UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN BANTUAN ALAT PERAGA PADA SISWA KELAS 1 SEMESTER 2 SEKOLAH DASAR NEGERI 3 MRISI KECAMATAN TANGGUNGHARJO

KABUPATEN GROBOGAN TAHUN PELAJARAN 2015/2016

 

Warsini

Sekolah Dasar Negeri 3 Mrisi Kecamatan Tanggungharjo Kabupaten Grobogan

 

ABSTRAK

Penelitian ini memiliki dua tujuan yaitu untuk menerapkan pembelajaran kooperatif dengan bantuan alat peraga pada materi mengenal bangun datar sehingga dapat meningkatkan hasil belajar matematika secara signifikan pada kelas 1 semester 2 SDN 3 Mrisi. Serta untuk meningkatkan hasil belajar matematika secara signifikan pada kelas 1 semester 2 SDN 3 Mrisi menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan bantuan alat peraga. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan model spiral dari C.Kemmis dan Mc.Taggart. Rencana tindakan yang akan dilakukan yaitu PTK melalui 2 siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 1 SD Negeri 3 Mrisi sebanyak 20 siswa. Teknik pengumpulan data dengan teknik observasi dan teknik tes. Teknik analisis menggunakan deskriptif komparatif yaitu membandingkan hasil belajar tiap siklus. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan hasil belajar pada kondisi pra siklus hanya 12 siswa yang tuntas atau memenuhi KKM ≥ 60. Pada siklus 1 ketuntasan hasil belajar mencapai 80% dengan skor tertinggi 90, dan skor terendah 50 dengan skor rata-rata 66. Pada siklus 2 mengalami peningkatan 100% dengan skor tertinggi 100 dan skor terendah 60 dengan rata-rata 73. Penelitian penggunaan model pembelajaran kooperatuf dengan bantuan alat peraga dalam pembelajaran matematika kelas 1 SD Negeri 3 Mrisi berhasil.

Kata kunci: hasil belajar matematika, model pembelajaran kooperatif dengan bantuan alat peraga

 

LATAR BELAKANG MASALAH

Menurut Undang-Undang No.20 tahun 2003 pasal 1, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Berdasarkan Undang-Undang No.20 tahun 2003 pasal 1 di atas, pendidikan adalah usaha yang dilakukan oleh guru melalui proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran akan tercapai jika proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru sesuai dengan karakteristik siswa.

Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu berkompetisi dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga pendidikan harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya untuk memperoleh hasil maksimal. Pendidikan dilaksanakan dalam bentuk proses belajar mengajar yang merupakan pelaksanaan dari kurikulum sekolah. Dalam proses belajar mengajar di kelas tidak terlepas dari aktivitas siswa. Melalui aktivitas belajar tersebut diharapkan dapat meningkatkan pengalaman belajar sehingga pembelajaran dapat lebih bermakna bagi siswa.

Pembelajaran matematika tidak terlepas dari masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari. Penanaman konsep yang dilakukan guru masih menggunakan konsep yang bersifat abstrak (tidak nyata). Konsep tersebut sulit ditangkap dan dimengerti karena anak masih sulit membayangkan hal-hal yang abstrak sehingga masih sering dijumpai anak-anak yang kurang dalam mata pelajaran matematika dikarenakan cara mengajar guru yang kurang kreatif dan kurang memanfaatkan alat peraga. Pembelajaran masih dominan menggunakan pendekatan ceramah sehingga pembelajaran kurang menarik, guru juga belum memanfaatkan media dengan baik.

Berdasarkan hasil observasi di SD Negeri 3 Mrisi pada semester II tahun ajaran 2015/2016 pada kelas 1, nampak bahwa hasil belajar pada mata pelajaran matematika masih kurang dari KKM yang ditentukan guru yaitu 60 dan rata-rata nilai yang diperoleh siswa hanya mencapai 12. Oleh karena itu, diadakan penelitian yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Matematika Materi Bangun Datar Melalui Model Pembelajaran Kooperatif dengan Bantuan Alat Peraga Pada Siswa Kelas 1 Semester 2 SD Negeri 3 Mrisi Kecamatan Tanggungharjo Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2015/2016”

Peneliti memilih model pembelajaran kooperatif karena merupakan salah satu model pembelajaran matematika yang berorientasi kepada siswa, bahwa matematika adalah aktivitas manusia dan matematika harus dihubungkan secara nyata terhadap konteks kehidupan sehari-hari siswa ke pengalaman belajar siswa yang menyangkut pada hal-hal yang real (nyata).

KAJIAN PUSTAKA

Hakikat Matematika

Menurut Hudojo (2003:24), “Matematika merupakan suatu alat untuk mengembangkan cara berpikir”. Sedangkan menurut James yang dikutip oleh Erman Suherman (dalam Putra:2013) menyatakan bahwa “Matematika adalah ilmu logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis, dan geometri”. Dalam pembelajaran Matematika, guru harus berhati-hati dalam menanamkan konsep-konsep Matematika karena cara berfikir siswa SD masih dalam tahap operasi konkret.

Menurut Johnson dan Myklebust (Abdurrahman, 2003: 252) “Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubunganhubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir”. Sedangkan menurut Paling (dalam Hadi Muttaqin Hasyim: 2009) menyatakan bahwa ”Matematika adalah suatu cara untuk menemukan suatu jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia, suatu cara menggunakan pengetahuan tentang menghitung dan yang paling penting adalah memikirkan dalam manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan-hubungan.”

Selanjutnya Soedjadi (2000: 11) menyatakan bahwa ada beberapa definisi atau pengertian Matematika berdasarkan sudut pandang pembuatnya, yaitu 1) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisisr secara sistematis; 2) Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi; 3) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan; 4) Matematika adalah pengetahuan fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk; 5) Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logis; dan 6) Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.

Simpulan hakikat Matematika dari pendapat yang dipaparkan oleh ahli di atas adalah suatu ilmu pengetahuan yang berfungsi mengembangkan cara berfikir seseorang dalam mempelajari bentuk, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan bahasa simbolis untuk menemukan suatu jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia dalam kehidupan seharihari.

Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuaannya berbeda. Dalam menyelesaiakan tugas kelompoknya, setiap anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pembelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum mengusai bahan pelajaran. (Rusman (2012: 202) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.

Menurut Slavin (2010: 100), pembelajaran kooperatif bukan hanya sebuah teknik pengajaran yang ditujukan untuk meningkatkan pencapaian prestasi para siswa, ini juga merupakan cara untuk menciptakan keceriaan, lingkungan yang pro-sosia di dalam kelas, yang merupakan salah satu manfaat penting untuk memperluas perkembangan interpersonal dan keefektifan siswa. Sunal dan Hans (2000) dalam Isjoni (2012: 12) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama selama proses pembelajaran.

Berdasarkan beberapa pengertian tentang pembelajaran kooperatif, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaran yang menggunakan grup kecil heterogen dimana siswa bekerja sama, belajar satu sama lain, berdiskusi dan saling berbagi ilmu pengetahuan, saling berkomunikasi, saling membantu untuk memahami materi pelajaran.

Alat Peraga

Alat peraga adalah suatu alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga dengan tujuan membantu guru agar proses belajar mengajar siswa lebih efektif dan efisien (Sudjana, 2002:59 ). Menurut Rusyan (1994) yang dimaksud alat peraga adalah media pendidikan yang berperan sebagai perangsang belajar dan dapat menumbuhkan motivasi belajar sehingga siswa tidak menjadi bosan dalam meraih tujuan-tujuan belajar. Menurut Nana Sudjana (1991:78) alat peraga mempunyai fungsi penting dalam proses belajar mengajar, adapun fungsi penting itu adalah penggunaan alat peraga dalam proses belajar mengajar mempunyai fungsi sendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar menjadi aktif. Dan penggunaan alat dalam pembelajaran lebih diutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menagkap pengertian dan penjelasan yang diberikan guru. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa alat peraga adalah alat bantu yang digunakan untuk membantu guru dalam penyampaian materi pada proses belajar mengajar sehingga siswa mudah memahami apa yang disampaikan guru

METODE PENELITIAN

 

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Dengan subjek penelitian siswa kelas 1 SD Mrisi 3 Tanggungharjo. Penelitian ini menggunakan model spiral dari Kemmis dan Taggart (dalam Sunardi, 2012: 36). Rencana tindakan yang akan dilakukan yaitu PTK melalui 2 siklus. Setiap siklus memiliki 3 tahap yakni perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

 Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes, observasi, dan dokumen. Analisis data yang digunakan teknik deskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai tes kondisi awal, nilai tes setelah siklus 1 dan nilai tes setelah siklus 2.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Sebelum Tindakan

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap siswa kelas 1 SD Negeri 3 Mrisi matematika KD mengenal segitiga, segi empat dan lingkaran masih sedikit yang mencapai KKM ≥ 60. Data tersebut seperti tabel berikut:

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Nilai Matematika Prasiklus

No

Nilai

Frekuensi

Persentase

Keterangan

1

50-59

8

40%

Tidak Tuntas

2

60-69

5

25%

Tuntas

3

70-79

4

20%

Tuntas

4

80-89

3

15%

Tuntas

5

90-100

0

0%

 

Jumlah

20

 

Nilai Rata-rata

61

 

Nilai Tertinggi

80

 

Nilai Terendah

50

 

 

Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 60) data hasil perolehan nilai kondisi awal dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.2

Tabel 4.2 Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar Pra Siklus

Skor

Kriteria

Frekunsi

Persentase (%)

≥ 60

Tuntas

12

60

< 60

Tidak tuntas

8

40

Jumlah

20

100

 

Ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM≥60) sebanyak 8 siswa atau 40%, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 12 siswa dengan persentase 60%. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang mengalami ketuntasan diatas KKM lebih sedikit daripada jumlah siswa yang tidak tuntas.

 Berdasakan gambar 4.2 tentang distribusi ketuntasan belajar siswa kelas 1 di SD Negeri 3 Mrisi mencapai 60% yang ditunjukkan pada warna biru pada gambar diagram lingkaran. Sedangkan yang tidak tuntas mencapai 40% yang ditunjukan pada warna biru pada gambar diagram lingkaran.

Deskripsi Siklus I

Pada siklus satu akan diuraikan tentang tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, hasil tindakan dan refleksi. Hasil pelaksanaan pembelajaran yang diperoleh pada siklus I dengan menggunakan model kooperatif berbantuan alat peraga SD Negeri 3 Mrisi Kecamatan Tanggungharjo Kabupaten Grobogan, sebagai berikut:

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Nilai Matematika Siklus I

No

Nilai

Frekuensi

Persentase

Keterangan

1

50-59

4

20%

Tidak Tuntas

2

60-69

6

30%

Tuntas

3

70-79

4

20%

Tuntas

4

80-89

6

30%

Tuntas

5

90-100

0

0

 

Jumlah

20

100

 

Nilai Rata-rata

66

 

Nilai Tertinggi

80

 

Nilai Terendah

50

 

 

Berdasarkan tabel 4.3 distribusi frekuensi nilai mata pelajaran Matematika hasil belajar sudah meningkat. Dari tabel tersebut diketahui skor nilai 50-59 sebanyak 5 siswa atau 25%, skor nilai 60-69 sebanyak 6 siswa atau 30%, skor nilai 70-79 sebanyak 4 siswa atau 20%, skor nilai 80-89 sebanyak 6 siswa atau 30%.

Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM≥60) data hasil perolehan nilai kondisi awal dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.4

Tabel 4.4 Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II

Skor

Kriteria

Frekunsi

Persentase (%)

≥ 60

Tuntas

16

80

< 60

Tidak tuntas

4

20

Jumlah

20

100

 

Ketuntasan belajar siswa pada siklus I dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM≥60) sebanyak 4 siswa atau 20%, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 16 siswa dengan persentase 80%. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang mengalami ketuntasan diatas KKM lebih banyak dari pada jumlah siswa yang tidak tuntas.

Deskripsi Siklus II

Pada siklus II ini merupakan upaya perbaikan dari siklus I yang akan diuraikan tentang tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan dan observasi, hasil tindakan dan refleksi seperti seperti pada siklus I. Hasil pemeblajaran matematika pada siklus II, didapatkan bahwa siswa sudah mengikuti semua indikator pembelajaran yang sudah diterapkan oleh guru. Siswa tidak mengalami kesulitan saat mengikuti pembelajaran. Hasil belajar siswa pada siklus I dengan menggunakan model kooperatif SD Negeri 3 Mrisi Kecamatan Tanggungharjo Kabupaten Grobogan, sebagai berikut:

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Nilai Matematika Siklus II

No

Nilai

Frekuensi

Persentase

Keterangan

3

50-59

0

0%

4

60-69

6

30%

Tuntas

5

70-79

6

30%

Tuntas

6

80-89

4

20%

Tuntas

7

90-100

4

20%

Tuntas

Jumlah

20

100

 

Nilai Rata-rata

73

 

Nilai Tertinggi

90

 

Nilai Terendah

60

 

 

Berdasarkan tabel 4.5 hasil belajar Matematika sudah tinggi. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya siswa yang tuntas. Dari tabel tersebut diketahui skor nilai antara 60-69 sebanyak 6 siswa atau 30%, skor nilai antara 70-79 sebanyak 6 siswa atau 30%, skor nilai antara 80-89 sebanyak 4 siswa atau 20% , skor nilai antara 90-100 sebanyak 4 siswa atau 20%.

Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM≥60) data hasil perolehan nilai kondisi awal dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.6

Tabel 4.6 Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II

Skor

Kriteria

Frekunsi

Persentase (%)

≥ 60

Tuntas

20

100

< 60

Tidak tuntas

0

0

Jumlah

20

100

 

Ketuntasan belajar siswa pada siklus II dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM≥60) sebanyak 0 siswa atau 0%, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 20 siswa dengan persentase 100%.

PEMBAHASAN

Pada analisis komparatif ini diuraikan perbandingan hasil belajar dan ketuntasan belajar Matematika siswa kelas 1 dari kondisi awal, siklus I dan siklus II untuk mengetahui peningkatan hasil belajar. Perubahan hasil belajar siswa ditunjukkan pada tabel 4.7 berikut.

Tabel 4.7 Analisis Komparatif Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus II

No.

Kriteria

Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

F

%

F

%

F

%

1

Tuntas

12

60

16

80

20

100

2

Tidak tuntas

8

40

4

20

0

0

3

Skor rata-rata

61

66

73

4

Skor maksimum

80

80

90

5

Skor minimum

50

50

60

 

Dari tabel 4.7 tentang analisis komparatif ketuntasan hasil belajar Matematika siklus II nampak bahwa data pada pra siklus, siklus I dan siklus II mengalami peningkatan hasil belajar yang signifikan setelah penilaian hasil belajar dilakukan. Terdapat kenaikan antara pra siklus, siklus I dan siklus II sebanyak 12 siswa tuntas atau sebesar 60% dan sebanyak 8 siswa tidak tuntas atau sebesar 40%. Mengalami peningkatan pada siklus I yaitu sebanyak 16 siswa tuntas dengan persentase 80%. dan sebanyak 4 siswa yang tidak tuntas dengan presentase 20%. Peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus II sebanyak 20 siswa tuntas atau persentasenya sebesar 100%.

Pada pra siklus, siklus I dan siklus II mengalami peningkatan hasil belajar yang signifikan setelah penilaian hasil belajar dilakukan. Terdapat kenaikan antara pra siklus, siklus I dan siklus II yaitu peningkatan ketuntasan sebesar 71,42%. Peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus II sebesar 100%.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis data penelitian yang dilaksanakan di SD Negeri 3 Mrisi Kecamatan Tanggungharjo Kabupaten Grobogan bagi siswa kelas 1 semester II tahun pelajaran 2015/2016, setelah dilakukan tindakan pada siklus I dan siklus II dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif dengan bantuan alat peraga dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar Matematika khususnya materi bangun datar. ini terbukti dari hasil belajar Matematika pada kondisi awal yang hanya sebesar 60% atau sebanyak 12 dari 20 siswa yang mencapai KKM. Setelah dilakukan tindakan, pada siklus I terjadi peningkatan hasil belajar menjadi 80% atau sebanyak 16 dari 20 siswa yang mencapai KKM. Hasil ini belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu 85% siswa, maka dilakukan tindakan siklus II. Pada siklus II hasil belajar mengalami peningkatan menjadi 100% atau sebanyak 20 siswa yang mencapai KKM. Maka pemberian tindakan yang berupa penggunaan model pembelajaran kooperatif berbantuan alat peraga dalam pembelajaran matematika kelas 1 SD Negeri 3 Mrisi berhasil.

Saran

Saran Teoritis

Penelitian Tindakan Kelas ini membuktikan bahwa model pembelajaran kooperatif berbantuan alat peraga dapat meningkatkan hasil belajar Matematika siswa kelas 1 SD Negeri 3 Mrisi Kecamatan Tanggungharjo Kabupaten grobogan semester II tahun Pelajaran 2015/2016. Dengan demikian model pembelajaran kooperatif dapat diaplikasikan dalam dunia pendidikan khususnya pembelajaran dengan inovasi-inovasi lain yang dilakukan guru sebagai salah satu metode pembelajaran yang kreatif.

Saran Praktis

Guru

Waktu pelaksanaan penelitian ini terbatas, sehingga guru harus memanfaatkan waktu dengan semaksimal mungkin. Guru perlu mempelajari terlebih dahulu tentang pendekatan yang akan digunakan khususnya model pembelajaran kooperatif agar dalam pelaksanaannya tidak terjadi kebingungan. Evaluasi dan refleksi yang dilakukan untuk mengetahui kekurangan yang terjadi selama proses pembelajaran sehingga guru dapat melakukan perbaikan dan menerapkan kembali dalam pembelajaran selanjutnya dengan lebih baik. Dalam pembelajaran hendaknya guru lebih sering menerapkan model kooperatif sehingga siswa terbiasa dengan masalah nyata dan memudahkan siswa untuk mengingat pembelajaran.

Sekolah

Memfasilitasi guru dalam mengembangkan metode pembelajaran. Sekolah dapat menfasilitasi guru dengan mengikutsertakan guru dalam seminar yang berkaitan dengan inovasi metode pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa

Siswa

Melalui pendekatan yang inovatif kreatif dapat meningkatkan minat belajar dan mengikuti pembelajaran yang baik. Sehingga materi yang di sampaikan dapat dipahami oleh siswa dan hasil belajar yang diperoleh menjadi lebih baik.

Penelitian selanjutnya

Bagi peneliti yang akan menggunakan model pembelajaran kooperatif dalam penelitian selanjutnya, agar memberikan pengarahan terlebih dahulu kepada siswa sehingga siswa tidak bingung saat mengikuti proses pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, Mulyono. 2003. Pendidikan bagi anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, S. 2000. Reabilitas dan Validitas. Jakarta: Pustaka Pelajar

Uno, Hamzah, B dkk. 2011.Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

Hudojo, 2005. Pengembangan kurikulum dan pembelajaran matematika. Malang: Universitas Negeri Malang

Indra. Petunjuk Praktis Untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung.

Isjoni. Panduan Penelitian Tindakan. Jogjakarta.

Kholidin. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Maulana.

Mardapi. 2007. Pengukuran Penilaian dan Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: Noha Litera

Poerwati, E. 2001. Evaluasi Pembelajaran, Modul Akta Mengajar. Malang: UMM Press.

Slameto..2010. Belajar dan Faktor Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Slavin. Pisikologi Belajar.

Soejadi. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Depdiknas.

Sujana, N. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosada Karya.

Sujana. 2012. Metode Dan Teknik Pembelajaran. Bandung.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sunardi. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Salatiga: Widyasari Press.

Suprihatiningrum, J. 2013. Strategi Pembelajaran. Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA

Suprijono. Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas Terbuka

Van De Walle dan John, A. 2008. Sekolah Dasar dan Menengah Matematika.

Wardani, Nanik Sulistya dkk. 2012. Asesmen Pembelajaran SD. Salatiga: Widya Sari

Tery. 2012. definisi Hasil Belajar. http/Smiletary.wordpress.com/ Diunduh pada 5 April 2015.