Meningkatkan Kinerja Guru Melalui Pelatihan Berkelanjutan
MENINGKATKAN KINERJA GURU
MELALUI PELATIHAN BERKELANJUTAN DI SDN 18 MANDAU
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Yusnita
Kepala SDN 18 Mandau
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan sekolah. penelitian ini dilaksanaakan untuk meningkatkan kinerja guru yang dilakukan melalui pelatihan berkelanjutan. Penelitian dilaksanakan di SDN 18 Mandau. Hasil penelitian dari pembinaan kepala sekolah melalui pelatihan berkelanjutan hasilnya sangat baik. Hal itu tampak pada pertemuan pertama dari 19 orang guru yang hadir pada saat penelitian ini dilakukan nilai rata rata mencapai ; 64,50% meningkat menjadi 71,75% dan pada siklus 3 meningkat menjadi 80,63%. Sedangkan berdasarkan manajemen berbasis sekolah (MBS) dikatakan tuntas apabila guru telah mencapai nilai standar ideal 75 mencapai ≥ 85%. Sedangkan pada penilitian ini, pencapai nilai ≥ 75 pada (siklus 3) mencapai melebihi target yang ditetapkan dalam MBS yaitu mencapai 100%. Dengan demikian maka penelitian ini dianggap berhasil.
Kata Kunci: Kinerja Guru, Pelatihan berkelanjutan
PENDAHULUAN
Guru adalah seseorang profesional yang mengelola kelas serta membimbing siswa di lingkungan sekolah, guru dituntut untuk memiliki kompetensi selain mengajar juga melakukan penelitian. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (PP 19: 2005 Pasal 1.1).
Kelayakan mengajar guru tidak cukup hanya diukur berdasarkan pendidikan formal tetapi juga harus diukur berdasarkan bagaimana kemampuan guru dalam mengajar dan sesi penguasaan materi, menguasai, memilih dan menggunakan metode, media serta evaluasi pembelajaran. Sehubungan dengan hal itu, Jiyono (1987) menyimpulkan bahwa kemampuan guru SD dalam menguasai bahan pelajaran pada umumnya sangat menghawatirkan karena dari sampel guru SD yang diminta menunjukkan kemampuan menguasai bahan pelajaran 70% yang kurang menguasai bahan pelajaran, sedangkan hanya 30% yang menguasai bahan pelajaran.
Kondisi seperti itu diperparah dengan kurang optimalnya fungsi pengawasan kepala sekolah. Bila selama ini banyak pendapat menyatakan profesionalisme guru di Indonesia relatif rendah atau kurang memadai, hal itu merupakan akibat dari kurang kepengawasannya kepengawasan kepala sekolah.
Dalam penelitian ini penulis mencoba untuk mengkaji dan menggali melalui pembinaan yang berkaitan dengan kinerja guru, disebabkan oleh: (1). Adanya kecenderungan melemahnya kinerja guru yaitu terjadinya guru yang membolos mengajar, guru yang masuk ke kelas yang tidak tepat waktu, guru mengajar tidak mempunyai persiapan mengajar, guru tidak punya absensi siswa, (2) adanya pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah belum dilaksanakan dengan sebaik – baiknya kepada guru. Beberapa rekan penulis yang sama – sama menjabat menjadi kepala SD mengaku kurang serius dalam melaksanakan fungsinya sebagai supervisor, (3) adanya penurunan kinerja guru merupakan salah satu penyebab menurunnya Nilai USBN siswa SDN 18 Mandau Kec. Bengkalis Kabupaten Bengkalis.
Sehubungan dengan hal di atas mak penulis merasa perlu melukan pembinaan kepada guru untuk melakukan penelitian tindakan sekolah dengan judul: “Meningkatkan Kinerja Guru Melalui Pelatihan Berkelanjutan di SDN 18 MANDAU Tahun Pelajaran 2017/2018â€
Dari latar belakang dan identifikasi masalah di atas,maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada masalah dengan rumusan sebagai berikut: (1) Bagaimana peningkatan capaian mutu sekolah di SDN 18 Mandau Kec. Bengkalis Kabupaten Bengkalis dengan meningkatkan kinerja guru melalui pelatihan berkelanjutan tahun pelajaran 2017/2018 ? (2) Apakah peningkatan capaian mutu sekolah di SDN 18 Mandau Kec. Bengkalis Kabupaten Bengkalis efektif dalam meningkatkan kinerja guru melalui pelatihan berkelanjutan Tahun Pelajaran 2017/2018 ?
KAJIAN PUSTAKA
Kinerja Guru
Istilah kinerja dapat diterjemahkan dalam perfomance atau unjuk kerja, artinya kemampuan yang ditampilkan seseorang terhadap pekerjaannya pada tempat ia bekerja. Kinerja merupakan suatu kinerja yang esensial terhadap keberhasilan suatu pekerjaan. Karena itu suatu kinerja yang efektif bagi setiap individu perli diciptakan sehingga tujuan lembaga dapat tercapai secara optimal.
Menurut Fattah (1996) kinerja diartikan sebagai ungkapan kemajuan yang didasari oleh pengetahuan, sikap, keterampilan dan otivasi dalam menghasilkan suatu pekerjaan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah hasil kerja seseorang yang mencerminkan prestasi kerja sebagai ungkapan pengetahuan, sikpa dan keterampilan.
Kinerja guru sangat terkait dengan efektifitas guru dalam melaksanakan fungsinya oleh Medley dalam Depdikbud (1984) dijelaskan bahwa efektifitas guru yaitu: (1) memiliki pribadi kooperatif, daya tarik, penampilan amat besar, pertimbangan dan kepemimpinan, (2) menguasai metode mengajar yang baik, (3) memiliki tingkah laku yang baik saat mengajar, dan (4) menguasai berbagai kompetensi dalam mengajar.
Dari pendapat tersebut di atas, maka yang dimaksud dengan kinerja guru dalam penelitian ini ialah: (1) penguasaan bahan ajar, (2) pemahaman karakteristik, (3) penguasaan pengelolaan kelas, (4) penguasaan metode dan strategi pembelajaran, (5) penguasaan evaluasi pembelajaran, dan (6) kepribadian.dan (7) disiplin guru dalam melaksanakaan
Pengertian Pelatihan
Dalam mewujudkan tercapainya peningkatan mutu pendidikan adalah diadakan berbagai upaya yang dilakukan pemerintah melalui beberapa cara antara lain: peningkatan profesionalisme guru agar lebih efektif dalam pelaksanaan peran dan fungsinya di sekolah. Sedangkan bentuk latihan sekolah atau model pelatihan yang di laksanakan adalah pelatihan guru berkelanjutan.
Pelatihan pendidikan merupakan suatu program kesempatan belajar yang direncanakan untuk menghasilkan anggota staf demi memperbaiki penampilan seorang yang telah mendapat tugas menduduki jabatan.
Pelatihan dan kependidikan merupakan bentuk pengembangan sumber daya manusia yang amat strategis.
Dengan demikian pelatihan berkelanjutan bagi guru yang dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan para guru dalam melaksanakan peran dan fungsinya, serta untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh guru di kelas, dalam melaksanakan tugas-tugas sepeti ; program pengajaran, pembinaan sarana dan fasilitas sekolah, serta pembinaan hubungan kerja sama antara masyarakat dengan sekolah dapat tercapai dan mutu pendidikan dapat ditingkatkan.
Tujuan utama pelatihan berkelanjutan adalah untuk memperoleh kecakapan khusus yang diperlukan oleh guru dalam rangka pelaksanaan tugas pembelajaran di sekolah.
Selain itu bertujuan untuk pengembangan pribadi, pengembangan profesional, pemecahan masalah, tindakan yang remedial, motivasi, peningkatan mobilitas, dan keamanan anggota organisasi. (Wahjosumidjo, 2002:381).
Langkah utama yang perlu dilaksanakan adalah, bagaimana program pelatihan yang mencakup: sosok program isi, metodologi, serta peralatan pelatihan tersedia mendukung tercapainya tujuan pelatihan (Wahjosumidjo, 2002:382).
METODE PENELITIAN
Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah guru SDN 18 Mandau Kec. Bengkalis Kabupaten Bengkalis yang merupakan tempat peneliti bertugas menjadi kepala sekolah tahun pelajaran 2017/2018.
Setting Penelitian
PTS akan dilakukan pada SDN 18 Mandau Kec. Bengkalis Kabupaten Bengkalis tahun Pelajaran 2017/2018. SDN 18 Mandau Kec. Bengkalis terdiri dari 19 orang guru. PTS dilakukan pada guru melalui pelatihan berkelanjutan untuk meningkatkan kinerja guru dalam upaya peningkatan capaian mutu sekolah di SDN 18 Mandau Kec. Bengkalis Kabupaten Bengkalis.
Teknik Pengumpulan Data:
Dalam pengumpulan data teknik yang digunakan adalah menggunakan observasi dan angket.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
SIKLUS 1
Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan belajar mengajar. Pada akhir proses pembinaan,guru diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat mutu guru dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Dengan menerapkan pembinaan melalui pelatihan berkelanjutan diperoleh nilai rata-rata kinerja guru adalah 64,50% atau ada 11 orang guru dari 19 orang sudah meningkat mutunya dalam proses belajar mengajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara kelompok guru seko lah) belum meningkat mutunya, karena guru yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar 58% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena guru masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan. Sehingga mereka belum banyak mengerti tentang pelatihan berkelanjutan.
SIKLUS II
Pada siklus II diperoleh nilai rata-rata peningkatan mutu guru adalah 71,75% dan ketuntasan pembinaan mencapai 75% atau ada 14 orang guru dari 19 orang guru sudah meningkat mutunya dalam proses belajar mengajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan mutu guru ini karena setelah kepala sekolah menginformasikan bahwa setiap akhir pembinaan akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya guru lebih termotivasi meningkatkan mutunya dalam proses pembelajaran. Selain itu guru juga sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan dinginkan kepala sekolah dengan menerapkan pelatihan berkelanjutan.
SIKLUS III
Diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 80,63% dan guru sebanyak 8 orang telah tuntas seluruhnya. Maka secara kelompok peningkatan mutu guru telah tercapai sebesar 100% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan hasil pembinaan pada siklus III ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan kepala sekoah dalam melakukan pembinaan melalui pelatihan berkelanjutan sehingga guru menjadi lebih terbiasa dengan pembinaan seperti ini sehingga guru lebih mudah dalam memahami pembinaan yang telah diberikan oleh kepala sekolah (peneliti). Di samping itu ketuntasan ini juga dipengaruhi oleh kerja sama dari guru yang telah menguasai proses pembelajaran untuk membimbing guru yang belum menguasainya melalui pelatihan berkelanutan oleh kepala sekolah.
Pada siklus III guru telah menerapkan pembinaan melalui pelatihan berelanjutan dengan baik dan dilihat dari aktivitas guru serta hasil pembinaan guru pelaksanaan proses pembinaan sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakah selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya pembinaan yang dilakukan kepala sekolah melalui pelatihan berkelanjutan dapat meningkatkan mutu guru dalam proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan pelatihan berkelanjutan kepala sekolah memiliki dampak positif dalam meningkatkan mutu guru.hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman guru dari pembinaan yang diberikan oleh kepala sekolah (ketuntasan pembinaan meningkat dari siklus I, II, dan III) yaitu masing-masing 64,50% ; 71,75% ; 80,63% Pada siklus III ketuntasan pembinaan guru secara kelompok telah tercapai.
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas guru dalam pembinaan yang dilakukan kepala sekolah melalui pelatihan berkelanjutan dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap peningkatan kinerja guru yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata yang dicapai guru pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas guru dan kepala sekolah dalam proses pembinaan melalui pelatihan berkelanjutan yang paling dominan adalah bekerja dengan menggunakan alat/media, mendengarkan / memperhatikan penjelasan kepala sekolah, dan diskusi antar guru antara guru dan kepala sekolah. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas guru dapat dikategorikan aktif.
Sedangkan untuk aktivitas kepala sekolah selama pembinaan telah melaksanakan langkah-langkah pembinaan pelatihan berkelanjutan dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas kepala sekolah yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati guru dalam mengerjakan kegiatan pembelajaran, menjelaskan, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab di mana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka hasil pembinaan kepala sekolah melalui pelatihan berkelanjutan hasilnya sangat baik. Hal itu tampak pada pertemuan pertama dari 19 orang guru yang hadir pada saat penelitian ini dilakukan nilai rata rata mencapai ; 64,50% meningkat menjadi 71,75% dan pada siklus 3 meningkat menjadi 80,63%.
Dari analisis data di atas bahwa pembinaan dengan menerapkan pelatihan berkelanjutan oleh kepala sekolah, yang berarti proses kegiatan belajar mengajar lebih berhasil dan dapat meningkatkan mutunya khususnya di SDN 18 Mandau Kec. Bengkalis Kabupaten Bengkalis, oleh karena itu diharapkan kepada para guru SD dapat meningkatkan mutunya dalam melaksanakan pembelajaran di kelas.
Berdasarkan manajemen berbasis sekolah (MBS) dikatakan tuntas apabila guru telah mencapai nilai standar ideal 75 mencapai ≥ 85%. Sedangkan pada penilitian ini, pencapai nilai ≥ 75 pada (siklus 3) mencapai melebihi target yang ditetapkan dalam MBS yaitu mencapai 100%. Dengan demikian maka penelitian ini dianggap berhasil.
P E N U T U P
Simpulan
Dari hasil kegiatan pembinaan yang telah dilakukan selama tiga siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pembinaan kepala sekolah melalui pelatihan berkelanjutan memiliki dampak positif dalam meningkatkan kmutu guru dalam proses belajar mengajar di SDN 18 Mandau Kec. Bengkalis tahun pelajaran 2017/2018 yang ditandai dengan peningkatan mutu guru dalam setiap siklus, yaitu siklus I (64,50%), siklus II (71,75%), dan siklus III (80,63%).
Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar mutu guru dapat meningkat, lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi peningkatan capaian mutu sekolah, maka disampaikan saran sebagai berikut: (1) Dalam rangka meningkatkan mutu guru, kepala sekolah hendaknya lebih sering melatih guru dengan kegiatan penemuan, walau dalam taraf yang sederhana, di mana guru nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga guru lebih berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. (2) Perlu adanya pembinaan yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan pada guru di SDN 18 Mandau Kec. Bengkalis Kabupaten Bengkalis tahun pelajaran 2017/2018.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, I. 2000. Profesionalisme Guru: Analisis Wacana Reformsi Pendidikan dam Era Globalisasi. Simposium Nasional Pendidikan di Universitas Muhammadiyah Malang, 37,50-26 Juli 2001.
Arikunto, Suharsini. 2004. Dasar – dasar Supervisi. Jakarta: Rineka Cipta.
Atmodiwiro, Soebagio dan Soenarto Tatosiswanto, 1991. Kepemimpinan Kepala Sekolah, Semarang: Adhi Waskitho.
Depdiknas RI,2005,Undang undang No 15 Tentang Guru dan Dosen.Jakarta: Depdiknas.
Dirjen PMPTK,2007.Peraturan Menteri no 13 Tentang Standar Kompetensi Kepala Sekolah.Jakarata: Dirjen PMPTK Depdiknas
Mulyasa,E, 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep,Karakteristik,Implementasi,dan Inovasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.