UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL QUANTUM TEACHING

PADA MATERI BANGUN RUANG DI KELAS V

SD NEGERI 1 BABADAN KALIORI REMBANG SEMESTER II

TAHUN PELAJARAN 2015/2016

 

Lasminah

Guru Kelas V SD Negeri 1 Babadan

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan belajar menggunakan model quantum teaching pada materi bangun ruang siswa Kelas V SD Negeri 1 Babadan Kaliori Rembang. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas V SD Negeri 1 Babadan yang berjumlah dua puluh Enam siswa. Objek dalam penelitian ini adalah pelaksanaan proses pembelajaran yang diperoleh dari penerapan model quantum teaching pada materi bangun ruang. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengamatan dan angket yang telah diuji validitas materi kepada ahli. Pengamatan digunakan untuk memperoleh data tentang keaktifan belajar dan keterlaksanaan proses pembelajaran materi bangun ruang menggunakan model quantum teaching dan angket digunakan untuk mendukung data hasil pengamatan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan keaktifan belajar pada materi bangun ruang menggunakan model quantum teaching pada siswa Kelas V SD Negeri 1 Babadan. Peningkatan yang terjadi yaitu, pada saat pra tindakan keaktifan belajar siswa hanya mencapai 20% kemudian dilakukan tindakan pada siklus I pertemuan pertama yang ratarata keaktifan belajarnya meningkat menjadi 30,8% kemudian meningkat lagi pada pertemuan kedua dengan rata-rata keaktifan belajar mencapai 52,8%. Tidak berhenti pada Siklus I, tindakan kemudian dilanjutkan ke Siklus II dengan hasil pertemuan pertama ratarata keaktifan belajarnya 78,6% dan meningkat pada pertemuan kedua ratarata keaktifan belajarnya 83,2%. Hal ini dapat menjadi bukti bahwa model quantum teaching dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa.

Kata Kunci: Keaktifan Belajar, Model Quantum Teaching, Bangun Ruang.

 

PENDAHULUAN

Menurut Marsigit (2012: 19), matematika adalah sebagai kreativitas yang memerlukan imajinasi, intuisi dan penemuan. Salah satu implikasinya, yaitu mendorong rasa ingin tahu siswa dan kemampuan bertanya siswa. Hal ini diharapkan dapat mendorong siswa untuk mempelajari matematika dengan caranya sendiri, baik dengan cara mandiri maupun bekerja sama dengan temannya.

Tujuan pembelajaran matematika diberikan di Sekolah Dasar (SD) dapat mendorong siswa berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja sama agar mampu memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif serta berpikir sesuai dengan keadaan sebenarnya, tidak mengada-ada dan rasional serta mampu menyelesaikan permasalahan sesuai dengan akar permasalahan yang ada. Berdasarkan tujuan pembelajaran matematika mencerminkan bahwa pelajaran matematika di SD penting untuk dipelajari oleh peserta didik. Adapun Karakteristik peserta didik usia sekolah (anak usia 711 atau 12 tahun) menurut Peaget (dalam Ibrahim, 2012: 79) adalah tahap anak usia operasional kongkret, dimana pada tahap ini anak dapat memahami konsepkonsep matematika yang didasarkan pada bendabenda kongkrit akan lebih mudah daripada memanipulasi istilahistilah abstrak. Guru sebagai fasilitator dapat menjembatani agar tujuan pembelajaran tersebut dapat tercapai.

Bangun ruang adalah konsep yang sangat berhubungan dengan kehidupan seharihari siswa. Benda di lingkungan siswa banyak yang berhubungan dengan bangun ruang. Apabila disajikan dalam bentuk soal matematika, siswa kesulitan menyelesaikannya. Siswa hanya memahami konsep dari teori saja tanpa menghubungkannya dengan apa yang siswa alami dalam kehidupan seharihari. Mereka cenderung belajar sifatsifat bangun ruang dari buku, tanpa menghubungkannya dengan kehidupan mereka. Suatu tindakan yang membuat siswa mengalami sendiri dalam penanaman konsep sifatsifat bangun ruang menjadi sangat efektif dalam pembelajaran. Pengalaman siswa merasakan belajar menjadi bagian dari dirinya dan menyenangkan perlu diciptakan agar konsep yang mereka pelajari tertanam dalam benak mereka lebih dalam dan mengesankan.

Keingintahuan siswa mengenai konsep bangun ruang dapat ditumbuhkan dengan kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran menggunakan model pembelajaran yang efektif. Model pembelajaran yang mampu menggali potensi diri siswa untuk menumbuhkan antusias mereka dalam mempelajari matematika, sehingga dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa.

Menurut Wena (2012: 160), model quantum teaching merupakan cara baru yang memudahkan proses belajar, memadukan unsur seni dan pencapaian yang terarah untuk segala mata pelajaran. Sedangkan menurut De Porter (2010: 34), quantum teaching adalah penggubahan belajar yang meriah dengan segala nuansanya yang mengaitkan segala kaitan, interaksi dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar serta berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelasinteraksi yang mendirikan landasan dalam kerangka untuk belajar.

Penelitian yang dilakukan oleh Lutfiana Marisa pada tahun 2012 di SD Negeri 1 Karangduren dengan judul “Upaya Meningkatkan Keaktifan Belajar IPA pada Materi Sifat – sifat Cahaya melalui Pendekatan Guided Discovery pada Siswa Kelas V SD Negeri 1 Karangduren Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2011/2012”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui meningkatkan keaktifan belajar IPA melalui pendekatan guided discovery. Dari penelitian tersebut diperoleh ratarata peningkatan yang terjadi yaitu, 1) ratarata keaktifan siswa Siklus I pertemuan pertama sebesar 58%, 2) ratarata keaktifan siswa Siklus I pertemuan kedua sebesar 78%, 3) rata– rata keaktifan siswa Siklus II pertemuan pertama sebesar 82%, 4) ratarata keaktifan siswa Siklus II pertemuan kedua sebesar 93%.

Berdasarkan realita yang ada di lapangan, pada Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016 ini perlu diadakan penelitian mengenai penerapan model quantum teaching untuk meningkatkan keaktifan belajar pada materi bangun ruang di Kelas V SD Negeri 1 Babadan. Alasan dipilih model quantum teaching, yaitu model ini dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan mampu membangkitkan keaktifan belajar siswa. Sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh De Porter (2010: 89) apapun mata pelajaran dan tingkat kelasnya, model ini menjamin siswa menjadi tertarik dan berminat pada setiap mata pelajaran. Model ini juga memastikan siswa mengalami pembelajaran, berlatih, menjadikan isi pelajaran nyata bagi mereka sendiri dan menumbuhkan keaktifan siswa, yaitu menggunakan rancangan pembelajaran dari model ini yang dikenal dengan nama “TANDUR” atau Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan.

 

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Kelas V SD Negeri 1 Babadan yang beralamat di Jalan Raya Banyudono-Sumber Km. 3 Desa Babadan Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang. Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas V SD Negeri 1 Babadan. Siswa Kelas V berjumlah dua puluh enam siswa, yaitu terdiri dari tujuh belas siswa lakilaki dan sembilan siswa perempuan.

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan dengan cara pengamatan, angket dan catatan lapangan. Teknik analisis secara deskriptif kualitatif dengan menggunakan teknik persentase. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain yang dikembangkan Kurt Lewin.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Siklus I

Pembelajaran pada Siklus I dengan materi tentang sifat-sifat bangun ruang dan menggambar bangun ruang. Pada pertemuan pertama, pembelajaran diawali dengan pengamatan terhadap benda-benda bangun ruang di dalam kelas. Selanjutnya, siswa dibagi menjadi lima kelompok dan masing-masing kelompok menyebutkan sifat-sifat bangun ruang yang terdapat di dalam kelas. Kemudian, masing-masing kelompok menjelaskan sifat-sifat bangun ruang sesuai dengan hasil Lembar Kerja Siswa (LKS) tersebut. Pada pertemuan kedua, pembelajaran diawali dengan kemampuan menggambar. Selanjutnya, siswa dalam masing-masing kelompok menggambar bangun ruang yang berbeda-beda sesuai dengan LKS. Kemudian, masing-masing anggota dalam kelompok menggambar, saling membantu dalam menggambar, memberi nama pada gambar dan menempel hasil gambar sesuai dengan hasil LKS tersebut.

Sesuai dengan hasil pengamatan, keaktifan belajar pada Siklus I sebagai berikut:

Tabel 5. Keaktifan belajar pada Siklus I.

No

Indikator

Pertemuan I

Pertemuan II

Rata-rata

Skor

%

Skor

%

Skor

%

1

Antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran

150

38

238

61

194

50

2

Interaksi siswa dengan guru

82

26

169

54

125,5

40

3

Kerja sama kelompok

114

37

172

55

143

46

4

Aktivitas siswa dalam kelompok

71

23

131

42

101

33

5

Partisipasi siswa menyimpulkan hasil pembahasan

95

30

161

52

128

41

Rata-rata

102,4

30,8

174,2

52,8

138,3

41,8

 

Sedangkan hasil pengamatan keaktifan belajar siswa adalah pertemuan pertama dengan rata-rata sebesar 19,7 dan persentase sebesar 30,8% dan pertemuan kedua dengan rata-rata sebesar 32,5 dan persentase sebesar 52,8% (rata-rata Siklus I dengan rata-rata sebesar 26,1 dan persentase sebesar 41,8%).

Deskripsi Siklus II

Pembelajaran pada Siklus II dengan materi tentang jaring-jaring bangun ruang sederhana. Pada pertemuan pertama, pembelajaran diawali dengan pengamatan terhadap kardus berbentuk kubus. Selanjutnya, siswa dibagi menjadi lima kelompok dan masing-masing kelompok membuka kardus, sehingga berbentuk jaring-jaring kubus sesuai dengan banyaknya sisi, bentuk dan ukuran sisi. Kemudian, masing-masing kelompok menggambarkan jaring-jaring tersebut pada LKS dan menggunting jaring-jaring tersebut menjadi kubus. Pada pertemuan kedua, pembelajaran diawali dengan pengamatan terhadap kardus berbentuk balok, prisma segi tiga dan prisma segi lima. Selanjutnya, siswa dalam masing-masing kelompok membuka kardus. Kemudian, masing-masing kelompok menggambarkan jaring-jaring tersebut pada LKS dan menggunting jaring-jaring tersebut menjadi balok, prisma segi tiga dan prisma segi lima.

Sesuai dengan hasil pengamatan, keaktifan belajar pada Siklus II sebagai berikut:

Tabel 5. Keaktifan belajar pada Siklus II.

No

Indikator

Pertemuan I

Pertemuan II

Rata-rata

Skor

%

Skor

%

Skor

%

1

Antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran

327

84

327

84

327

84

2

Interaksi siswa dengan guru

237

76

240

77

238,5

76,5

3

Kerja sama kelompok

254

81

289

93

271,5

87

4

Aktivitas siswa dalam kelompok

235

75

260

83

247,5

79

5

Partisipasi siswa menyimpulkan hasil pembahasan

239

77

245

79

242

78

Rata-rata

102,4

30,8

174,2

52,8

138,3

80,9

 

Sedangkan hasil pengamatan keaktifan belajar siswa adalah pertemuan pertama dengan rata-rata sebesar 50 dan persentase sebesar 79% dan pertemuan kedua dengan rata-rata sebesar 52 dan persentase sebesar 83% (rata-rata Siklus II dengan rata-rata sebesar 51 dan persentase sebesar 81%).

Pembahasan

Pada Kondisi Awal, keaktifan belajar siswa hanya sebesar 20%. Keaktifan belajar siswa masih rendah maka pengalaman langsung perlu diberikan dengan cara menggunakan kegiatan yang dapat mengaktifkan pengetahuan yang sudah mereka miliki. Ini sesuai dengan pendapat Wena (2012: 162) bahwa guru menciptakan simulasi konsep dengan cara memberi siswa tugas atau eksperimen agar siswa memperoleh pengalaman. Keaktifan belajar siswa masih rendah, maka siswa perlu dibawa untuk menemukan konsep. Bersama dengan guru berinteraksi memberikan data pada siswa sesuai dengan keingintahuan siswa saat itu misalnya dalam bentuk gambar, poster, model benda dan tulisan. Hal ini sesuai dengan De Porter (2010: 128) bahwa penamaan memuaskan hasrat siswa yang dibangun di atas pengetahuan dan keingintahuan siswa saat itu.

Keaktifan belajar masih rendah maka siswa perlu mendemonstrasikan hasil belajarnya di depan kelas, yaitu dibuat permainan yang kompetitif untuk menjadi juara dalam kelompok terkompak, sehingga semua siswa tertantang untuk melakukannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Wena (2012: 166) bahwa siswa diberi peluang untuk menerjemahkan dan menerapkan pengetahuan mereka ke dalam pembelajaran lain.

Berdasarkan hasil pengamatan, keaktifan belajar siswa pada materi bangun ruang meningkat jika dibandingkan dengan sebelum dilakukan penelitian tindakan.

Sesuai dengan tindakan dan analisis data penelitian, maka penggunaan model quantum teaching pada materi bangun ruang meningkatkan keaktifan belajar siswa di Kelas V SD Negeri 1 Babadan Kaliori Rembang Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016. Dengan demikian, tujuan penelitian tercapai dan hipotesis tindakan terbukti benar.

PENUTUP

Kesimpulan

Sesuai dengan data penelitian dan pembahasan, kesimpulan dalam penelitian ini adalah penggunaan model quantum teaching pada materi bangun ruang meningkatkan keaktifan belajar siswa di Kelas V SD Negeri 1 Babadan Kaliori Rembang Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016. Pada masing-masing indikator keaktifan belajar meningkat dan memenuhi indikator kinerja.

Saran

Sesuai dengan kesimpulan, saran dalam penelitian ini sebagai berikut:

1.     Guru supaya menumbuhkan motivasi dan menarik minat dalam pembelajaran bangun ruang, memberikan kegiatan sesuai dengan tugas dalam LKS, menanamkan konsep dengan bantuan alat peraga berupa gambar, poster atau model benda yang dibuat siswa sendiri atau guru, demonstrasi dengan cara yang lebih kompetitif lagi untuk memberikan kegairahan dalam menerapkan pengetahuan yang didapat oleh siswa, mengulang materi dengan permainan dan merayakan usaha belajar siswa dengan memberikan hadiah.

2.     Kepala sekolah supaya mendorong guru mengembangkan pembelajaran menggunakan model pembelajaran quantum teaching dan memberikan sarana dan prasarana kepada guru dalam pembelajaran menggunakan model quantum teaching.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

De Porter, Bobbi. 2010. Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di Ruangruang Kelas. (penerjemah: Ary Nilandari). Bandung: Kaifa.

Dimyati dan Mudjono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif: suatu Pendekatan Teoretis Psikologis. Jakarta: Rineka Cipta.

—. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Gatot, Muhammad dkk. 2011. Pembelajaran matematika SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Hamalik, Oemar. 2012. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

Hamruni. 2012. Strategi dan Modelmodel Pembelajaran AktifMenyenangkan. Yogyakarta: Investidaya.

Heruman. 2008. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Ibrahim dan Suparni. 2012. Pembelajaran Matematika dan Aplikasinya. Yogyakarta: Suka Press.

Izzaty, Rita Eka dkk. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta Press.

Kusumah, Wijaya dan Dwitagama, Dedi. 2012. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Indeks.

Lutfiana Marisa. 2011. Upaya Meningkatkan Keaktifan Belajar IPA pada Materi Sifatsifat Cahaya melalui Pendekatan Guided Discovery pada Siswa Kelas V SD Negeri 1 Karangduren Klaten. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.

Marsigit. 2012. Matrikulasi: Kajian Penelitian (Review Jurnal Internasional) Pendidikan Matematika. Yogyakarta: PPS Universitas Negeri Yogyakarta.

Nasution. 2010. Didaktik Asasasas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Pardjono, dkk. 2007. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Lembaga Penelitian Universitas Negeri Yogyakarta.

Sa’ud, Udin Syaefudin. (2011). Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Soenarjo. 2007. Matematika 5: untuk SD/MI Kelas 5. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Subarinah, Sri. 2006. Inovasi Pembelajaran Matematika. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Sudjana, Nana. 2011. DasarDasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru lgesindo.

—. 2012. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sumanto, Heni Kusumawati dan Nur Aksin. (2008). Gemar Matematika 5: untuk Kelas V SD/MI. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Suyadi. 2012. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Diva Press.

Tarigan. 2006. Pembelajaran Matematika Realistik. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UU RI No. 20 Tahun 2003). Jakarta: Sinar Grafika.

Van De Walle, J.A. 2008. Matematika Sekolah Dasar dan Menengah Jilid 2. (Alih bahasa: Dr. Suyono. M,Si.). Jakarta: Erlangga.

Wena, Made. 2012. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.

Yamin, Martinis. 2007. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta: Gaung Persada.