MENINGKATKAN KEMATANGAN KARIR REMAJA

MELALUI TEKNIK PROBLEM SOLVING

BERBANTUAN MEDIA MIND MAP

Nazilatul Wahyu Nafisah

Sumardjono Padmomartono

Yustinus Windrawanto

Program Studi Bimbingan dan Konseling, FKIP – Universitas Kristen Satya Wacana

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kematangan karir remaja anggota Forum Komunikasi Remaja (FKR) Dusun Padaan, Desa Gedangan, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Sema­rang, yang masih bersekolah di SMA dan SMK melalui penerapan teknik problem solving berbantuan media mind map. Subyek penelitian adalah 12 orang remaja yang memiliki kematangan karir kategori sedang dan rendah. Analisis data menggunakan Mann Whitney dengan bantuan program SPSS 16.0 for Windows. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan yang signifikan pada peningkatan kematangan karir antara kelompok eksperimen yang diberikan layanan dan kelompok kontrol yang tidak diberikan layanan, dengan hasil sig. p = 0.006 ≤ 0.050, dengan selisih mean rank 5.66. Kategori kematangan karir pada kelompok eksperimen setelah diadakan post-test memperoleh hasil sangat tinggi 50%, tinggi 33,3% dan sedang 16,7%. Sedangkan pada kelompok kontrol kategori kematangan karirnya tinggi 16,67% dan sedang 83,33%. Berdasarkan hasil analisis, disimpulkan dengan menggunakan teknik problem solving yang berbantuan media mind map dapat meningkatkan secara signifikan kematangan karir remaja.

Kata kunci: kematangan karir, teknik problem solving, mind map


PENDAHULUAN

Latar Belakang

Karir sangat penting dalam kehidupan manusia sebagai cara untuk memenuhi kebu­tuhan dan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup. Pengertian karir tidak terbatas pada konsep pemenuhan kebutuhan hidup secara ekonomi tetapi juga merupakan sarana aktual­isasi diri individu serta menjadi panggilan hidup. Winkel dan Hastuti (2006) mendefinisi­kan karir sebagai panggilan hidup yang meresapi seluruh alam pikiran dan perasaan serta mewarnai seluruh gaya hidup individu, tanpa mengesampingkan nilai ekonomis pekerjaan, tetapi justru lebih mengutamakan kepuasan pribadi atas pekerjaan.

Di Indonesia banyak terjadi masalah pengangguran seperti yang dilansir dalam situs pemberitaan dalam jaringan (online) Selasar (2014), Badan Pusat Statistik (BPS) per Februari 2014 mencatat pengangguran terbuka di Indonesia sebesar 5,7% atau 7,15 juta jiwa. Angka 7,15 juta jiwa ini mayoritas dipenuhi pengangguran individu usia 19 tahun sampai dengan 24 tahun. Golongan usia muda ini di dalamnya termasuk anak putus sekolah dan anak muda yang sudah lulus, tetapi belum mendapat pekerjaan karena kurang memiliki kemampuan dan kompetensi yang dibutuhkan dunia kerja.

Pra penelitian yang dilakukan pada remaja anggota Forum Komunikasi Remaja di Dusun Padaan, Desa Gedangan, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang menunjukkan kematangan karir remaja SMA dan SMK adalah 3 orang remaja (20%) dalam kategori kematangan karir tinggi, 9 orang remaja (60%) dalam kategori sedang, dan 3 orang remaja (20%) dalam kategori rendah. Kebanyakan remaja itu mengalami masalah pada perenca­naan karir (career planning), mengeksplorasi karir (career exploration) dan membuat keputusan karir (decision making). Padahal menurut Super (Freeman, 1993) individu akan berhasil dalam perkembangan karir apabila sudah mencapai kematangan karir. Kema­tangan karir merupakan repertoar perilaku yang berkaitan dengan mengidentifikasi, memilih, merencanakan dan melaksanakan tujuan karir yang tersedia untuk individu.

Berdasarkan wawancara dengan remaja, kurangnya kematangan karir remaja SMA dan SMK adalah karena proses bimbingan dan konseling belum terlaksana secara optimal. Keterbatasan pertemuan remaja dengan guru BK di sekolah menyebabkan remaja menjadi enggan dan bingung untuk menempuh bimbingan karir, dikarena tidak adanya jam BK di sekolah sebagai akibat diberlakukannya kurikulum 2013 serta minimnya kegiatan bimbingan karir di luar jam yang diadakan guru BK sehingga menjadikan remaja tidak memiliki cukup kematangan karir sebagai bekal keputusan karirnya.

Bimbingan karir yang diselenggarakan guru BK di sekolah berupa bim­bingan klasikal dengan materi gambaran umum mengenai karir. Materi ini diberikan ketika remaja dipersiapkan untuk menentukan penjurusan. Materi kedua yang diberikan pada siswa kelas XII, mengenai pendi­dikan lanjutan dan passing grade di setiap jurusan sekolah lanjutan. Bimbingan karir tidak diberikan secara khusus untuk menjawab kebutuhan karir remaja yang menyangkut aspek personal remaja yaitu kesesuaian antara hasil belajar dan minat remaja pada bidang keterampilan khusus yang dimilikinya serta yang dihubungkan dengan jenis pekerjaan yang cocok dengan diri remaja.

Super (Winkel dan Hastuti, 2006) menyatakan bahwa pada umur 15-18 tahun, remaja memiliki tugas perkembangan yang disebut crystallization, yaitu remaja memiliki tugas perkembangan untuk merumuskan gagasan tentang pekerjaan yang sesuai untuk dirinya. Namun yang terjadi pada remaja masih sulit merumus­kan gagasan pekerjaan yang realistis dan objektif, remaja mengalami kesulitan melakukan perencanaan karir (career planning), mengeksplorasi karir (career exploration) dan membuat keputusan karir (decision making).

Berdasarkan masalah tersebut penulis tertarik untuk menggunakan layanan bim­bingan karir teknik problem solving yang berbantuan media mind map untuk mening­katkan kematangan karir remaja SMA dan SMK. Melalui bimbingan kelompok, remaja akan memperoleh materi untuk lebih memahami topik-topik karir dan mem­ba­has­nya secara kelompok untuk lebih meningkatkan pemahaman akan dunia karir dan apa saja yang perlu diperhatikan dalam memutuskan karir bagi dirinya dan tentu akan mem­bantu meningkatkan kematangan karir.

Teknik problem solving pada bimbingan kelompok akan membantu remaja menilai perubahan-perubahan yang ada pada dirinya, dan membuat keputusan-keputusan, atau penyesuaian yang selaras dengan tujuan-tujuan dan nilai kehidupannya secara kreatif (Romlah, 2001). Teknik ini digunakan karena untuk mencapai kematangan karir individu harus berhasil menyelesaikan tugas perkembangan yang khas pada tiap tahapan perkem­bangan karir (Winkel dan Hastuti, 2006). Setiap tahapan perkembangan karir memiliki tugas perkembangan yang berbeda, sehingga masalah karir yang muncul akan berbeda. Teknik problem solving membekali remaja dengan keterampilan menyelesaikan masalah karir yang muncul pada tiap tahapan perkembangan karir secara kreatif.

Penelitian ini bertolak dari temuan penelitian Anggraeni (2011) yang berhasil meningkatkan perencanaan karir siswa kelas X-BB SMK Sudirman 1 Ambarawa dengan hasil uji beda post-test antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yaitu p = 0,008 ≤ 0,050 dengan selisih mean rank 6,25. Selanjutnya, penelitian yang berhasil menerapkan layanan bimbingan karir dengan teknik problem solving dalam bimbingan karir dilakukan oleh Junaidi (2012) dengan temuan bimbingan karir menggunakan teknik problem solving berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan membuat perencanaan karir siswa kelas XI SMA Negeri 1 Stabat. Hal ini tergambar dengan hasil uji t dengan hasil t hitung > t tabel yaitu 7,924 > 1,796.

Dibutuhkan media untuk membantu remaja memahami tuntutan kompetensi yang perlu dimiliki remaja untuk mencapai kematangan karir sehingga diputuskan untuk meng­gu­nakan media mind map guna membantu remaja memahami dan mengingat semua yang telah dipelajari selama proses bimbingan kelompok berlangsung. Mind map memudahkan remaja memproses informasi yang telah didapatkan selama proses bimbingan kelompok menggunakan teknik problem solving. Buzan (2012) mengusulkan metode mind map map untuk me­rang­sang otak mengolah informasi lebih baik, karena mind map memiliki struktur alami yang memancar dari pusat pikiran individu. Mind map menggunakan garis lengkung, simbol, kata dan gambar yang sesuai dengan satu rangkaian sederhana sesuai dengan cara kerja otak.

Penelitian tindakan bimbingan dan konseling yang dilakukan Nugroho (2011) pada siswa kelas VIII D SMP Negeri 2 Suruh melalui penggunaan metode mind map untuk meningkatkan pemahaman perencanaan karir berhasil meningkatkan pemahaman perenca­naan karir siswa. Hasil penelitian menunjukkan pada uji pre-test rata-rata skor perencanaan karir siswa berkriteria cukup baik (skor 126,6774). Setelah dilakukan tindakan siklus pertama, hasil post-test menjadi baik (skor 140,838). Pada siklus kedua dalam pemantapan penggunaan simbol, garis, dan warna pada mind map, menjadi kategori baik dengan skor 151,9 dan 31 siswa (96,8%) sudah mencapai kategori baik.

TINJAUAN PUSTAKA

Super (Herr dan Cramer, 1984) mengartikan kematangan karir sebagai repertoar perilaku yang berkaitan dengan kegiatan mengidentifikasi, memilih, merencanakan dan melaksana­kan tujuan karir. Super mengembangkan konsep kematangan karir, yang menun­juk pada keberhasilan seseorang menyelesaikan tugas-tugas perkembangan karir yang khas bagi tahapan perkembangan tertentu. Indikasi relevan bagi kematangan karir adalah kemampuan membuat rencana, kerelaan untuk memikul tanggung jawab, serta kesadaran akan segala faktor internal dan eksternal yang harus dipertimbangkan dalam membuat pilihan jabatan atau memantapkan diri dalam jabatan (Winkel dan Hastuti, 2006).

Tahapan perkembangan karir dalam gagasan Super (Patton dan McMahon, 1999) dibagi lima tahapan, yaitu: (1) Pertumbuhan (Growth) pada usia 0 – 14 tahun, (2) Eksplo­rasi (Exploration) pada usia 15 – 25 tahun, (3) Pemantapan (Establishment) pada usia 25 – 44 tahun, (4) Pemeliharaan (Maintenance) dari usia 45 – 64 tahun, dan (5) Kemunduran (Decline) ketika individu memasuki usia pensiun pada usia 65 tahunan. Kelima tahapan ini dipandang sebagai acuan bagi munculnya sikap-sikap dan perilaku yang menyangkut keterlibatan individu dalam suatu jabatan, yang tampak dalam tugas-tugas perkembangan vokasional (vocationnal developmental tasks).

Subyek dalam penelitian ini remaja yang masih duduk di bangku SMA dan SMK yang berada pada tahapan eksplorasi. Tahapan ini berlangsung pada usia 15 hingga 25 tahun. Super (Winkel dan Hastuti, 2006) mendeskripsikan tahapan eksplorasi sebagai tahapan di mana individu memikirkan berbagai alternatif jabatan, tetapi belum mengambil keputusan yang mengikat.

Super (Sharf, 2006) membagi tahapan eksplorasi menjadi tiga sub bagian yang mencirikan tugas perkembangan karir, yaitu: (a) Crystallization, pada usia antara 15 – 18 tahun, individu mulai berfikir apa yang ingin dilakukannya. (b) Specification, pada usia antara 19 – 21 tahun, individu mengarahkan diri ke bidang jabatan tertentu dan mulai memegang jabatan itu, individu yang hendak bekerja perlu menentukan preferensi untuk mendapatkan pekerjaan dan bagi individu yang hendak melanjutkan pendidikan juga perlu melakukan preferensi. (c) Pelaksanaan (Implementing), pada usia antara 21 – 25 tahun, individu membuat rencana untuk memenuhi tujuan karir. Individu dapat memulai dengan membuka jaringan yaitu bertemu orang-orang yang membantu mendapatkan pekerjaan.

Super (Sharf, 2006) menyatakan kematangan karir remaja diukur dengan subskala perencanaan karir (career planning), eksplorasi karir (career explor­ation), cara mengambil keputusan karir (decision making), informasi dunia kerja (world of work information), pengetahuan kelompok pekerjaan yang lebih disukai (knowledge of preferred occupational group), realisasi keputusan karir (realization), dan orientasi karir (career orientation).

Upaya meningkatkan kematangan karir siswa sangatlah penting untuk masa depan siswa. Program Bimbingan dan Konseling menjadi kebutuhan mutlak untuk membantu siswa mencapai tugas perkembangan kematangan karir. Menurut Herr (Utami, 2012), kurikulum untuk meningkatkan kematangan karir perlu diolah dengan tepat sehingga mampu mempengaruhi kecerdasan siswa dengan membahas berbagai tingkat sosial ekonomi dunia kerja dan berbagai pengetahuan karir yang dimiliki siswa. Karenanya, penyusunan strategi dalam peningkatan karir perlu disesuaikan dengan kondisi siswa.

Kematangan karir merujuk pada pemenuhan tugas perkembangan pada tiap tahapan perkembangan karir yang dimulai dari individu ketika menginjak usia 14 tahun (growth) sampai individu mengalami masa pensiun (decline) yaitu ketika individu memasuki usia 65 tahun. Pada tiap tahapan perkembangan karir pasti individu menghadapi masalah karir yang berbeda. Dengan teknik problem solving individu akan dapat meningkatkan kemam­puannya menyelesaikan masalah karir yang muncul pada tiap tahapan perkembangan karir.

Romlah (2001) menyatakan bahwa teknik problem solving merupakan proses yang kreatif di mana individu menilai perubahan-perubahan pada diri dan lingkungannya, serta membuat pilihan-pilihan baru, keputusan-keputusan, atau penyesuaian yang selaras dengan tujuan-tujuan dan nilai-nilai hidupnya. Media mind map yang berperan sebagai media pelaksanaan teknik problem solving dapat membantu individu memvisualisasikan proses problem solving. Buzan (2012) menyatakan mind map adalah cara mencatat yang kreatif, efektif dan secara harafiah akan “memetakan” pikiran-pikiran individu. Mind map menggunakan kombinasi warna, garis-garis lengkung, simbol, kata dan gambar yang sesuai dengan satu rangkaian aturan yang sederhana, alami, mendasar, dan sesuai dengan cara kerja otak yang semuanya memiliki struktur alami yang memancar dari pusat pikiran individu. Buzan (2012) menyimpulkan mind map pembantu pikiran individu membuat asosiasi dan lompatan-lompatan besar dalam pemahaman.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini berbentuk quasi eksperimen dengan desain nonequevalent control group design. Dalam penelitian ini yang menjadi subyek adalah 12 orang remaja yang masih duduk di bangku SMK dan SMA dan memiliki kategori kematangan karir sedang dan rendah. Dari 12 siswa tersebut, dibagi menjadi 2 kelompok, 6 orang remaja pada kelompok eksperimen, dan 6 orang remaja pada kelompok kontrol. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah layanan bimbingan kelompok teknik problem solving berbantuan media mind map (X). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kematangan karir (Y). Digunakan metode pengumpulan data berupa inventori kematangan karir yang diadopsi dari Setyorini (2012) yang mengacu pada teori Donald Super. Teknik analisis data menggunakan Mann Whitney dengan bantuan program SPSS 16.0 for Windows.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis data yang membandingkan hasil post-test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menghasilkan Asymp. Sig (2-tailed) = 0.006 < 0.050 sehingga dinyatakan ada perbedaan yang signifikan antara hasil post test kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen. Selain itu, ada peningkatan kematangan karir yang signifikan, dibuktikan dengan hasil analisis data hasil pre-test dan post-test kelompok eksperimen dengan hasil Asymp Sig (2-tailed) = 0.006 < 0.050, sehingga dinyatakan signifikan. Berda­sarkan hasil analisis data tersebut maka layanan bimbingan kelompok teknik problem solving berbantuan media mind map dapat meningkatkan secara signifikan kematangan karir remaja anggota FKR Dusun Padaan, Kecamatan Tuntang.

Berdasarkan hasil analisis data post-test kelompok eksperimen dan kelompok kon­trol yang menghasilkan Asymp. Sig (2-tailed) = 0.006 < 0.050 sehingga dinyatakan ada perbedaan yang signifikan antara hasil post test kelompok kontrol dengan kelompok ekspe­rimen. Peningkatan kematangan karir yang signifikan dibuktikan dengan hasil mean rank pre-test 22.00 dan mean rank post-test sebesar 56.00 pada kelompok eksperimen.

Layanan bimbingan kelompok diselenggarakan 8 kali pertemuan dengan 5 topik yang berbeda. Pemilihan topik berdasarkan pada aspek kematangan karir. Penggunaan dinamika kelompok selama proses bimbingan kelompok dapat memperkaya pengetahuan remaja mengenai karir. Remaja memperoleh kesempatan untuk mempelajari segi-segi yang penting dan berguna terkait dengan karir. Penggunaan teknik problem solving sebagai upaya meningkatkan kematangan karir dapat membantu meningkatkan pemahaman siswa dalam mengakumulasi setiap pengetahuan dan keterampilan remaja untuk merealisasikan keputusan karir, karena menurut Super (Winkel dan Hastuti, 2006) kematangan karir pada tahapan kristalisasi merupakan aktifitas yang bersifat kognitif dalam meninjau diri sendiri dan situasi hidupnya untuk menentukan keputusan karirnya ke depan.

Melalui layanan bimbingan kelompok teknik problem solving yang berbantuan media mind map melatih remaja berfikir kritis dan analitis untuk mencari informasi, dan menyusun hipotesis sampai dengan menarik kesimpulan untuk menyelesaikan masa­lah karir. Remaja dituntut mengevaluasi informasi karir baik dari faktor eksternal maupun internal yang mempengaruhi karirnya. Sehingga dengan penerapan problem solving ini remaja terdorong mencari informasi karir terkait perencanaan karir, mengeksplorasi karir, dan pengetahuan mengenai dunia kerja. Pokok pikiran ini terdapat pada tahapan membuat alternatif dan menguji kelemahan serta kekuatan alternatif pada teknik problem solving.

Aspek lain yang meningkatkan kematangan karir yaitu remaja lebih terampil dalam membuat keputusan karir karena telah mengetahui beberapa informasi mengenai karir baik mengenai pasar kerja, keterampilan yang dibutuhkan pada pasar kerja, serta pendidikan atau pelatihan yang perlu ditempuh untuk memenuhi persyaratan tersebut yang telah ditu­angkan dalam proses problem solving. Pengetahuan ini didapat dari hasil layanan bim­bingan kelompok yang menugaskan remaja melakukan eksplorasi karir, karena tahapan awal untuk mencapai kematangan karir adalah individu perlu melakukan eksplorasi karir.

Penelitian ini sejalan dengan temuan Anggraeni (2011) yang menyatakan layanan bimbingan kelompok meningkatkan perencanaan karir siswa kelas X-BB SMK Sudirman 1 Ambarawa. Demikian pula penelitian ini searah dengan Junaidi (2012) yang menemukan bahwa penerapan bimbingan karir melalui teknik problem solving berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Sabat mem­buat perencanaan karir.

Penggunaan mind map berperan sebagai media visualisasi dari hasil pelaksanaan problem solving. Hal ini menambah tingkat pemahaman siswa dalam penguasaan konten yang diharapkan selama bimbingan kelompok. Dengan mind map pikiran siswa lebih cepat memproses informasi yang didapatkan, yang senada dengan yang diungkapkan oleh Buzan (2012) yang kajiannya membuktikan dengan menggunakan foto atau gambar, memori otak siswa akan lebih lama menyimpan dan akan lebih cepat dalam memproses informasi yang masuk ke otak. Penggunaan media mind map sebagai media pembantu dalam bimbingan karir sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Nugroho (2011) yang menemukan dengan penggunaan metode mind map dapat meningkatkan pemahaman perencanaan karir siswa kelas VIII D SMP Negeri 2 Suruh.

Penggunaan media mind map melatih otak dalam mengasosiasikan setiap informasi yang didapat dan berfikir secara holistik terhadap pengetahuan-pengetahuan yang telah didapatkan, baik pengetahuan diri maupun pengetahuan mengenai situasi di luar diri, seperti pasar kerja dan keterampilan yang dibutuhkan di pasar kerja yang kesemua hal tersebut diasosiasikan yang kemudian dijadikan sebagai pola pikir dalam problem solving.

Pokok pikiran penting lainnya dalam penggunaan media mind map sebagai media pembantu teknik problem solving adalah penggunaan warna, garis lengkung dan simbol berupa gambar yang membantu otak dalam memproses sebuah informasi, karena dengan begitu otak kiri dan kanan akan bekerja secara maksimal, otak kiri bertugas sebagai pemikir kata-kata untuk mengartikan pemahaman yang diperoleh dari informasi karir, kemudian difikirkan secara logis apakah alternatif yang dianalisis merupakan alternatif yang terbaik. Sedangkan otak kanan membantu berimajinasi, memasukkan data yang berupa warna dan gambar, selanjutnya diakumulasi secara holistik dari setiap alternatif yang dibuat, pada akhirnya remaja memutuskan mana alternatif yang terbaik untuk dirinya.

KESIMPULAN

Penggunaan layanan bim­bingan kelompok teknik problem solving yang berbantuan media mind map dapat meningkatkan kematangan karir secara signifikan remaja anggota Forum Komunikasi Remaja (FKR) Dusun Padaan, Desa Gedangan, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang. Hasil ekspe­rimen melalui Mann Whitney menemukan ada perbedaan yang signifikan pada peningkatan kematangan karir antara kelompok eksperimen yang diberikan layanan dan kelompok kontrol yang tidak diberikan layanan, dengan hasil sig. p = 0.006 ≤ 0.050, dengan selisih mean rank 5.66.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, Fransisca Deni Novia. 2011. Peningkatkan Perencanaan Karir melalui Layanan Bimbingan Kelompok pada Siswa Kelas X-BB SMK Islam Sudirman 1 Ambarawa Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi. Program Studi Bimbingan dan Konseling, FKIP – Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

Buzan, Tony. 2012. Buku Pintar Mind Map (membuka kreatifitas, memperkuat ingatan, mengubah hidup). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Freeman, Suzanne C. 1993. Donald Super: A Perspective on Career Development. Journal of Career Development, Vol. 19(4). Human Sciences Press, Inc. 255:University of North Carolina at Greensboro.

Herr, Edwin L. and Cramer, Stanley H. 1984. Career Guidance and Counseling Through the Life Span: Systematic Approaches. Boston, Toronto: Little Brown and Co.

Junaidi, Putri Dwi Adhinda. 2012. Pengaruh Penerapan Bimbingan Karir Menggunakan Teknik Problem Solving terhadap Peningkatan Kemampuan Membuat Perencanaan Karir Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Stabat T.A 2012/2013. Skripsi. Universitas Negeri Medan.

Nugroho, Mika Dwi. 2011. Meningkatkan Pemahaman Perencanaan Karir pada Siswa Kelas VIII D SMP Negeri 2 Suruh Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi. Program Studi Bimbingan dan Konseling, FKIP – Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

Patton, Wendy and McMahon, Mary 1999. Career Development and Systems Theory: A New Relationship. Canada: Brooks.

Romlah, Tatiek. 2001. Teori dan Praktek Bimbingan Kelompok. Malang: Universitas Negeri Malang.

Selasar. 2014. Pengangguran Usia Muda Indonesia Cukup Mengkhawatirkan. Https:// www.selasar.com/ekonomi/pengangguran-usia-muda-indonesia-cukup-mengkha­wa­­­tir­kan. Diakses 30 November 2014.

Setyorini. 2012. Pengembangan Inventori Kematangan Karir Siswa SMA Negeri di Kota Malang. Tesis. Program Studi Bimbingan Konseling – Program Pascasarjana, Universitas Negeri Malang.

Sharf, Richard S. 2006. Applying Career Development Theory to Counseling, 5th Edition. Belmont: Thomson Learning.

Utami, Suwi Wahyu. 2012. Peningkatan Kematangan Karir melalui Konseling Kelompok pada Siswa Kelas X Akuntansi SMK Muhamadiyah 1 Yogyakarta. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.

 

Winkel, W.S. dan Hastuti, M.M. Sri. 2006. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, Edisi Revisi. Yogyakarta: Media Abadi.