MENINGKATKAN KOMPETENSI SEPAK BOLA MINI

DENGAN STRATEGI TEKNIK DASAR PERMAINAN PADA KELAS III SEMESTER I SEKOLAH DASAR NEGERI 1 SUGIHMANIK

KECAMATAN TANGGUNGHARJO KABUPATEN GROBOGAN

TAHUN PELAJARAN 2015/2016

 

Kustaryanti

Sekolah Dasar Negeri 1 Sugihmanik Kecamatan Tanggungharjo Kabupaten Grobogan

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah bagaimana meningkatkan kompetensi bermain sepak bola mini dengan menerapkan strategi teknik dasar permainan sepak bola mini. Cara yang dilakukan adalah dengan memodifikasi permainan sepak bola mini. Penelitian ini dilaksanakan di kelas III SDN 1 Sugihmanik, Kecamatan Tanggungharjo, Kabupaten Grobogan. Jumlah siswa Kelas III adalah 47 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil pengamatan sikap siswa pada siklus I sebesar 86% meningkat pada siklus II sebesar 98%. Hasil tes pemahaman siswa pada siklus I sebesar 80% meningkat pada siklus II sebesar 89%. Hasil tes keterampilan bermain sepak bola mini sebelum diterapkan latihan sebesar 21,43% meningkat 60.33% pada siklus I dan meningkat pada siklus II sebesar 70%.

Kata kunci: sepak bola mini, strategi teknik dasar permainan

 

LATAR BELAKANG      

Pendidikan Jasmani dan Kesehatan pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik dan kesehatan untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan Jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, makhluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya. (H.J.S. Husdarta, 2009:4).

Pendidikan sebagai pondasi pembangunan mempunyai peranan sangat penting dalam membangun sumber daya manusia (SDM) berkualitas yang siap berpartisipasi dan bersaing di era global. Pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas melalui pendidikan sejalan dengan tujuan pendidikan nasional. Manurut UU No. 20 Tahun 2003 pasal 3 (2008: 6-7) tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, aktif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung-jawab”.

Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan, perilaku hidup sehat, aktif, sikap positif, dan kecerdasan emosi. Pengalaman yang disajikan akan membantu siswa untuk memahami mengapa manusia bergerak dan bagaimana cara melakukan gerakan yang aman, efisien, dan efektif. Pendidikan Jasmani menggunakan pendekatan keseluruhan yang mencakup semua kawasan baik organik, motorik, kognitif maupun afektif. Dengan demikian manusia dipandang secara seutuhnya (Ateng, 1992:1).

Ruang lingkup Pendidikan Jasmani yang tidak dapat dipisahkan adalah permainan dan olahraga, beberapa cabang olahraga pun digunakan untuk pembelajaran dalam Pendidikan Jasmani. Beberapa contoh olahraga yang digunakan untuk pembelajaran yaitu sepak bola, basket, sepak takraw, voli, renang, dan olahraga lain. Sepak bola merupakan sarana untuk Pendidikan Jasmani dalam upaya meningkatkan kemampuan biomotorik, misalnya kekuatan, daya tahan, kecepatan kelenturan, koordinasi, dan sebagainya (Purnomo, 2007:1). Sepak bola yang terdiri dari lari, tendang, mendribel dan mengoper.

Dalam pembelajaran sepak bola, siswa di SDN 1 Sugihmanik banyak mengalami kendala. Hal ini dikarenakan sarana yang digunakan tidak sesuai dengan kemampuan anak, yaitu masih menggunakan lapangan dan alat permainan sepak bola sebenarnya. Dari data perolehan nilai siswa Kelas III SDN 1 Sugihmanik pada pembelajaran sebelumnya masih banyak siswa yang belum mencapai KKM. Bahkan dari 30 siswa hanya ada 6 siswa (21,43%) yang telah mencapai KKM, padahal target ketuntasan yang akan dicapai adalah 85,00%.

Permainan sepak bola mini yang dimainkan di lapangan yang berukuran lebih kecil. Permainan ini dimainkan oleh 8 anak untuk tim laki-laki dan 7 anak untuk tim perempuan, serta menggunakan bola plastik. Dengan menerapkan permainan sepak bola mini ini, kemampuan dan fisik siswa bisa sesuai dengan sarana dan prasarana yang digunakan.

LANDASAN TEORI

Olahraga dan Permainan Sepak Bola Mini

            Olahraga adalah usaha pendidikan dengan menggunakan aktivitas otot-otot besar hingga proses pendidikan yang berlangsung tidak terhambat oleh gangguan kesehatan dan pertumbuhan badan (Ateng, 1992: 4). Permainan sepak bola mini dapat membuat anak lebih aktif bergerak. Sepak bola dapat menumbuhkan sikap kerjasama dan menghargai teman. Permainan ini dapat menumbuhkan sikap sportivitas anak. Sepak bola juga dapat menumbuhkan sikap mau menerima kekalahan dalam pertandingan dan dapat menjadikan anak dapat menghormati keputusan wasit.

            Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat, dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional (Sisdiknas 2007:1).

            Jadi Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan usaha pendidikan yang sangat penting karena mencakup berbagai aspek seperti aspek psikomotorik, kognitif, dan afektif yang menjadi dasar bagi manusia untuk mengenal dunia dan dirinya sendiri.

Tujuan Olahraga Sepak Bola Mini

            Pendidikan olahraga merupakan pengajaran untuk melatih gerak tubuh atau olahraga. Isi dari aspek pendidikan ini ditentukan oleh intensi-intensi atau tujuan-tujuan pendidikan yang dipakai sebagai pegangan oleh guru pendidikan olahraga. Sesuai dengan usia anak didik dengan berbagai modalitas dari hubungan manusia dengan dunianya, benda-benda, orang lain dan dirinya sendiri maka tujuan-tujuan yang dapat diraih adalah 1) Pembentukan gerak meliputi memenuhi serta mempertahankan keinginan gerak; penghayatan ruang, waktu dan bentuk serta pengembangan perasaan irama; mengenal kemungkinan gerak diri sendiri; memiliki keyakinan gerak dan mengembangkan perasaan sikap; memperkaya dan memperluas kemampuan gerak dengan melakukan pengalaman gerak; 2) Pembentukan prestasi meliputi mengembangkan kemampuan kerja optimal dengan mengajarkan ketangkasan-ketangkasan; belajar mengarahkan diri pada pencapaian prestasi (kemauan, konsentrasi, keuletan, kewaspadaan, kepertcayaan pada diri sendiri); penguasaan emosi; belajar mengenal kemampuan dan keterbatasan diri; meningkatkan sikap tepat terhadap nilai yang nyata dari tingkat dan bidang prestasi, dalam kehidupan sehari-hari, dalam masyarakat dan dalam olahraga. 3) Pembentukan social meliputi pengakuan dan penerimaan peraturan-peraturan dan norma-norma bersama; mengikut sertakan kedalam struktur kelompok fungsional, belajar bekerjasama, mennerima pimpinan dan memberikan pimpinan; pengembangan perasaan kemasyarakatan, dan pengakuan terhadap orang lain sebagai pribadi-pribadi; belajar bertanggung jawab terhadap yang lain, member pertolongan, member perlindungan dan berkorban; belajar mengenal dan mengalami bentuk-bentuk pelepas lelah secara aktif untuk pengisian waktu senggang. 4) Pertumbuhan badan meliputi peningkatan syarat-syarat yang diperlukan untuk dapat tumbuh, bersikap dan bergerak dengan baik dan untuk dapat berprestasi secara optimal (kekuatan dan mobilitas, pelepasan ketegangan dan kesiapsiagaan).

Pembelajaran            

Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran (Hamalik, 2008:57). Sedangkan menurut Botkin (dalam Basleman 2011:12) pembelajaran adalah suatu perubahan yang dapat memberikan hasil jika siswa berinteraksi dengan informasi (materi, kegiatan, pengalaman). Jadi pembelajaran merupakan suatu proses penyampaian pengetahuan yang sudah dirancang yang bertujuan agar adanya peningkatan hasil belajar yang umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap-sikap baru yang diharapkan siswa.

Suatu pembelajaran di dalamnya harus tersusun dengan unsur-unsur yang sistematis agar dapat tercapai suatu pembelajaran yang diinginkan. Pembelajaran yang baik harus mempunyai ciri-ciri khas dalam proses pelaksanaanya yaitu, rencana, ialah penataan ketenagaan, material, dan prosedur, yang merupakan unsur-unsur sistem pembelajaran, dalam suatu rencana khusus; saling ketergantungan (interdependency), antara unsur-unsur sistem pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan. Tiap unsur bersifat esensial, dan masing-masing memberikan sumbanganya kepada sistem pembelajaran; tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai.

Ciri-ciri ini menjadi dasar perbedaan antara sistem yang dibuat oleh manusia dan sistem alami (natural). Sistem yang dibuat oleh manusia, seperti: sistem transportasi, sistem komunikasi, sistem pemerintahan, semuanya memiliki tujuan. Sistem alami (natural) seperti: sistem ekologi, sistem kehidupan hewan, memiliki unsur-unsur saling ketergantungan satu sama lain, disusun sesuai dengan rencana tertentu, tetapi tidak mempunyai tujuan tertentu. Tujuan sistem menuntun proses merancang sistem. Tujuan utama sistem pembelajaran agar siswa belajar. Tugas seorang perancang sistem ialah mengorganisasi tenaga, material, dan prosedur agar siswa belajar secara efisien dan efektif. Dengan proses mendesain sistem pembelajaran si perancang membuat rancangan untuk memberikan kemudahan dalam upaya mencapai tujuan sistem pembelajaran tersebut (Hamalik, 2008:66).

Agar tercapainya proses pembelajaran yang diinginkan dengan harapan agar tercapainya tujuan pembelajaran maka dalam pembelajaran harus ada unsur-unsur minimal dalam pembelajaran. Unsur-unsur minimal yang harus ada dalam pembelajaran adalah siswa dan guru. Siswa sebagai pembelajar dan guru sebagai pengajar. Unsur sistem pembelajaran dan fungsinya tidak dapat digantikan atau dialihkan oleh media seperti: buku, slide, teks yang diprogram, dan sebagainya (Hamalik, 2008:66).

Tujuan pendidikan yang ingin dicapai dapat dikategorikan menjadi tiga bidang yakni bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ketiganya tidak dapat berdiri sebagai hubungan hirarki. Sebagai tujuan yang hendak dicapai, ketiganya harus tampak sebagai hasil belajar siswa di sekolah. Oleh sebab itu ketiga aspek tersebut harus dipandang sebagai hasil belajar siswa dari proses pengajaran. Hasil belajar tersebut nampak dalam perubahan tingkah laku, secara teknik dirumuskan dalam sebuah pernyataan verbal melalui tujuan pembelajaran.Unsur-unsur yang terdapat dalam ketiga aspek hasil belajar tersebut adalah 1) Tipe hasil belajar bidang kognitif meliputi tipe hasil belajar pengetahuan hafalan (knowledge); tipe hasil belajar pemahaman (comprehention); tipe hasil belajar penerapan (aplication); tipe hasil belajar analisis; tipe hasil belajar sintesis; tipe hasil belajar evaluasi. 2) Tipe hasil belajar bidang afektif meliputi receiving/attending; responding/jawaban; valuing/penilaian; organisasi; dan karakteristik nilai atau internalisasi nilai. 3) Tipe hasil belajar bidang psikomotorik meliputi gerakan reflek; keterampilan pada gerakan-gerakan dasar; kemampuan perseptual; kemampuan dibidang fisik; gerakan-gerakan skill, mulai dari keteramilan yang sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks; dan kemampuan yang berkenaan dengan nondecursive komunikasi seperti gerakan ekspresif, interpretative (Nana Sudjana, 2009:49).

Sepak Bola Mini

Pengertian Sepak Bola Mini

Pada permainan sepak bola mini sudah banyak siswa yang memahami peraturan permainan sepak bola mini dikarenakan permainan ini sedang menjadi idola anak muda jaman sekarang. Permainan sepak bola mini adalah salah satu permainan sepak bola untuk meningkatkan pembelajaran gerak pada Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan dimana hanya dengan menggunakan lapangan yang lebih kecil dari sepak bola sesungguhnya.

Tujuan Permainan Sepak Bola Mini

Permainan sepak bola mini merupakan sesuatu yang dapat dimanfaatkan, karena dapat memudahkan siswa untuk mempraktikkan materi pembelajaran, sehingga dapat meningatkan hasil belajar siswa. Tujuan permainan sepak bola mini adalah “Melatih kemampuan masing-masing individual murid di dalam memahami suatu perkara secara tepat dan baik”.

Tujuan utama menggunakan sepak bola mini adalah membuat anak lebih aktif bergerak; mengembangkan kemampuan berfikir; memberikan anak pengetahuan tentang permainan sepak bola; menumbuhkan sikap sportifitas anak; dan memberikan kepada murid pengetahuan dan kecakapan praktis yang bernilai dan bermanfaat bagi keperluan hidup sehari-hari.

Dari pendapat di atas dapat penulis simpulkan bahwa tujuan sepak bola mini dalam kegiatan belajar mengajar antara lain adalah melatih kemampuan berfikir siswa, memudahkan siswa untuk memahami materi pelajaran yang disampaiakan dan membuat anak lebih kreatif.

Kelebihan Teknik Dasar Permainan dalam Sepak Bola Mini

Kelebihan strategi teknik dasar permainan dalam kompetensi sepak bola mini adalah untuk meningkatkan aspek psikomotorik pada anak; mendidik murid untuk berfikir secara sistematis; menjadikan anak lebih memahami taktik dan strategi bermain sepak bola; dapat menumbuhkan sikap kerjasama dan menghargai teman; disamping untuk menguasai bahan pelajaran sekaligus merupakan latihan untuk berfikir kritis dan analitis; dan situasi belajar akan menjadi lebih aktif, hidup, bermutu dan berdaya guna.

KERANGKA BERFIKIR

Pembelajaran yang baik merupakan pembelajaran yang mampu melibatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Siswa diarahkan untuk menyelesaikan masalah yang sesuai dengan konsep yang dipelajari. Permasalahan yang sering dihadapi dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan kususnya pada model atau cara guru menyampaikan materi pembelajaran. Sering kali materi yang diajarkan oleh guru kurang tertanam kuat dalam benak siswa.

Siswa kurang mampu menganalisis gerakan yang telah diajarkan oleh guru, sebab guru hanya menyampaikan meteri secara verbal, kalaupun memberikan contoh atau demonstrasi kurang dapat ditangkap oleh siswa secara optimal. Permasalahan umum dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan adalah sarana dan prasarana yang masih bisa dikategorikan kurang, serta peran aktif siswa dalam kegiatan belajar. Proses pembelajaran yang berlangsung belum menunjukkan adanya partisipasi siswa secara penuh. Siswa berperan sebagai objek pembelajaran yang hanya bisa mendengar dan mengaplikasikan apa yang disampaikan oleh guru. Selain itu proses pembelajaran kurang mengoptimalkan penggunaan modifikasi pembelajaran yang dapat memancing peran aktif siswa. Penggunaan modifikasi dalam pelaksanaan tindakan tiap siklusnya disesuaikan dengan topik materi yang sedang dipelajari. Modifikasi yang digunakan antara lain berupa perubahan aturan serta alat yang digunakan dalam pembelajaran permainan Sepak bola.

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Menurut Kemmis dan Taggart (dalam Sunardi 2012: 36) prosedur penelitian terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, melakukan tindakan, observasi, dan refleksi. Refleksi dalam tiap siklus, dan akan berulang kembali pada siklus–siklus berikutnya. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes, observasi, dan dokumen. Analisis data yang digunakan adalah teknik deskriptif komparatif, membandingkan nilai tes kondisi awal, nilai tes setelah siklus 1 dan nilai tes setelah siklus 2.

 

 

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada dasarnya dalam penelitian tindakan perlu dilakukan serangkaian tahapan yang akan dapat memenuhi hasil yang diharapkan berdasarkan sikap, pemahaman, serta kompetensi bermain. Kegiatan penelitian ini diawali dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

Data awal penelitian

Permainan sepak bola mini merupakan cabang olahraga yang paling bayak digemari oleh siswa SD, sehingga dalam kegiatan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan siswa sering meminta kepada guru untuk bermain sepak bola. Berbekal pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan yang telah dilaksanakan dengan materi permainan sepak bola, peneliti mengangkat materi ini karena dalam pelaksanaan pembelajaran masih terhambat oleh beberapa faktor yang mengurangi efektifitas proses pembelajaran.Aantara lain yaitu kendala lapangan yang posisinya sangat jauh dari lokasi sekolah, sehingga dapat menghabiskan jam pelajaran jika pembelajaran dilaksanakan di lapangan tersebut. Oleh karena itu perlu dilakukan modifikasi dalam pelaksanaan materi pembelajaran sepak bola mini ini, dari sisi sarana dan prasarana, serta peraturan yang digunakan. Diharapkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif, selain itu siswa pun akan menikmati dan mendapatkan manfaat dari pelajaran yang diberikan.

Pelaksanaan Siklus I

Pertama-tama guru masuk ke lapangan, kemudian membariskan siswa, melakukan presensi dan apresepsi mulai dari mengucapkan salam, penyampaian materi, konsep, dan tujuan pembelajaran. Guru menyampaikan standar kompetensi dan kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi. Selanjutnya dilakukan pemanasan dinamis. Untuk siklus pertama, kehadiran siswa berjumlah 47. Untuk menyesuaikan jumlah tersebut, guru membagi menjadi dua kelompok yang terdiri dari tiga kelompok putra dan tiga kelompok putri, untuk kelompok putra satu tim terdiri dari 8 siswa dan untuk kelompok putri satu tim terdiri dari 7 siswa.

Guru memberikan motivasi kepada siswa agar siswa mempunyai minat tinggi dalam kompetensi sepak bola mini serta menyampaikan konsep penting materi pembelajaran. Selanjutnya guru mengatur dan memodifikasi ruang lapangan. Untuk lapangan sepak bola mini, guru membatasi dengan kapur yang digariskan di tepi lapangan. Gawang yang digunakan adalah gawang yang sudah dimodifikasi dengan ukuran 1,5 × 2,5 meter. Waktu yang digunakan dalam pembelajaran adalah 4 × 35 menit.

Guru memberikan contoh gerakan dribbling, passing, dan shooting secara bergantian, diikuti dengan siswa mempraktkkan apa yang telah ia amati. Setelah itu, siswa melakukan permainan sepak bola mini sesuai dengan kelompok yang sudah terbentuk. Sebelum permainan sepak bola mini berlangsung, setiap siswa diberikan nomor punggung untuk memudahkan observer mengamati unjuk kerja yang dilakukan oleh masing-masing siswa. Pada saat permainan sepak bola mini berlangsung, obeserver mengamati unjuk kerja setiap siswa satu per satu secara bergantian tanpa mengetahui bahwa kegiatan mereka sedang diamati. Aspek yang diamati antara lain: kualitas passing, controlling, dribbling, dan shooting.

Pada aspek efektif guru menilai sikap dan perilaku siswa selama mengikuti pelajaran pada materi sepak bola mini. Diperoleh hasil pengamatan perilaku siswa pada siklus I, persentase rata-rata tabel efektif siswa mencapai 86.17 dapat dikategorikan pada kriteria baik, ini menunjukkan siswa sudah mengerti terhadap tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Pencapaian nilai tertinggi mencapai 100 dan yang terendah adalah 70.

Pada aspek kognitif guru menilai pengetahuan siswa tentang permainan sepak bola mini. Diperoleh hasil pengamatan mengenai pengetahuan siswa tentang sepak bola mini pada tabel siklus I, persentase rata-rata tabel kognitif siswa mencapai 80.45 dapat dikategorikan pada kriteria baik, hal ini menunjukan bahwa siswa sudah paham dengan tujuan kompetensi sepak bola mini.

Pada aspek psikomotor guru mengamati unjuk kerja gerak siswa selama mengikuti pembelajaran materi sepak bola mini. Diperoleh hasil pengamatan tentang gerak siswa dalam mempraktikkan materi sepak bola mini pada tabel I, Persentase rata-rata tabel psikomotor siswa mencapai 63.62 dapat dikategorikan pada kriteria cukup. Hal ini menunujukan siswa belum terbiasa dengan permainan sepak bola mini. Maka penilaian dilanjutkan dengan pengamatan pada siklus II

Pelaksanaan Siklus II

Pertama-tama guru masuk ke lapangan, kemudian membariskan siswa, dan melakukan presensi dan apresepsi mulai dari mengucapkan salam, menyampaikan materi, konsep, dan tujuan pembelajaran. Dilakukan pemanasan dinamis dan statis. Untuk siklus kedua, kehadiran siswa berjumlah 29 siswa dari awal pembelajaran sampai akhir. Langkah selanjutnya guru mengatur barisan dan memberikan contoh teknik gerakan yang kemudian diikuti oleh siswa. Setelah itu siswa bermain sepak bola mini. Pada siklus II, guru sudah membagi siswa menjadi beberapa kelompok. Pelaksanaan permainan sepak bola mini pada siklus II ini setiap siswa juga diberi nomor punggung. Pada saat permainan sepak bola mini berlangsung, obeserver mengamati unjuk kerja setiap siswa satu per satu secara bergantian tanpa mengetahui bahwa kegiatan mereka sedang diamati. Aspek yang diamati masih sama seperti siklus sebelumnya, yaitu: kualitas passing, controlling, dribbling, dan shooting.

Pada aspek efektif guru menilai sikap dan perilaku siswa selama mempraktikkan materi sepak bola mini. Diperoleh hasil pengamatan perilaku siswa pada siklus II, persentase rata-rata tabel efektif siswa naik menjadi 86.17 dari yang sebelumnya 80.42 dapat dikategorikan pada kriteria sangat baik, hal ini menunjukkan bahwa siswa sudah mengerti tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Pencapaian nilai tertinggi mencapai 100 dan yang terendah adalah 60.

Pada Aspek kognitif guru menilai pengetahuan siswa tentang permainan sepak bola mini. diperoleh hasil pengamatan tentang pengetahuan siswa tentang sepak bola mini pada tabel siklus II, Persentase rata-rata tabel kognitif siswa naik menjadi 97.87 dari yang sebelumnya 89.79 dapat dikategorikan pada kriteria baik, hal ini menunjukan bahwa siswa sudah paham tujuan materi sepak bola mini.

Pada aspek psikomotor guru mengamati unjuk kerja gerak siswa selama mengikuti pembelajaran materi sepak bola mini. Diperoleh hasil pengamatan mengenai gerak siswa dalam mempraktikkan materi sepak bola mini pada tabel I, Persentase rata-rata tabel psikomotor siswa naik dari 63.62 menjadi 70.43 dapat dikategorikan kriteria baik. Hal ini menunujukan siswa sudah mulai terbiasa dengan permainan sepak bola mini.

Aspek Perilaku Sikap (Afektif)

Pada aspek afektif ini yang diamati adalah sikap dan perilaku siswa selama mengikuti pembelajaran. Saat pembelajaran berlangsung peneliti mengamati tingkah laku siswa satu persatu secara bergantian. Sebagian besar siswa sudah bersikap baik selama proses pembelajaran. Misalnya siswa sudah dating tepat waktu saat pembelajaran, memperhatikan setiap instruksi dan perintah yang diberikan oleh guru, menghargai sesama teman dan sebagainya.

Hasil pengamatan afektif pembelajaran sepak bola mini siswa dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4. Hasil pengamatan pemahaman Afektif

Afektif

Siklus I

Siklus II

86.17

97.87

 

Hasil pengamatan perilaku siswa pada siklus I, persentase rata-rata siswa mencapai 86% dapat dikategorikan pada kriteria baik, hal ini menunjukkan siswa sudah mengerti tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Dengan demikian, pada siklus II perlu dipertahankan dari apa yang sudah diterapkan oleh siswa, akan tetapi guru tetap memberikan motivasi yang dapat mendorong siswa lebih berkompetensi secara sportif. Hal ini yang mendorong peneliti untuk melanjutkannya pada siklus II.

Setelah dilakukan pembelajaran pada siklus II dengan materi sepak bola mini, persentase rata-rata siswa mencapai 98% dapat dikategorikan pada kriteria sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sudah paham terhadap tujuan pembelajaran yang dilaksanakan.

Aspek Pemahaman Siswa (Kognitif)

Untuk aspek kognitif ini guru menilai pengetahuan siswa tentang permainan sepak bola. Untuk mendapatkan data tentang pengetahuan siswa, peneliti memberikan lembar kuesioner kepada setiap siswa yang berisi soal-soal tentang permainan sepak bola. Kegiatan ini dilaksanakan setelah pelaksanaan permainan sepak bola, dialokasikan waktu 15 menit pada saat sesi evaluasi pembelajaran berlangsung. Sebagian besar siswa sudah mengetahui tentang pengetahuan dasar permainan sepak bola yang ada, misalnya berapa ukuran lapangan sepak bola, berapa jumlah pemain dalam sebuah tim, dan beberapa peraturan yang ada di dalam sebuah pertandingan sepak bola mini.

Dengan demikian, pada siklus II perlu dipertahankan dari apa yang sudah dicapai oleh siswa, akan tetapi guru tetap memberikan motivasi yang dapat mendorong siswa lebih berkompetensi secara sportif. Hal ini yang mengharuskan peneliti untuk melanjutkannya pada siklus II. Setelah dilakukan pembelajaran pada siklus II dengan materi yang sama yaitu Sepak bolamini.

Tabel 5. Hasil pengamatan pemahaman Kognitif

Kognitif

Siklus I

Siklus II

80.43

89.78

 

Hasil pengamatan pengetahuan siswa pada siklus II, persentase rata-rata siswa mencapai 89% dapat dikategorikan pada kriteria baik, hal ini menunjukkan bahwa siswa sudah mengerti tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Dengan demikian, pada siklus II perlu dipertahankan dari apa yang sudah dicapai oleh siswa, akan tetapi guru tetap memberikan motivasi yang dapat mendorong siswa lebih berkompetensi secara sportif.

Aspek Keterampilan Psikomotor

Pada aspek psikomotor guru mengamati unjuk kerja gerak siswa selama mengikuti pembelajaran. Saat pembelajaran berlangsung, peneliti mengamati setiap gerakan psikomotorik yang dilakukan oleh siswa. Sebagian besar siswa belum dapat melakukan teknik dasar permainan sepak bola dengan baik selama proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan siswa masih merasa asing dengan teknik dasar sepak bola yang sesungguhnya. Namun siswa tetap merasa antusias untuk melakukan permainan sepak bola mini.

Data hasil pengamatan keterampilan psikomotor diperoleh hasil seperti pada tabel berikut:

Tabel 6. Hasil pengamatan pemahaman Psikomotor

Kognitif

Siklus I

Siklus II

63.62

70.43

 

Hasil pengamatan keterampilan psikomotor pada siklus I, persentase rata-rata siswa mencapai 65% dapat dikategorikan pada kriteria kurang, hal ini menunjukkan bahwa siswa masih merasa kesulitan dan belum siap dalm memainkan permainan sepak bola mini yang telah dimodifikasi. Dengan demikian, pada siklus II perlu adanya motivasi lebih kepada para siswa, guru tetap memberikan motivasi yang dapat mendorong siswa lebih berkompetensi secara sportif.

Setelah dilakukan pembelajaran pada siklus II dengan materi sepak bola mini persentase rata-rata siswa terhadap pembelajaran sepak bola mencapai 71% dapat dikategorikan pada kriteria cukup, hal ini menunjukkan bahwa siswa sudah mengalami peningkatan dalam melaksanakan model pembelajaran permainan sepak bola mini yang telah dimodifikasi. Dengan demikian terjadi peningkatan antara siklus I dan siklus II.

Hasil peningkatan yang tidak terlalu besar disebabkan oleh beberapa faktor yang ada selama proses pembelajaran berlangsung. Hal tersebut antara lain karena siswa sebelumnya belum pernah atau masih asing dengan permainan sepak bola mini dan belum tahu cara bermain sepak bola mini.

SIMPULAN

Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan dengan materi permainan sepak bola mini yang telah dimodifikasi dapat diterima oleh siswa dan dapat diterapkan di SDN 1 Sugihmanik Kecamatan Tanggungharjo Kabupaten Grobogan. Permainan ini mencakup semua aspek yaitu aspek afektif, kognitif, dan psikomotor. Hasil pengamatan sikap siswa pada siklus I sebesar 86% meningkat pada siklus II sebesar 98%. Hasil tes pemahaman siswa pada siklus I sebesar 80% meningkat pada siklus II sebesar 89%. Hasil tes keterampilan pada siklus I sebesar 65% meningkat pada siklus II sebesar 71%.

Permainan sepak bola mini yang telah dimodifikasi dapat dijadikan alternatif untuk diterapkan. Hal ini dikarenakan dapat memberikan pengalaman belajar secara langsung pada siswa melalui bermain dan pengembangan keterampilan serta sikap sportif dan ilmiah yang baik bagi siswa.

Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan dengan permainan sepak bola mini yang telah dimodifikasi juga dapat dijadikan alternatif untuk mengatasi sarana dan prasarana yang kurang mendukung di sekolah sehingga dapat diterapkan sebagai variasi pembelajaran bola besar. Bagi guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan diharapkan dapat mengembangkan model-model permainan sepak bola yang menarik lainnya untuk digunakan dalam pembelajaran permainan bola besar.

DAFTAR PUSTAKA

Suherman, Adang. 2000. Dasar-dasar Pendidikan Jasmanikes. Jakarta: Depdikbud.

Salim, Agus. 2008. Buku Pintar Sepak Bola. Bandung: Nuansa.

Setiawan, Agus. 2010. Modifikasi Permainan Sepak Bola Mini terhadap Minat Siswa dalam Mengikuti Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Kelas VII dan VIII MTs Ma’arif Nyatnyono Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi.

Ma’mun, Amung dan Saputra, Yudha M. 2000. Perkembangan Gerak dan Belajar Gerak. Jakarta: Depdiknas.

Dietrich, Knut and Dietrich, K.J. 1981. Sepak Bola Aturan dan Latihan. Jakarta: Gramedia.

Kosasih, Engkos. 1994. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta: Erlangga.

Gusril. 2004. Efektivitas Ancangan Modifikasi Olahraga ke dalam Pendidikan Jasmani.

Jurnal Nasional Pendidikan Jasmani dan Ilmu Keolahragaan. Volume 3, Nomor I, April.

Mielke, Danny. 2007. Dasar-Dasar Sepak Bola. Bandung: Pakar Raya.

Pangrazi, Robert P. 2004. Dynamic Phsycal Education for Elementary School Children. San Fransisco: Benjamin Cummings.

Remmy Muchtar. 1992. Olahraga Pilihan Sepak Bola. Jakarta: Depdikbud, DirjenDikti.

Snow, Sam. 2011. Coaching Youth Soccer. United States: Human Kinetics.

Sucipto dkk. 2000. Sepak Bola. Departemen Pendidikan Nasional.

Sunardi. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Salatiga: Widyasari Press.

Sukintaka.1992. Teori Bermain Pendidikan Jasmanikes. Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikti.

Suroso. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jogjakarta:Pararaton.

Tamat, Tisnowati dan Mirman, Moekarto. 1999. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta: Universitas Terbuka.

Undang – Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Winkel.1983. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia.