Hubungan Antara Efikasi Diri Matematika Dengan Kecemasan Mengikuti Pelajaran
HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI MATEMATIKA
DENGAN KECEMASAN MENGIKUTI PELAJARAN MATEMATIKA
PADA SISWA KELAS V DI SD SIDOREJO LOR 01
Nadia Isnandita Tahta Milatina
Heru Astikasari S. Murti
Fakultas Psikologi – Universitas Kristen Satya Wacana
ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the negative and significant relationship between mathematics self-efficacy and Anxiety follow math in students of the V grade SD Sidorejo Lor 01. The sampling technique using sampling techniques saturated. Subsequently the samples were 38 students who meet the requirements posed by the researcher. To measure the mathematics self-efficacy scale arranged by (Tamtama, 2015) Based on Bandura’s theory. While used to measure Anxiety follow math scale arranged by (Satriyani, 2016) based on the theory of Stuart. From this research, the correlation of rit = -0.356 with sig. = 0.028 (p <0.05). This shows the negative and significant relationship between mathematics self-efficacy and Anxiety follow math. Mathematics self-efficacy effective contribution to the Anxiety follow math of 18,86%.
Keywords: Mathematics self-efficacy, Anxiety follow math, elementary school students;
PENDAHULUAN
Pembelajaran merupakan sesuatu yang cukup istimewa dalam proses pendidikan siswa di sekolah terutama pada sekolah dasar. Menurut Undang-Undang dasar (1945) pendidikan di sekolah dasar merupakan pendidikan anak yang berusia antara 7 sampai dengan 13 tahun sebagai pendidikan di tingkat dasar yang dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah/karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat bagi siswa.
Hudojo (1998) menyatakan bahwa matematika merupakan ide-ide abstrak yang diberi simbol-simbol itu tersusun secara hirarkis dan penalarannya dedukti, sehingga belajar matematika itu merupakan kegiatan mental yang tinggi. Sedangkan James dalam kamus matematikanya menyatakan bahwa “Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep lainnya yang berhubungan dengan jumlah dan terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan goemetri.
Dari hasil wawancara yang diberikan kepada seorang guru dari salah satu sekolah dasar bahwa dia mengatakan kalau pada saat ini masih banyak siswa yang merasa cemas dalam mengikuti pelajaran matematika terutama pada siswa sekolah dasar. Hal tersebut diperkuat dengan adanya fenomena-fenomena yang ada yaitu: merasa bahwa tidak dapat menyelesaikan soal tepat waktunya. Mereka juga merasa cemas dan takut tidak dapat mengerjakan dan menjawab soal tersebut dengan baik. Siswa sekolah dasar tersebut juga biasanya mereka merasa cemas apabila mendapatkan nilai jelek dan takut apabila orang tuanya tau nilai tersebut. Selain itu guru yang mengajar juga berpengaruh dalam siswa mengikuti pelajaran dikelas.
Fenomena-fenomena tersebut dapat menghambat proses belajar siswa sehingga dapat menyebabkan kecemasan tersendiri bagi siswa. Menurut Davison dkk, 2006 (dalam Sijangga, 2010) kecemasan adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan yang disertai dengan maningkatnya ketegangan fisiologis. Kecemasan Matematika menurut Dreger & Aiken (dalam Kusumawati, 2005), yaitu gejala atau reaksi emosional terhadap aritmatika dan matematika.
Menurut Stuart (dalam Satriyani, 2016) aspek-aspek kecemasan dibagi menjadi 3 bentuk, yaitu: (a) Aspek Fisiologis adalah gejala kecemasan fisiologis diantaranya adalah kardiovaskular (jantung berdebar dan rasa ingin pingsan), pernafasan (sesak nafas, tekanan darah pada dada dan sensasi tercekik), neuromuskular (insomnia, mondar-mandir, dan wajah tegang), gastrointestinal (nafsu makan hilang, mual dan diare), saluran perkemihan (tidak dapat menahan kencing), dan kulit (berkeringat, wajah memerah, dan rasa panas dingin pada kulit). (b) Aspek Kognitif adalah perilaku kognitif diantaranya adalah perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa, salah memberikan penilaian, hembatan berpikir, kehilangan objektifitas, bingung, takut, dan mimpi buruk. (c) Aspek Afektif adalah perilaku afektif diantaranya adalah mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, gugup, ngeri, khawatir, rasa bersalah dan malu.
Wigfield dan Meece (dalam Ormrod, 2004) menjelaskan mengenai sebab terjadinya kecemasan terhadap mata pelajaran matematika, yaitu: (a) orang-orang yang khawatir dengan matematika percaya bahwa mereka tidak yakin akan kemampuan mereka untuk menyelesaikan soal matematika, dan (b) mereka memiliki reaksi emosi negatif terhadap soal-soal matematika, mereka takut dan tidak menyukai matematika secara terus-menerus.Menurut Kresch & Qrutch (dalam Suparjo, 2014), sumber-sumber kecemasan terdiri dari 2 faktor yaitu: (a) faktor internal.dan (b) faktor eksternal.
Albert Bandura (dalam Feist, J. dan Gregory J. F, 2010: 212) mengemukakan bahwa efikasi diri merupakan keyakinan seseorang dalam kemampuannya untuk melakukan suatu bentuk kontrol terhadap keberfungsian orang itu sendiri dan kejadian dalam lingkungan. Efikasi diri pada dasarnya adalah hasil proses kognitif berupa keputusan, keyakinan, atau penghargaan tentang sejauh mana individu memperkirakan kemampuan dirinya dalam melaksanakan tugas atau tindakan tertentu yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan (Bandura, 1997). Sementara itu, Baron dan Byrne (1991) mendefinisikan efikasi diri sebagai evaluasi seseorang mengenai kemampuan atau kompetensi dirinya untuk melakukan suatu tugas, mencapai tujuan, dan mengatasi hambatan. Efikasi diri matematika adalah penilaian seseorang terhadap kemampuannya untuk menyusun tindakan yang dibutuhkan dalam menyelesaikan tugas-tugas khusus yang dihadapi terutama yang berkaitan dengan matematika (dalam Nursilawati, 2010).
Efikasi diri akademik yang dimiliki seseorang berbeda-beda, dapat dilihat berdasarkan aspek yang mempunyai implikasi penting pada perilaku. Bandura (1986), mengemukakan ada tiga aspek dalam efikasi diri, yaitu: (1) Magnitude (tingkat kesulitan tugas), yaitu tingkat masalah berkaitan dengan derajat kesulitan tugas siswa. Komponen ini berimplikasi pada pemilihan perilaku yang akan dicoba siswa berdasar ekspetasi pada tingkat kesulitan tugas. (2) Strength (kekuatan keyakinan), yaitu komponen yang berkaitan dengan kekuatan keyakinan individu atas kemampuannya. (3) Generality (generalitas), yaitu hal yang berkaitan dengan luas cakupan tingkah laku diyakini oleh individu mempu dilaksanakan.
Dalam penelitian sebelumnya menyatakan bahwa apabila efikasi diri tinggi akan membantu membuat perasaan tenang dalam mengerjakan tugas dan kegiatan yang sulit. Sebaliknya, orang yang meragukan kemampuan dirinya, mereka percaya bahwa sesuatu itu lebih sulit daripada yang sesungguhnya (Mukhid, 2009). Selain itu hasil penelitian sebelumnya terdapat juga hubungan negatif secara signifikan antara efikasi diri dengan kecemasan siswa yang menghadapi ujian SBMPTN (dalam Jannah, 2015).
Dari hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 26 September 2016 terhadap seorang siswa kelas V SDN 1 Tuntang didapatkan hasil bahwa meskipun anak tersebut selalu mendapatkan nilai delapan atau diatas delapan dan dia merasa tenang saat mengikuti pelajaran matematika, tetapi dia masih merasa takut tidak dapat mengerjakan soal yang diberikan oleh gurunya dan mendapatkan nilai yang kurang baik. Ini berarti bahwa anak tersebut merasa tenang saat pelajaran matematika tapi dia juga merasa cemas karena takut tidak dapat mengerjakan soal tersebut.
Berdasarkan penjelasan-penjelasan dan fenomena diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui apakah ada hubungan negatif antara efikasi diri matematika dengan kecemasan mengikuti pelajaran matematika pada siswa SD. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu terdapat hubungan negatif yang signifikan antara efikasi diri matematika dengan kecemasan mengikuti pelajaran matematika pada siswa SD
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif korelasional. Menurut Azwar (2012) dengan metode kuantitatif akan diperoleh signifikansi perbedaan kelompok atau signifikansi hubungan antar variable yang diteliti. Penelitian kuantitatif juga menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka) yang diolah dengan metode statistika. Variabel- variabel yang akan dilibatkan dalam penelitian ini adalah variabel bebas (X) yaitu efikasi diri matematika dan variabel tergantung (Y) yaitu kecemasan mengikuti pelajaran matematika. Partisipan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V di SDN Sidorejo Lor 01. Menggunakan teknik sampling jenuh dimana semua anggota populasi dijadikan sebagai anggota sampel.
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur variabel kecemasan mengikuti pelajaran matematika adalah menggunakan skala kecemasan mengikuti pelajaran matematika berdasarkan komponen-komponen yang dikemukakan oleh Stuart (dalam Satriyani, 2016) dan dimodifikasi kembali oleh penulis sesuai dengan tujuan dan partisipan penelitian. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur variabel efikasi diri matematika adalah menggunakan skala efikasi diri matematika menurut Bandura (1997) dan dimodifikasi kembali oleh penulis sesuai dengan tujuan dan partisipan penelitian.
Untuk melihat hubungan antara efikasi diri matematika dengan kecemasan mengikuti pelajaran matematika pada siswa kelas V SD, teknik analisa data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis korelasional dengan menggunakan product moment dan dibantu dengan program SPSS 17.0 for Windows. Reliabilitas menggunakan Cronbach’s Alpha, seleksi aitem menggunakan Item-total Statistic, uji normalitas menggunakan One-Sample Kolmogorov- Smirnov Test, uji linieritas menggunakan ANOVA,uji korelasi menggunakan Correlations
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil pengujian normalitas, kedua variabel memiliki signifikansi p > 0,05. Variabel efikasi diri matematika memiliki nilai K-S-Z sebesar 544 dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0,929 (p > 0,05). Oleh karena nilai signifikansi p > 0,05, maka distribusi data efikasi diri matematika berdistribusi normal. Sedangkan pada variabel kecemasan mengikuti pelajaran matematika memiliki nilai K-S-Z sebesar 795 dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0,552 (p > 0,05). Dengan demikian data kecemasan mengikuti pelajaran matematika juga berdistribusi normal.
Dari uji linearitas, maka diperoleh nilai Fbeda sebesar 928 (p > 0,05) dengan sig.= 0,575 yang menunjukkan efikasi diri matematika dengan kecemasan mengikuti pelajaran matematika berhubungan secara linear.
Berdasarkan hasil pengujian uji korelasi diperoleh koefisien korelasi antara efikasi diri matematika dengan kecemasan mengikuti pelajaran matematika sebesar –0,356 dengan sig. = 0,028 (p < 0,05) yang berarti ada hubungan yang negatif signifikan antara efikasi diri matematika dengan kecemasan mengikuti
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian uji korelasi Pearson diketahui korelasi (r) = -0,356 dengan sig. = 0,028 (p < 0,05), yang berarti ada hubungan yang negatif signifikan antara efikasi diri matematika dengan kecemasan mengikuti pelajaran matematika pada siswa-siswi kelas V SDN Sidorejo Lor 01. Hal ini menunjukkan bahwa ketika individu memiliki efikasi diri matematika yang tinggi maka semakin rendah juga kecemasan mengikuti pelajaran matematika.
Betz dan Hackett (dalam Nursilawati, 2010) menunjukkan bahwa efikasi diri mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kecemasan yang dialami oleh siswa daripada hasil prestasi siswa, sehingga kecemasan seseorang lebih dipengaruhi oleh efikasi diri daripada prestasi yang diperoleh. Menurut Bandura (1997), individu yang memiliki efikasi diri matematika yang tinggi bila menghadapi kegagalan cenderung menganggap kegagalan tersebut diakibatkan usaha-usaha yang tidak cukup memadai.
Sesuai dengan teori sosial kognitif yang dikemukakan oleh Pajares (1996) (dalam Nursilawati, 2010) yaitu dapat dilihat bahwa ketika self-efficacy seseorang dkontrol, maka pengaruh kecemasan berkurang, sehingga seseorang yang mempunya self-efficacy tinggi, maka kecemasan yang dirasakan rendah (menurun). Selain itu, peranan self-efficacy dalam kecemasan menurut teori sosial kognitif, yaitu orang-orang yang memiliki persepsi Âself-efficacy yang rendah dengan hubungannya dalam mengatasi ancaman yang mengakibatkan timbulnya kecemasan yang tinggi pada seseorang.
Berdasarkan hasil analisis dekriptif dalam penelitian ini, diperoleh data bahwa efikasi diri matematika sebesar 89,47% yang berada pada kategori tinggi, sedangkan data pada kecemasan mengikuti pelajaran matematika sebesar 55,26% yang berada pada kategori sedang. Sumbangan efektif efikasi diri matematika terhadap kecemasan mengikuti pelajaran matematika sebesar 18,86%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain sebesar 81,14%. Efikasi diri matematika bukan merupakan hal mempengaruhi kecemasan mengikuti pelajaran matematika saja melainkan ada banyak faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kecemasan mengikuti pelajaran matematika tersebut, misalnya self-regulated learning, motivasi belajar siswa dan sebagainya. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa efikasi diri matematika memberikan kontribusi terhadap kecemasan mengikuti pelajaran matematika.
KESIMPULAN
Dari penelitian yang dilakukan dan uraian yang telah disampaikan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: (1) Terdapat hubungan negatif yang signifikan antara efikasi diri matematika dengan kecemasan mengikuti pelajaran matematika pada siswa siswi kelas V SD Sidorejo Lor 01. (2) Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi efikasi diri matematika yang dimiliki murid-murid kelas V tersebut, maka semakin rendah pula kecemasan mengikuti pelajaran matematika yang dimiliki murid-murid tersebut. (3) Sumbangan efektif efikasi diri matematika terhadap kecemasan mengikuti pelajaran matematika sebesar 18,86%, sedangkan 81,14% sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
SARAN
1 Bagi Sekolah adalah berdasarkan hasil penelitian, peneliti ingin memberikan saran kepada pihak sekolah untuk memberikan bimbingan kepada para siswa siswi kelas V dalam meningkatkan efikasi diri yang dimiliki mereka sehingga kecemasan yang mereka rasakan dapat berkurang terutama pada pelajaran matematika, misalnya dengan sering memberikan latihan-latihan soal kepada mereka agar mereka lebih percaya diri saat mengerjakan ulangan ataupun tes, guru juga dapat memberikan motivasi yang positif kepada murid-murid yang membuat mereka lebih percaya diri sehingga kecemasan mereka dapat berkurang.
2 Bagi Murid adalah hasil penelitian ini menunjukkan bahwa efikasi diri matematika pada siswa siswi kelas V SD Sidorejo Lor 01 pada kategori tinggi dan kecemasan mengikuti pelajaran matematika pada siswa siswi kelas V SD Sidorejo Lor 01 pada kategori sedang. Para siswa siswi diharapkan dapat meningkatkan efikasi diri matematika yang mereka miliki dengan berbagai cara seperti mereka giat belajar dan lebih sering berlatih soal-soal terutama mata pelajaran matematika. Selain itu mereka juga dapat bertanya kepada bapak ibu guru apabila ada yang belum paham sehingga hal-hal tersebut dapat mengurangi kecemasan yang mereka rasakan saat mengikuti pelajaran matematika.
3 Bagi Peneliti Selanjutnya adalah hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masih ada faktor-faktor lain di luar efikasi diri matematika yang dapat memengaruhi kecemasan mengiuti pelajaran matematika sebesar 81,14%. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut penelitian ini dengan lebih mengembangkan variabel-variabel yang dapat dihunakan, sehingga dapat terungkap faktor-faktor lain yang memengaruhi kecemasan dalam mengikuti pelajaran matematika seperti self-regulated, motivasi belajar siswa dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Ardani, Rahayu. (2004). Hubungan Pola Pikir Positif Dengan Kecemasan Berbicara Dalam Bahasa Inggris. Jurnal Psikologi UNDIP 1 (2).
Azwar, S (2012). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bandura, A. (1986). Social foundation of thought and action: a social cognitive theory.New York: Prentice Hall.
Bandura, A. (1997). Self-Efficacy: The Exer-cise of Control. New York: W. H. Freeman and Company.
Baron, R.A.. & Byrne, D. (1991). social psychology understanding human inter-action. Boston: Allyn & Bacon.
Fausiah, F & Widury, J (2005).Psikologi Abnormal Klinis Dewasa. Jakarta: Universitas Indonesia.
Feist, J & Feist G.J (2010).Teori Kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika.
Ghufron, M. N. & Suminta, R. R. (2013). Efikasi Diri dan Hasil Belajar Matematika: Meta-analisis: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Vol. 21, No. 1, Juni 2013.
Hasratuddin (2014). Pembelajaran Matematika Sekarang dan yang akan Datang Berbasis Karakter: Jurusan Matematika Universitas Negeri Medan.
Jannah, A. M (2015). Hubungan Antara Efikasi Diri Dengan Kecemasan Menghadapi Ujian SBMPTN: Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Kusumawati, Y. (2005). Hubungan Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran Matematika dengan Fenomena Kecemasan Kelas V SDN Karang Tengah 6 dan Karang Tengah 7 Tangerang. Jurnal Ilmiah Psiko-Edukasi. Vol.3, No. 1, 49-60. Jakarta: FKIP Unika Atma Jaya.
Nursilawati (2010). Hubungan Self-Efficacy Matematika Dengan Kecemasan Menghadapi Pelajaran Matematika: Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Satriyani (2016). Pengaruh Kecemasan Matematika (Mathematics Anxiety) dan Gender terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Hidayatullah Jakarta.
Suparjo, V. P (2007). Studi Deskriptif Kecemasan Siswa SMP Dalam MenghadapiMata Pelajaran Matematika: Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Tamtama, A. T (2015). Hubungan Persepsi Profesionalisme Guru dan Efikasi Diri siswa Pada Mata Pelajaran Matematika di SMK Yogyakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.