UPAYA MENINGKATKAN HASIL PRESTASI BELAJAR SAINS

PADA MATERI ENERGI DALAM SISTEM KEHIDUPAN

DENGAN MENERAPKAN MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION PADA SISWA KELAS VII-A DI SMP NEGERI 4 BALIGE T.P. 2018/2019

 

Merita Lammaria Sihotang

SMP Negeri 4 Balige

 

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (Classroom action research), penelitian dilakukan oleh guru mata pelajaran untuk memecahkan masalah pembelajaran yang terjadi di dalam kelas. Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Subyek penelitian adalah seluruh siswa-siswi Kelas VII-A di SMP Negeri 4 Balige yang berjumlah 32 siswa pada semester ganjil Tahun Pelajaran 2018/2019. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada pokok bahasan Energi dalam Sistem Kehidupan Penelitian ini bertempat di SMP Negeri 4 Balige, Jl. Kartini Sopo Surung Kecamatan Balige Kabupaten Tobasamosir semester ganjil Tahun Pembelajaran 2018/2019.Pada siklus I, dengan jumlah siswa yang tuntas 26 orang dan yang belum tuntas 6 orang. Pada siklus II nilai rata-rata kelas lebih meningkat lagi, siswa yang tuntas 31 orang (97,00) sedangkan yang belum tuntas 1 orang (3%) dengan nilai rata-rata 85,39 Jadi selisih peningkatan nilai rata-rata siswa pada siklus I dan siklus II sebesar 4,45%. Hal ini dapat terlihat dari persentase siklus I, aktivitas siswa 79,16% dengan kategori penilaian baik, meningkat 12,50% pada siklus II menjadi 91,66% dengan kategori penilaian baik sekali. Peningkatan nilai rata-rata serta jumlah siswa yang tuntas mulai dari tes awal, siklus I dan siklus II. Sebelum dilakukan tindakan, nilai rata-rata hasil belajar siswa dengan 77,89 jumlah siswa yang tuntas sebanyak 23 orang dan belum tuntas sebanyak 9 orang.

Kata kunci: Sains, Problem Based Instruction

 

PENDAHULUAN

Pendekatan kontekkstual (contextual teaching learning/CTL) adalah suatu pendekatan pengajaran yang dari karakteristiknya memenuhi harapan itu. Sekarang ini pengajaran kontekstual menjadi tumpuan harapan para ahli pendidikan dan pengajaran dalam upaya menghidupkan kelas secara maksimal. Kelas yang hidup diharapkan dapat mengimbangi perubahan yang terjadi di luar sekolah yang sedemikian cepat.

Pola pembelajaran yang dirancang oleh guru akan berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan belajar anak. Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri. Penjelasan dan pemeragaan semata tidak akan membuahkan hasil belajar yang langgeng. Yang bisa membuahkan hasil belajar yang langgeng hanyalah kegiatan belajar aktif. Belajar aktif dimaksud dalam hal ini dimana dalam proses pelaksanaan pembelajaran siswa harus aktif atau berkontribusi, Mereka harus menggunakan otak, mengkaji gagasan, memecahkan masalah dan menerapkan apa yang mereka pelajari.

Belajar aktif harus gesit, menyenangkan, bersemangat dan penuh gairah. Siswa bahkan sering meninggalkan tempat duduk mereka, bergerak leluasa dan berfikir keras (moving about dan thinking aloud). Pembelajaran sedemikian dapat disebut pembelajaran kontekstual dimana siswa menjadi subjek pembelajaran bukan sekedar objek dimana pada prose belajar siswa dirancang untuk mengerjakan, yakni menggambarkan sesuatu dengan cara mereka sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba mempraktekkan keterampilan, dan mengerjakan tugas yang menuntut pengetahuan yang telah atau harus mereka dapatkan.

Menerapkan problem based instruction (pembelajaran berdasarkan masalah) merupakan metode pembelajaran yang menarik perhatian siswa dalam belajar sains dimana guru secara langsung menjadikan materi pembelajaran menjadi fokus sebagai contoh untuk diamati secara langsung oleh siswa. Proses belajar siswa perlu mengikuti aturan tertentu untuk mencapai tujuan yang menantang. Menerapkan problem based instruction dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam belajar. Melalui metode ini siswa dapat mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.) guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan, pengumpulan data, hipotesis, dan pemecahan masalah.

Metode pembelajaran adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai. Dengan memanfaatkan metode secara baik sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan pencapai tujuan pembelajaran akan tercapai dengan baik, salah satu indikator keberhasilan itu dapat dilihat dari pencapaian pembelajaran peserta didik mencapai KKM yang telah di tetapkan seperti halnya di SMP Negeri 4 Balige yakni nilai 75 dinyatakan tuntas.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (Classroom action research), penelitian dilakukan oleh guru mata pelajaran untuk memecahkan masalah pembelajaran yang terjadi di dalam kelas. Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Subyek penelitian adalah seluruh siswa-siswi Kelas VII-A di SMP Negeri 4 Balige yang berjumlah 32 siswa pada semester ganjil Tahun Pelajaran 2018/2019. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada pokok bahasan Energi dalam Sistem Kehidupan Penelitian ini bertempat di SMP Negeri 4 Balige, Jl. Kartini Sopo Surung Kecamatan Balige Kabupaten Tobasamosir semester ganjil Tahun Pembelajaran 2018/2019.

Pra Siklus

a.      Perencanaan

Pada tahap perencanaan, peneliti merencanakan kegiatan yang akan dilakukan pada penelitian tindakan kelas (PTK), adapun kegiatan yang akan dilakukan dalam perencanaan adalah sebagai berikut:

Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran

·         Membuat skenario

·         Membuat alat evaluasi

·         Membuat lembar observasi

 

 

b.      Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan penelitian ini, dilaksanakan selama 2 jam pelajaran (2 x 40 menit) pada bulan Oktober 2018 dalam tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran yang telah direncanakan sesuai dengan RPP yang terlampir

a.      Pengamatan

Pada tahap observasi, peneliti sebagai guru pengajar melakukan tindakan dengan menggunakan model Problem Based Instruction (PBI) tindakan yang sedang dilakukan oleh guru dan aktivitas siswa didalam kelas dilakukan dengan lembar pengamatan yan telah disiapkan (Lembar Pengamatan terlampir)

b.   Refleksi

Kegiatan pada tahap ini adalah peneliti bersama-sama observer mendiskusikan hasil tindakan, dari hasil tersebut peneliti dan guru dapat merefleksiknnya dengan melihat data pengamatan yang diperoleh pada saat melakukan suatu observasi di lapangan

c.   Siklus I

a.      Perencanaan

Pada tahap ini penelti merumuskan dan mempersiapkan: rencana jadwal pelaksanaan tindakan, rencana pelaksanaan pembelajaran, materi/bahan pelajaran sesuai dengan pokok bahasan, lembar ,tugas siswa, lembar penilaian hasil belajar, instrumen lembar observasi, dan mempersiapkan kelengkapan lain yang diperlukan dalam rangka analisis data.

b.      Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan dilaksanakan selama 2 x 40 menit (1xpertemuan) November disesuaikan dengan setting tindakan yang telah ditetapkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) terlampir.

c.   Pengamatan

Pengamatan saat proses pembelajaran berlangsung dilakukan pengamatan tehadap perilaku siswa. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui sikap dean perilaku siawa terhadap pembelajaran dengan menerapkan model Problem Based Instruction (PBI). Pelaksanaan pegnamatan mulai awal pembelajaran ketika guru melakukan apersepsi sampai akhir pembelajaran dengan menggunakan lembar pengamatan terlampir

d.      Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan menganalisis semua data atau informasi yang dikumpulkan dari penelitian tindakan yang dilaksanakan, sehingga dapat diketahui berhasil atau tidaknya tindakan yang telah dilaksanakan dengan tujuan yang diharapkan

d.   Siklus II

Hasil refleksi dari siklus I, diadakan kegiatan-kegiatan untuk memperbaiki rencana dan tindakan yang telah dilakukan. Langkah-langkah kegiatan pada siklus II pada dasarnya sama seperti langkah-langkah pada siklus I, tetapi ada beberapa perbedaan kegiatan pembelajaran pada siklus II.

a.      Perencanaan

Setelah tindakan pada siklus I,dalam siklus II dilakukan perbhaikan,penulis mencari kekurangan dan kelebihan pada pembelajaran membuat ringkasan wacana pada siklus I. kelebihan yang ada pada siklus I sipertahankan pada siklus II, sedangkan kekurangannya diperbaiki, peneliti memperbaiki rencana pelaksanaan pembelajran berdasarkan siklus I. Penulis juga menyiapkan pedoman wawancara, lembar observasi untuk mengetahui untuk mengetahui kemampuan siswa memahami materi pelajaran dengan menerapkan model Problem Based Instruction (PBI) pelaksanaan tindakan

Pelaksanaan tindakan pada siklus II dengan melaksanakan proses pembelajran berdasarkan pada pengalaman hasil dari siklus I,dalam tahap ini penelitian melaksanakan proses pembelajaran berdasarkan tindakan pada siklus I, perbedaannya adalah pada siklus II dilaksanakan dengan cara menyederhanakan materi pembelajaran dan menambahkan media pengajaran dengan cara membagikan contoh ringkasan wacana kepada masing-masing siswa sebagai bahan untuk dipahami dan dilaksanakan sebagai petunjuk dan prosedur kerja siswa yang akan dilaksanakan.

b.      Pengamatan

Adapun yang diobservasi pada siklus II sama seperti siklus I,meliputi: hasil tes dan nontes (pengamatan dan wawancara) pedoman pengamatan pada siklus II memperhatikan instrumen serta kriteria yang terdapat pada siklus I.

c.      Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan menganalisis semua data atau informasi yang dikumpukan dari penelitian tindakan yang dilaksanakan, sehingga dapat diketahui berhasil atau tindakannya

HASIL PENELITIAN

Sebelum melaksanakan tindakan sebelumnya dilakukan pre test untuk mengetahui tingkat pemahaman anak tentang materi pelajaran yang akan di lakukan tindakan penelitian

Dari tes awal yang dilakukan diperoleh tingkat ketuntasan yang dapat dilihat pada Tabel 1:

Hasil Tes Awal

No

Perolehan data

Skor

Nilai

Keterangan

Belum Tuntas

Tuntas

 

 

 

 

Jumlah Nilai

2493

Rata-rata

77.89

Tuntas (persen)

23

71.87%

Belum Tuntas (pesen)

9

28%

 

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa 77,89 dengan jumlah siswa yang belum tuntas sebanyak 9 orang (28%) dan siswa yang tuntas sebanyak 23 orang (71.87%).

Pelaksanaan dari siklus I, peneliti memberikan tes hasil belajar sebagai bahan evaluasi terhadap hasil belajar siswa

Hasil Perolehan Nilai Pada Saat Siklus I

No

Nama Siswa

Skor

Nilai

Keterangan

Tuntas

Belum Tuntas

 

 

 

 

Jumlah

 

259

 

 

Rata-rata

 

80.94

80.15

 

Tuntas (persen)

26

 

81.25%

 

Belum Tuntas (persen)

6

 

 

18.75%

 

Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa meningkat 3,95 dari nilai tes awal awal 77,89 menjadi 80.94 pada siklus I, dengan jumlah siswa yang tuntas 26 orang 81,25% dan yang belum tuntas 6 orang 18,75%

Pelaksanaan Siklus II, dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran yang telah disusun sebelumnya. Diketahui bahwa siswa yang tuntas 26 orang (81,25) sedangkan yang belum tuntas 6 orang (18.75%) dengan nilai rata-rata 80,94 Jadi selisih peningkatan nilai rata-rata siswa pada siklus I dan siklus II sebesar 4,45%.

Hasil Tes Siklus II

No

Nama Siswa

Skor

Nilai

Keterangan

 

 

 

 

Jumlah

 

273.3

 

 

Rata-rata

 

85.39

84.58

 

Tuntas (persen)

31

 

97%

 

Belum Tuntas (pesen)

1

 

0.3

 

 

 Dari data siklus II di atas terdapat peningkatan nilai secara klasikal , yaitu Nilai rata-rata belajar siswa 85.39 Siswa yang telah tuntas 31 orang dan yang belum tuntas 1 orang. Dengan demikian dapat diketahui persentase ketuntasan klasikal:yang belum tuntas. Hal ini menunjukkan ada peningkatan hasil belajar siswa pada materi Energi dalam Sistem Kehidupan dengan menerapkan model pembelajaran

KESIMPULAN

1.      Sebelum dilakukan tindakan, nilai rata-rata hasil belajar siswa 70.52 dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 8 orang (29,63%) dan belum tuntas sebanyak 19 orang (70,37%).

2.      Setelah dilakukan menerapkan siklus I menerapkan model problem based instruction (PBI) di atas menunjukkan peningkatan nilai secara klasikal, dengan nilai rata-rata 75,8. Siswa yang tuntas sebanyak 14 orang, artinya Persentase Ketuntasan Klasikal (PKK) = serta siswa yang belum tuntas sebanyak 13 orang dengan PKK = . Ini menunjukkan adanya selisih persentase ketuntasan klasikal antara tes awal dengan tes siklus I sebesar 5.28%.

3.      Pada siklus II siswa yang tuntas 25 orang (92,59%) sedangkan yang belum tuntas 2 orang (7,41%) dengan nilai rata-rata 82,04. Jadi selisih peningkatan nilai rata-rata siswa pada siklus I dan siklus II sebesar 24,82%.

Berdasarkan hasil refleksi siklus I dan siklus II yang telah dilakukan oleh peneliti, maka terjadi perubahan peningkatan hasil belajar yang terlihat dari penelitianPembelajaran dengan menggunakan problem based instruction (PBI) dapat meningkatkan hasil belajar siswa SMP Negeri 4 Balige Kabupaten Tobasamosir T.P 2018/2019.

SARAN

1.     Kepala sekolah sebagai pimpinan managerial dan pembelajaran harus berupaya melaksanakan berbagai diklat dan workshop untuk peningkatan profesionalisme guru dalam menerapkan berbagai model-model pembelajaran

2.     Hendaknya guru harus berupaya belajar untuk meningkatkan kompetensi dalam melaksanakan tugas profesional

3.     Siswa harus memiliki minat dan motivasi tinggi untuk menguasai konsep pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar yang didukung sikap dan karakter yang baik

4.     Dalam setiap proses pembelajaran guru harus meujudkan terciptanya student centre yang berarti siswa menjadi pusat pembelajaran selama proses berjalan siswa memberikan kreatifitas dan peranan dalam pembelajaran, bukan sekedar pendengar yang baik namun menjadi subjek dalam proses pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Nana, Sudjana. 1991. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru

Purba. 2002. Belajar Dan Pembelajaran. Medan: Iniversitas Nergri Medan

Roestiyah, NK. 1989. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara

Semiawan, Conny. Dkk. 1984. Memupuk Bakat Kreativitas Siswa Sekolah Menengah. Jakarta: Gramedia

Slameto. 1995. Belajar Dan Fakror-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Sudjana, 12992. Model Statistika. Bandung: Tarsito

Sumaadmadja , Nursid. 1980. Metodologi Pengajaran: Alumni Bandung

Sunaryo Kartadinata dkk (1997), Landasan-landasan Pendidikan IPA, Depdikbud,