Logika Doa

Judul Buku:
Logika Doa
Nama Penulis:
Henry Ekacahya Putra
ISBN:
(masih dalam proses)
Sinopsis:
Buku Logika Doa dapat dirangkum dalam satu premis besar: doa bukanlah aktivitas spiritual yang berdiri sendiri, bukan pula ritual yang dimaksudkan untuk membuat kita tampak rohani. Doa adalah relational logic—logika hubungan—antara Tuhan dan manusia. Dalam hubungan itu, yang bekerja bukan teknik, bukan formula, bukan jumlah kata, tetapi dinamika hati yang bertemu dengan hati Allah. Karena itu doa sering kali tidak berjalan sesuai harapan kita; logikanya bukan logika manusia yang ingin hasil cepat, perubahan keadaan, atau pemenuhan kebutuhan, tetapi logika Allah yang lebih tertarik mengubah manusia sebelum Ia mengubah keadaan sekelilingnya.
Doa menjadi ruang tempat manusia ditelanjangi dari motif, ketakutan, ambisi, dan topeng-topengnya. Di sanalah terjadi transformasi paling sejati. Doa yang benar selalu mengarah pada perubahan diri: hati yang lebih lembut, kehendak yang lebih tunduk, kelekatan yang lebih murni pada Allah. Dunia sering menilai doa sebagai alat untuk memengaruhi realitas; tetapi dalam logika Allah, doa adalah cara Allah memulihkan keteraturan batin manusia.
Di hadapan Tuhan, Ia tidak mencari suara yang indah, tetapi ketulusan yang tidak dibuat-buat. Ia lebih menghargai penyerahan daripada daftar permintaan. Ia menantikan perjumpaan, bukan sekadar rutinitas yang dilakukan karena kewajiban. Ia menginginkan kejujuran yang mentah, bukan formalitas yang rapi namun kosong. Yang Ia kehendaki bukan sekadar hubungan, tetapi kedalaman hubungan—sebuah keintiman yang membuat manusia berani datang tanpa topeng, tanpa konsep spiritualitas palsu, tanpa kepura-puraan.
Jika buku ini memiliki satu pesan utama bagi pembacanya, maka pesan itu adalah ajakan untuk kembali menemukan Tuhan bukan lewat doa-doa yang “berhasil,” melainkan lewat doa-doa yang membentuk. Doa bukan tentang hasil, tetapi tentang transformasi. Bukan tentang membuat Tuhan bergerak, tetapi tentang membuat hati manusia kembali mengarah kepada-Nya. Buku ini mengajak pembaca melihat doa bukan sebagai teknik, tetapi sebagai perjalanan—perjalanan masuk ke kedalaman diri, untuk akhirnya bertemu dengan kedalaman hati Allah.