Meningkatkan Hasil Belajar Menggunakan Metode Pembelajaran Guided Discovery Learning
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TEMA 3 SISWA
KELAS 4 SD NEGERI 2 TUKSONGO
MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN
GUIDED DISCOVERY LEARNING DALAM KURIKULUM 2013
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Adnan Dharmawan
Janelle L. Juneau
Program Study S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP
Universitas Kristen Satya Wacana
ABSTRAK
|
Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa menggunakan metode belajar Guided Discovery Learning yang diterapkan dalam Kurikulum 2013. Jenis penelitian ini adala Penelitian Tindakan Kelas berdasarkan teori Kemmis dan Mc.Taggart. penelitian ini diakukan dalam 2 siklus setiap siklus berisi 3 kali pertemuan dan disetiap akhir pertemuan dilaksanakan tes untuk mengetahui hasil belajar siswa. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas 4 SD Negeri 2 Tuksongo sejumlah 23 siswa. Instrument penelitian yaitu lembar observasi, tes dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan adanya peningkatan dari hasil belajar pra siklus, siklus pertama dan sikllus kedua. Hasil didapat dari prosentase ketuntasan pra siklus sebesar 26,08, di siklus pertama sebesar 73,91 dan di siklus kedua sebesar 86,95. Dari segi perolehan nilai prasiklus sebesar 63,57, di siklus pertama sbesar 74,22 dan di siklus kedua sebesar88,17. Dapat disimpulkan dari data tersebut bahwa penerapam metode Guided Discovery Learning dapat meiningkatkan hasil belajar siswa kelas 4 di SD Negeri 2 Tuksongo. Kata kunci: Guided Discovery Learning |
|
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan prioritas utama di setiap bangsa dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat. Di Indonesia sendiri, aspek pendidikan sudah diatur dalam Undang-Undang No 20 Tahun 2003. Undang-Undang tersebut mengatur tentang sistem pendidikan di Indonesia. Mengacu pada Undang-Undang tersebut dalam bab I pasal 1 poin 1, sudah jelas bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pergantian kurikulum di setiap waktu yang relative singkat menjadi permasalahan tersendiri. Di tahun 2016 pemerintah kembali menerapkan Kurikulum 2013 yang pernah diberhentikaan karena beberapa pihak merasa belum siap. Peran guru sangat penting dalam keberhasialn pembelajaran menggunakan Kurikulum 2013 ini. Sebagai guru harus bisa melaksanakan pembelajaran berdasarkan tujuan yang telah ditentukan. Pencapaian tujuan pastinya memerlukan langka-langkah tersendiri yang biasa disebut metode pembelajaran. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat akan menentukan keberhasilan suatu pembelajaran karena tidak semua metode bisa diterpkan dalam sebuah pembelajaran.
Kurikulum 2013 menuntut guru agar menerapkan pembelajaran saintifik. Sani (2014:53) menjelaskan bahwa pembelajaran saintifik memiliki beberapa elemen yang harus dilakukan oleh siswa selama proses belajar mengajar yaitu observasi, bertanya, mencoba/mengumpulkan informasi, menalar, networking/komunikasi. Sani (2014:52) memberikan tiga alternatif metode pembelajaran yaitu Problem Based Learning/pembelajaran berbasis masalah, Project Based Learning/pembalajaran berbasis proyek dan Discovery Learning/pembelajaran penemuan.
Berdasarkan hasil penilaian Ulangan Tengah Semester 1 didapat data sebagai berikut: dari 23 jumlah siswa kelas 4 yang mengikuti UTS, jumlah siswa yang mendapat nilai lebih dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebanyak 6 siswa dan 18 sisanya mendapat nilai di bawah KKM. Jika diprosentasekan hanya sebanyak 26,08% siswa yang mencapai KKM. Untuk menghadapi pergantian kurikulum ini maka SD Negeri 2 Tuksongo khususnya kelas 4 harus memiliki kesiapan dari berbagai segi mulai dari sistem penilaian, proses pembelajaran, media pembelajaran dan lain sebagainya. Dalam hal ini metode pembelajaran yang akan menjadi pokok bahasan dalam penelitian ini.
Discovery Learning adalah metode yang mengharuskan siswa untuk mencari pengetahuan yang mereka butuhkan secara mandiri. Seperti halnya para ilmuan yang sedang melakukan penelitian sehingga metode Discovery Learning memiliki kelemahan jika diaplikasikan langsung pada siswa khususnya siswa SD Guided Discovery Learnig adalah salah satu cabang dari metode Discovery Learning yang mana siswa tetap melakukan penelitian secara pribadi terhadap pembelajaran mereka namun dengan bantuan guru.
KAJIAN TEORI
Belajar
Dale (2012:5) mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan perubahan yang bertahan lama dalam prilaku, atau dalam kapasitas dalam berperilaku, yang dihasilkan dari praktik atau bentuk-bentuk pengalaman lainya. Arsyad Azhar (1995:1) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses kompleks untuk memperoleh respon berupa perubahan struktur mental, perilaku, pemikiran, disertai dengan usaha untuk memperoleh kepandaian serta ilmu yang bersifat positif dan bertahan lama yang terjadi melalui pengalaman, praktik ataupun mengamati orang lain.
Metode Belajar
Menurut Purwadarminta (1976:7) metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai sesuatu maksud. Djamarah (2006:46) bahwa metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Oemar Hamalik (2009:26) menyatakan bahwa metode adalah Cara untuk menyampaikan materi pembelajaran dalam upaya mencapai tujuan kurikulum. Dapat disimpulkan bahwa metode belajar adalah adalah suatu cara yang menekankan pada prosedur yang terencana, teratur dalam sebuah sistem disusun secara terstruktur, logis dan sistematis yang dituangkan dalam sebuah bentuk rencana kegiataan pembelajaran guna mempermudah mencapai tujuan yang telah ditentukan dalam kurikulum.
Kurikulum
Kurikulum merupakan suatu perangkat dalam pembelajaran yang berguna sebagai acuan suatu pembelajaran. Kurikulum berisi program pendidikan serta muatan-muatan pelajaran. Menurut Beauchamp (1975) dalam Widyastono (2015:1) “a curriculum is written document which may contain many ingredients, but basically it is a plan for the education of pupils during their enrollment in a given schoolâ€. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pasal 1 Poin 19 mendefinisikan bahwa Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah seperangkat dokumen pembelajaran yang berisi rencana, tujuan, isi, bahan, informasi belajar serta cara yang digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran tesebut dengan tujuan mendidik siswa agar siswa mencapai target tujuan yang telah ditetapkan.
Pendekatan Saintifik (Saintific Approaching)
Pembelajaran saintifik adalah pembelajaran yang dilakukan dengan berpijak berdasarkan teori-teori maupun fakta-fakta ilmiah yang disusun dengan merencanakan pembelajaran secara sederhana tetapi menghasilakan penyajian belajar yang menarik dengan tujuan pembelajaran agar siswa dituntut untuk berpikir berpikir kritis, analitis dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran dengan menggunakan berbagai sumber belajar guna menunjang pembelajaran yang aktif dan efektif. Menurut Sani (2014:76) “metode yang sesuai dengan pendekatan pembelajaran saintifik antara lain: pendekatan berbasis inkuiri, pembelajaran penemuan (discovery learning), pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), pembelajaran berbasis proyek (project based learning) dan metode lain yang relevan.
Langkah-langkah Pembelajaran Saintifik
Kegiatan pembelajaran siswa dituntut aktif untuk melakukan observasi melalui kegiatan mengamati. Pastinya terdapat berbagai hal yang tidak dapat diterima begitu saja oleh karena itu siswa perlu melakukan kegiatan menanya kepada berbagai sumber khususnya guru. Setelah mendapatkan gambaran materi yang lengkap siswa juga perlu mengolah materi tersebut sehingga bisa mendaptkan informasi dan materi yang sistematis dan mudah dipahami bagi mereka. Pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik juga harus melakukan kegiatan percobaan setelah siswa memiliki informasi yang cukup. Hal ini penting karena untuk merealisasikan materi yang telah mereka dapat untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu kegiatan mencoba juga bertujuan untuk mendapatkan pengalaman baru sehingga aspek afektif dan psikomotorik siswa terlatih. Kegiatan mencoba diakhiri dengan pengambilan simpulan yang di asosiasikan dengan berbagai pendapat siswa lain sehingga akan mendaptkan hasil yang lebih maksimal. Peran guru juga penting dalam pembuatan simpulan karena untuk mencegah kegagalan pemahaman yang diperoleh siswa. Pada akhirnya siswa akan mengkomunikasikan agar kegiatan pembelajaran mereka dapat diakui dan diapresiasi oleh berbagai pihak yang bersangkutan.
Guided Discovery Learning
Hamalik (2005: 188) mengungkapkan bahwa guided discovery melibatkan siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan guru. Hanafiah dan Cucu Suhana (2010:77) mengungkapkan bahwa guided discovery yaitu pelaksanaan penemuan dilakukan atas petunjuk dari guru. Langkah-langkah Guided Discovery Learning, yaitu: 1) pengenalan terhadap materi ajar (introducing), 2) pemberian stimulus kepada siswa (stimulating), 3) exsplorasi dan pengumpulan materi ajar (exploring and collecting the data), 4) pengolahan informasi berbantuan guru (data processing), 5) konfirmasi dan verifikasi (confirming and data verivication).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan berdasarkan teori Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK merupakan salah satu cabang metode penelitian yang memiliki tujuan peningkatan mutu yang bersifat kuantitatif dan dilakukan bersama terjadinya proses belajar mengajar di kelas. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Tuksongo Desa Nglorog Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung. Penelitian ini dilakukan terhadap siswa kelas 4 semester I tahun ajaran 2017/2018. Siswa kelas 4 berjumlah 23 anak terdiri dari 9 siswa perempuan dan 14 siswa laki-laki. Peneliti memutuskan untuk menggunakan konsep penelitian dari teori Kemmis dan McTaggart. Model penelitian ini dikenal dengan model penelitian spiral karena tahapan yang dilalui akan merujuk kembali pada tahapan awal. Menurut model Kemmis dan Mc Taggart, alur penelitian itu terdiri dari empat kegiatan pokok, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi, Arikunto (2006:97). Penelitian ini dibagi menjadi 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari 3 kali pertemuan. Setiap pertemuan berdurasi 2×35 menit. Pertemuan di akhir siklus pertama maupun kedua diadakan tes guna mengukur hasil dari penerapan metode Guided Discovery Learning. Pengukuran dilakukan setelah mendapatkan data hasil belajar siswa pra siklus kemudian dibandingkan hasil belajar di siklus pertama yang kemudian dievaluasi dan dilihat hasilnya kembali dalam akhir pertemuan di siklus 2.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Diskripsi awal hasil belajar siswa kelas 4 SD Negeri 2 Tuksongo berdasarkan hasil penilaian Ulangan Tengah Semester 1 didapat data sebagai berikut: dari 23 jumlah siswa kelas 4 yang mengikuti UTS, jumlah siswa yang mendapat nilai lebih dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebanyak 6 siswa dan 18 sisanya mendapat nilai di bawah KKM. Jika diprosentasekan hanya sebanyak 26,08% siswa yang mencapai KKM dengan batas KKM sebesar 70. Dengan rata-rata nilai kesulurhan mencapai 63,57.
Pelaksanaan tindakan siklus satu dimulai pada Rabu, 22 November 2017. Pertemuan pertama, kedua, dan ketiga secara berurutan terlaksana pada tanggal 22 dan 23 November 2017. Untuk pertemuan ketiga dilaksanakan dihari yang sama tetapi dengan jam pelajaran yang berbeda. Pelaksanaan ini menerapkan pembelajaran dengan metode Guided Discovery Learning berdasarkan syntax yang terdapat dalam lembar observasi. Hasil tes siklus pertama diakumulasi kemudian dirata-rata dan mencapai 74,22. Dari 23 siswa 17 daintara mencapai KKM dan sisanya tidak. Jika diprosentase 73,91% siswa mencapai nilai diatas KKM.
Pelaksanaan siklus kedua dimulai pada hari Sabtu, 25 November 2017 dan tanggal tersebut juga dilaksanakan pertemuan pertama di siklus kedua. Dilanjutkan hari Senin, 27 November 2017 terlaksana pertemuan kedua dan ketiga. Walaupun di hari yang sama tetap pertemuan kedua dan ketiga dilaksanakan di jam pelajaran yang berbeda. Di akhir siklus kedua diadakan tes untuk mengetahui hasil dari tindakan siklus kedua. Hasil tes siklus kedua mencapai 88,17 juka ditarik rata-rata secara keseluruhan. Dari 23 siswa hanya 3 siswa yang tidak mencapai KKM atau jika diprosentasekan sebesar 86,95% siswa telah mencapai KKM. Jika digambarkan kedalam bentuk tabel akan terlihat seperti tabel berikut.
Hasil Belajar |
KKM |
Prosentase (%) |
||
Pra Siklus |
Silus I |
Siklus II |
||
Tuntas |
≥ 70 |
26,08 |
73,91 |
86,95 |
Tidak tuntas |
< 70 |
73,92 |
26,09 |
13,05 |
Nilai |
63,57 |
74,22 |
88,17 |
Pembahasan
(Depdiknas, 2006), yaitu siswa dikatakan tuntas belajar bila memenuhi KKM yang telah ditentukan, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% siswa yang telah mencapai KKM. Dari penelitian ini didapat hasil akhir kentuntasan siswa sebesar 86,95%. jumlah siswa kelas 4 yang tuntas KKM pada tahap pra siklus sebesar 26,08%. Kemudian setelah dilakukan treatment menggunakan metode belajar Guided Discovery Learning pada tindakan siklus pertama didapat jumlah siswa yang tuntas KKM sebesar 73,91 atau meningkat sebesar 47,83%. Dilihat dari segi nilai yang didapat rata-rata hasil belajar siswa pra siklus sebesar 63,57 dan setelah dilakukan treatment didapat hasil belajar siswa di siklus pertama sebesar 74,22 atau mengalami peningkatan sebesar 10,65 poin.
Pelaksanaan siklus kedua dilakukan berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan siklus pertama. Evaluasi didasarkan pada lembar observasi siswa, lembar observasi guru, catatan yang diberikan observer untuk pelaksanaan siklus kedua mengalami peningkatan. Dari segi KKM di siklus pertama sebesar 73,91% dan di siklus kedua meningkat sebesar 13,04% menjadi 86,95%. Dari segi perolehan hasil belajar di siklus pertama sebesar 74,22 dan di siklus kedua meningkat sebesar 13,95 poin menjadi 88,17.
Pelaksanaan pembelajaran dengan model Guided Discovery Learning membantu siswa dalam memahami materi pembelajaran. Hal ini dibuktikan dalam lembar observasi siswa, sebagian besar indicator terlaksana saat pembelajaran berlangsung. Siswa semakin aktif terlibat dalam proses belajar dan meningkatkan hasil belajar siswa.
PENUTUP
Simpulan
Dari hasil penelitian tindakan kelas meningkatkan hasil belajar tema 3 siswa kelas 4 sd negeri 2 tuksongo menggunakan metode pembelajaran guided discovery learning dalam kurikulum 2013 tahun pelajaran 2017/2018. Dapat disimpulkan bahwa penerapan model belajar Guided Discovery Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 4 SD Negeri 2 Tuksongo dalam tema 3. Berdasarkan data yang didapat dari hasil belajar pra siklus, siklus pertam dan siklus kedua mengalami peningkatan disetiap fasenya. Penerapan model Guided Discovery Learning menggunakan lima langkah pembelajaran dan keberhasilan dapat dilihat dari lembar observasi siswa. Berdasarkan lima langkah pembelajaran siswa secara umum melaksanakan langka-langkah tersebut.
Daftar Pustaka
Azhar, A. (2001). Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Djamarah, S. B. (2008). Strategi belajar Mengajar. Bandung: Rineka Cipta.
hamalik, O. (2005). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamalik, O. (2009). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hanafiah, N., & Suhana, C. (2010). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama.
Poerwadarminta, W. J. (1976). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai.
Sani, R. A. (2014). Pembelajaran saintifik untuk kurikulum 2013. Jakarta: Bumi Aksara.
Schunk, D. H. (2012). Learning Theories: an Educational Perpective. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Widyastomo, H. (2015). Pengembangan Kurikulum di Era Otonomi Daerah. Jakarta: Bumi Aksara.