UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KEMAMPUAN READING BAHASA INGGRIS MELALUI METODE ROLE PLAY

BAGI SISWA KELAS X IPS 3 SEMESTER 1 SMA NEGERI 3 PATI

TAHUN PELAJARAN 2019/2020

 

Suryanti

SMA N 3 Pati

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian dalam penelitian ini sebagai berikut: 1) Untuk mengetahui dengan media gambar dan metode Role Play dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran Bahasa Inggris siswa kelas X IPS 3 SMA N 3 Pati Tahun Pelajaran 2019/2020!! 2) Untuk mengetahui dengan media gambar dan metode Role Play dapat meningkatkan kemampuan reading Bahasa Inggris siswa kelas X IPS 3 SMA N 3 Pati Tahun Pelajaran 2019/2020! Penelitian Tindakan Kelas ini direncanakan terdiri dari 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan evaluasi, dan (4) refleksi. Siklus ketiga tidak dilaksanakan karena indikator penelitian telah tercapai pada siklus 2 Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas dapat disimpulkan sebagai berikut: Penerapan metode pembelajaran kooperatif Roll Play dapat meningkatkan aktivitas belajar Hal tersebut dapat dibuktikan melalui pengamatan pada siklus I jumlah siswa yang kategori cukup aktif 16 siswa dari 34 siswa atau 47,06% pada siklus I berkurang menjadi 10 siswa atau 29,42% pada siklus II dan juga jumlah siswa yang masuk kriteria aktif 9 siswa dari 34 siswa atau 26,47% bertambah menjadi 19 siswa dari 34 siswa atau 55,88% pada siklus II. Begitu pula jumlah siswa yang masuk kategori sangat aktif 3 siswa dari 34 siswa atau 8,82% naik menjadi 5 siswa dari 34 siswa atau 15,70% pada siklus II. Penerapan metode pembelajaran kooperatif Roll Play dapat meningkatkan Hasil belajar Hal ini dapat dibuktikan melalui pemberian posttestt pada siklus I dan posttest pada siklus II ada peningkatan. Hasil posttest siklus I jumlah siswa yang tuntas 24 siswa dari 34 siswa atau 70,59%, siswa yang tidak tuntas 10 siswa dari 34 siswa atau 29,41%, sedangkan hasil posttestt pada siklus II. Jumlah siswa yang tuntas ada 30 siswa atau 88,24% dari 34 siswa dan siswa yang tidak tuntas 4 siswa atau 11,76% dari 34 siswa. Rata-rata nilai posttest siklus I yaitu75, sedangkan nilai posttest siklus II yaitu 83. Itu artinya mengalami peningkatan yang signifikan dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif Role Play.

Kata kunci: Role Play

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Siswa Kelas X IPS 3 Semester ganjil tahun pelajaran 2019/2020 cenderung pasif dan lebih banyak diam dalam pelajaran Bahasa Inggris. Guru masih sering menggunakan metode mengajar ceramah yang kurang memberi kesempatan pada siswa untuk mengemukakan ide, gagasan, pikiran, pendapat, perasaan,dan maksud hati mereka dengan leluasa. Mereka merasa takut salah dalam memilih kata-kata atau kalimat yang tepat untuk mengungkapkan maksud hatinya dalam bahasa Inggris. Mereka lebih banyak diam dan mendengarkan ucapan-ucapan atau penjelasan dari guru. Atau dengan kata lain mereka hanya bisa berbahasa Inggris secara pasif yaitu hanya mampu reading dan mendengarkan saja. Mereka belum mampu untuk memproduksi sendiri dalam bentuk ucapan ataupun tulisan dalam bahasa Inggris. Untuk menumbuhkan kemampuan reading dan menulis tersebut dibutuhkan keberanian. Alasan itulah yang menyebabkan penulis memilih metode role play dalam pembelajaran Bahasa Inggris.

Metode pembelajaran role play ini nantinya diharapkan mampu meningkatkan dan menumbuhkan keberanian siswa Kelas X IPS 3 Semester ganjil tahun pelajaran 2019/2020 dalam reading dan menulis dengan Bahasa Inggris walaupun masih sederhana. Karena metode pembelajaran role play ini memberikan banyak kesempatan bagi siswa untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran, pendapat, perasaan atau maksud hati mereka dengan lebih leluasa. Kemampuan Bahasa Inggris aktif, reading dan menulis, akan meningkatkan kemampuan Bahasa Inggris pasif, reading dan mendengarkan. Jika keempat kemampuan atau ketrampilan berbahasa Inggris itu telah dikuasai maka akan meningkat pula hasil pembelajaran Bahasa Inggris. Peningkatan hasil belajar Bahasa Inggris siswa nantinya akan membantu mereka dalam menempuh ujian nasional dan tentunya juga akan memperoleh hasil yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan salah satu sasaran mutu SMA Negeri 3 Pati tahun 2019/2020 aktivitas dan hasil belajar dengan nilai yang lebih baik.

Penggunaan metode mengajar Role Play ini akan mengubah peran guru yang sebelumnya menjadi subyek dalam pembelajaran menjadi fasilitator dalam pembelajaran dan mengubah peran siswa yang sebelumnya sebagai obyek dalam pembelajaran menjadi subyek dalam pembelajaran. Metode role play ini memang harus digunakan agar siswa benar-benar dijadikan subyek dalam pembelajaran yang mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk menggunakan bahasa Inggris tersebut. Sedangkan guru hanya sebagai fasilitator yang memfasilitasi dan membantu siswa untuk menggunakan Bahasa Inggris tersebut dengan baik dan benar. Perubahan peran guru dan siswa dalam pembelajaran serta pemberian kesempatan yang seluas-luasnya bagi siswa untuk menggunakan Bahasa Inggris akan meningkatan kemampuan dan rasa percaya diri siswa dalam berbahasa Inggris. Rasa percaya diri yang tinggi akan memudahkan mereka untuk menguasai dan menggunakan Bahasa Inggris tersebut dengan baik.

Selama ini penulis mengamati bahwa motivasi belajar Bahasa Inggris siswa Kelas X IPS 3 Semester ganjil tahun pelajaran 2019/2020 masih rendah. Karena motivasi belajar yang masih rendah mengakibtkan hasil belajar Bahasa Inggris siswa X IPS 3 Semester ganjil tahun pelajaran 2019/2020 dengan bukti pada kondisi awal hasil belajar siswa juga rendah dengan rata-rata tuntas hanya tercapai < 50%, berjumlah 34 siswa, terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan. Mereka masih kesulitan untuk memahami dan menggunkan Bahasa Inggris tersebut. Penguasaan kosa kata mereka juga masih sedikit. Rasa takut salah yang mereka miliki juga tinggi yang akhirnya membuat mereka merasa lebih baik diam dari pada nanti reading tapi salah dan akan ditertawakan teman. Guru mencari metode pembelajaran yang dinilai sesuai adalah metode pembelajaran dengan metode Role Play. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui efektifitas metode pembelajaran dengan metode Role Play untuk meningkatkan aktivitas dan kemampuan siswa dalam reading Bahasa Inggris.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1) Apakah dengan metode Role Play dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran Bahasa Inggris siswa kelas X IPS 3 SMA N 3 Pati Tahun Pelajaran 2019/2020! 2) Apakah dengan media gambar dan metode Role Play dapat meningkatkan kemampuan reading Bahasa Inggris siswa kelas X IPS 3 SMA N 3 Pati Tahun Pelajaran 2019/2020!

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dalam penelitian ini sebagai berikut: 1) Untuk mengetahui dengan media gambar dan metode Role Play dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran Bahasa Inggris siswa kelas X IPS 3 SMA N 3 Pati Tahun Pelajaran 2019/2020! 2) Untuk mengetahui dengan media gambar dan metode Role Play dapat meningkatkan kemampuan reading Bahasa Inggris siswa kelas X IPS 3 SMA N 3 Pati Tahun Pelajaran 2019/2020!!

Manfaat Penelitian

Hasil Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan dapat bermanfaat: Bagi siswa, mendapatkan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan tidak membosankan terutama pada mata pelajaran Bahasa Inggris dengan begitu kemampuan reading Bahasa Inggris siswa bisa ditingkatkan. Bagi guru, dapat memiliki pengetahuan baru berkaitan dengan pelaksanaan metode pembelajaran Role Play dalam kemampuan reading Bahasa Inggris. Bagi sekolah, membantu terwujudnya tujuan visi dan misi sekolah dan meningkatkan kualitas pendidikan di SMA N 3 Pati.

KAJIAN TEORI

Hakekat Belajar

Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan (Hamalik Pemar: 2001). Menurut pengertian ini belajar merupakan suatu proses yakni suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Yang menjadi hasil dari belajar bukan penguasaan hasil latihan melainkan perubahan tingkah laku. Karena belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku, maka diperlukan pembelajaran yang bermutu yang langsung menyenangkan dan mencerdaskan siswa.

Menurut Gagne (1984), belajar didefinisikan sebagai proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat suatu pengalaman. Sedangkan James O. Wittaker berpendapat, “learning may be defined as the process by which behavior organites or is altered through training or experience”. Belajar dapat didefinisikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan dan pengalaman. Menurut Howard L. Kingsley, “learning is the process by which behavior (in the broader sense) is organited or changed through practice or training”. Belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui praktek dan latihan.

Hakekat Aktivitas

Aktivitas Belajar Siswa

Belajar sangat dibutuhkan adanya aktivitas dikarenakan tanpa adanya aktivitas proses belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik. Pada proses aktivitas pembelajaran harus melibatkan seluruh aspek siswa, baik jasmani maupun rohani, sehingga perubahan perilakunya dapat berubah dengan cepat, tepat, mudah dan benar, baik berkaitan dengan aspek kognitif afektif maupun psikomotor (Hanafiah 2010:23).

Aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam proses belajar kedua aktivitas itu harus saling berkaitan. Lebih lanjut lagi piaget menerangkan dalam buku Sardiman bahwa jika seorang anak berfikir tanpa berbuat sesuatu, berarti anak itu tidak berfikir (Sardiman 2011:100).

Menurut Diedrich (dalam Hanafiah dan Suhana 2010:24) menjelaskan bahwa aktivitas belajar dapat memberikan nilai tambah (added value) bagi siswa, berupa hal-hal berikut ini: (1) siswa memiliki kesadaran (awareness) untuk belajar sebagai wujud adanya motivasi internal untuk belajar sejati; (2) siswa mencari pengalaman dan langsung mengalami sendiri, yang dapat memberikan dampak terhadap pembentukan pribadi yang integral; (3) siswa belajar dengan menurut minat dan kemampuannya; (4) menumbuhkembangkan sikap disiplin dan suasana belajar yang demokratis di kalangan siswa; (5) pembelajaran dilaksanakan secara konkret sehingga dapat menumbuh kembangkan pemahaman dan berfikir kritis serta menghindarkan terjadinya verbalisme; dan (6) menumbuhkembangkan sikap kooperatif dikalangan siswa sehingga sekolah menjadi hidup, sejalan, dan serasi dengan kehidupan di masyarakat di sekitarnya.

Rousseuau (dalam Sardiman 2004:96) memberikan penjelasan bahwa segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri baik secara rohani maupun teknis. Tanpa ada aktivitas, proses belajar tidak mungkin terjadi.

Banyak macam- macam kegiatan (aktivitas belajar) yang dapat dilakukan anak- anak di kelas, tidak hanya mendengarkan atau mencatat. Paul B. Diedrich (dalam Nasution, 2004:9). Membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan (aktifitas siswa), antara lain: 1) Visual activities seperti reading, memperhatikan:gambar, demonstrasi, percobaab, pekerjaan orang lain dan sebagainya. 2) Oral activities seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interview, diskusi, interupsi dan sebagainya. 3) Listening activities seperti mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, music, pidato dan sebagainya. 4) Writing activities seperti menulis cerita, karangan, laporan, tes, angket, menyalin, dan sebagainya. 5) Drawing activities seperti menggambar, membuat grafik, peta diagram, pola, dan sebagainya. 6) Motor activities seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, metode, mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang, dan sebagainya. 7) Mental activities seperti menanggap, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan, dan sebagainya. 8) Emotional activities seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang, gugup, dan sebagainya.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang dimaksudkan penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif. Belajar aktif adalah suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental, intelektual, dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

Hakekat Kemampuan Reading Siswa

Reading merupakan proses berbahasa lisan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan, merefleksikan pengalaman, dan berbagi informasi (Ellis, 1989). Ide merupakan esensi dari apa yang kita bicarakan dan kata-kata merupakan untuk mengeksresikannya. Reading merupakan proses yang kompleks karena melibatkan berpikir, bahasa, dan ketrampilan sosial.

Kemampuan berbahasa lisan merupakan dasar utama dari pengajaran bahasa karena kemampuan berbahasa lisan (1) merupakan metode ekpresi yang sering digunakan, (2) merupakan bentuk kemampuan pertama yang biasanya dipelajari anak-anak, (3) merupakan tipe kemampuan berbahasa yang paling umum dipakai. Dari 2796 bahasa di dunia, semuanya memiliki bentuk bahasa lisan, tetapi hanya 153 saja yang mengembangkan bahasa tulisnya (Stewig, 1983).

Hakekat Role Play

Peran (role) bisa diartikan sebagai cara seseorang berperilaku dalam posisi dan situasi tertentu (Gangel, 1986). Metode Role Play adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Menurut Gangel (1986), role Play adalah suatu metode mengajar merupakan tindakan yang dilakukan secara sadar dan diskusi tentang peran dalam kelompok.

Pandangan senada dikemukakan oleh Blatner (2002), menurutnya role Play adalah sebuah metode untuk mengeksplorasi hal-hal yang menyangkut situasi sosial yang kompleks. Di dalam kelas, suatu masalah diperagakan secara singkat sehingga murid-murid bisa mengenali tokohnya. Salah satu struktur permainan menurut Gangel(1986) adalah sebagai berikut: 1.Persiapan: a. Tentukan masalah, b. Buat persiapan peran, c. Bangun suasana, d. Pilihlah tokohnya, e. Jelaskan dan berikan pemanasan, f. Pertimbangkan latihan 2.Memainkan:a. Memainkan, b.,Menghentikan, c. Melibatkan penonton, d. Menganalisa diskusi, e. Mengevaluasi.

Materi Pembelajaran

Untuk menjelaskan gambar, siswa akan menggunakan pola-pola kalimat yang bisa digunakan untuk menjelaskan suatu benda yaitu Expletive IT and There, Adjective Order, Preposition of Locatins dan Passive Construction.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir hipotesis: 1) Melalui penerapan media gambar dan metode Role Play, dapat meningkatkan aktivitas reading Bahasa Inggris bagi siswa 2) Melalui penerapan media gambar dan metode Role Play, dapat meningkatkan kemampuan reading Bahasa Inggris bagi siswa.

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas siswa kelas kelas X IPS 3 semester 1 Tahun Pelajaran 2019/2020 dipilih karena menunjukkan kecenderungan keaktifan dan aktivitas yang perlu segera mendapatkan penanganan. Selain itu, hasil belajar siswa juga rendah dengan rata-rata tuntas hanya tercapai < 50%, berjumlah 34 berjumlah 34 anak yang terdiri atas 14 anak laki-laki dan 20 anak perempuan.

 

 

Rencana Tindakan

Penelitian Tindakan Kelas ini direncanakan terdiri dari 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan evaluasi, dan (4) refleksi. Siklus ketiga tidak dilaksanakan karena indikator penelitian telah tercapai pada siklus 2 (Trip dalam Subyantoro 2007:24).

Siklus I bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kondisi awal siswa dalam reading setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan media gambar dengan metode Role Play. Selain itu, siklus I juga digunakan sebagai refleksi untuk kemudian melaksanakan siklus II. Dari hasil tindakan pada siklus II dapat diketahui peningkatan ketrampilan reading setelah dilakukan perbaikan dalam kegiatan belajar mengajar pada siklus I.

Pengamatan pendahuluan atau observasi awal dilakukan sebelum penelitian dilaksanakan. Observasi pendahuluan ini bertujuan agar mengetahui kondisi siswa sebenarnya saat di kelas. Sebaliknya dari pihak siswa, observasi awal ini bermanfaat agar dalam pelaksanaan penelitian nantinya siswa sudah tidak merasa asing lagi dengan peneliti sehingga pembelajaran pun akan bisa berjalan dengan lancar.

Rencana pelaksanaan Penelitian: 1) Tahap pertama pada penelitian tindakan kelas yaitu perencanaan, yakni rencana rinci mengenai tindakan yang akan dilaksanakan untuk menyelesaikan masalah. 2) Tahap kedua yaitu tindakan, yaitu wujud nyata dari suatu rencana yang telah dibuat sebelumnya Pelaksanaan atau tindakan yakni suatu langkah yang dilakukan peneliti sebagai upaya perbaikan. Saat pelaksanaan tindakan, guru harus benar-benar memahami karakter siswa. Kegiatan pelaksanaan tindakan ini merupakan tindakan pokok dalam siklus Penelitian Tindakan Kelas ini. 3) Tahap ketiga yaitu observasi atau pengamatan terhadap semua hal yang terjadi di dalam kelas. Pengamatan adalah proses pengambilan data dari pelaksanaan tindakan atau kegiatan pengamatan. Pengamatan dilakukan oleh guru dengan cara mencatat semua hal yang terjadi di dalam kelas. Pengamatan ini meliputi situasi kelas, perilaku dan sikap siswa, penyajian materi, dan sebagainya. Observasi atau pegamatan ini dilakukan terhadap hasil dari tindakan yang telah dilaksakan siswa, kesulitan yang dialami siswa, dan tanggapan siswa yang didokumentasikan sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan siklus berikutnya. 4) Tahap keempat yaitu refleksi, yakni kegiatan mengulas apa yang telah dan atau tidak terjadi, apa yang telah dihasilkan atau belum berhasil dituntaskan dari tindakan yang telah dilaksanakan. Refleksi dilakukan setelah proses pembelajaran berlangsung dengan cara berkolaborasi. Siswa dan guru berdiskusi mengenai berbagai masalah yang dialami di dalam kelas. Hasil refleksi kemudian dijadikan acuan untuk langkah perbaikan dan tindakan selanjutnya.

Prosedur Tindakan Siklus I

Perencanaan yaitu merencanakan waktu penelitian, penyusunan kisi-kisi dan butir soal, menyiapkan media pembelajaran yang diperlukan, yaitu mempersiapkan gambar-gambar yang akan dipergunakan sebagai alat bantu pembelajaran, rencana pembelajaran dan lembar observasi.

Pelaksanaan tindakan yaitu melaksanakan penelitian tindakan sesuai dengan rencana yang sudah ditetapkan dan prosedur tindakan yang akan diterapkan. Pada tahap ini, peneliti melakukan empat hal yaitu: 1) Preparation: mengajak siswa untuk secara klasikal menjelaskan sebuah gambar dengan kalimat-kalimat pendek. Peneliti memancing pendapat siswa dengan pertanyaan-pertanyaan baik yang berbentuk Yes/No Questions maupun WH-Questions. 2) Presentation: membahas kata-kata yang dapat dipergunakan untuk mendeskripsikan benda (adjectives used for decribing things) dan pola-pola kalimat yang bisa dipakai untuk menjelaskan suatu benda (Expletive IT and THERE: Adjectives Order, Prepositions of Locations dan Passive Construction: What it is made of). 3) Practice: membagi siswa dalam kelompok yang terdiri dari lima orang, membagikan gambar, meminta siswa untuk berdiskusi dalam kelompoknya untuk menjelaskan benda-benda yang ada di gambar dengan menggunakan kata dan pola kalimat yang sudah dipelajari. Pada akhir diskusi diharapkan setiap siswa sudah mampu merangkai kalimat-kalimat tersebut untuk dipresentasikan selama satu menit di dalam kelompoknya. 4) Production: tahap ini merupakan tahap penilaian. Pada proses penelitian ini, siswa memilih satu gambar dari beberapa gambar sejenis yang tersedia, kemudian mendeskripsikannya dalam waktu satu menit.

Observasi yaitu mengawasi jalannya proses belajar mengajar dan memberikan tes sesuai dengan rencana pembelajaran. Pada saat siswa sedang mengadakan proses bekerja dalam kelompok, guru mengamati jalannya proses pembelajaran. Pada saat mengadakan proses pembelajaran, peneliti juga melakukan observasi tentang sikap siswa terhadap metode pembelajaran yang digunakan dan keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Pada saat siswa sedang menyampaikan deskripsinya, peneliti mengamati dan menilai isi, kelancaran, maupun ketepatan ucapan dan pola kalimat yang dipergunakan dalam presentasi, serta lamanya waktu dalam menyampaikan presentasi.

Refleksi yaitu menganalisis dan mendiskusikan hasil penelitian bersama observer untuk menentukan rencana tindakan pada siklus berikutnya. Diharapkan pada siklus ini semua siswa mencapai peningkatan dalam kemampuan reading dan peningkatan dalam mengikuti pembelajaran.

Setelah pelaksanaan tindakan selesai, selanjutnya peneliti melakukan refleksi untuk mengetahui hasil pelaksanaan tindakan. Refleksi dilakukan dengan menganalisis hasil tes dan nontes pada siklus I. Analisis hasil tes dilakukan dengan menganalisis ketrampilan reading siswa. Analisis hasil nontes dilakukan dengan meganalisis hasil observasi, wawancara, jurnal, dan dokumentasi foto. Hasil refleksi tersebut kemudian dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk memperbaiki rencana pembelajaran siklus II dan untuk memecahkan masalah-masalah yang terdapat pada siklus I. Sedangkan kelebihan yang terdapat pada siklus I dipertahankan dan ditingkatkan pada siklus II.

Rencana Tindakan Siklus II

Rencana Tindakan pada Siklus II: 1) Tahap perencanaan pada siklus II dilaksanakan dengan mempersiapkan hal-hal yang akan dilakukan dengan memperbaiki hasil refleksi pada siklus I. Perencanaan pada siklus II adalah membuat perbaikan dan penyempurnaan rencana pembelajaran reading melalui metode Role Play siklus I. Perbaikan rencana pembelajaran ini adalah pada tindakan yang akan dilakukan. 2) Pada pelaksanaan siklus II guru akan menjelaskan kesalahan-kesalahan yang terdapat pada hasil kerja siswa sebelumnya dengan harapan siswa akan memperbaiki pekerjaannya pada siklus II. Guru kembali menjelaskan materi pada pertemuan sebelumnya. Guru kemudian menyiapkan instrumen tes dan nontes untuk siklus II. Guru lalu menyiapkan lembar observasi, lembar wawancara, dan dokumentasi foto serta menyiapkan perangkat tes dan kriteria penilaiannya.

Pelaksanaan tindakan pada siklus II adalah menyempurnakan tindakan pada siklus I. Kegiatan pembelajaran pada siklus II ini juga meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Pada kegiatan awal, siswa dikondisikan untuk siap mengikuti pembelajaran. Guru kembali memberikan penjelasan pada siswa mengenai tujuan dan manfaat yang dapat diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran. Guru kemudian memberikan umpan balik mengenai hasil yang diperoleh siswa pada siklus I. Berikutnya guru bertanya jawab mengenai materi sebelumnya dan mengulas kembali materi bersama siswa. Guru terlebih dahulu menjelaskan kesalahan-kesalahan yang yang terdapat pada hasil tes siswa pada siklus I. Siswa yang belum memahami penjelasan guru diberi kesempatan untuk bertanya. Pertanyaan dari siswa juga dibahas bersama dengan siswa lain. Tujuannya untuk memancing pemahaman siswa mengenai materi Describing Things yang telah diajarkan. Pada kegiatan inti, siswa kembali mendeskripsikan gambar dengan metode Role Play.. Secara individu siswa diminta untuk mencari kata-kata sulit yang kembali ditemukannya. Berikutnya, siswa mendeskripsikan gambar yang diberikan guru secara individu. Siswa diberi waktu untuk berdiskusi selama 30 menit. Pada siklus II ini pun guru tetap mengawasi dan memberikan bimbingan pada siswa saat mengerjakan pekerjaannya. Kegiatan dilanjutkan dengan meminta siswa mempresentasikan pekerjaannya. Kegiatan mendeskripsikan gambar ini diakhiri dengan merefleksi hasil pembelajaran hari itu. Siswa bersama guru menyimpulkan materi pembelajaran yang telah dilaksanakan. Guru memberikan dorongan dan motivasi pada siswa untuk terus belajar reading mendeskripsikan gambar. Lalu hasil kerja siswa dinilai oleh guru untuk mengetahui peningkatan ketrampilan siswa dalam pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Observasi pada siklus II masih sama dengan siklus I yaitu dilakukan melalui data tes dan nontes. Pengamatan melalui data tes dan nontes dilakukan untuk mengetahui peningkatan hasil tes dan perilaku siswa. Pengamatan dilakukan dengan adanya bantuan dari guru mata pelajaran bahasa Indthreesia kelas X. Pada siklus II ini, peneliti dapat melihat ada atau tidaknya peningkatan hasil tes dan perilaku siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang meliputi keaktifan dan keseriusan siswa. Setelah kegiatan pembelajaran selesai, peneliti membagikan lembar angket kepada siswa untuk mengetahui tanggapan, kesan, dan pesan siswa selama mengikuti pembelajaran, meliputi materi, metode, dan media yang digunakan.

Refleksi pada siklus II dilakukan dengan menganalisis hasil tes dan nontes siklus II untuk mengetahui keefektifan metode Role Play sebagai media mendeskripsikan gambar. Refleksi ini juga digunakan untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan perbaikan tindakan yang telah dilakukan, serta untuk mengetahui perubahan tingkah laku siswa setelah mengikuti pembelajaran. Refleksi dilakukan dengan menganalisis hasil tes ketrampilan reading mendeskripsikan benda. Analisis hasil nontes dilakukan dengan menganalisis hasil observasi, angket dan juga dokumentasi foto.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk tes dan non tes. Untuk mengetahui tingkat ketrampilan siswa reading diperlukan alat ukur berupa tes perbuatan (Perfomance Test) yaitu uji ketrampilan reading Role Play. Aspek yang dinilai adalah Content (isi) mencakup kesesuaian isi dengan topik, diksi dan koherensi antar kalimat, dengan skor berentang 10 – 100, Fluency (kelancaran) mencakup volume suara dan kelancaran dalam reading, dengan skor berentang 10 – 100 dan Accuracy (ketepatan) mencakup ketepatan dalam pronounciation, intonation dan grammar dengan skor yang berentang 10 – 100.

Pelaksanaan penilaian dilakukan secara langsung pada saat siswa menyampaikan Role Play-nya. Uji ketrampilan reading ini dianggap berhasil jika rata-rata skor adalah sama dengan 70 atau pada kategori cukup. Rata-rata skor diperoleh dari jumlah skor ketiga aspek dibagi 3.

Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini berupa instrumen tes dan instrumen nontes. Instrumen tes digunakan untuk mengungkap data mengenai kemampuan reading siswa. Instrumen nontes yang terdiri dari lembar observasi dan lembar wawancara digunakan untuk mengungkap ada tidaknya perubahan tingkah laku siswa.

Tes merupakan cara mengumpulkan data untuk mengetahui kemampuan siswa reading melalui tes lisan (perfomance test). Adapun nontes merupakan cara untuk mengetahui respon siswa dalam mengikuti pembelajaran reading mendeskripsikan gambar dengan metode Role Play. Untuk mengumpulkan data dari metode nontes dilakukan dengan cara observasi dan wawancara. Metode tes dilaksanakan setelah siswa mendapatkan pembelajaran mendeskripsikan gambar dengan metode Role Play dan waktu pelaksanaannya dilakukan di tiap akhir siklus. Tes reading ini digunakan perfomance test dan dilakukan sebanyak dua kali, yakni pada akhir siklus I dan siklus II. Jika siklus I hasilnya masih kurang dari target yang ditetapkan, diadakan tindakan perbaikan pada siklus II. Siswa ditugasi secara individu, yaitu setiap siswa mendeskripsikan gambar. Setelah siswa selesai mendeskripsikan gambar, kemudian dilakukan evaluasi untuk mengetahui tingkat pemahaman terhadap materi dan kemampuan siswa setelah mengikuti pembelajaran. Target keberhasilan siswa ditetapkan jika dapat mencapai nilai rata-rata kelas sebesar 75 dan batas ketuntasan yang harus dicapai adalah 75.

Observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara bekerja sama dengan teman peneliti yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan pada semua siswa dengan mengamati tingkah laku yang muncul.observasi digunakan untuk mengungkap data-data mengenai sikap dan keaktifan siswa selama berlangsungnya pembelajaran dengan metode Role Play..

Wawancara digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran serta mengungkap data penyebab kesulitan dan hambatan yang dialami siswa selama pembelajaran mendeskripsikan gambar dengan metode Role Play. Wawancara yang dilakukan merupakan wawancara terbuka. Wawancara terbuka merupakan wawancara yang subjeknya mengetahui sedang diwawancarai dan mengetahui apa maksud wawancara tersebut yang dilakukan setelah selesai pembelajaran menggunakan lembar wawancara.

Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif sebagai berikut: 1) Data observasi keaktifan siswa dianalisis dengan cara: Menghitung variabel keaktifan untuk masing-masing siswa, menghitung persentase tingkat aktivitas siswa, menentukan persentase tingkat keaktifan siswa secara klasikal (sesuai dengan rumus kelulusan klasikal diatas). 2) Data hasil belajar siswa dianalisis dengan cara: Menghitung skor evaluasi (tes), menghitung persentase tingkat penguasaan evaluasi dengan rumus dan klasikal dengan rumus: 3) Data wawancara tanggapan siswa serta saran dan kritik yang diperoleh dari siswa dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif.

Indikator Kinerja

Metode pembelajaran reading melalui media gambar dan metode Role Play dikatakan sesuai dan dapat meningkatkan aktivitas dan kemampuan siswa dalam reading mendeskripsikan gambar apabila 75% siswa memiliki keaktifan dalam proses pembelajaran dan mendapatkan nilai hasil tes ³ 75.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus karena pada siklus 2 indikator penelitian telah tercapai. Berikut akan diuraikan deskripsi hasil penelitian ini.

Hasil Penelitian Kondisi Awal

Kelas dipilih karena menunjukkan kecenderungan keaktifan dan aktivitas yang perlu segera mendapatkan penanganan. Selain itu, hasil belajar siswa juga rendah dengan rata-rata tuntas hanya tercapai < 50%, berjumlah 34 siswa, terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan.

Siswa yang mendapat nilai ≥ 76 sebanyak 5 orang atau 12,5 %. Siswa yang memiliki aktivitas belajar dan kemampuan reading yang rendah dari kelas paralel yang ada. Hal ini nampak dari keaktifan mereka dalam mengikuti pelajaran di kelas. Sebagian besar malas karena siswa merasa mengalami kesulitan dengan kosa kata. Rendahnya motivasi siswa makin nampak ketika mereka disuruh untuk reading. Pengalaman guru sebelum melaksanakan penelitian juga menunjukkan bahwa ketrampilan reading siswa memang masih kurang. Hasil tes yang diperoleh dari uji ketrampilan reading yang dilaksanakan pada kondisi awal, dari 34 siswa hanya % siswa yang memperoleh nilai ³ 61.

Hasil Penelitian Siklus I

Siklus I           

Siklus I dilaksanakan pada tanggal 4 September 2019 pada hari rabu jam (3-4) dengan alokasi waktu 2×45 menit. Pada siklus ini, materi yang disampaikan guru adalah materi jenis- jenis hewan yang halal dan haram dimakan. Pelaksanaan tindakan pada siklus ini mencakup perencanaan, implementasi tindakan, observasi, dan refleksi tindakan. Observer melakukan pengamatan terhadap proses tindakan dan hasil tindakan dengan cara mencatat semua aktivitas siswa dengan lembar observasi yang disediakan oleh peneliti.

Pembelajaran Bahasa Inggris dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif Roll Play belum mencapai peningkatan aktivitas yang signifikan. Dari 34 siswa, 6 siswa atau 17,65% memiliki kriteria kurang aktif, 16 siswa atau 47,06% memiliki kriteria cukup aktif, 9 siswa atau 26,47% memiliki kriteria aktif, dan 3 siswa atau 8,82% memiliki kriteria sangat aktif.

Kriteria cukup aktif pada tingkat aktivitas belajar siswa paling dominan di antara kriteria-kriteria yang lain. Kondisi seperti ini bisa terjadi karena beberapa faktor penyebab, di antaranya adalah siswa masih terbiasa dengan metode pembelajaran konvensional, sifat tertutup atau tidak mau membuka diri dalam berdiskusi, malu bertanya baik dengan guru maupun dengan teman dalam satu kelompoknya.

Nilai posttest siklus I siswa yang telah tuntas belajar atau memiliki nilai sama atau di atas KKM adalah 24 siswa 70,59% dari 34 siswa. Siswa yang belum tuntas belajar atau memiliki nilai kurang dari KKM adalah 10 siswa atau 29,41% dari 34 siswa.

Tabel di atas memmperlihatkan bahwa kriteria ketuntasan minimum (KKM) mata pelajaran Bahasa Inggris yang ditetapkan adalah 75 pada hasil posttest mencapai 70,59% jadi belum mencapai 80% sebagai batasan keberhasilan dalam pembelajaran. Untuk mencapai 80% perlu adanya tindak lanjut agar mencapai batasan pembelajaran tersebut.

Pada tahap refleksi, penulis menyimpulkan bahwa proses pembelajaran siklus I dengan metode pembelajaran kooperatif Roll Play belum bisa dikatakan berhasil karena belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan. Untuk itu penelitian perlu dilanjutkan pada siklus II.

Hasil Penelitian Siklus II

Siklus II dilaksanakan pada tanggal 11 September 2019 pada hari rabu jam (3-4) dengan alokasi waktu 2×45 menit. Pada siklus ini, materi yang disampaikan guru adalah materi menghindari makanan yang bersumber dari binatang yang diharamkan. Pelaksanaan tindakan pada siklus ini mencakup perencanaan, implementasi tindakan, observasi, dan refleksi tindakan.

Pembelajaran Bahasa Inggris menggunakan metode pembelajaran Roll Play sudah mencapai peningkatan aktivitas yang signifikan. Dari 34 siswa, 10 siswa atau 29,42% memiliki kriteria cukup aktif, 19 siswa atau 55,88% memiliki kriteria aktif, dan 5 siswa atau 14,70% memiliki kriteria sangat aktif.

Menurut peneliti peningkatan ini dipengaruhi karena guru yang bertindak sebagai pengarah permainan pembelajaran yang dilaksanakan oleh siswa. Peneliti menilai dalam kegiatan pembelajaran yang menggunakan metode pembelajaran Roll Play ini siswa tidak hanya diajak untuk belajar akan tetapi ada muatan permainan sehingga memungkinkan siswa tidak merasa tegang saat proses belajar mengajar berlangsung. Siswa akan merasa senang dalam mengikuti arahan yang disampaikan guru. Guru tidak hanya menyampaikan materi secara lisan semata-mata, sehingga yang bekerja pada saat pembelajaran berlangsung adalah siswa.

Nilai posttest siklus II siswa yang telah tuntas belajar atau memiliki nilai sama atau di atas KKM adalah 30 siswa atau 88,24% dari 34 siswa. Siswa yang belum tuntas belajar atau memiliki nilai kurang dari KKM adalah 4 siswa atau 11,76% dari 34 siswa.

Pada tabel tampak nilai posttest siswa yang tuntas yaitu 88,24%, sedangkan dalam penelitian ini menetapkan indikator keberhasilannya 80%. Artinya bahwa hasil penelitian ini menunjukan adanya peningkatan yang signifikan. Untuk itu penelitian tidak dilanjutkan atau dihentikan. Penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe Roll Palying ternyata bagus dan efektif karena dapat meningkatkan tingkat aktifitas siswa maupun hasil belajarnya secara signifikan. Hal ini dibuktikan pada siklus II. Berarti penelitian dikatakan berhasil. Oleh sebab itu penelitihan tindakan kelas selesai.

 

Pembahasan

Aktivitas siswa dalam belajar Bahasa Inggris mengalami peningkatan. Bisa terlihat pada tabel siklus I dan II. Siswa yang aktivitas belajarnya masuk kategori kurang aktif pada siklus I berkurang dari 6 siswa atau 17,65% pada siklus I berkurang menjadi tidak ada atau 0% pada siklus II dan siswa yang tingkat aktivitasnya masuk kategori cukup aktif juga berkurang dari 16 siswa atau 47,06% pada siklus I menjadi 10 siswa atau 29,42% pada siklus II, sedangkan siswa yang tingkat aktivitasnya masuk kriteria aktif meningkat dari 9 siswa atau 26,47% pada siklus I menjadi 19 siswa atau 55,88% pada siklus II. Siswa yang tingkat aktivitasnya masuk kriteria sangat aktif juga meningkat dari 3 atau 8,82% pada siklus I meningkat menjadi 5 atau 15,70% pada siklus II.

Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran khusus, guru perlu mengadakan tes formatif pada setiap menyajikan suatu bahasan kepada siswa. Penilaian formatif ini untuk mengetahui sejauhmana siswa telah menguasai tujuan pembelajaran khusus yang ingin dicapai. Fungsi penelitian ini adalah untuk memberikan umpan balik pada guru dalam rangka memperbaiki proses belajar mengajar dan melaksanakan program remedial bagi siswa yang belum berhasil. Karena itulah, suatu proses belajar mengajar dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi tujusn pembelajaran khusus dari bahan tersebut.

Hasil belajar siswa yang diambil dari nilai hasil posttestt siklus I dan hasil posttestt siklus II mengalami peningkatan. Dari data hasil penelitian terlihat ada peningkatan hasil belajar Bhasa Inggris siswa kelas X IPS 3 dengan diterapkannya metode pembelajaran kooperatif Roll Paly yaitu 70,59% pada siklus I meningkat menjadi 88,25% pada siklus II.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas dapat disimpulkan sebagai berikut:

  1. Penerapan metode pembelajaran kooperatif Roll Play dapat meningkatkan aktivitas belajar Hal tersebut dapat dibuktikan melalui pengamatan pada siklus I jumlah siswa yang kategori cukup aktif 16 siswa dari 34 siswa atau 47,06% pada siklus I berkurang menjadi 10 siswa atau 29,42% pada siklus II dan juga jumlah siswa yang masuk kriteria aktif 9 siswa dari 34 siswa atau 26,47% bertambah menjadi 19 siswa dari 34 siswa atau 55,88% pada siklus II. Begitu pula jumlah siswa yang masuk kategori sangat aktif 3 siswa dari 34 siswa atau 8,82% naik menjadi 5 siswa dari 34 siswa atau 15,70% pada siklus II.
  2. Penerapan metode pembelajaran kooperatif Roll Play dapat meningkatkan Hasil belajar Hal ini dapat dibuktikan melalui pemberian posttestt pada siklus I dan posttest pada siklus II ada peningkatan. Hasil posttest siklus I jumlah siswa yang tuntas 24 siswa dari 34 siswa atau 70,59%, siswa yang tidak tuntas 10 siswa dari 34 siswa atau 29,41%, sedangkan hasil posttestt pada siklus II. Jumlah siswa yang tuntas ada 30 siswa atau 88,24% dari 34 siswa dan siswa yang tidak tuntas 4 siswa atau 11,76% dari 34 siswa. Rata-rata nilai posttest siklus I yaitu75, sedangkan nilai posttest siklus II yaitu 83. Itu artinya mengalami peningkatan yang signifikan dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif Role Play.

Saran

  1. Bagi guru bahasa Inggris dalam melaksanakan pembelajaran, khususnya ketrampilan reading, dapat menggunakan media gambar dan teknik Role Play karena dengan menggunakan teknik tersebut terbukti dapat meningkatkan ketrampilan reading siswa kelas X. Penggunaan ini juga dapat mengubah perilaku siswa dalam mengikuti pembelajaran bahasa Inggris sehingga siswa merasa nyaman dan termotivasi dalam melakukan aktivitas pembelajaran.
  2. Perlu dilakukan inovasi dari hasil penelitian ini, dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, karena berdasarkan hasil penelitian ini siswa untuk mencapai kompetensinya.
  3. Guru Bahasa Inggris perlu melakukan inovasi dari hasil penelitian tindakan kelas ini, agar permasalahan pembelajaran di kelas dapat terus diupayakan untuk diatasi.

DAFTAR PUSTAKA

AM, Sardiman 2011. Interaksi dan Mitivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Asman Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar. 1999. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Hanafiah, Nanang dan Cucu Suhana. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama.

Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Huda, Miftahul. 2013. Metode-metode Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Isjoni. 2009. Cooperative Learning. Bandung: Alfa Beta.

Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo.

Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Rosda Karya.

Rosalia, Tara. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.

Rusman. 2011. Metode-metode Pembelajaran Mengembangkan Profeisonalisme Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Slavin, RG. 2008. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media.

Supardi, Suhardjono, 2011, Strategi Menyusun Penelitian Tindakan Kelas,: Yogyakarta: Andi Offset

Subyantoro. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: Rumah Indthreesia.

Sugiyanto. 2007. Metodemetode Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13.

Sugiyanto. 2010. Metode-metode Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma Pustaka.

 

Winarno, Surakhmad. 1980. Pengantar Interaksi Belajar Mengajar: Dasar dan Teknik Metodologi Pengajaran. Bandung: Tarsito.

Winkel, WS. 1989. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia.