkembang.
§ Meningkatnya Kepedulian Masyarakat terhadap Upaya Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Miskin di Lingkungannya
Menurut Rubin, pemberdayaan masyarakat selalu melibatkan partisipasi masyarakat, baik dalam perencanaan maupun dalam pelaksanaan yang dilakukan (Sumaryadi, 2005).Program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh Trukajaya direncanakan dan dilaksanakan bersama dengan penduduk Desa Lembu sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga miskin di desa tersebut. Setelah program tersebut direncanakan, Trukajaya melakukan sosialisasi dan musyawarah bersama dengan masyarakat sebelum program tersebut dilaksanakan. Program tersebut kemudian dilaksanakan melalui berbagai kegiatan yang melibatkan masyarakat. Sebagian besar dari masyarakat tersebut cukup sering menghadiri kegiatan-kegiatan tersebut dan mengetahui keputusan yang dihasilkan, serta terlibat dalam pengambilan keputusan. Selain itu, penduduk Desa Lembu juga mengawasi implementasi program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh Trukajaya. Misalnya, Widodo dan Karjono yang menyampaikan berbagai informasi dalam wawancara yang telah dilakukan dalam penelitian ini mengenai implementasi program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh Trukajaya di Desa Lembu sebagai masukan bagi Trukajaya agar dapat melaksanakan program tersebut dengan lebih baik di masa mendatang.[24] Hal tersebut menunjukkan bahwa penduduk Desa Lembu memiliki kepedulian/partisipasi yang cukup tinggi terhadap upaya peningkatan kesejahteraan keluarga miskin di lingkungannya.
§ Meningkatnya Kemandirian Kelompok
Pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian masyarakat merupakan suatu kondisi yang dialami oleh masyarakat yang ditandai dengan kemampuan memikirkan, memutuskan serta melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah yang dihadapi dengan mempergunakan daya/kemampuan yang dimiliki (Sulistiyani, 2004). Menurut Widodo, Trukajaya telah mengupayakan pelatihan produksi dan penjualan makanan, tetapi cara-cara pembuatan makanan yang telah diberikan tidak dimanfaatkan dengan baik oleh penduduk, sehingga usaha penduduk tidak berkembang, padahal Trukajaya telah memberikan bantuan berupa uang dan peralatan. Hal tersebut disebabkan oleh penduduk yang menggunakan bantuan tersebut untuk keperluan yang lain karena keterbatasan dana untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, sehingga menghambat produksi dan penjualan makanan.[25] Selain itu, menurut Karjono, Trukajaya bersikap kurang terbuka terhadap penduduk Desa Lembu, sehingga program pemberdayaan masyarakat, seperti pertanian organik, pendidikan gender dan demokratisasi desa, hanya diikuti oleh orang-orang tertentu yang sudah kenal baik dengan Trukajaya. Bantuan berupa uang dan peralatan yang ditujukan untuk dapat merata tidak dilakukan. Pada kenyataannya, sesuatu yang ada uangnya telah dikuasai oleh orang-orang tertentu. Trukajaya hanya memberikan bantuan tersebut di satu titik dan hanya orang-orang tersebut yang mengambil karena jika tidak ada yang mengambil, maka bantuan tersebut tidak ada yang menggunakan. Hal tersebut menyebabkan munculnya dominasi terhadap program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh Trukajaya, di mana hanya orang-orang tertentu yang menjadi sasaran dari program tersebut, sehingga implementasi program tersebut menjadi tidak merata karena tidak dapat menjangkau penduduk miskin di Desa Lembu secara keseluruhan, mengingat sasaran dari program pemberdayaan masyarakat adalah penduduk miskin. Dominasi tersebut menimbulkan kesenjangan dan ketidakpedulian dari penduduk lain terhadap program tersebut.[26]
Menurut Eunike, Trukajaya telah mensosialisasikan program di Balai Desa Lembu kepada perangkat desa dan perwakilan penduduk, hanya saja menurutnya, perangkat desa tidak menyampaikan hal tersebut kepada penduduk secara keseluruhan. Hal tersebut juga terjadi karena informasi yang tidak jelas antarpenduduk. Ketika di satu dusun tidak ada penduduk yang tertarik dengan program pemberdayaan masyarakat, Trukajaya melaksanakan program tersebut di dusun lain di Desa Lembu.[27] Jadi, dalam hal ini persoalannya terletak pada komunikasi antara perangkat desa dengan penduduk, di mana perangkat desa tidak menyampaikan sosialisasi yang telah dilakukan oleh Trukajaya kepada penduduk, sehingga hanya orang-orang dalam lingkup perangkat desa tersebut yang mengetahui informasi mengenai program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh Trukajaya.
§ Meningkatnya Kapasitas Masyarakat dan Pemerataan Pendapatan
Salah satu indikator keberhasilan program pemberdayaan masyarakat adalah meningkatnya kapasitas masyarakat dan pemerataan pendapatan yang ditandai oleh peningkatan pendapatan keluarga miskin yang mampu memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan sosial dasar (Sumodiningrat, 1999). Menurut Widodo, produksi dan penjualan makanan yang dibantu oleh Trukajaya berupa uang dan peralatan kepada penduduk Desa Lembu seharusnya dapat meningkatkan pendapatan keluarga miskin, tetapi usaha tersebut kurang maksimal karena penduduk tidak memanfaatkan bantuan tersebut dengan baik. Hal itu dikarenakan, penduduk yang menggunakan bantuan tersebut untuk keperluan yang lain karena keterbatasan dana untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, sehingga menghambat produksi dan penjualan makanan.[28]
Walaupun demikian, menurut Karjono dan Jarwati, program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh Trukajaya di Desa Lembu dapat menambah pengalaman dan wawasan masyarakat melalui berbagai kegiatan penyuluhan dan pelatihan yang dilaksanakan melalui program pemberdayaan masyarakat.[29] Hal tersebut dapat menjadi modal bagi penduduk Desa Lembu dalam memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan sosial dasar. Selain itu, menurut Solikhin, Jarwati dan Tri, program tersebut juga meringankan beban hidup masyarakat dan membuat kehidupan menjadi lebih maju, serta menghemat pengeluaran dan tenaga melalui program biogas yang membantu penduduk untuk memudahkan proses memasak, pertanian organik yang membantu dalam penggunaan pupuk organik, serta gaduhan ternak yang membantu penduduk untuk menggunakan kotoran ternak sebagai pupuk dan tidak menggunakan pupuk kimia.[30]
4.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Implementasi Program
Hasil implementasi program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh Trukajaya di Desa Lembu dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: Pertama, kesediaan penduduk Desa Lembu untuk menerima program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh Trukajaya. Kedua, pemikiran bahwa program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh Trukajaya belum mampu menjangkau keseluruhan masyarakat miskin di Desa Lembu. Ketiga, program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh Trukajaya memerlukan sumber daya yang besar, baik dari segi pembiayaan, tenaga maupun waktu.
5. PENUTUP
Berdasarkan perspektif program, program tersebut berhasil karena berjalan sesuai dengan rencana dan tujuannya tercapai, sedangkan berdasarkan perspektif pemberdayaan masyarakat, program tersebut belum berhasil, tetapi tidak dapat dikatakan sepenuhnya gagal karena disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:
1. Program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh Trukajaya belum dapat mengurangi jumlah penduduk miskin di Desa Lembu, walaupun program tersebut berperan dalam mengatasi persoalan kemiskinan di desa tersebut.
2. Program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh Trukajaya belum cukup membantu penduduk miskin dalam mengembangkan usaha peningkatan pendapatan dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia, walaupun telah dilakukan upaya untuk membantu penduduk dalam usaha peningkatan pendapatan.
3. Program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh Trukajaya berhasil meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap upaya peningkatan kesejahteraan keluarga miskin di lingkungannya.
4. Program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh Trukajaya belum dapat meningkatkan kemandirian kelompok.
5. Program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh Trukajaya belum dapat sepenuhnya meningkatkan kapasitas masyarakat dan memeratakan pendapatan karena pendapatan keluarga miskin tidak meningkat secara signifikan, walaupun program tersebut dapat menambah pengalaman dan wawasan masyarakat, meringankan beban hidup masyarakat dan membuat kehidupan menjadi lebih maju, menghemat pengeluaran dan tenaga, serta meningkatkan SDM masyarakat.
Referensi
Ala, Andre Bayo. 1981. Kemiskinan dan Strategi Memerangi Kemiskinan. Yogyakarta: Penerbit Liberty.
Arikunto, Suharsimi; Jabar, Cepi Safrudin Abdul. 2004. Evaluasi Program Pendidikan: Pedoman Teoritis bagi Praktisi Pendidikan. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.
Dunn, William N. 2000. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Dunn, William N. 2003. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Foy, Nancy. 1994. Empowering People at Work. Cambridge: Gower Publishing Ltd.
Miles, Matthew B.; Huberman, A. Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber tentang Metode-metode Baru. Jakarta: UI Press.
Prijono, O. S.; Pranarka, A. M. W. 1996. Pemberdayaan: Konsep, Kebijakan dan Implementasi. Jakarta: CSIS.
Sairin, Sjafri. 2002. Perubahan Sosial Masyarakat Indonesia: Perspektif Antropologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Siahaan, N. H. T. 2004. Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Soekanto, Soerjono. 2007. Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Sudjana, Djudju. 2006. Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Suhartini, Rr. et.al. 2005. Model-model Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pesantren.
Sulistiyani, Ambar Teguh. 2004. Kemitraan dan Model-model Pemberdayaan. Yogyakarta: Penerbit Gava Media.
Sumaryadi, I Nyoman. 2005. Perencanaan Pembangunan Daerah Otonom dan Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: CV. Citra Utama Gemilang.
Sumodiningrat, G. 1999. Pemberdayaan Masyarakat dan JPS. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Tangkilisan, Hessel Nogi S. 2003. Kebijakan Publik yang Membumi. Yogyakarta: Lukman Offset & YPAPI.
Warsito, Rukmadi. 1986. Evaluasi Program Pengembangan Masyarakat. Salatiga: World Vision International Indonesia & Universitas Kristen Satya Wacana.
[1]Lulusan Program Studi Sosiologi Fiskom UKSW.
[2]Staf pengajar Fiskom UKSW.
[3]Penduduk Dusun Kalimacan
[4] Berdasarkan wawancara dengan Solikhin pada tanggal 26 Juni 2013.
[5] Kadus Kendel.
[6] Berdasarkan wawancara dengan Karjono pada tanggal 4 Juli 2013.
[7] Penduduk Dusun Kendel.
[8] Berdasarkan wawancara dengan Jarwati pada tanggal 1 Juli 2013.
[9] Penduduk Dusun Bamban.
[10] Berdasarkan wawancara dengan Mukiran pada tanggal 26 Juni 2013.
[11]Staf Trukajaya yang mendampingi Desa Lembu.
[12]Berdasarkan wawancara dengan Eunike pada tanggal 10 September 2013.
[13] Penduduk Dusun Kalimacan.
[14]Berdasarkan wawancara dengan Solikhin Kemat dan Mukiran pada tanggal 26 Juni 2013.
[15] Berdasarkan wawancara dengan Karjono pada tanggal 4 Juli 2013.
[16]Berdasarkan wawancara dengan Eunike pada tanggal 10 September 2013.
[17] Berdasarkan wawancara dengan Widodo pada tanggal 5 Juli 2013.
[18] Berdasarkan wawancara dengan Solikhin dan Solikhin Kemat pada tanggal 26 Juni 2013.
[19] Berdasarkan wawancara dengan Jarwati dan Tri pada tanggal 1 Juli 2013.
[20]Berdasarkan wawancara dengan Eunike pada tanggal 23 September 2013.
[21]Berdasarkan wawancara dengan Solikhin Kemat dan Mukiran pada tanggal 26 Juni 2013.
[22] Berdasarkan wawancara dengan Mugiono pada tanggal 5 Juli 2013.
[23] Berdasarkan wawancara dengan Widodo pada tanggal 5 Juli 2013.
[24] Wawancara dilakukan pada tanggal 4 dan 5 Juli 2013.
[25] Berdasarkan wawancara dengan Widodo pada tanggal 5 Juli 2013.
[26] Berdasarkan wawancara dengan Karjono pada tanggal 4 Juli 2013.
[27]Berdasarkan wawancara dengan Eunike pada tanggal 10 September 2013.
[28] Berdasarkan wawancara dengan Widodo pada tanggal 5 Juli 2013.
[29] Berdasarkan wawancara dengan Karjono dan Jarwati pada tanggal 4 dan 5 Juli 2013.
[30] Berdasarkan wawancara dengan Solikhin, Jarwati dan Tri pada tanggal 26 Juni dan 1 Juli 2013.