MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE EKSPERIMEN PADA MATERI KONDUKTOR DAN ISOLATOR KELAS VI SD NEGERI KOPENG 01 KECAMATAN GETASAN

KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017

 

Wichdah Sri Haryanti

SD Negeri Kopeng 01 Kabupaten Semarang

 

ABSTRAK

Penelitian tindakan kelas ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa, khususnya mata pelajaran IPA pada materi konduktor dan isolator kelas VI. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI materi konduktor dan isolator. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode eksperimen pada bulan September 2016 dengan subjek siswa kelas VI SD Negeri Kopeng 01. Jenis Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan dua siklus yang terdiri dari satu kali pertemuan dalam satu siklus, setiap siklus terdiri dari: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Teknik dan alat pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik analisis kuantitatif dan kualitatif terhadap data berupa dokumen hasil pekerjaan siswa, daftar nilai, dan lembar observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui metode eksperimen, hasil belajar siswa meningkat. Pada pembelajaran awal, ketuntasan hanya 20%. Setelah menerapkan metode eksperimen, persentase ketuntasan siklus I meningkat menjadi 50%, sdan persentase ketuntasan siklus II naik menjadi 100%. Disimpulkan bahwa metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa materi konduktor dan isolator.

Kata Kunci: Hasil Belajar IPA, Metode Eksperimen, Konduktor dan Isolator

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 dijelaskan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirimya, masyarakat, bangsa dan negara.” Dalam mengembangkan potensi diri dalam pendidikan melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. IPA diberikan sejak Sekolah Dasar. IPA bagi siswa SD berguna untuk menumbuhkan sikap ilmiah melalui pengamatan, serta menggunakan prosedur dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapat suatu kesimpulan.

Pembelajaran IPA merupakan pelajaran yang kurang menyenangkan bagi siswa apabila guru dalam kegiatan pembelajarannya tidak menggunakan metode yang tepat. Guru cenderung hanya menggunakan metode ceramah sehingga mengakibatkan siswa terpusat pada teori yang ada dalam buku pegangan dan cenderung mempelajari konsep-konsep yang ada dengan cara menghafal. Kondisi yang demikian ini mengakibatkan lemahnya minat siswa untuk mempelajari IPA yang berakibat rendahnya hasil belajar siswa dan menimbulkan motivasi belajar siswa menurun.

Hal ini terjadi di SD Negeri Kopeng 01 terbukti dengan adanya hasil ulangan harian yang diperoleh kelas VI sangat rendah, masih banyak siswa yang mendapat nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Dari 20 orang siswa hanya 20% (4 orang) siswa yang telah mencapai nilai KKM sedangkan 80% (16 orang) siswa belum mampu mencapai nilai KKM dan harus diadakan remedial atau pengulangan materi pembelajaran. SD Negeri Kopeng 01 telah menetapkan standar ketuntasan minimal yaitu 70. Jika hal ini tidak dicari solusi pemecahannya, maka akan berdampak negatif terhadap hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri Kopeng 01.

Berdasarkan latar belakang masalah, peneliti melakukan upaya untuk meningkatkan hasil belajar IPA melalui penelitian ”Meningkatkan Hasil Belajar IPA melalui Metode Eksperimen pada Materi Konduktor dan Isolator Kelas VI SD Negeri Kopeng 01 Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2016/2017 “

Pembatasan Masalah

Berdasarkan analisis masalah di atas maka, masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini dibatasi pada yaitu Peningkatkan Hasil Belajar IPA melalui Metode Eksperimen pada Materi Konduktor dan Isolator Kelas VI SD Negeri Kopeng 01 Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2016/2017.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah seperti diatas, maka rumusan masalah Penelitian Tindakan Kelas ini adalah “Apakah Penggunaan Metode Eksperimen dapat Meningkatkan Hasil Belajar IPA pada Materi Konduktor dan Isolator Kelas VI SD Negeri Kopeng 01 Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2016/2017? “

Tujuan Penelitian

Rendahnya hasil belajar IPA kelas VI segera ditangani, yaitu dengan memperbaiki pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen dalam penyelidikan konduktor dan isolator bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran IPA kelas VI sehingga pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik. Tujuan penelitian ini dibatasi pada Peningkatan Hasil Belajar Siswa dengan Metode Eksperimen pada Materi Konduktor dan Isolator Kelas VI SD Negeri Kopeng 01 Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang.

Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat sebagai berikut:

Secara teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang dapat dijadikan acuan bagi pengajar pada pembelajaran IPA kelas VI pada umumnya dan khususnya berkaitan dengan meningkatkan hasil belajar dengan metode eksperimen.

Secara praktis

Bagi Peneliti

  • Memperoleh pengalaman dalam menerapkan pembelajaran melalui metode eksperimen,
  • Menciptakan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan sehingga materi pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik,
  • Peneliti dapat berkembang secara profesional,
  • Peneliti memperoleh kesempatan untuk berperan aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan.

Bagi siswa

  • Pembelajaran lebih bermakna bagi siswa,
  • Dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa,
  • Dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Bagi sekolah

  • Bertambahnya referensi berupa karya ilmiah yang dapat digunakan sebagai panduan dalam perbaikan pembelajaran IPA;
  • Dapat memberikan masukan mengenai penggunaan metode eksperimen untuk meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran IPA;
  • Dapat menjadi kontribusi yang positif demi kemajuan sekolah.

Bagi pembaca

  • Dapat dijadikan sebagai bahan rujukan atau referensi bagi pembaca untuk mengatasi masalah dalam pembelajaran,
  • Dapat memberikan kritik atau saran terhadap penelitian yang telah dilakukan oleh penulis.

KAJIAN PUSTAKA

Landasan Teori

Hasil Belajar Peserta Didik

Hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh peserta didik selama belajar. Purwanto (2010: 46) mendefinisikan bahwa hasil belajar merupakan pencapaian tujuan pendidikan pada peserta didik yang mengikuti proses belajar mengajar. Hasil belajar merupakan realisasi tercapainya tujuan pendidikan, sehingga hasil belajar yang diukur sangat tergantung pada tujuan pendidikannya.

Tes melakukan salah satu jenis alat ukur yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Data hasil belajar tersebut merupakan hasil pengukuran yang akan ditarik kesimpulan tentang perkembangan hasil belajar melalui assesmen. Sedangkan evaluasi digunakan untuk menilai efektivitas keseluruhan program pendidikan yang telah dilaksanakan.

Evaluasi menurut Purwanto (2010: 47) dimaksudkan sebagai cermin untuk melihat kembali apakah tujuan yang ditetapkan telah tercapai dan apakah pembelajaran berlangsung efektif untuk untuk memperoleh hasil belajar. Sedangkan, Arikunto (1997: 274) menjelaskan bahwa evaluasi merupakan pekerjaan yang memberikan suatu feed back yang mencerminkan seberapa jauh seorang peserta didik telah mencapai tujuan yang ditetapkan dalam pembelajaran. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa dengan metode eksperimen pada materi konduktor dan isolator siswa kelas VI SD Negeri Kopeng 01 Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang.

Konduktor dan isolator

Materi IPA kelas V pada penelitian ini yakni konduktor dan isolator. Konduktor adalah benda- benda yang dapat menghantarkan panas. Konduktor dapat berupa zat padat, cair, ataupun gas. Contohnya adalah kaca, logam- logam seperti tembaga, kuningan, besi, baja, emas, perak, dan lain sebagainya. Contoh konduktor panas dalam kehidupan sehari-hari adalah alumunium digunakan sebagai bahan alat memasak karena sangat baik menghantarkan panas sehingga makanan cepat matang. Sedangkan isolator adalah benda-benda yang tidak dapat menghantarkan panas. Contohnya adalah karet, gabus, kayu, plastik, wol, dan lain sebagainya. Contoh isolator panas yang dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari adalah gagang panci yang terbuat dari kayu atau plastik agar tidak panas pada saat kita memegangnya saat memasak.

Rifai (2016: 58) konduktor adalah benda yang dapat menghantarkan panas dengan baik, dan isolator adalah benda yang tidak dapat menghantarkan panas.

Metode Eksperimen

Metode eksperimen menurut Sumantri & Permana (1999:157) adalah cara belajar mengajar yang melibataktifkan peserta didik dengan mengalami dan membuktikan sendiri proses dan hasil percobaan itu. Sedangkan menurut Hermawan, dkk, (2007:165), metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Dan menurut Dahar (2006:220), metode eksperimen adalah cara penyajian bahan pelajaran di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami untuk membuktikan sendiri sesuatu pertanyaan tau hipotesis yang dipelajari.

Roestiyah (2012:80) mengungkapkan yang dimaksud eksperimen adalah salah satu cara mengajar, di mana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatannya itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru.

Dengan demikian, dapat disimpulkan metode eksperimen adalah salah satu metode pembelajaran yang menitikberatkan pada aktivitas peserta didik melakukan percobaan dan membuktikan sendiri proses dan hasil percobaan sehingga guru hanya bertindak sebagai pembimbing.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Arikunto (2010: 58) mengatakan bahwa penelitian tindakan kelas (Clasroom Action Research) yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelas atau di sekolah tempat dia mengajar dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti melaksanakan melalui dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Setiap siklus terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

 

Setting Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan pada tanggal hari Senin, 17 Oktober sampai hari Senin, 24 Oktober 2016. Alasannya pada semester ganjil ini menyesuaikan dengan materi yang ada dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA Kelas VI.

Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Kopeng 01 Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI SD Negeri Kopeng 01, UPTD Pendidikan Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 12 siswa.

Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model siklus yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart (1998). Proses penelitian merupakan proses daur ulang atau siklus yang dimulai aspek, mengembangakan perencanaan, melakukan observasi terhadap tindakan dan melakukan refleksi terhadap perencanaan kegiatan tindakan dan kesuksesan hasil yang diperoleh.

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan desain penelitian tindakan Kelas yang dirancang melalui 2 siklus yang mana masing-masing siklus melalui tahapan (1) planning, (2) action, (3) observation, (4) reflection.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Deskripsi Kondisi Awal Siswa

Kondisi awal siswa kelas VI SD Negeri Kopeng 01 Tahun Pelajaran 2016/2017 adalah siswa kurang termotivasi dalam mengikuti pembelajaran IPA yaitu tentang konduktor dan isolator. Hasil belajar siswa sangat rendah. Penyebab rendahnya hasil belajar siswa adalah siswa kurang memahami materi yang telah disampaikan guru. Hal ini karena guru dalam pembelajaran masih dominan menggunakan metode ceramah.

Dari data dapat dikemukakan bahwa siswa yang mendapat nilai diatas 70 hanya 4 siswa atau 20% dari jumlah siswa seluruhnya 20. Sedangkan nilai yang kurang dari 70 sebanyak 16 siswa atau 80% dari 20 siswa.

Deskripsi Siklus 1

Persiapan Tindakan

Berdasarkan identifikasi permasalahan yang telah dideskripsikan, peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran (RPP Perbaikan) berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dilaksanakan di SD Negeri Kopeng 01, yaitu guru mendesain program perbaikan pembelajaran dengan langkah-langkah: 1) menentukan standar kompetensi, 2) menentukan kompetensi dasar, 3) menentukan indikator, 4) mementukan tujuan yang hendak dicapai, 5) menentukan materi yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai, 6) menentukan alat peraga yang relevan, 7) menentukan metode yang akan digunakan untuk menyampaikan pembelajaran, dan 8) menentukan alat evaluasi.

Setelah RPP perbaikan disusun, maka kegiatan selanjutnya adalah menyiapkan metode yang akan digunakan dalam penelitian. Metode yang digunakan adalah eksperimen. Metode tersebut digunakan untuk menfasilitasi peserta didik menemukan konsep IPA materi konduktor dan isolator panas melalui eksperimen atau praktikum.

Pelaksanaan Tindakan.

Pelaksanaan pembelajaran siklus I dilaksananakan pada hari Selasa, 20 Oktober 2016 dengan obyek siswa kelas VI semester I SD Negeri Kopeng 01 Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Kegiatan Penelitian ini dilakukan di dalam kelas oleh Guru Kelas sebagai peneliti.

Siklus I dilakukan kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Guru menyiapkan fisik dan psikis siswa dengan berdoa bersama dan mengecek kehadiran siswa, 2) Siswa menyanyikan lagu nasional, 3) Guru menyiapkan siswa mengikuti pembelajaran, 4) Guru melakukan apersepsi dengan menanyakan materi konduktor dan isolator panas sebelumnya, 5) Guru menyampaikan skenario dan tujuan pembelajaran, 6) Siswa mengamati bahan-bahan praktikum konduktor dan isolator panas, 7) Guru memberikan permasalahan kepada siswa berupa LKS, 8) Siswa melakukan pengamatan percobaan kemampuan benda-benda menghantar panas, 9) Siswa mencatat hasil pengamatan percobaan yang dilakukan, 10) Siswa secara berkelompok berdiskusi untuk membahas permasalahan yang diberikan guru, 11) Guru memandu/memfasilitasi siswa belajar 12) Perwakilan siswa membacakan hasil diskusi ke depan kelas (karakter yang ditanamkan berani), 13) Guru bersama siswa menanggapi hasil diskusi semua kelompok serta guru memberikan penguatan terhadap hasil diskusi siswa, 14) Melakukan tanya jawab dengan siswa untuk meluruskan kesalahpahaman dan memberikan umpan balik serta penguatan, 15) Guru mempersilahkan siswa bertanya tentang hal yang belum diketahui siswa, 16) Membimbing siswa merangkum materi yang baru saja mereka pelajari, 17) Siswa mengerjakan soal tes formatif, 18) Guru memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil belajar siswa, 19) Guru menutup pelajaran, dan diakhiri doa.

Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan kegiatan pembelajaran menunjukkan selama kegiatan pembelajaran dengan metode eksperimen semua siswa berperan aktif dalam pembelajaran, semua siswa memperhatikan penjelasan guru, siswa tertarik melakukan kegiatan praktikum, siswa aktif dalam kegiatan kelompok ada 5 siswa yang terlihat kurang aktif dalam melakukan diskusi kelompok, dan hasil belajar siswa meningkat dibandingkan hasil pembelajaran sebelumnya.

Refleksi Siklus I

Hasil dari observasi/pengamatan dikumpulkan dan dianalisis. Dari hasil observasi, guru mengadakan refleksi untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan yang terjadi pada proses pembelajaran.

Kelemahan pada siklus I adalah 1) ada 5 siswa yang kurang aktif dalam kegiatan kelompok, 2) Ketuntasan siswa belum sesuai harapan masih 10 siswa atau 50% belum mencapai KKM

Kelebihan pada siklus I adalah adanya peningkatan motivasi belajar siswa sehingga siswa meningkatkan hasil belajar siswa, yaitu dari rata-rata kelas 55,5 menjadi 66,25. Hal ini berarti ada peningkatan sebesar 11. Peningkatan hasil belajar siswa materi konduktor dan isolator panas ini dikarenakan penggunakan metode eksperimen. Pembelajaran ini perlu ditingkatkan karena indikator tingkat pencapaian KKM belum mencapai 70% dari jumlah peserta didik.

Dengan dasar tes formatif yang belum mencapai ketuntasan 70%, peneliti mengadakan perbaikan pembelajaran tahap berikutnya. Yang menjadi fokus perbaikan adalah: 1) menggunakan metode pembelajaran yang menarik untuk menjelaskan kondukktor dan isolator panas, 2) menggunakan bahan praktikum yang lebih menarik siswa.

Deskripsi Siklus II

Persiapan Tindakan

Berdasarkan refleksi yang telah dideskripsikan serta analisis hasil belajar pada siklus I, disusun Rencana Perbaikan Pembelajaran siklus II. Materi dan teknik dalam siklus I disempurnakan, yaitu penggunaan metode eksperimen dengan bahan praktikum dari lingkungan sekitar.

Pelaksanaan Tindakan

Tindakan pada siklus II ini dilakukan pada hari Selasa, 03 Oktober 2016. Materi yang diberikan adalah konduktor dan isolator panas yang meliputi: pemanfaatan benda yang termasuk konduktor dan isolator panas dalam kehidupan sehari-hari.

Siklus II dilakukan kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Guru menyiapkan fisik dan psikis siswa dengan berdoa bersama dan mengecek kehadiran siswa, 2) Siswa menyanyikan lagu nasional, 3) Guru menyiapkan siswa mengikuti pembelajaran, 4) Guru melakukan apersepsi dengan menanyakan materi konduktor dan isolator panas sebelumnya, 5) Guru menyampaikan skenario dan tujuan pembelajaran, 6) Siswa mengamati bahan-bahan praktikum konduktor dan isolator panas, 7) Guru memberikan permasalahan kepada siswa berupa LKS, 8) Siswa melakukan pengamatan percobaan kemampuan benda-benda menghantar panas, 9) Siswa mencatat hasil pengamatan percobaan yang dilakukan, 10) Siswa secara berkelompok berdiskusi untuk membahas permasalahan yang diberikan guru, 11) Guru memandu/memfasilitasi siswa belajar 12) Perwakilan siswa membacakan hasil diskusi ke depan kelas, 13) Guru bersama siswa menanggapi hasil diskusi semua kelompok serta guru memberikan penguatan terhadap hasil diskusi siswa (karakter yang ditanamkan berani), 14) Melakukan tanya jawab dengan siswa untuk meluruskan kesalahpahaman dan memberikan umpan balik serta penguatan, 15) Guru mempersilahkan siswa bertanya tentang hal yang belum diketahui siswa, 16) Membimbing siswa merangkum materi yang baru saja mereka pelajari, 17) Siswa mengerjakan soal tes formatif, 18) Guru memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil belajar siswa, 19) Guru menutup pelajaran, dan diakhiri doa penutup.

Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan dalam pembelajaran IPA materi konduktor dan isolator panas melalui metode eksperimen pada siklus II dapat dikatakan peran aktif siswa dalam pembelajaran meningkat, antusias siswa dalam pembelajaran maupun mengerjakan lembar kerja meningkat, dan hasil belajar siswa mengalami peningkatan.

Hasil tes formatif siklus II adalah siswa tuntas KKM (100%). Rata-rata kelas pada siklus II 80,25. Nilai tertinggi pada siklus II adalah 90, nilai terendah 70.

Refleksi Siklus II

Setelah melakukan perbaikan siklus II, peneliti melakukan refleksi untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan yang terjadi pada proses pembelajaran siklus II.

Kelebihan dalam proses pembelajaran siklus II ini adalah hasil peserta didik meningkat dari rata-rata siklus I, yaitu dari rata-rata kelas 66,25 menjadi 80,25. Terjadi peningkatan sebesar 14. Semua siswa dapat mencapai nilai KKM. Dalam proses pembelajaran siklus II, siswa lebih tertarik dan antusias dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Siswa lebih cepat menyelesaikan tugas dan tes yang diberikan oleh guru. Selain itu, indikator yang ditentukan dalam penelitian ini tercapai, yakni nilai rata-rata lebih dari 70 dan tingkat mencapai 100%. Sehingga tidak diperlukan siklus selanjutnya.

Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Setelah tindakan diberikan pada siklus I dan siklus II, hasil tes formatif siswa dianalisis berdasarkan bagan alur yang dipilih dalam penelitian, yakni pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan.

Melalui metode eksperimen di kelas VI SD Negeri Kopeng 01 dengan materi konduktor dan isolator panas menunjukkan hasil belajar yang efektif dan meningkat. Melihat perkembangan nilai siswa dalam tabel perkembangan nilai siswa dan histogram tersebut dapat dikemukakan bahwa ada perbedaan signifikan hasil belajar siswa.

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa penggunaan metode eksperimen pada mata pelajaran IPA materi konduktor dan isolator panas siswa kelas VI semester 1 tahun pelajaran 2016/2017 meningkat. Melalui perbandingan nilai rata-rata, nilai pra siklus, siklus I, dan siklus II yaitu 55,25; 66,25; dan 80,25 serta perbandingan persentase pencapaian KKM siswa dari sebelum siklus 20% menjadi 50% dan siklus II naik 100%. Dapat ditentukan bahwa pembelajaran melalui metode eksperimen dapat dijadikan sarana efekif untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri Kopeng 01 semester I tahun pelajaran 2016/2017.

Selain meningkatkan hasil belajar siswa, metode eksperimen dapat menyediakan pengalaman yang cukup luas kepada siswa. Dengan bimbingan dan pengarahan dari guru, siswa yang berfikir lambat atau siswa yang mempunyai intelegensi rendah tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan dan siswa yang mempunyai intelegensi tinggi tidak memonopoli kegiatan dengan didukung kemampuan pengelolaan kelas yang bagus oleh guru. Hal ini senada dengan Hermawan, dkk, (2007:165), metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Sedangkan Roestiyah (2012:80) mengungkapkan yang dimaksud eksperimen adalah salah satu cara mengajar, di mana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatannya itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru.

Penggunaan metode eksperimen menuntut partisipasi aktif siswa. Siswa memiliki minat dan motivasi untuk belajar. Eksperimen/praktikum dapat meningkatkan keterampilan pemahaman konsep dan pemantapannya, pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan masih banyak lagi. Dari beberapa penjelasan ahli dapat disimpulkan bahwa eksperimen dalam IPA adalah sebuah metode yang digunakan tenaga pendidik dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan percobaan sebagai metode agar peserta didik lebih mudah memahami materi yang diajarkan serta meningkat keterampilan pemahaman konsep.

Penggunaan metode eksperimen bermanfaat bagi peningkatan hasil belajar siswa pada materi konduktor dan isolator panas, sehingga hipotesis yang dikemukakan diterima, yakni Penerapan Metode Eksperimen Materi Konduktor dan Isolator Terbukti dapat Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VI SD Negeri Kopeng 01 Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2016/2017.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Penggunaan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi konduktor dan isolator siswa kelas VI SD Negeri Kopeng 01 Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2016/2017, yang berupa peningkatan rata-rata belajar siswa dari 55,25; 66,25; dan siklus II menjadi 80,25

Saran

Metode eksperimen pada mata pelajaran IPA materi konduktor dan isolator pada siswa kelas VI SD Negeri Kopeng 01 Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang agar dapat lebih efektif disarankan kepada kepala sekolah untuk banyak memberikan motivasi kepada guru agar mengembangkan potensi yang dimiliki dan mengembangkan metode yang kreatif, efektif, inovatif dan bervariatif. Selain itu hendaknya guru juga meningkatkan kemampuannya dan mengembangkan kreativitasnya diantaranya memanfaatkan metode ekserimen. Sedangkan pihak sekolah sebagai tempat dan penyelenggara pendidikan hendaknya melengkapi fasilitas dan kebutuhan siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

DAFTAR PUSTAKA

Anita, E., Woolfolk. 1993. Educational Psychology. Jakarta: Allyn dan Bacon.

Arikunto, Suharsimi, 1989, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Edisi. Revisi IV. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 1997. Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Arikunto, S. dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Dahar, Ratna. 2006. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.

Darmodjo Hendro dan Jenny R.E. Kaligis. 1993. Pendidikan IPA I. Jakarta: Depdikbud Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan, Jakarta.

Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

Hamalik, Oemar. 2000. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Hermawan, Ruswadi, dkk. Metode Penelitian Pendidikan Sekolah Dasar. Bandung: UPI PRESS.

Kemmis, S dan R. Mc Taggart. 1998. The Action Research Planner. Victoria: Deakin University.

Mulyani Sumantri dan Johar Permana. 1999. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

Nana Sudjana dan Ahmad Rifai. 2009. Jakarta: Balai Pustaka.

Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.

Purwanto. 2010. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Roestiyah. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana, Nana. 1998. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.