Meningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Melalui Penerapan Model Tournament Game Team
UPAYA MENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR
PENJASORKES MATERI SEPAK BOLA MELALUI PENERAPAN MODEL TOURNAMENT GAME TEAM (TGT) BAGI SISWA KELAS X MIPA 1 SEMESTER 2 SMA N 1 JUWANA KABUPATEN PATI
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
Ali Muhtar
SMA N 1 Juwana Kabupaten Pati
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini (1) Untuk mengetahui aktivitas siswa setelah diterapkannya Model Tournament Game Team (TGT) Bagi Kelas X MIPA 1 Semester 2 SMA N 1 Juwana Pati; (2) Untuk mengetahui Model Tournament Game Team (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar di Bagi Kelas X MIPA 1 Semester 2 SMA N 1 Juwana Pati. Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan dalam 2 (dua) siklus, tiap siklus 2 (dua) kali pertemuan masing-masing 3 X 45 menit. Pelaksanaan tahap-tahap ini dibagi menjadi 2 siklus dalam penelitian tindakan kelas (Action Research) yaitu siklus I dan II, masing-masing siklus meliputi: Perencanaan (Planning), Pelaksanaan (Acting), Observasi (Observing), dan Refleksi (Reflecting). Berikut ini disampaikan simpulan pada penelitian ini meliputi: (1) Dibuktikan dengan pada kondisi awal keaktifan siswa rendah sebesar 69% dan sedang sebesar 31%, siklus I keaktifan siswa rendah 15%, sedang 51%, tinggi 34%, siklus II keaktifan siswa sedang 65%, dan keaktifan siswa tinggi 35% melalui penerapan Model Teams Games Tournamens (TGT) dapat meningkatkan keaktifan belajar dalam pembelajaran Penjasorkes Bagi Kelas X MIPA 1 Semester 1 SMA N 1 Juwana Pati Tahun Pelajaran 2019/2020. (2) Hasil belajar siswa menunjukkan peningkatan dari kondisi awal ketuntasan sebanyak 9 siswa (31%), siklus I ketuntasan 20 siswa (69%) dan siklus II ketuntasan 29 siswa (100%). Dari kondisi awal ke perlakuan tindakan siklus I ada kenaikan sebesar 39% dan dari siklus I ke siklus II ada kenaikan sebesar 15%.
Kata kunci: Aktifitas, Hasil belajar, Teams Games Tournamens (TGT)
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pembelajaran Penjasorkes dengan menggunakan berbagai pendekatan/metode, teknik dan model pembelajaran variatif dan inovatif dapat diterapkan dalam setiap materi pembelajaran sehingga menarik siswa untuk mencintai ilmu Pendidikan Jasmani dan Olah raga Kesehatan (Penjasorkes) yang akhirnya suasana KBM menjadi lebih terarah, efisien, efektif dan menyenangkan dengan harapan prestasi peserta didik meningkat dibandingkan sebelum diterapkannya model pembelajaran ini.
Berdasarkan observasi nilai hasil belajar siswa ditemukan permasalahan bahwa hasil belajar siswa kelas X MIPA 1 SMA N 1 Juwana Pati semester 2 tahun pelajaran 2019/2020 masih rendah. Hal tersebut dilihat pada nilai KD materi sepak bola mereka masih dibawah KKM dan siswa terlihat tidak ada antusias untuk beraktivitas dalam pembelajaran. Hal ini disebabkan karena guru belum menggunakan Penerapan Model Tournament Game Team (TGT) pada Mapel penjasorkes Materi Sepak Bola.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan dipecahkan adalah sebagai berikut: (1) Bagaimana aktivitas siswa pada Mata Pelajaran Penjasorkes setelah diterapkannya Model Tournament Game Team (TGT) Bagi Kelas X MIPA 1 Semester 2 SMA N 1 Juwana Pati? (2) Bagaimana Model Tournament Game Team (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar Bagi Kelas X MIPA 1 SMA N 1 Juwana Pati Mata Pelajaran Penjasorkes?
Sardiman dalam Sudibyo AP. mengatakan bahwa Pembelajaran yaitu kegiatan belajar mengajar yang berlangsung secara interaktif antar guru dengan murid. Kegiatan belajar dan mengajar siswa tersebut untuk mencapai tujuan. Jadi pembelajaran merupakan kegiatan gabungan dari dua kegiatan yaitu kegiatan belajar dan mengajar. (Sudibyo AP, 2006: 6).
Menurut Slameto (2003: 2). Belajar adalah merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”
Dari pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa belajar dalam pembelajaran adalah suatu usaha sadar dalam suatu kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan perubahan tingkah laku sesuai tujuan yang akan dicapai.
Dierich dalam Nasution (2000) mengelompokkan aktifitas siswa kedalam kategori: Visual Activities, oral activities, listening activities, writing activities, drawing activities, motor activities, mental activities, dan emotional activities. Keaktifan belajar meliputi aktif menjawab pertanyaan, mengajukan pertanyaan, memperhatikan gambar, diskusi, kerjasama kelompok, interaksi, mengeluarkan pendapat, mengingat, memahami, memecahakan soal dan menganalisis. Aktifitas belajar materi Kelompok Sosail ini terfokus pada diskusi, kerjasama kelompok dan keaktifan.
Hasil Belajar
Pengertian hasil belajar Hasil Belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004: 22). Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar: (1) Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan, (3) Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004: 22).
Model Teams Games Tournamens (TGT)
Model Pembelajaran sering pula disebut sebagai model pembelajaran Model Teams Games Tournamens (TGT) adalah suatu model pembelajaran yang mengembangkan pendekatan kerjasama antar kelompok. Dalam pembelajaran ini siswa memaminkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh tambahan point pada skor tim mereka.
Dalam permainan ini mengandung persaingan menurut aturan yang ditetapkan. Dalam penelitian ini istilah Teams Games Tournamens disingkat dengan nama TGT. Kelebihan TGT adalah bermanfaat dalam mengajarkan aspek-aspek kognitif dengan adanya persaingan untuk mendapatkan kemenangan maka menimbulkan motivasi kuat, menyenangkan dan berpengaruh pada kecepatan penyerapan materi. Komponen pembelajaran Model Teams Games Tournamens (TGT) yaitu: (1) Presentasi Kelas/Pengamaan langsung. Komponen ini digunakan guru untuk memperkenalkan materi pelajaran. Siswa harus memperhatikan secara cermat dan mencatat hal-hal penting yang berkaitan dengan materi pelajaran, karena sangat menunjang keberhasilan belajar dan akan menentukan nilai tim mereka. (2) Belajar tim. Tim terdiri dari 4 sampai 5 siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda. Setelah guru menyajikan materi pelajaran, tim melakukan belajar bersama dilanjutkan diskusi antar anggota untuk mengevalasi hasil belajar timnya untuk mempersiapakan pertandingan. Tim harus memberikan perhatian dan penghargaan yang sama terhadap setiap anggota sehingga timbul rasa saling menghargai bagi setiap anggota. (3) Turnamen/Pertandingan. Pertandingan dilaksanakan setelah guru memberikan materi untuk menguji pengetahuan yang dicapai siswa dan disusun dalam pertanyaan yang relevan dengan materi dalam presentasi kelas. Permainan dilakukan oleh 4 atau 5 siswa yang berkemampuan sama dan masing-masing mewaklili dari tim yang berbeda. (4) Penghargaan tim. Tim yang berhasil mendapatkan nilai/skor tertinggi diberi penghargaan/hadiah berupa buku atau alat tulis.
Materi Sepak Bola
Sepakbola adalah suatu permainan beregu yang dimainkan masing-masing regunya terdiri dari sebelas orang pemain termasuk seorang penjaga gawang. Sepakbola adalah permainan yang sangat populer, karena permainan sepakbola sering dilakukan oleh anak-anak, orang dewasa maupun orang tua. Saat ini perkembangan permainan sepakbola sangat pesat sekali, hal ini ditandai dengan banyaknya sekolah-sekolah sepakbola (SSB) yang didirikan. Tujuan dari permainan sepakbola adalah masing-masing regu atau kesebelasan yaitu berusaha menguasai bola, memasukan bola ke dalam gawang lawan sebanyak mungkin, dan berusaha mematahkan serangan lawan untuk melindungi atau menjaga gawangnya agar tidak kemasukan bola. Permainan sepakbola merupakan permainan beregu yang memerlukan dasar kerjasama antar sesama anggota regu, sebagai salah satu ciri khas dari permainan sepakbola.
Untuk bisa bermainan sepakbola dengan baik dan benar para pemain menguasai teknik-teknik dasar sepakbola. Untuk bermain bola dengan baik pemain dibekali dengan teknik dasar yang baik, pemain yang memiliki teknik dasar yang baik pemain tersebut cenderung dapat bermain sepakbola dengan baik pula.
Teknik-teknik dasar dalam permainan sepakbola ada beberapa macam, seperti stop ball (menghentikan bola), shooting (menendang bola ke gawang), passing (mengumpan), heading (menyundul bola), dan dribbling (menggiring bola).
Khusus dalam teknik dribbling (menggiring bola) pemain harus menguasai teknik tersebut dengan baik, karena teknik dribbling sangat berpengaruh terhadap permainan para pemain sepakbola. Teknik dribbling (menggiring bola) terbagi menjadi tiga macam: (1) Teknik dribbling dengan kura-kura bagian dalam. (20 Teknik dribbling dengan kura-kura penuh (punggung kaki), (3) Teknik dribbling dengan kura-kura bagian luar. Disamping itu, kecepatan dalam dribbling (menggiring bola) sangat dibutuhkan untuk menunjang penguasaan teknik tersebut. Kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan yang sejenis secara berurut-urut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya atau kemampuan untuk menempuh suatu jarak dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Kerangka Berpikir
Kondisi awal pembelajaran guru belum menerapkan model Teams Games Tournaments (TGT) keaktifan dan hasil belajar yang dicapai masih rendah, selanjutnya guru mengambil tindakan dengan penerapan pembelajaran model Teams Games Tournaments (TGT) yang dilaksanakan melalui dua siklus.
Tindakan pada Siklus I, pembelajaran sudah menerapkan model Teams Games Tournaments (TGT) aktifitas dan hasil belajar siswa. Tindakan pada Siklus II, melakukan pembelajaran dengan merevisi penerapan model Teams Games Tournaments (TGT).
Hipotesis Tindakan
Untuk menjawab permasalahan yang diajukan serta guna mencapai tujuan penelitian, maka disusun hipotesis tindakan: (1) Melalui penerapan Model Teams Games Tournaments (TGT) dapat meningkatkan keaktifan belajar Bagi Kelas X MIPA 1 Semester 2 SMA N 1 Juwana Pati Tahun Pelajaran 2019/2020, (2) Melalui penerapan Model Teams Games Tournaments (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar Bagi Kelas X MIPA 1 Semester 2 SMA N 1 Juwana Pati Tahun Pelajaran 2019/2020.
METODE PENELITIAN
Setting dan Subyek Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Maret semester 2 tahun pelajaran 2019/2020 secara rinci peneliti melaporkan, bahwa dari awal persiapan penyusunan proposal pada bulan Januari 2020, selanjutnya pada bulan yang sama peneliti melakukan penyusunan instrumen. Pengumpulan data dengan melakukan tindakan Siklus I dan II dilaksanakan pada bulan Februari 2020. Pada bulan yang sama peneliti melaksanakan analisis data dan selanjutnya pada bulan Maret 2020 peneliti menyusun laporan. Penelitian Tindakan Kelas ini kami lakukan pada siswa Kelas X MIPA 1 Semester 2 SMA N 1 Juwana Pati Tahun Pelajaran 2019/2020 karena hasil belajar relatif rendah.
Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
Sumber data yang peneliti peroleh adalah data yang berasal dari subyek penelitian ini sebagai sumber data primer, yaitu: (1) Data awal dari subyek penelitian yang berupa hasil pre praktek sebagai data kondisi awal; (2) Data hasil praktek pada siklus I; (3) Data hasil praktek pada siklus II.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi: (1) Dokumentasi untuk data kondisi awal; (2) Observasi untuk data proses penerapan pembelajaran dengan model TGT; (3) Praktek untuk data hasil belajar. Teknik praktek ini dilakukan secara praktek. Dalam penelitian ini ada 3 kali praktek praktek, yaitu: (1) Kondisi awal melakukan praktek mengiring bola tanpa hek ; (2) Siklus I melakukan praktek menggiring bola 5 kali dengan bantuan hek dan timer; (3) Siklus II melakukan praktek menggiring bola 5 kali bantuan hek dan timer tetapi waktu lebih cepat. Alat pengumpul data berupa praktek, lembar observasi/pengamatan, dan dokumentasi buku nilai hasil belajar meliputi: (1) Praktek Olah Raga Sepak Bola dengan menggunakan aspek-aspek indikator yang diharapkan. (2) Lembar Observasi. Observasi dilakukan melalui pengamatan yaitu cara siswa melakukan praktek Sepak Bola melalui Model Teams Games Tournaments (TGT).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Kondisi awal menunjukkan siswa malas belajar. Hal ini nampak dalam pengamatan proses pembelajaran siswa tidak aktif belajar, merasa bosan, mengantuk dan berbicara sendiri. Komunikasi pembelajaran terfokus pada guru, komunikasi hanya satu arah. Suasanan hening, tidak ada siswa yang bertanya maupun menyatakan bahwa dirinya belum paham terhadap materi yang diberikan guru.
Berdasarkan laporan hasil observasi peneliti maka diperoleh keaktifan siswa ditampilkan pada tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1. Keaktifan Siswa Kondisi Awal
Keaktifan | Jmh siswa | Persentase |
Rendah
Sedang Tinggi |
20
9 – |
69
31 – |
Jumlah | 29 | 100 |
Sumber: Data primer yang diolah |
Dari tabel diatas menunjukan bahwa siswa dengan keaktifan rendah sebanyak 20 siswa 69% dan siswa dengan keaktifan sedang sebanyak 9 siswa 31%. Hal ini menunjukkan terdapat kurang dari sepertiga siswa di kelas yang belajar tidak fokus. Hal ini berdampak pada hasil belajarnya.
Setelah dilakukan pre praktek pada kondisi awal hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2. Hasil Belajar Kondisi Awal
Interval nilai | Jumlah siswa | Persentase | Hasil Klasikal |
55 – 65
66 – 75 76 – 85 86 – 95 96 – 100 |
15
10 4 – – |
51
34 15 – – |
Skor rata-rata:
50,25 KKM 76
|
Jmh | 29 | 100 |
Sumber: Data primer yang diolah
Dari tabel 2 menunjukkan siswa yang mendapatkan hasil belajar diatas KKM 76 hanya 4 siswa (15%), siswa yang belum mencapai KKM 76 sebanyak 25 siswa 85 % dari 25 orang.
Deskripsi Hasil Siklus I (Pertemuan 1 dan 2)
Berdasarkan laporan hasil observasi dari kolaboran/teman sejawat pada saat pelaksanaan proses pembelajaran maka diperoleh keaktifan siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3. Keaktifan Siswa pada Siklus I
Keaktifan | Jmh siswa | Persentase |
Rendah
Sedang Tinggi |
4
15 10 |
15
51 34 |
Jumlah | 29 | 100 |
Sumber: Data yang diolah
Dari tabel 3 diatas menunjukan bahwa siswa dengan keaktifan rendah masih 4 siswa 15%, keaktifan sedang sebanyak 15 siswa 51%, dan siswa dengan keaktifan tinggi sebanyak 10 siswa 34%. Hal ini menunjukkan telah terjadi peningkatan keaktifan lebih dari duapertiga siswa.
Pada siklus I setelah diadakan praktek diperoleh hasil belajar siswa dengan rentang nilai seperti pada tabel 4 di bawah ini.
Tabel 4. Hasil Belajar Siklus I Setelah Penerapan Model TGT
Interval nilai | Jumlah siswa | Persentase | Hasil Kalsikal |
55 – 65
66 – 75 76 – 85 86 – 95 96 – 100 |
–
9 15 5 – |
–
31 52 17 – |
Skor rata-rata:
76,19 KKM 76
|
Jmh | 29 | 100 |
Sumber: Data yang diolah
Dari tabel 4 diatas menunjukkan bahwa dari nilai KKM 76 hasil belajar siswa terlihat meningkat dibanding dengan kondisi awal yaitu hanya 9 siswa 31% diatas KKM telah mengalami peningkatan menjadi 15 siswa 51%.
Deskripsi Siklus II (Pertemuan 1 dan 2)
Berdasarkan laporan hasil observasi dari kolaboran/teman sejawat maka diperoleh keaktifan siswa pada siklus II seperti pada tabel 5.
Tabel 5. Keaktifan Siswa pada Siklus II
Keaktifan | Jmh siswa | Persentase |
Rendah
Sedang Tinggi |
–
19 10 |
–
65 35 |
Jumlah | 29 | 100 |
Sumber: Data primer yang diolah
Dari tabel 5 menunjukan bahwa sudah tidak ada siswa dengan keaktifan rendah, keaktifan sedang sebanyak 19 siswa 65% dan siswa dengan keaktifan tinggi sebanyak 10 siswa 35%. Terjadi peningkatan keaktifan pada keaktifan rendah ke keaktifan sedang meningkat 19 siswa, keaktifan sedang ke keaktifan tinggi meningkat 10 siswa.
Berdasarkan praktek hasil belajar pada siklus II setelah pelaksanaan tindakan melalui penerapan model Games Tournaments (TGT) diperoleh hasil belajar dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Hasil Belajar pada Siklus II
Interval nilai | Jumlah siswa | Persentase | Hasil Kalsikal |
55 – 65
66 – 75 76 – 85 86 – 95 96 – 100 |
–
– 11 10 8 |
–
– 38 34 28 |
Skor rata-rata
87,42 KKM 76 |
Jmh | 29 | 100 |
Sumber: Data primer yang diolah
Dari tabel 6 menunjukkan bahwa dari nilai KKM 76 hasil belajar siswa terlihat meningkat dibanding dengan kondisi pada siklus I yaitu terdapat 29 siswa (100%) hasil belajar diatas KKM 76.
Jadi pada pelaksanaan tindakan siklus II pembelajaran seluruh siswa melalui model Teams Games Tournamens (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan dibuktikan yaitu seluruh siswa memperoleh hasil belajar diatas KKM (100%) dapat dilihat pada diagram batang di bawah ini.
Pembahasan antar siklus
Pada pembahasan deskripsi antar siklus peneliti dapat menjabarkannya melalui tabel ketiga siklus sebagai berikut ini:
Tabel 7. Deskripsi Antar Siklus pada Aktivitas Siswa
Keaktifan | Jumlah Siswa
Kondisi Awal |
Jmh siswa
Siklus I |
Jmh siswa
Siklus II |
Rendah
Sedang Tinggi |
20
9 – |
4
15 10 |
–
19 10 |
Jumlah | 29 | 29 | 29 |
Sumber: Data primer yang diolah
Dari Tabel 7 dapat dijelaskan bahwa melalui penerapan Model Teams Games Tournamens (TGT) dapat meningkatkan keaktifan belajar dalam pembelajaran Penjasorkes materi Sepak Bola Bagi Siswa Kelas X MIPA 1 Semester 2 SMA N 1 Juwana Pati Tahun Pelajaran 2019/2020 Juwana Pati Tahun Pelajaran 2019/2020, dibuktikan dengan pada kondisi awal keaktifan siswa rendah sebesar 64% dan sedang sebesar 36%, siklus I keaktifan siswa rendah 40%, sedang 35%, tinggi 25%, siklus II keaktifan siswa sedang 50%, dan keaktifan siswa tinggi 50%.
Tabel 8. Deskripsi Antar Siklus Hasil Belajar Siswa
Interval nilai | Kondisi
Awal |
Siklus I | Siklus II |
55 – 65
66 – 75 76 – 85 86 – 95 96 – 100 |
15
10 4 – – |
–
9 15 5 – |
–
– 11 10 8 |
Jmh | 29 | 29 | 29 |
Sumber: Data primer yang diolah
Dari Tabel 8 dapat dijelaskan bahwa Melalui penerapan Model Teams Games Tournamens (TGT) dapat meningkatkan keaktifan belajar dalam pembelajaran Penjasorkes Materi Sepak Bola Bagi Kelas X MIPA 1 Semester 2 SMA N 1 Juwana Pati Tahun Pelajaran 2019/2020.
Hasil belajar siswa menunjukkan peningkatan dari kondisi awal ketuntasan sebanyak 9 siswa (31%), siklus I ketuntasan 20 siswa (69%) dan siklus II ketuntasan 29 siswa (100%). Dari kondisi awal ke perlakuan tindakan siklus I ada kenaikan sebesar 39% dan dari siklus I ke siklus II ada kenaikan sebesar 15%.
PENUTUP
Simpulan
Berikut ini disampaikan simpulan pada penelitian ini meliputi: (1) Dibuktikan dengan pada kondisi awal keaktifan siswa rendah sebesar 69% dan sedang sebesar 31%, siklus I keaktifan siswa rendah 15%, sedang 51%, tinggi 34%, siklus II keaktifan siswa sedang 65%, dan keaktifan siswa tinggi 35% melalui penerapan Model Teams Games Tournamens (TGT) dapat meningkatkan keaktifan belajar dalam pembelajaran Penjasorkes Bagi Siswa Kelas X MIPA 1 Semester 2 SMA N 1 Juwana Pati Tahun Pelajaran 2019/2020. (2) Hasil belajar siswa menunjukkan peningkatan dari kondisi awal ketuntasan sebanyak 9 siswa 31%, siklus I ketuntasan 20 siswa 69% dan siklus II ketuntasan 29 siswa 100%. Dari kondisi awal ke perlakuan tindakan siklus I ada kenaikan sebesar 39% dan dari siklus I ke siklus II ada kenaikan sebesar 15%.
Saran
Berkaitan dengan simpulan, beberapa hal yang dapat disarankan peneliti sebagai berikut; Bagi Guru: (1) Guru diharapkan dapat menerapkan model pembelajaran inovasi seperti Model Teams Games Tournamens (TGT) karena dapat meningkatkan keaktifan pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa; (2) Guru seharusnya lebih inovatif memilih dan menggunakan model yang sesuai dengan materi yang diajarkan dan mealakukan analisis pelajaran yang disampaikan serta berperan sebagai pendamping siswa. Bagi siswa: (1) Siswa seharusnya belajar tidak hanya dengan menerima materi, menghafal, tetapi juga mempelajari sebagai proses yang harus dipahami dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; (2) Siswa diharapkan dapat belajar dengan aktif dalam mencari informasi untuk meningkatkan pengetahuan, pengalaman dan kemampuan berfikir kritis dalam menyelesaikan permasalahan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsismi. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Aditya Media
Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas bagi Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Yrama Widya.
Nana, Sudjana. (2004). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Cetakan ketujuh. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nasution. 2000. Didaktik Asas-asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Sadiman, Arief, dkk. 1996. Media Pendidikan. Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudibyo AP, Drs, MPd. 2006. Laporan Penelitian, Pemerintah Kota Semarang.
Sugianto. 2006. Peranan Media Pembelajaran. LPMP Jawa Tengah.
Sugiyanto. 2007. Model Inovasi Pembelajaran. Surakarta: UNS Press.
Sutopo, HB. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif: Dasar Teori dan Terapannya dalam Penelitian. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Wiraatmadja, Rochiati. 2008. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Turney C, et. al,1992. The Classroom Manager. North Sydney Australia: National Library of Australia.