PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI PENERAPAN METODE EKSPERIMEN MATERI BENDA PADAT, CAIR, DAN GAS

PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 03 MALANGJIWAN COLOMADU KABUPATEN KARANGANYAR SEMESTER I

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Sumanto

Kepala Sekolah SD Negeri 03 Malangjiwan

Abstrak

Pembelajaran sains pada umumnya masih didominansi guru dengan metode ceramah dan kurang melibatkan aktivitas siswa melakukan kerja ilmiah, akibatnya hasil belajar siswa masih rendah dan kegiatan belajar siswa pun belum menyentuh aspek psikomotorik dan aspek lain yang berkenaan dengan proses pengembangan kemampuan dalam berpikir. Guru perlu mengubah strategi mengajar yang lama dengan strategi mengajar baru yang memungkinkan siswa untuk aktif dalam pembelajaran, mencapai hasil belajar yang baik, dan dapat mengembangkan kemampuan berpikir salah satunya berpikir kritis.

Penelitian ini bertujuan untuk melatih kemampuan berpi-kir kritis dan meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 03 Malangjiwan Colomadu Karanganyar tahun 2011/2012 pokok bahasan benda padat, cair, dan gas melalui penerapan metode eksperimen. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam empat siklus yang terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Data hasil kemampuan berpikir kritis diperoleh dari tes kemampuan berpikir kritis yang terdapat dalam Lembar Kerja Siswa (LKS), data hasil belajar kognitif diperoleh dari post test, sedangkan data hasil belajar afektif dan psikomotorik diperoleh dari hasil pengamatan berupa lembar observasi selama proses pembelajaran berlang-sung.

Hasil penelitian menunjukkan meningkatnya hasil ke-mampuan berpikir kritis, hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa kelas IV SD Negeri 03 Malangjiwan Colomadu Karanganyar tahun 2011/2012 secara signifikan setelah dilakukan penerapan metode eksperimen pokok bahasan benda padat, cair, dan gas. Ketuntasan klasikal hasil kemampuan berpikir kritis siswa pada siklus I mencapai 43.48%, siklus II 80.44%, siklus III 82.61% dan siklus IV 93.48%. Ketuntasan klasikal hasil belajar kognitif siswa siklus I mencapai 34.78%, siklus II 58.70%, siklus III 86.96%, dan siklus IV 100%. Ketuntasan klasikal hasil belajar afektif siswa siklus I mencapai 89.13%, siklus II 93.48%, siklus III 95.65%, dan siklus IV 97.83%. Ketuntasan klasikal hasil belajar psikomotorik siswa siklus I mencapai 32.61%, siklus II 41.30%, siklus III 86.96%, dan siklus IV 91.30%. Dapat disimpulkan bahwa penerapan metode eksperimen pokok bahasan benda padat, cair dan gas dapat melatih kemapuan berpikir kritis dan meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 03 Malangjiwan Colomadu Karanganyar tahun 2011/2012. Untuk lebih meningkatkan efektifitas penerapan metode eksperi-men diperlukan penelitian lebih lanjut dengan pokok bahasan atau materi yang berbeda.

Kata kunci: metode eksperimen, kemampuan berpikir

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Untuk dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi dunia, termasuk teknologi informasi pada masa sekarang ini, diperlukan adanya peningkatan kemampuan dalam berbagai bidang, salah satunya pada bidang sains. Pendidikan sains menekankan pada pemberian pengalaman belajar langsung pada siswa dengan tujuan agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah, oleh karena itu pendidikan sains diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat (Anonim 2003:3). Pelaksanaan pembelajaran sains, hendaknya menempatkan aktivitas nyata bagi anak, memberi kesempatan anak untuk bersentuhan langsung dengan obyek yang akan atau sedang dipelajarinya (Rohandi dalam Sumaji 2003:112).

Berdasarkan hasil komunikasi personal dengan guru kelas IV SD Negeri 03 Malangjiwan ditemukan beberapa permasalahan di antaranya pelaksanaan pembelajaran sains yang masih didominansi guru dengan metode ceramah yang cenderung terbatas pada aspek hafalan sehingga kurang melibatkan aktivitas siswa melakukan kerja ilmiah, akibatnya hasil belajar siswa masih rendah dan kegiatan belajar siswa pun belum menyentuh aspek psikomotorik dan aspek lain yang berkenaan dengan proses pengembangan kemampuan dalam berpikir. Tidak terkecuali hasil pengamatan pakar pada beberapa sekolah di Indonesia, masih banyak kegiatan belajar mengajar yang lebih menekankan aspek kognitif. Di antaranya pembelajaran sains yang lebih menekankan dengan hafalan (Sulaeman 2007). Berdasarkan pernyataan yang dilansir oleh Pusat Perbukuan Depdiknas (2003) kecenderungan menggunakan hafalan sebagai wahana untuk menguasai ilmu pengetahuan, membawa siswa hanya terbiasa menggunakan sebagian kecil dari potensi atau kemampuan berpikirnya dan dikhawatirkan mereka menjadi malas untuk berpikir mandiri. Melihat kenyataan ini sangatlah bertolak belakang dengan Standar Kompetensi Mata Pelajaran Sains dan Kompetensi Lulusan Sekolah yang menuntut siswa memiliki beberapa kemampuan berpikir salah satunya adalah kemampuan berpikir kritis (Anonim 2003:10).

Berdasarkan uraian di atas maka dapat diidentifikasi permasalahan penelitian sebagai berikut:

1. Proses kegiatan belajar mengajar hanya bersifat cera-mah, sehingga belum dapat mengembangkan kemampu-an berpikir secara kritis.

2. Guru cenderung dominan dalam proses pembelajaran sehingga siswa kurang dilibatkan secara aktif.

Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah berkenaan dengan tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:

1. Metode eksperimen yang dimaksudkan adalah kegiatan percobaan untuk membuktikan atau menguji teori yang telah dipelajari sehingga mampu menciptakan kondisi belajar yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir dan kreativitas siswa secara optimal

2. Berpikir kritis yang dimaksud adalah berpikir untuk sampai pada pengetahuan yang tepat, sesuai dan dapat dipercaya mengenai segala sesuatu yang ada di sekitar manusia.

3. Benda Padat, Cair, dan Gas yang dimaksud adalah materi sains pada Sekolah Dasar kelas IV semester 1 atau sederajat yang mempelajari sifat dan perubahan wujud dari benda padat, cair, dan gas.

Perumusan Masalah

Permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah: “Apakah penerapan metode eksperimen materi benda padat, cair, dan gas dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Malangjiwan Colomadu Karanganyar Semester I Tahun Pelajaran 2011/2012?”

Tujuan Penelitian

Terkait dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah: meningkatkan kemampuan berpikir kritis melalui penerapan metode eksperimen materi benda padat, cair, dan gas pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Malangjiwan Colomadu Karanganyar Semester I Tahun Pelajaran 2011/2012.

KAJIAN PUSTAKA

Kajian Teori

1. Pembelajaran Sains

Pembelajaran sains pada intinya melibatkan siswa untuk aktif dalam berbagai kegiatan yang berhubungan dengan obyek nyata (Koes 2003:3). Pembelajaran sains juga sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah dengan tujuan untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah pada siswa (Admin 2008).

2. Metode Eksperimen

Metode eksperimen adalah metode mengajar yang mengajak siswa melakukan kegiatan percobaan untuk mem-buktikan atau menguji teori yang telah dipelajari memang memiliki kebenaran (Suparno 2007:77). Metode eksperimen merupakan salah satu metode pembelajaran yang memberi pengalaman belajar langsung dan melibatkan aktivitas pada siswa (Farida 2008).

3. Kemampuan Berpikir Kritis

Salah satu kecakapan hidup yang perlu dikembang-kan melalui proses pendidikan adalah keterampilan berpikir (Anonim 2003). Keterampilan berpikir sangat menentukan kemampuan seseorang untuk dapat mencapai keberhasilan dalam kehidupannya. Hal ini mengandung pengertian, jika keterampilan berpikir yang dimiliki seseorang sangat rendah maka keberhasilan akan sulit dicapai, dan jika keterampilan berpikir yang dimiliki cukup tinggi maka keberhasilan akan mudah dicapai dalam hidupannya. Keterampilan berpikir juga dapat menentukan kemampuan seseorang dalam mengatasi permasalahan yang ada dalam kehidupannya (Ibrahim 2007).

4. Materi Benda Padat, Cair, dan Gas

a. Zat Padat

Partikel dalam zat padat sangat teratur dan tertib. Sekitar titik keseimbangan masingmasing partikel itu bergetar, tetapi tidak ada yang berpindah-pindah. Jika dilukiskan (dalam ruang berdimensi dua) dapat diperkirakan zat padat sederhana akan nampak seperti gambar berikut ini:

Gambar 1. Partikel Zat Padat

b. Zat Cair

Partikel di dalam zat cair akan selalu mudah untuk berpindah-pindah. Tempat partikelnya tidak teratur tetapi rata-rata jarak antar partikel dalam zat cair di- perkirakan sama dengan jarak antar partikel dalam zat padat, karena partikelnya mudah untuk berpindah. Zat cair secara keseluruhan tidak mempertahankan ben- tuknya, artinya bentuk luar zat cair secara keseluruhan tidak tetap, mudah menye- suaikan diri dengan bentuk wadah yang diisinya. Hal ini sangat berbeda dari zat padat yang mempunyai bentuk tetap.

Gambar 2. Partikel Zat Cair

c. Gas

Partikel dalam gas senantiasa bergerak ke semua arah. Jarak antar partikel sangat besar jika dibandingkan dengan ukuran partikel. Gaya antar partikelnya sangat lemah, kecuali jika partikel itu saling bertumbukan. Dalam gas ideal gaya itu bahkan diabaikan. Karena itu gas mudah mengisi seluruh ruang yang tersedia baginya. Contohnya setetes minyak wangi dalam kamar, akan menguap meng- harumkan seluruh kamar itu. Sebelum menguap, volumenya kecil, yaitu volume setetes itu saja, sesudah menguap seluruh ruang kamar itulah volumenya (Sutrisno dkk. 1993:176).

Gambar 3. Partikel Gas

KERANGKA BERPIKIR

Pembelajaran sains masih didominansi metode ceramah yang cenderung terbatas pada aspek hafalan sehingga kurang melibatkan aktifitas siswa melakukan kerja ilmiah, akibatnya hasil belajar siswa masih rendah dan kegiatan belajar siswa pun belum menyentuh aspek psikomotorik dan aspek lain yang berkenaan dengan proses pengembangan kemampuan dalam berpikir. Hal ini mengakibatkan tidak tercapainya Standar Kompe-tensi Mata Pelajaran Sains dan Kompetensi Lulusan Sekolah dalam kurikulum pendidikan yang menekankan pada pemberian pengalaman belajar langsung pada siswa dan menuntut siswa memiliki kemampuan berpikir salah satunya berpikir kritis.

HIPOTESIS TINDAKAN

Hipotesis tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah: penerapan metode eksperimen materi benda padat, cair, dan gas dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Malangjiwan Colomadu Karanganyar Semester I Tahun Pelajaran 2011/2012.

METODOLOGI PENELITIAN

Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-No-vember 2011 di kelas IV SD Negeri 03 Malangjiwan semester 1 tahun pelajaran 2011/2012 dengan jumlah siswa 39 orang. Kelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang memiliki nilai rata-rata sedang, sehingga perlu metode khusus untuk mening-katkan kemampuan mereka. Dalam penelitian ini ada beberapa faktor yang diamati, yaitu:

1. Hasil belajar siswa yang mencakup hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. Hasil belajar kognitif diukur dengan post test yang diadakan pada akhir siklus, sedangkan hasil belajar afektif dan psikomotorik diukur dengan lembar observasi selama proses pembelajaran berlangsung.

2. Kemampuan berpikir kritis siswa, data yang diperoleh, dari tes kemampuan berpikir kritis yang terdapat dalam Lembar Kerja Siswa (LKS) pada tiap siklusnya.

PROSEDUR PENELITIAN

Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari empat siklus, masing-masing siklus dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Pelaksanaan tindakan kelas ini terinci ke dalam bebe-rapa langkah berikut:

1. Siklus I

a. Perencanaan

b. Pelaksanaan

c. Observasi

d. Refleksi

2. Siklus II, III dan IV

Data dan Cara Pengambilan Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif yang terdiri dari: data tentang hasil belajar kognitif siswa, data tentang hasil belajar afektif dan psikomotorik siswa, data tentang kemampuan berpikir kritis siswa. Cara pengambilan data disesuaikan dengan jenis data yang diperoleh dalam penelitian, yakni:

1. Data hasil belajar kognitif siswa diambil dari nilai post test yang diberikan pada setiap akhir siklus.

2. Data hasil belajar afektif dan psikomotorik siswa diambil dari penilaian lembar observasi.

3. Data tentang kemampuan berpikir kritis siswa diambil dari penilaian tes kemampuan berpikir kritis dalam LKS.

Analisis Data

Data yang diperoleh dari proses dan hasil pembelajar-an dianalisis secara persentase dan tabel statistik sederhana.

Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam pembelajaran ini tercermin dengan adanya peningkatan hasil kemampuan berpikir kritis siswa, hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotorik. Keberha-silan pembelajaran untuk aspek kemampuan kognitif dan kemampuan berpikir kritis siswa dapat di ketahui dari hasil tes, jika hasil tes belajar siswa mencapai 65% secara individual dan 85% secara klasikal. Untuk aspek afektif dan aspek psikomotorik, dikatakan tuntas belajar jika hasil belajar siswa mencapai 75% secara individual dan ketuntasan klasikal 75% (Mulyasa 2003:99-102).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

1. Hasil Belajar Kognitif

Hasil belajar kognitif siswa disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 4.

Tabel 1. Hasil belajar kognitif siswa tiap siklus

No

Keterangan

Siklus I

Siklus II

Siklus III

Siklus IV

1.

Nilai Terendah

25

12.5

50

68.75

2.

Nilai Tertinggi

100

100

100

100

3.

Nilai Rata-rata

63.04

74.46

81.25

85.19

4

Ketuntasan Klasikal (%)

34.78

58.70

86.96

100

Gambar 4. Grafik peningkatan hasil belajar kognitif siswa

Berdasarkan data pada Tabel 1 dan Gambar 4 menunjukkan bahwa nilai terendah yang dicapai siswa mengalami peningkatan dari 25 pada siklus I, menjadi 12,5 siklus II, 50 pada siklus III dan 68,75 pada siklus IV. Nilai tertinggi yang dicapai siswa dapat dipertahankan sebesar 100 dari siklus I sampai dengan siklus IV. Nilai rata-rata kelas juga mengalami peningkatan yaitu 63,04 pada siklus I, 74,46 pada siklus II, 81,25 pada siklus III dan 85,19 pada siklus IV. Adapun ketuntasan klasikal juga mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu: 34,78% pada siklus I, 58,70% pada siklus II, 86,96% pada siklus III, dan 100% pada siklus IV.

2. Hasil Belajar Afektif

Penilaian hasil belajar afektif meliputi: keaktifan mengikuti pelajaran, kerja sama, kejujuran, menghargai orang lain, dan tanggung jawab. Data hasil belajar afektif disajikan pada Tabel 2 dan Gambar 5.

Tabel 2. Hasil belajar afektif siswa tiap siklus

No

Keterangan

Siklus I

Siklus II

Siklus III

Siklus IV

1.

Nilai Terendah

30

50

55

70

2.

Nilai Tertinggi

80

85

95

100

3.

Nilai Rata-rata

76.09

81.52

91.74

96.20

4

Ketuntasan Klasikal (%)

89.13

93.48

95.65

97.83

Gambar 5. Grafik peningkatan hasil belajar afektif siswa

Berdasarkan data pada Tabel 2 dan Gambar 5 menunjukkan bahwa nilai terendah yang dicapai siswa meng-alami peningkatan dari 30 pada siklus I, menjadi 50 siklus II, 55 pada siklus III dan 70 pada siklus IV. Nilai tertinggi juga mengalami peningkatan dari 80 pada siklus I, menjadi 85 pada siklus II, 95 pada siklus III dan 100 pada siklus IV. Nilai rata-rata kelas mengalami peningkatan yaitu 76,09 pada siklus I, 81,52 pada siklus II, 91,74 pada siklus III dan 96,20 pada siklus IV. Adapun ketuntasan klasikal juga mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu : 89,13% pada siklus I,93,48% pada siklus II, 95,65% pada siklus III, dan 97,83% pada siklus IV.

3. Hasil Belajar Psikomotorik

Penilaian hasil belajar psikomotorik meliputi: penilai-an dalam menyiapkan alat percobaan, melakukan percobaan, mencatat data hasil percobaan, menyampaikan hasil perco-baan di depan kelas, dan merapikan kembali alat setelah percobaan. Data hasil belajar psikomotorik disajikan pada Tabel 3 dan Gambar 6.

Tabel 3. Hasil belajar psikomotorik siswa tiap siklus

No

Keterangan

Siklus I

Siklus II

Siklus III

Siklus IV

1.

Nilai Terendah

25

30

50

65

2.

Nilai Tertinggi

80

85

95

100

3.

Nilai Rata-rata

63.15

70.33

77.72

80.98

4

Ketuntasan Klasikal (%)

32.61

41.30

86.96

91.30

Gambar 6. Grafik peningkatan hasil belajar psikomotorik

Berdasarkan data pada Tabel 3 dan Gambar 6 menunjukkan bahwa nilai terendah yang dicapai siswa mengalami peningkatan dari 25 pada siklus I, menjadi 30 siklus II, 50 pada siklus III dan 65 pada siklus IV. Nilai tertinggi juga mengalami peningkatan dari 80 pada siklus I, menjadi 85 pada siklus II, 95 pada siklus III dan 100 pada siklus IV. Nilai rata-rata kelas mengalami peningkatan yaitu 63,15 pada siklus I, 70,33 pada siklus II, 77,72 pada siklus III dan 80,98 pada siklus IV. Adapun ketuntasan klasikal juga mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu : 32,61% pada siklus I,41,30% pada siklus II, 86,96% pada siklus III, dan 91,30% pada siklus IV.

4. Kemampuan Berpikir Kritis

Hasil aspek kemampuan berpikir kritis yang diungkap meliputi: kemampuan mengamati, mengklasifikasi, meng-asumsi, dan menarik kesimpulan disajikan pada Tabel 4 dan Gambar 7.

Tabel 4. Rata-rata nilai kemampuan berpikir kritis tiap aspek

No

Aspek

Nilai rata-rata

Siklus I

Siklus II

Siklus III

Siklus IV

1.

Mengamati

75

87

87

96

2.

Mengklasifikasi

62

70

85

85

3.

Mengasumsi

66

66

70

79

4

Menarik kesimpulan

50

64

70

89

Gambar 7. Grafik rata-rata nilai

kemampuan berpikir kritis tiap aspek

Pencapaian hasil kemampuan berpikir kritis siswa disajikan pada Tabel 5 dan Gambar 8.

Tabel 5. Hasil kemampuan berpikir kritis siswa tiap siklus

No

Keterangan

Siklus I

Siklus II

Siklus III

Siklus IV

1.

Nilai Terendah

37.5

50

50

43.75

2.

Nilai Tertinggi

81.25

87.5

93.75

100

3.

Nilai Rata-rata

63.18

71.47

77.58

87.09

4

Ketuntasan Klasikal (%)

43.48

80.44

82.61

93.48

Gambar 8. Grafik Hasil kemampuan berpikir kritis siswa tiap siklus

Berdasarkan data pada Tabel 5 dan Gambar 8 menunjukkan bahwa nilai terendah yang dicapai siswa adalah 37,5 pada siklus I, menjadi 50 siklus II dan III, dan 43,75 pada siklus IV. Nilai tertinggi mengalami peningkatan dari 81,25 pada siklus I, menjadi 87,5 pada siklus II, 93,75 pada siklus III dan 100 pada siklus IV. Nilai rata-rata kelas mengalami peningkatan yaitu 63,18 pada siklus I, 71,47 pada siklus II, 77,58 pada siklus III dan 87,09 pada siklus IV. Adapun ketuntasan klasikal juga mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu :43,48% pada siklus I,80,44% pada siklus II, 82,61% pada siklus III, dan 93,48% pada siklus IV.

PEMBAHASAN

Hasil Belajar Kognitif

Penerapan metode eksperimen pada penelitian ini menyebabkan meningkatnya hasil belajar kognitif siswa yang ditunjukkan dengan peningkatan nilai rata- rata dari tiap siklus secara signifikan. Pembelajaran melalui penerapan metode eksperimen dimaksudkan untuk membimbing siswa menemukan konsep secara mandiri melalui kegiatan percobaan. Penemuan konsep tersebut diawali dengan fakta-fakta kongkrit yang dijumpai siswa secara langsung saat melakukan ke- giatan percobaan, seperti pada percobaan benda padat, siswa dapat menjumpai sendiri bagaimana sifat-sifat dari benda padat. Fakta-fakta kongkrit yang dijumpai siswa diolah lagi sehingga membentuk gagasan, dan dari gagasan tersebut siswa akan menemukan suatu konsep.

Hasil Belajar Afektif

Hasil belajar afektif siswa mengalami peningkatan secara signifikan pada setiap siklusnya. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata dari tiap siklus. Peningkatan hasil belajar afektif pada tiap siklusnya dikarenakan terciptanya lingkungan dan suasana baru dalam pembelajaran. Penilai an hasil belajar afektif pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap atau perilaku siswa selama proses pembelajar-an sedang berlangsung. Sikap yang dinilai dalam penelitian ini meliputi: kedisiplinan, kerjasama, kejujuran, menghargai orang lain dan tanggungjawab.

Hasil Belajar Psikomotorik

Hasil belajar psikomotorik siswa mengalami peningkatan secara signifikan pada tiap siklusnya, peningkatan ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata dari tiap siklus. Hasil belajar psikomotorik siswa meningkat pada tiap siklusnya, dikarenakan pertumbuhan aspek psikomotorik yang dapat berkembang secara optimal melalui penerpan metode eksperimen yang menekankan aktivitas siswa pada pembelajaran. Aspek psikomotorik yang dinilai dalam penelitian ini meliputi keterampilan siswa dalam menyiapkan alat percobaan, melakukan percobaan, mencatat data hasil percobaan, menyampaikan hasil percobaan di depan kelas, dan membereskan alat percobaan.

Kemampuan Berpikir Kritis

Kemampuan berpikir kritis siswa pada tiap siklus mengalami peningkatan secara signifikan. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata pada tiap siklus. Peningkat-an tersebut disebabkan adanya perubahan metode pembelajaran yang melibatkan siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran melalui penerapan metode eksperimen. Kemampuan berpikir kritis yang dinilai pada penelitian ini meliputi kemampuan meng-amati, mengklasifikasi, mengasumsi dan menarik kesimpulan. Kemampuan tersebut dinilai melalui LKS yang harus dikerjakan siswa secara individu.

PENUTUP

Simpulan dari hasil penelitian ini adalah penerapan meto-de eksperimen pokok bahasan benda padat, cair, dan gas dapat melatih kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV SD Negeri 03 Malangjiwan Colomadu Karanganyar tahun 2011/2012. Hal ini dapat ditunjukkan dengan ketuntasan klasikal hasil kemampuan berpikir kritis siswa pada siklus I 43.48%, siklus II 80.44%, siklus III 82.61% dan siklus IV 93.48% yang meningkat secara signifikan.

Hasil belajar belajar kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa kelas IV SD Negeri 03 Malangjiwan Colomadu Karanganyar tahun 2011/2012 dapat meningkat pada setiap siklus setelah dilakukan penerapan metode eksperimen pokok bahasan benda padat, cair, dan gas. Hal ini dapat dilihat dari ketuntasan klasikal hasil belajar kognitif siswa siklus I 34.78%, siklus II 58.70%, siklus III 86.96%, siklus IV 100%, ketuntasan klasikal hasil belajar afektif siswa siklus I 89.13%, siklus II 93.48%, siklus III 95.65%, siklus IV 97.83%, ketuntasan klasikal hasil belajar psikomotorik siswa siklus I 32.61%, siklus II 41.30%, siklus III 86.96%, siklus IV 91.30% yang meningkat secara signifikan.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

1. Supaya mengarahkan (memotivasi) siswa mengajukan dugaan awal dengan cara mengajukan pertanyaan yang bersifat membimbing.

2. Dalam pembelajaran, menggunakan sejumlah contoh se-suai dalam kehidupan sehari-hari yang dikaitkan dengan materi ajar.

3. Jika akan diterapkan pembelajaran eksperimen perlu adanya sistem kontrol yang baik oleh guru pada saat siswa melakukan pengamatan sehingga siswa benar-be-nar memanfaatkan waktu dan memahami materi dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Admin, W.I. 2008. Filosofi Sains. Online. http://lpmpjogja.diknas.go.id/index2. php?option=com_content&do_pdf=1&id=234. [diakses 11/12/2011].

Amin, M. 2008. Pembelajaran Kontekstual dalam Sains. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Online. http://waraskamdi.com/ index.php?option=comcontent&task=view&id. [diakses 11/12/2011].

Anonim, 2006. Kurikulum 2006, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Sains. Jakarta: Depdiknas.

Carin & Sund. 1989. Teaching Science Trough Discovery. Toronto: Merril Publishing Company.

Djamarah, S.B. dan Zain, A. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Filsaime, D.K. 2008. Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.

Hassoubah, Z. I. 2002. Mengasah Pikiran Kreatif dan Kritis. Bandung: Nuansa.

Ibrahim, M. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Ibrahim, M. 2007. Keterampilan Berpikir Kritis. Online. http://kpicenter.web.id/ neo /content/view/19/1/.[diakses 3/12/2011].

Koes, S. 2003. Strategi Pembelajaran Fisika. Malang: Universitas Negeri Malang.

Martiningsih. 2007. Macam-Macam Metode Pembelajaran. Online. http://martiningsih. blogspot.com/2007/12/macammacammetode- pembelajaran.html. [diakses 28/2/2011].

Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Poedjiadi, A. 2005. Sains Teknologi Masyarakat. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Pusat Perbukuan Depdiknas. 2003. Standar Penilaian Buku Pelajaran Sains. Online. http://dikdasdki.go.id/download/standarbuku/sains. [diakses 28/12/2011].

Roestiyah, N.K. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sulaeman, A. 2007. Melatih Siswa Sekolah Dasar Menjadi Ilmuwan. Pusat Pengembangan Penataran Guru IPA. Online. http://www.p4tkipa.org /lihat.php?id=ARTIKEL&hari=KEPENDIDIKAN&20tanggal=14&20 bulan=Pebruari20&20oleh=Agus%20Sulaeman. [diakses 20/2/2011].

Sumaji. dkk. 2003. Pendidikan Sains yang Humanistis. Yogyakarta: Kanisius.

Suparno, P. 2007. Metodologi Pembelajaran Fisika. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Suprapto, T. 2007. Mengajar Anak Berpikir Kritis. Online. http://www.madiunkab. go.id/warta/detail.php?id=100. [diakses 10/3/2011].

Sutrisno & Ik Gie, T. 1993. FISIKA DASAR Listrik, Magnet, dan Termofisika.Bandung: ITB.

Vitri. 2004. Mengajak Anak Berpikir Kritis. Online. http://anakdankeluarga. blog.com /63692/. [diakses 12/10/2011].

. Air Terjun. Online. http://tbn3.google.com. [diakses 20/5/2011].

. Balon Udara. Online. http://www.thechampa.com. [diakses 2/6/2011].