Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Melalui Metode Bermain Peran
UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI METODE
BERMAIN PERAN KELAS V SD NEGERI 1 PURWODADI
KECAMATAN KARANGKOBAR SEMESTER 2
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Agus Riyanto
Guru SD Negeri 1 Purwodadi Kecamatan Karangkobar
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan aktivitas dan hasil belajar belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa kelas V SD Negeri 1 Purwodadi Kecamatan Karangkobar semester 2 Tahun Pelajaran 2016/2017. Penelitian dilakukan selama 2 (dua) siklus dengan prosedur umum meliputi tahapan planning, acting, observing, dan reflecting. Teknik pengumpulan data melalui metode observasi dan tes. Instrumen pengambilan data dengan lembar pengamatan untuk mengetahui kemampuan aktivitas dan butir soal tes prestasi untuk prestasi belajar siswa.Teknik analisis data dengan menggunakan metode deskripsi komparatif yaitu membandingkan pra siklus dan antar siklus. Hasil penelitian tindakan kelas didapatkan bahwa penerapan metode bermain peran dapat meningkatkan kemampuan aktivitas dari pra siklus 3 siswa atau 20,00% menjadi 12 siswa atau 80,00% dan dapat meningkatkan hasil belajar dari rata-rata 67,73 menjadi 81,07 serta ketuntasan belajar dari 26,67% menjadi 86,67%. Dengan demikian penerapan metode bermain peran membawa peningkatan kemampuan aktivitas dan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa kelas V SD Negeri 1 Purwodadi.
Kata kunci: Kemampuan Aktivitas, Hasil Belajar, Metode Bermain Peran
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kondisi geografis Kabupaten Banjarnegara sebagian merupakan tanah pegunungan. Di sebelah utara hampir semua keadaan geografisnya seperti itu. Salah satu daerah kecamatan yang berada di situ adalah Kecamatan Karangkobar, yang letaknya sekitar 26 km disebelah utara ibukota kabupaten Banjarnegara. Di Kecamatan Karangkobar itulah SD Negeri 1 Purwodadi berada, tepatnya di dusun Majatengah Desa Purwodadi. SD Negeri 1 Purwodadi mempunyai enam rombel, dengan jumlah siswa 127 yang terdiri atas kelas satu 22 siswa, kelas dua 25 siswa, kelas tiga 22 siswa, kelas empat 25 siswa, kelas lima 15 siswa, dan kelas enam 18 siswa.
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Dasar masih belum sesuai dengan standar proses pembelajaran seperti yang diamanatkan Permendiknas tersebut sebagai salah satu mata pelajaran yang penting. Kondisi ini sepertinya terjadi di SD Negeri 1 Purwodadi Kecamatan Karangkobar Kabupaten Banjarnegara. Berdasarkan pengamatan terhadap hasil pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada kelas V menunjukkan hasil yang memperihatinkan. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terlihat kurang dinamis. Siswa hanya duduk dan mendengarkan penjelasan yang disampaikan guru. Rata-rata nilai hasil ulangan akhir semester 1 mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yaitu 67,73, dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 75, dan masih terdapat 11 siswa (73,33%) yang dinyatakan belum tuntas. Sedangkan pada aspek kemampuan aktivitas dalam proses pembelajaran juga memperlihatkan masih rendah, Dari 15 peserta didik yang menunjukkan kemampuan aktivitas pembelajaran berkategori tinggi hanya 3 anak atau 20% selebihnya masih dalam kategori sedang dan rendah.
Rendahnya aktivitas dan hasil belajar disebabkan karena pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas V SD Negeri 1 Purwodadi masih menggunakan metode yang kurang menarik dan tidak bervariasi yaitu hanya menggunakan metode ceramah. Dalam pembelajaran guru menyampaikan materi secara lisan, siswa mendengarkan dan mencatatnya di buku tulis lalu dihafalkan. Pembelajaran masih berpusat pada guru dan komunikasi guru dan siswa berlangsung satu arah yaitu didominasi oleh guru sehingga keterlibatan siswa dalam pembelajaran rendah. Siswa menjadi tidak aktif dan cenderung merasa bosan dan kurang antusias.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka untuk mengetahui peningkatan kemampuan aktivitas belajar dan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan maka penulis melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan judul: “Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Metode Bermain Peran Kelas V SD Negeri 1 Purwodadi Kecamatan Karangkobar Semester 2 Tahun Pelajaran 2016/2017â€. Penelitian ini diharapkan dapat mengatasi masalah rendahnya kemampuan aktivitas dan hasil belajar siswa, serta dapat memberikan kontribusi pada guru sehingga meningkatkan kompetensinya..
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah dalam penelitian ini, maka perlu mempertegas permasalahan yang akan dikaji. Dalam hal ini perumusan permasalahan yang akan dikaji adalah sebagai berikut: 1) Bagaimanakah penerapan Metode Bermain Peran dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas V SD Negeri 1 Purwodadi Kecamatan Karangkobar semester 2 tahun pelajaran 2016/2017. 2) Bagaimanakah penerapan Metode Bermain Peran dapat meningkatan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa kelas V SD Negeri 1 Purwodadi Kecamatan Karangkobar semester 2 tahun pelajaran 2016/2017.
Tujuan Penelitian
Tujuan peneitian ini adalah: 1) Meningkatkan kemampuan aktivitas siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan melalui Metode Bermain Peran pada siswa kelas V SD Negeri 1 Purwodadi Kecamatan Karangkobar semester 2 tahun pelajaran 2016/2017. 2) Meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan melalui Metode Bermain Peran pada siswa kelas V SD Negeri 1 Purwodadi Kecamatan Karangkobar semester 2 tahun pelajaran 2016/2017.
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Aktivitas Belajar
Salah satu peran guru dalam pembelajaran adalah menciptakan pembelajaran yang efektif untuk mengarahkan siswa aktif dalam berbagai macam kegiatan pembelajaran, karena siswa adalah subjek dari pendidikan itu sendiri. Pembelajaran yang efektif akan selalu mengarahkan siswa pada aktivitas yang mampu merangsang semua potensi siswa untuk berkembang sampai pada tahap yang optimal. Tanpa aktivitas maka proses pembelajaran tidak akan efektif dan tujuan pembelajaran tidak akan tercapai secara maksimal. Proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Menurut Bonwell dalam Supinah (2012), pembelajaran aktif memiliki karakteristik karakteristik sebagai berikut: Penekanan proses pembelajaran bukan pada penyampaian informasi oleh pengajar melainkan pada pengembangan ketrampilan pemikiran analitis dan kritis terhadap topik atau permasalahan yang dibahas, Siswa tidak hanya mendengarkan kuliah secara pasif tetapi mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi kuliah, Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap berkenaan dengan materi kuliah, Siswa lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis, menganalisa dan melakukan evaluasi,Umpan-balik yang lebih cepat akan terjadi pada proses pembelajaran.
Belajar yang berhasil mestilah melalui berbagai macam aktifitas, baik aktifitas fisik maupun psikis. Ramayulis (2008:242) mengatakan, “Seluruh peranan dan kemauan dikerahkan dan diarahkan supaya daya itu tetap aktif untuk mendapatkan hasil pembelajaran yang optimal, sekaligus mengikuti proses pengajaran (proses perolehan hasil pembelajaran) secara aktifâ€. Lebih lanjut dia mengatakan, “Pada saat peserta didik aktif jasmaninya, dengan sendirinya ia juga aktif jiwanya, begitu sebaliknya, karena keduanya merupakan satu kesatuan, dua keping satu mata uangâ€.
Hamalik (2009:36) mengatakan, “Belajar adalah merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuanâ€. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami.
Berdasarkan pengertian aktivitas dan belajar yang telah dikemukakan para ahli, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah serangkaian kegiatan-kegiatan yang dilakukan seseorang dalam proses usahanya memperoleh suatu bentuk peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir dan lain-lain yang akan menghasilkan suatu perubahan tingkah laku.
Hasil Belajar
Menurut Rusmono (2012:7) bahwa hasil belajar merupakan semua hasil yang dapat terjadi dan dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan suatu metode di bawah kondisi yang berbeda. Akibat ini dapat berupa akibat yang sengaja dirancang yang memang diinginkan dan bisa juga berupa akibat nyata sebagai hasil dari penggunaan metode pengajaran tertentu. Snelbeker dalam Rusmono (2012: 7) menyatakan bahwa perubahan atau kemampuan baru yang diperoleh siswa setelah melakukan perbuatan belajar adalah merupakan hasil belajar, karena belajar pada dasarnya adalah bagaimana perilaku seseorang berubah sebagai akibat dari pengalaman. Sedangkan Suprijono (2011: 5) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan.
Metode Bermain Peran
Menurut Sanjaya (2009: 161) bermain peran (role playing) adalah metode pembelajaran sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah, mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang mungkin muncul pada masa mendatang. Lalu Sugihartono (2007: 83) menjelaskan bahwa bermain peran (role playing) adalah metode pembelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan anak didik dengan cara anak didik memerankan suatu tokoh baik tokoh hidup atau tokoh mati.
Sementara menurut Wahab (2007: 109), peranan adalah serangkaian perasaan, kata-kata, dan tindakan-tindakan terpola dan unik, yang telah merupakan kebiasaan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain, termasuk berhubungan dengan situasi dan benda-benda.
Langkah-langkah bermain peran (role playing) menurut Sanjaya (2008: 161) sebagai berikut: 1) Menetapkan topik atau masalah serta tujuan yang hendak dicapai oleh bermain peran (role playing). 2) Guru memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan diperankan. 3) Guru menetapkan pemain yang akan terlibat dalam bermain peran (role playing), peranan yang harus dimainkan oleh para pemeran, serta waktu yang disediakan. 4) Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya khususnya pada peserta didik yang terlibat dalam pemeranan bermain peran (role playing). 5) Bermain peran (role playing) dimainkan oleh kelompok pemeran. 6) Para peserta didik lainnya mengikuti dengan penuh perhatian. 7) Menyaksikan jalannya bermain peran (role playing) dengan mengikuti jalan cerita yang diperankan. 8) Guru hendaknya memberikan bantuan kepada pemeran yang mendapatkan kesulitan. 9) Bermain peran (role playing) hendaknya dihentikan pada saat puncak. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong peserta didik berpikir dalam menyelesaikan masalah yang sedang diperankan. 10) Melakukan diskusi baik tentang jalannya bermain peran (role playing) maupun materi cerita yang dimainkan. Guru harus mendorong agar peserta didik dapat memberikan kritik dan tanggapan terhadap proses pelaksanaan bemain peran (role playing). 11) Merumuskan kesimpulan.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian kerangka teori dan kerangka berpikir diatas, maka hipotesis tindakan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas ini diduga adalah: 1) Penerapan metode bermain peran dapat meningkatan aktivitas belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Purwodadi Kecamatan Karangkobar semester 2 tahun pelajaran 2016/2017. 2). Penerapan metode bermain peran dapat meningkatan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa kelas V SD Negeri 1 Purwodadi Kecamatan Karangkobar semester 2 tahun pelajaran 2016/2017.
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Pada setting penelitian sekurang-kurangnya ada dua hal yaitu waktu penelitian dan Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Purwodadi, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara. Penelitian ini dilakukan pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan selama 2 siklus. Jadwal pelaksanaan penelitian sebagai berikut: Siklus I tanggal 10 Maret 2017 sampai dengan 24 Maret 2017 dengan Kompetensi Dasar: 3.2 Menyebutkan contoh organisasi di lingkungan sekolah dan masyarakat. Siklus II tanggal 7 April 2017 sampai dengan 28 April 2017 dengan Kompetensi Dasar: 4.1Mengenal bentuk-bentuk keputusan bersama.
Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 1 Purwodadi berjumlah 15 siswa, terdiri dari 9 siswa perempuan dan 6 siswa laki-laki dengan karakteristik siswa memiliki potensi dan kompetensi yang heterogen. SD Negeri 1 Purwodadi adalah tempat peneliti melaksanakan tugas mengajar sehingga tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar.
Sumber Data
Sumber data pada penelitian tindakan kelas ini yang digunakan adalah: Sumber data siswa meliputi: data tentang kemampuan aktivitas siswa, data tentang hasil belajar pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan data tentang penerapan metode bermain peran. Sumber data guru meliputi data keterampilan guru merencanakan perbaikan pembelajaran dan ketrampilan proses pembelajaran seperti interaksi pembelajaran, implementasi penerapan metode bermain peran. Sumber data kolabolator meliputi pengamatan penerapan metode bermain peran dan hasil refleksi bersama guru peneliti.
Teknik, Alat Pengumpulan Data dan Analisis Data
Pada penelitian ini teknik dan alat pengumpulan data menggunakan: Tes yang digunakan adalah tes hasil belajar, Pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi pengamatan tentang kemampuan aktivitas pembelajaran, pengamatan tentang penerapan model pembelajaran bermain peran dalam proses pembelajaran dan pengamatan perilaku peserta didik. Observasi dilakukan pada saat guru memberikan tindakan dengan mengisi lembar observasi. Observasi dilakukan oleh pengamat atau observer.
Teknik analisis data dengan menggunakan deskripsi komparatif yaitu membandingkan pra siklus dan antar siklus, atau mencari nilai tertinggi, nilai terendah, nilai rata-rata, daya serap dan ketuntasan belajar.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas terdiri dari 2 siklus. Prosedur umum penelitian ini melalui tahapan perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan releksi (reflecting).
Indokator Kinerja
Seteleh pelaksanaan penelitian ini, maka indikator kinerja sebagai berikut: 1) Kemampuan aktivitas dinyatakan berhasil, jika minimal 75% dengan kategori tinggi dalam proses pembelajaran. 2) Hasil belajar dinyatakan berhasil, jika nilai rata-rata tes hasil belajar adalah minimal 75 dengan ketuntasan belajar minimal 75% pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Kemampuan aktivitas dalam pembelajaran dan hasil belajar masih rendah pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan siswa kelas V SD Negeri 1 Purwodadi tahun 2017. Hal ini ditunjukkan hasil pengamatan yang terlihat jumlah siswa yang memiliki Kemampuan Aktivitas rendah ada 8 siswa atau 53,33%, Kemampuan Aktivitas sedang ada 4 siswa atau 26,67% dan Kemampuan Aktivitas tinggi hanya ada 3 siswa atau 20,00%. Dari data tersebut secara umum Kemampuan Aktivitas dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SDN 1 Purwodadi pada kelas V masih dalam kategori rendah.
Kondisi rendahnya Kemampuan Aktivitas berdampak juga pada rendahnya hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukan hasil tes Pendidikan Kewarganegaraan pada ulangan akhir semester 1 menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. nilai tes hasil belajar pra siklus menunjukkan banyaknya siswa yang sudah tuntas atau yang mendapatkan nilai lebih dari KKM 75 baru mencapai 26,67%, sedangkan siswa yang belum tuntas atau yang mendapatkan nilai kurang dari KKM 75 ada 73,33%. Nilai tertinggi 83, nilai terendah 53, dengan rentang nilai 53-83 dengan nilai rata-rata 67,73.
Hasil Penelitian Siklus I
Pelaksanaan kegiatan penerapan metode bermain peran pertemuan pertama dilaksanakan hari Jum,at 10 Maret 2017, pertemuan kedua dilaksanakan hari Jum’at 17 Maret 2017, pertemuan ketiga dilaksanakan hari Jum’at 24 Maret 2017, dengan lama pertemuan masing-masing 2 jam pelajaran atau 2×35 menit.
1. Data Kemampuan Aktivitas
Data tentang Kemampuan Aktivitas diambil setelah melakukan pembelajaran pada akhir siklus I, instrumen data berupa lembar pengamatan yang terdiri dari 10 indikator. Dari data diperoleh data Kemampuan Aktivitas skor 1-3 masuk kategori rendah, Kemampuan Aktivitas skor 4-6 masuk kategori sedang, Kemampuan Aktivitas skor 7-10 masuk kategori tinggi. Hasil selengkapnya diperoleh data sebagai berikut: kemampuan aktivitas pada rentang skor 7-10 sebanyak 7 siswa atau 46,67%, pada rentang skor 4-6 sebanyak 5 siswa atau 33,33%, dan pada rentang skor 1-3 sebanyak 3 siswa atau 20,00%.
2. Data Tentang Tes Hasil Belajar.
Setelah pembelajaran berlangsung 3 kali pertemuan maka dilakukan tes tertulis untuk mengukur hasil belajar. Hasil tes diperoleh data sebagai berikut Hasil tes hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan diperoleh hasil sebagai berikut: jumlah siswa yang memperoleh nilai pada rentang nilai 81-90 sebanyak 4 siswa atau 26,67%, pada rentang nilai 71-80 sebanyak 6 siswa atau 40%, pada rentang nilai 61-70 sebanyak 3 siswa atau 20%, dan pada rentang nilai 51-60 sebanyak 2 siswa atau 13,33. Modus pada rentang nilai 71-80.
Akhir pertemuan ke 3 pada tiap siklus dilakukan diskusi refleksi untuk mengetahui ketercapaian pelaksanaan penerapan metode bermain peran sehingga antara guru kolaborator dan guru peneliti melakukan diskusi refleksi. Berdasarkan kriteria keberhasilan maka: 1) Kemampuan Aktivitas baru mencapai 7 siswa yang berkategori tinggi atau 46,67% sehingga belum berhasil karena kreteria keberhasilan adalah 75%. 2) Hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan nilai rata-rata baru mencapai 73,53 dan ketuntasan belajar baru mencapai 7 siswa yang sudah tuntas atau 60% sehingga belum berhasil kerena kriteria keberhasilan nilai rata-rata 75, dengan ketuntasan belajar 75%.
Keputusan refleksi bersama kolaborator, maka kekurangan yang segera diperbaiki adalah pemberian tugas berupa Lembar Kerja Siswa yang dikerjakan secara kelompok setelah bermain peran. Akhirnya diputuskan untuk melanjutkan siklus II dengan ketentuan: a) Materi pembelajaran melanjutkan kompetensi dasar 4.1 Mengenal bentuk-bentuk keputusan bersama, b) Pembelajaran menerapkan metode bermain peran, c) Perbaikan yang dilakukan yaitu pemberian tugas Lembar Kerja Siswa.
Hasil Penelitian Siklus II
Pelaksanaan kegiatan penerapan metode bermain peran pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Jum’at 7 April 2017, pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Jum’at 21 April 2017, pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Jum’at 28 April 2017, dengan lama pertemuan masing-masing 2 jam pelajaran atau 2×35 menit.
1. Data Kemampuan Aktivitas
Data tentang Kemampuan Aktivitas diambil setelah melakukan pembelajaran pada akhir siklus II, instrumen data berupa lembar pengamatan yang terdiri dari 10 indikator. Dari data diperoleh data Kemampuan Aktivitas skor 1-3 masuk katagori rendah, Kemampuan Aktivitas skor 4-6 masuk katagori sedang, Kemampuan Aktivitas skor 7-10 masuk kategori tinggi. Hasil diperoleh data sebagai berikut: kemampuan aktivitas pada rentang skor 7-10 (tinggi) sebanyak 12 siswa atau 80,00%, pada rentang skor 4-6 (sedang) sebanyak 1 siswa atau 6,67%, dan pada rentang skor 1-3 (rendah) sebanyak 2 siswa atau 13,33%.
2. Data Tentang Tes Hasil Belajar.
Setelah pembelajaran berlangsung 3 kali pertemuan maka dilakukan tes tertulis untuk mengukur hasil belajar. Hasil tes diperoleh data sebagai berikut Hasil tes hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan diperoleh hasil sebagai berikut: jumlah siswa yang memperoleh nilai pada rentang nilai 91-100 sebanyak 2 siswa atau 13,%,33, pada rentang nilai 81-90 sebanyak 5 siswa atau 33,33%, pada rentang nilai 71-80 sebanyak 6 siswa atau 40,00%, dan pada rentang nilai 61-70 sebanyak 2 siswa atau 13,33%. Modus pada rentang nilai 71-80.
Akhir pertemuan ke 3 pada tiap siklus dilakukan diskusi refleksi untuk mengetahui ketercapaian pelaksanaan penerapan metode bermain peran, maka antara guru kolaborator dan guru peneliti melakukan diskusi refleksi. Berdasarkan kriteria keberhasilan maka: 1) Kemampuan Aktivitas sudah mencapai 12 siswa yang berkategori tinggi atau 80,00% sehingga sudah berhasil karena kriteria keberhasilan adalah 75%. 2) Hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan, nilai rata-rata sudah mencapai 81,07 dengan ketuntasan belajar 86,67% sehingga sudah dinyatakan berhasil karena kriteria keberhasilan adalah nilai rata-rata 75,00, dengan ketuntasan belajar 75,00%. Keputusan refleksi bersama kolaborator, akhirnya memutuskan penelitian dihentikan pada siklus II.
Pembahasan
Sebelum dilakukan pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran. Kemampuan Aktivitas hanya mencapai 20% atau 3 siswa dari 15 siswa yang ada. Setelah dilaksanakan pembelajaran pada siklus I diperoleh hasil, siswa yang memiliki Kemampuan Aktivitas tinggi ada 7 atau 46,67%, siswa yang memiliki Kemampuan Aktivitas sedang ada 5 atau 33,33% dan 3 siswa atau 20,00% siswa dalam kategori Kemampuan Aktivitas rendah. Ini berarti terjadi kenaikan Kemampuan Aktivitas tinggi secara signifikan sebanyak 4 siswa dari pra siklus hanya 3 siswa naik menjadi 7 siswa pada siklus I.
Selain Kemampuan Aktivitas, yang perlu mendapat perhatian adalah hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan, nilai rata-rata pada pra siklus baru mencapai 67,73 dengan ketuntasan belajar yang masih sangat rendah yaitu 26,67%. Kondisi tersebut berakibat pada sulitnya pengelolaan proses belajar mengajar. Melalui diskusi awal, perlu dilakukan perbaikan pembelajaran melalui penerapan metode bermain peran. Pada hasil tes belajar terlihat pada siklus I hasil nilai tertinggi adalah 85, nilai terendah adalah 58 dan nilai rata-rata adalah 73,53. Pada kondisi awal nilai rata-rata baru mencapai 67,73 dan mengalami perubahan menjadi 73,53 pada siklus I, sehingga ada kenaikan sebanyak 5,80. Ketuntasan belajar pra siklus hanya 26,67% yang kemudian meningkat pada siklus I menjadi 60,00%, sehingga terjadi kenaikan sebanyak 33,33% pada siklus I.
Penerapan metode bermain peran pada konsep organisasi di lingkungan sekolah dan masyarakat siswa kelas V SD Negeri 1 Purwodadi, menunjukan adanya hasil belajar yang meningkat, hal ini disebabkan proses pembelajaran sesuai dengan karakteristik metode bermain peran.Situasi pembelajaran seperti dalam gambar sebagai berikut:
Akhir siklus I menunjukan bahwa hasil penelitian Kemampuan Aktivitas baru mencapai 46,67% sehingga dinyatakan belum berhasil. Hasil tes hasil belajar rerata baru mencapai 73,53 dengan ketuntasan belajar 60,00% sehingga dinyatakan juga belum berhasil. Berdasarkan diskusi refleksi maka penelitian dilanjutkan pada siklus II dengan menambah kegiatan berupa pemberian tugas pengerjaan LKS sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan data di atas terjadi peningkatan pada Kemampuan Aktivitas kategori tinggi sebanyak 5 siswa dari 7 siswa menjadi 12 siswa pada siklus II. Pada siklus II diperoleh hasil, siswa yang memiliki Kemampuan Aktivitas tinggi ada 12 atau 80,00%, siswa yang memiliki Kemampuan Aktivitas sedang ada 1 siswa atau 6,67% dan ada 2 siswa atau 13,33% siswa yang memiliki Kemampuan Aktivitas rendah. Ini berarti ada kenaikan Kemampuan Aktivitas tinggi sebanyak 5 siswa dari siklus I ada 7 siswa menjadi 12 siswa pada siklus II. Hal tersebut menunjukkan pada siklus II terjadi penurunan jumlah siswa yang masuk kategori Kemampuan Aktivitas sedang dan rendah. Kemampuan Aktivitas sedang mengalami penurunan dari 5 siswa pada siklus I menjadi 1 siswa di siklus II. Kemampuan Aktivitas rendah mengalami penurunan dari 3 siswa pada siklus I menjadi 2 siswa di siklus II. Peningkatan signifikan terjadi pada Kemampuan Aktivitas tinggi dari 7 siswa pada sikilus I menjadi 12 siswa pada siklus II.
Hasil tes pada siklus II sebagai berikut: nilai tertinggi adalah 95, nilai terendah adalah 64 dan nilai rata-rata adalah 81,07. Pada siklus I rata-rata kelas baru mencapai 73,53 sehingga ada kenaikan nilai rata-rata sebanyak 7,54 pada siklus II. Selain itu terjadi peningkatan ketuntasan belajar pada siklus II dimana siswa yang mencapai ketuntasan belajar sudah mencapai 86,67%.
Penerapan metode bermain peran pada materi musyawarah dan votting siswa kelas V SD Negeri 1 Purwodadi, menunjukan adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar, hal ini disebabkan proses pembelajaran sesuai dengan karakteristik metode bermain peran. Situasi pembelajaran di kelas seperti dalam gambar berikut:
Perbandingan hasil penelitian pra siklus, siklus I, dan siklus II setelah dilakukan pengamatan pada saat pembelajaran diperoleh data sebagai berikut:
Tabel Perbandingan Kemampuan Aktivitas Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
No |
Kemampuan Aktivitas |
Pra Siklus |
Siklus I |
Siklus II |
|||
1 |
Tinggi |
3 |
20,00% |
7 |
46,67% |
12 |
80,00% |
2 |
Sedang |
4 |
26,67% |
5 |
33,33% |
1 |
6,67% |
3 |
Rendah |
8 |
53,33% |
3 |
20,00% |
2 |
13,33% |
|
Jumlah |
15 |
100% |
15 |
100% |
15 |
100% |
Berdasarkan data di atas pada siklus I ada kenaikan Kemampuan Aktivitas dari 3 siswa atau 20,00% menjadi 7 siswa atau 46,67%. Pada siklus II ada kenaikan Kemampuan Aktivitas dari 7 siswa atau 46,67% menjadi 12 siswa atau 80,00%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran dapat meningkatkan Kemampuan Aktivitas dari 3 siswa (20,00%) menjadi 12 siswa (80,00%).
Perbandingan tes hasil belajar pra siklus, siklus I dan siklus II setelah dilakukan evaluasi pada akhir siklus diperoleh data sebagai berikut:
Tabel: Perbandingan Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
No |
Hasil Belajar |
Pra Siklus |
Siklus I |
Siklus II |
1 |
Nilai Tertinggi |
83 |
85 |
95 |
2 |
Nilai Terendah |
53 |
58 |
64 |
3 |
Nilai Rata-rata |
67,73 |
73,53 |
81,07 |
4 |
Ketuntasan Belajar |
26,67% |
60,00% |
86,67% |
Pada tabel di atas terlihat pada pra siklus nilai rata-rata hanya 67,73, pada siklus I rata-rata menjadi 73,53 dan siklus II rata-rata meningkat menjadi 81,07. Dengan demikian pembelajaran dengan metode bermain peran, dapat meningkatkan rerata hasil belajar pada siklus I dari 67,73 menjadi 73,53 dan siklus II dari 73,53 menjadi 81,07. Ketuntasan belajar pada pra siklus hanya 26,67% meningkat pada siklus I menjadi 60,00% dan siklus II menjadi 86,67%. Ini berarti pada siklus I ada peningkatan ketuntasan belajar sebanyak 33,33% dari 26,67% menjadi 60,00% sedangkan pada siklus II meningkat sebanyak 26,67% dari 60,00% menjadi 86,67%. Sehingga dapat disimpulkan pembelajaran dengan menerapkan metode bermain peran dapat meningkatkan ketuntasan belajar dari 26,67% menjadi 86,67%.
Penerapan metode bermain peran berdampak perubahan situasi kelas dan siswa. Perubahan kondisi siswa antara lain lebih bersemangat, serius, aktif dan antusias, kondisi kelas lebih tertib, kondusif dan menyenangkan. Pada siklus II proses pembelajaran menjadi lebih baik karena tujuan pembelajaran tercapai. Hal ini menyebabkan kemampuan aktivitas dan hasil belajar menjadi meningkat. Hal ini sesuai pendapat Sanjaya (2009: 161) bermain peran (role playing) adalah metode pembelajaran sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah, mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang mungkin muncul pada masa mendatang
Dari uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa penerapan metode bermain peran telah dapat meningkatkan Kemampuan Aktivitas dan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan kelas V SD Negeri 1 Purwodadi semester 2 Tahun pelajaran 2016/2017.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Penerapan metode bermain peran dapat meningkatkan aktivitas belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa kelas V SD Negeri 1 Purwodadi semester 2 tahun pelajaran 2016/2017 dari prasiklus 3 siswa dari 15 siswa atau 20,00% menjadi 12 siswa dari 15 siswa atau 80,00% pada akhir siklus II. 2) Penerapan metode bermain peran dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa kelas V SD Negeri 1 Purwodadi semester 2 tahun pelajaran 2016/2017, dari rerata nilai prasiklus 67,73 dengan ketuntasan belajar 26,67% menjadi rerata nilai 81,07 dengan ketuntasan belajar 86,67% pada akhir siklus II.
Saran
Berakhirnya siklus II, agar hasil penelitian lebih optimal maka disarankan a). Pelaksanaan penelitian ini baru 2 siklus, penelitian lain selanjutnya dapat menambah siklus –siklus untuk mendapatkan temuan-temuan yang lebih signifikan, b). Instrumen tes dan lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini masih merupakan instrumen yang tingkat validasinya belum memuaskan, penelitian berikutnya dapat menggunakan instrumen yang standar atau validasi dan realiabilitas yang standar.
DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, Oemar. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Maier, Henry W. 2002. Role Playing: Structure and Educational Objectives. The
Ramayulis. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Rusmono. 2012. Strategi Pembelajaran Problem Based Learning. Bogor: Ghalia Indonesia.
Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana
Semiawan, Conny. 1992. Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: Gramedia Widisarana Indonesia
Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press
Supinah, 2012. Bagaimana Mengukur Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran. Online http://p4tkmatematika.org/file/ARTIKEL/Artikel%20Pendidikan/AKTIFI TAS% 20SISWA_supinah.pdf (akses 8 Mei 2017).
Suprijono, Agus. 2011. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.
Wahab, Abdul Azis. 2007. Metode dan Model-Model Mengajar: Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Bandung: Alfabeta.