Meningkatkan Motorik Halus Melalui Ketrampilan Menggunting Bentuk Geometri
UPAYA MENINGKATKAN MOTORIK HALUS
MELALUI KETRAMPILAN MENGGUNTING BENTUK GEOMETRI ANAK USIA 3-4 TAHUN DI DUSUN PETET RT 4 RW I DESA TUNTANG
Herlindha Aghita Kristy
Lanny wijayaningsih
Tritjahjo Danny Soesilo
Maria Melita Rahardjo
PG-PAUD Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan motorik halus anak usia 3-4 tahun melalui kegiatan ketrampilan menggunting bentuk geometri di Dusun Petet, RT 4 RW I, Desa Tuntang. Kegiatan ketrampilan menggunting yang menarik dapat memotivasi anak untuk meningkatkan motorik halusnya.Jenis penelitian ini adalah Participatory Action Research (PAR) yang dilaksanakan dengan dua siklus dengan tiga kali pertemuan pada setiap siklusnya. Pada setiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu (1.) Tahap Perencanaan (2.) Tahap Pelaksanaan (3.) Observasi (4.) Refleksi. Subyek penelitian yang diangkat adalah 7 anak berusia 3-4 tahun di Dusun Petet RT 4 RW I Desa Tuntang dengan rincian 2 laki-laki dan 5 perempuan. Objek penelitian ini adalah kemampuan motorik halus anak melalui ketrampilan menggunting. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan dokumentasi. Adapun instrumen penlitian yang penulis buat berpedoman paada Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) 137 Republik Indonesia tahun 21014 dalam observasi berupa lembar penelitian, dokumentasi dan wawancara dengan orang tua untuk mengetahui bagaimana kondisi anak di sekolah maupun di rumah. Teknik Analisa Data adalah Kuantitatif. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini apabila rata-rata kemampuan motorik halus anak dengan ketrampilan menggunting telah mencapai kriteria baik dalam menggunting yaitu 80%. Hasil penelitian ini menunjukan adanya peningkatan kemampuan motorik halus anak melalui ketempilan menggunting di Dusun Petet RT 4 RW I Desa Tuntang. Hal ini dibuktikan adanya peningkatan dari tindakan pra penelitian yang mendapat rata-rata 38,5% menjadi 64,2% dalam tahap siklus I, kemudian meningkat menjadi 82,2% dalam tahap siklus II.
Kata Kunci: Kemampuan Motorik Halus Anak Usia 3-4 Tahun, Ketrampilan Menggunting
PENDAHULUAN
Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini, dalam Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 butir 14 menyatakan bahwa PAUD merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesepian belajar dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Undang-Undang ini menyatakan bahwa pendidikan harus dipersiapkan secara terencana, bersifat holistik, dan integratif. Karakteristik kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini dirancang dengan karakteristik mengoptimalkan perkembangan anak yang meliputi: aspek nilai agama dan moral, fisik-motorik, kognitif, bahasa, sosial emosional, dan seni yang tercermin dalam keseimbangan kompetensi sikap, pengetahuan, dan ketrampilan. Serta memberdayakan peran orang tua dalam proses pembelajaran.
Pada pasal 28 Undang-undang Sistem Pendidikan tahun 2003 menyebutkan bahwa yang termasuk anak usia dini adalah anak yang masuk dalam usia 0 – 6 tahun, juga menegaskan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan pada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak agar memiliki kesepian dalam memasuki jenjang pendidikan selanjutnya.
Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang diselenggarakan untuk mengembangkan ketrampilan yang merupakan pendidikan dasar serta mengembangkan diri secara utuh sesuai dengan asas pendidikan sedini mungkin dan sepanjang hayat. Aspek yang dikembangkan dalam pendidikan anak usia dini adalah aspek pengembangan pembiasaan meliputi sosial, emosi, kemandirian, moral, dan nilai agama serta pengembangan kemampuan dasar yang meliputi pengembangan bahasa, kognitif, dan fisik motorik Bredekamp & Copple, menurut Tadkiroatun Musfiroh (2008) .
Perkembangan ketrampilan motorik terbagi menjadi dua yaitu ketrampilan motorik halus dan ketrampilan motorik kasar. Sumantri (2005:143) menjabarkan bahwa ketrampilan motorik halus (fine motor skill) merupakan ketrampilan yang memerlukan kemampuan untuk mencapai pelaksanaan ketrampilan yang berhasil.
Ketrampilan motorik adalah kemampuan seseorang untuk melakukan gerakan terkoordinasi menggunakan kombinasi berbagai tindakan otot. Ketrampilan motorik halus cenderung dilakukan oleh otot-otot yang lebih kecil seperti yang di tangan dan menghasilkan tindakan seperti menulis, menggunting, menempel, melipat, menggambar dan lain-lain Wahyu Nanda (2016) .
Berdasarkan observasi di Desa Tuntang Dusun Petet RT 4 RW I Kabupaten Semarang ditemukan beberapa hambatan dalam perkembangan ketrampilan motorik halus anak usia 3-4 tahun diantaranya adalah perkembangan ketrampilan motorik halus meliputi kemampuan pergerakan jari-jemari tangan, kemampuan pergelangan tangan, dan kemampuan koordinasi mata dan tangan. Hal ini dapat dilihat pada saat mereka menulis, menggunting, meronce, melipat dan menganyam, anak-anak lebih banyak mengalami kesulitan. Ketika menulis seharusnya hanya ibu jari,telunjuk, dan jari tengah (oposisi) sedangkan jari lainya untuk stabilisasi tetapi masih ada anak yang belum tepat dalam prakteknya. Kegiatan menggunting juga membutuhkan ketrampilan motorik halus seperti kemampuan dalam koordinasi mata dengan tangan, pergerakan pergelangan tangan serta pergerakan jari jemari tangan lebih teliti agar mendapatkan hasil yang lebih baik (cepat, tepat, dan efesien) .
Alasan penulis memilih ketrampilan menggunting ini karena beberapa anak yang motorik halusnya masih rendah dalam kelas mengakibatkan orang tua mengalami kesulitan mengajarkan ketrampilan menggunting kepada anaknya. Berdasarkan observasi penulis ada 7 anak berusia 3 tahun berjumlah 3 anak, sedangka anak berusia 4 tahun 4 anak yang masih mengalami kurangnya kemampuan ketrampilan motorik halus. Dan belum memiliki kegiatan belajar yang dikemas dan disajikan dalam bentuk pembelajaran. Selain itu, ketrampilan menggunting terbukti sangat berpengaruh dan berguna secara langsung dalam meningkatkan motorik halus. Karena dengan menggunakan alat belajar melalui permainan menggunting bentuk geometri sebagai rangsangan anak dalam perkembangan motorik halus anak. Selain itu juga melatih anak untuk lebih kreatif dalam memanfaatkan ketrampilan menggunting, serta anak dapat mengenal bentuk geometri dasar anak. Melalui kegiatan belajar dengan ketrampilan menggunting geometri diharapkan dapat membantu menyelesaikan permasalahan didalam pembelajaran di lingkungan Desa Tuntang, Dusun Petet, RT 4, RW I, Kabupaten Semarang, di dalam pembelajaran peneliti meningkatkan ketrampilan menggunting geometri.
Berdasaarkan latar belakang tersebut, ditemukanlah suatu gagasan dalam upaya meningkatkan ketrampilan motorik halus anak dengan bantuan kegiatan menggunting bentuk geometri. Kegiatan menggunting bentuk geometri ini diduga dapat menjadi alternatif peningkatan mototrik halus anak. Dasar perumusan gagasan ini bersumber dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Fitria Indriyani (2014) mengenai kegiatan menggunting dalam meningkatkan motorik halus anak kelompok A. Manfaat kegiatan menggunting adalah anak dapat belajar meniru/mengikuti arahan dari guru/pendidik, anak belajar beraktivitas, anak juga belajar berimajinasi. Kegiatan ketrampilan menggunting disini menggunakan bentuk geometri, supaya lebih memudahkan anak dalam menggunting. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk membantu meningkatkan motorik halus anak usia 3-4 tahun melalui ketrampilan menggunting bentuk geometri di Desa Tuntang, Kab. Semarang.
KAJIAN TEORI
Ketrampilan motorik halus menurut Sumantri (2014) adalah pengorganisanian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari dan tangan yang sering membutuhkan kecermatam dan koordinasi mata dengan tangan, ketrampilan yang mencakup pemanfaatan dengan alat-alat untuk bekerja dan objek atau pengontrolan terhadap mesin, misalnya mengetik, menjahit, dan lain-lain.
Tingkat pencapaian perkembangan motorik pada usia 3-4 tahun menurut Permendikbud 137 tahun 2014 adalah (1) Menuang air, pasir, atau biji-bijian kedalam tempat penampungan (mangkuk, ember) . (2) Memasukan benda kecil ke dalam botol (potongan lidi, kerikil, biji-bijian) . (3) Meronce benda yang cukup besar. (4) Menggunting kertas mengikuti pola garis lurus
Yudha M. Saputra & Rudyanto (2005: 115) , menjelaskan tujuan dari ketrampilan motorik halus yaitu: (a) Mampu menfungsikan otot-otot kecil seperti gerakan jari tangan. (b) Mampu mengkoordinasikan kecepatan tangan dan mata. (c) Mampu mengendalikan emosi.
Ketrampilan Menggunting
Aquarisnawati (2011:152) Ketrampilan motorik berkembang sejalan dengan kematangan syaraf dan otot. Oleh karena itu, mencatat beberapa alasan tentang fungsi perkembangan motorik halus yaitu (1) . Melalui ketrampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang. Seperti anak merasa senang dengan memiliki ketrampilan memainkan boneka, melempar dan menangkap bola atau memainkan alat-alat mainan lainya. (2) . Melalui ketrampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi helpness (tidak berdaya) pada bulan-bulan pertama kehidupanya, kondisi yang independence (bebas, tidak bergantung) . Anak dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lainya, dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini akan menunjang perkembangan selt confidence (rasa percaya diri) . (3) .Melalui ketrampilan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah. Pada usia pra sekolah (taman kanak-kanak) atau usia kelas awal sekolah dasar, anak sudah dapat dilatih menggambar, melukis, baris berbaris, dan persiapan menulis.
Menggunting merupakan kegiatan kreatif yang menarik bagi anak-anak. Menggunting termasuk teknik dasar untuk membuat aneka bentuk kerajinan tangan, bentuk hiasan dan gambar dari bahan kertas dengan memakai bantuan alat pemotong. Sumanti (2005: 152) mengemukakan bahwa menggunting adalah memotong berbagai aneka kertas atau bahan-bahan lain dengan mengikuti alur, garis atau bentuk-bentuk tertentu merupakan salah satu kegiatan yang mengembangkan motorik halus anak. Koordinasi mata dan tangan dapat berkembang melalui kegiatan menggunting. Saat menggunting jari jemari anak akan bergerak mengikuti pola bentuk yang digunting.
Suratno (2005: 127) menyatakan bahwa kegiatan menggunting dapat melatih otot tangan dan jari anak serta melatih konsentrasi anak. Selain ada banyak manfaat yang akan didapat anak dari kegiatan menggunting diantaranya Melatih otot halus,Melatih koordinasi mata, dan konsentrasi,Meningkatkan kepercayaan diri,Lancar menulis,Ungkapan ekspresi,Mengasah kognitif.
Kerangka Berpikir
Ketrampilan menggunting bentuk geometri pada anak usia 3-4 tahun di Dusun Petet Desa Tuntang masih rendah. Berdasarkan hasil observasi yang menunjukan kemampuan ketrampilan menggunting bentuk geometri anak masih kurang untuk meningkatkan kemampuan ketrampilan menggunting dengan melakukan penelitian Partisipatory Action Research (PAR) selama dua siklus pertemuan masing siklus terdapat tiga kali pertemuan. Setelah melaksanakan siklus I peneliti akan melakukan observasi terhadap hasil Partisipatory Action Research pada siklus I. Apabila hasil observasi pada siklus kedua belum mencapai standar indikator penilaian maka akan dilakukan siklus ke II yang terdiri dari tiga pertemuan dan selanjutnya akan dilakukan observasi pada siklus II, apabila hasil pembelajaran telah mencapai standar ketuntasan maka peneliti berakhir pada siklus II.
METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian Partisipatory Action Research (PAR) . Menurut (Martler, 2011) PAR (Participatory Action Research) adalah proses dimana komunitas-komunitas berusaha mempelajari masalah secara ilmiah dalam rangka memandu, memperbaiki, dan mengevaluasi keputusan dan aksi mereka.
Variabel penelitian ini di bagi menjadi dua yaitu variabel bebas dan bariabel terikat. Variabel bebas dari penelitian ini adalah ketrampilan menggunting bentuk geometri, sedangkan variabel terikat adalah motorik halus.
Tabel 1. Kisi-kisi Pedoman Observasi
Indikator |
Item |
Menggunting kertas mengikuti pola garis lurus |
1. Kerapian dalam menggunting |
2. Kemandirian dalam menggunting |
|
3. Ketrampilan menggunting mengikuti pola |
Tabel 2. Instrumen Lembar Observasi Kemampuan Motorik Halus Anak
No |
Indikator |
Keterangan |
Ya (1) |
Tidak (2) |
1. |
Kerapian dalam menggunting |
· Anak mampu menggunting 3 bentuk guntingan dengan tepat sesuai pola garis |
|
|
· Anak mempu menggunting 2 bentuk guntingan dengan tepat sesuai pola garis |
|
|
||
· Anak mampu menggunting 1 bentuk guntingan dengan tepat sesuai garis lurus |
|
|
||
2. |
Kemandirian dalam menggunting |
· Anak dapat menyelesaikan 3 guntingan secara mandiri |
|
|
· Anak dapat menyelesaikan 2 guntingan secara mandiri |
|
|
||
· Anak dapat menyelesaikan 1 gunting secara mandiri |
|
|
||
3. |
Ketrampilan emenggunting mengikuti pola |
· Anak mampu menggunting mengikuti pola kotak |
|
|
· Anak mampu menggunting mengikuti pola segitiga |
|
|
||
· Anak mampu menggunting mengikuti pola lingkaran |
|
|
Indikator keberhasilan
Arikunto (2010) kriteria keberhasilan ini merupakan uraian tentang tanda-tanda yang di harapkan muncul sebagai wujud keberhasilan dalam melakukan tindakan. Penelitian ini akan dikatakan berhasil apabila keterampilan anak berada pada kriteria baik dalam menggunting dengan presentase 80% , dengan kriteria sebagai berikut:
· Kriteria Baik dalam menggunting, yaitu apabila hasil penilaian kemampuan menggunting yang diperoleh anak antara 60-90%
· Kriteria Cukup dalam menggunting, yaitu apabila hasil penilaian kemampuan menggunting yang diperoleh anak antara 30-50%
· Kriteria Kurang dalam menggunting, yaitu apabila hasil penilaian yang diperoleh anak antara 0-20%
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian
Analisis data dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan presentase. Perhitungan dalam analisis data dihasilkan presentase pencapaian yang selanjutnya dituangkan dalam kalimat.
Kondisi awal penelitian merupakan gambaran umum anak mampu mengembangkan mototrik halusnya melalui kegiatan ketrampilan menggunting mengikuti garis. Hasil penelitian dilakukan melalui observasi berdasarkan indikator tingkat pencapaian motorik anak. berikut ini merupakan hasil observasi pra penelitian anak melalui kegiatan seperti meremas kertas, menulis mengikuti garis patah-patah yang di tentukan, menggunting garis.
Berdasarkan observasi tahap awal atau pra penelitian dapat dilihat bahwa dari 7 anak yang mencapai kategori Baik sebanyak 1 anak (14,28%) , kategorti Cukup sebanyak 3 anak (42,86%) , dan kategori Kurang sebanyak 3 anak (42,86%) .
Dalam pelaksanaan tindakan dilakukan dalam tiga siklus yang setiap siklusnya terdapat tiga kali pertemuan. Hasil ketrampilan menggunting bentuk geometri anak usia 3-4 tahun pada siklus pertama dapat dilihat melalui tabel berikut ini.
Tabel 3. Hasil Observasi Ketrampilan Menggunting Dalam Kategori Baik di Siklus I
SIKLUS I |
|||
PRESENTASE (%) |
Pertemuan I |
Pertemuan II |
Pertemuan III |
14,2 % |
14,2 % |
57,2 % |
Pada tabel 3 tersebut dapat diketahui tingkat pencapaian ketrampilan menggunting di siklus I pada pertemuan pertama memperoleh 14,2% dalam kategori baik dalam menggunting sedangkan pertemuan kedua memperoleh 14,2% dalam kategori baik dalam menggunting pada pertemuan ketiga terdapat 57,2 % dalam kategori baik dalam menggunting. Dalam Siklus I ini terdapat tiga kali pertemuan dengan setiap pertemuan mengalami peningkatan.
Setelah siklus I dilaksanakan dan belum memenuhi indikator keberhasilan maka dilanjutkan ke siklus II. Hasil ketrampilan menggunting anak usia 3-4 tahun pada siklus kedua dapat dilihat melaui tabel berikut ini
Tabel 4. Hasil Observasi Ketrampilan Menggunting Dalam Kategori Baik di Siklus II
SIKLUS II |
|||
PRESENTASE (%) |
Pertemuan I |
Pertemuan II |
Pertemuan III |
71,4 % |
85,8 % |
100 % |
Pada tabel 4 tersebut dapat diketahui tingkat pencapaian ketrampilan menggunting di siklus II pada pertemuan pertama memperoleh 71,4% dalam kategori baik dalam meggunting sedangkan pada pertemuan kedua memeperoleh 85,8% dalam kategori baik dalam menggunting pada pertemuan ketiga memperoleh 100% dalam kategori baik dalam menggunting. Pada siklus II ini terdapat tiga kali pertemuan dengan setiap pertemuannya mengalami peningkatan.
Berdasarkan pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan dalam 2 siklus menunjukan adanya peningkatan kemampuan ketrampilan menggunting bentuk geometri pada anak usia 3-4 tahun di Desa Tuntang bahwa melalui ketrampilan menggunting dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak usia 3-4 tahun. Peningkatan kemampuan ketrampilan menggunting bentuk geometri sudah sampai target yang telah ditentukan sehingga penelitian diberhentikan sampai siklus II. Peningkatan tersebut dapat dilihat melalui rata-rata ketercapaian kemampuan mengenal huruf setelah siklus II.
Tabel 5. Rata-rata Ketercapaian Kemampuan Ketrampilan Menggunting Bentuk Geometri
Rata-rata Ketercapaian |
||
Prapenelitian |
Siklus I |
Siklus II |
38, 5% |
64,2% |
82,8% |
Pada tabel 3 tersebut dapat diketahui bahwa, hasil presentase pencapaian ketrampilan menggunting bentuk geometri usia 3-4 tahun mengalami peningkatan. Pada prapenelitian ke siklus I di tunjukan bahwa rata-rata ketercapaian mengalami peningkatan 25,7% dari 38,5% menjadi 64,2%. Pada siklus I ke Siklus II mengalami peningkatan 18,6% dari 64,2% menjadi 82,8%.
PEMBAHASAN
Kondisi kemampuan awal kegiatan ketrampilan menggunting baik dalam menggunting dilihat dari hasil prapenelitian dari 7 anak hanya 14,2% yang dapat menggunting bentuk geometri. Kemampuan anak dalam menggunting perlu dikembangkan, kemampuan ini merupakan hal mendasar bagi anak saat belajar menulis nantinya. Melalui ketrampilan menggunting anak mampu mengembangkan ketrampilan motorik halus jari tangannya ke arah yang lebih baik di harapkan juga lebih siap dalam menulis ke jenjang keaksaraan. Anak juga lebih mampu mandiri, kreatif dalam aktivitas kehidupannya dan dapat menguasai lingkungan dengan baik. (dalam Yudha M.Saputra & Rudyanto, 2005) menjelaskan dari ketrampilan motorik halus yaitu mampu memfungsikan otot-otot kecil seperti gerakan jari tangan, mampu mengkoordinasikan kecepatan tangan dan mata, serta mampu mengendalikan emosi anak.
Menggunting merupakan kegiatan kreatif yang menarik bagi anak-anak. Menggunting termasuk teknik dasar untuk membuat aneka bentuk kerajinan tangan, bentuk hiasan dan gambar dari bahan kertas dengan memakai bantuan alat pemotong. Sumanti (2005: 152) mengemukakan bahwa menggunting adalah memotong berbagai aneka kertas atau bahan-bahan lain dengan mengikuti alur, garis atau bentuk-bentuk tertentu merupakan salah satu kegiatan yang mengembangkan motorik halus anak. Koordinasi mata dan tangan dapat berkembang melalui kegiatan menggunting. Saat menggunting jari jemari anak akan bergerak mengikuti pola bentuk yang digunting.
Dari 7 anak yang diberi tindakan setiap anak mengalami peningkatan kemampuan ketrampilan menggunting yang awalnya tidak tahu cara memegang gunting dengan benar, dalam indikator yang peneliti sudah tentukan setiap anak mengalami peningktan yang sangat signifikan semua anak dapat menggunting dengan baik, kegiatan ketrampilan menggunting sangat menarik untuk anak.
Banyak anak yang sudah mampu meningkatkan motorik halus dalam dirinya. Imajinasi anak berkembang ketika anak diberikan kebebasan untuk menciptakan sesuatu yang berbeda dari lainnya. Ketrampilan tersebut dituangkan melalui kegiatan ketrampilan menggunting kertas yang mengasyikan untuk anak, agar meningkatkan ketrampilan anak supaya anak merasa senang dan nyaman saat melakukan kegiatan sehingga potensi anak dapat berkembang dengan baik.
Dari hasil Participatory Action Research (PAR) yang dilakukan selama dua Siklus yang terdiri dari 6 kali pertemuan aspek kemampuan mengenal huruf mengalami peningkatan dari kondisi awal sebelum diadakan Participatory Action Research (PAR) hingga penelitian siklus II pada tahap akhir. Berdasarkan beberapa data yang telah peneliti dapatkan dapat disimpulkan bahwa ketrampilan menggunting anak usia 3-4 tahun di Desa Tuntang meningkatkan motorik halus mencapai 82,8% hal ini anak sangat antusias dan tertarik dengan ketrampilan menggunting.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa ketrampilan menggunting bentuk geometri untuk anak usia 3-4 tahun di Dusun Petet, RT 4, RW I, Desa Tuntang. Hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan presentase ketrampilan motorik halus anak mengalami peningkatan presentase ketrampilan motorik halus anak mengalami peningkatan pada Siklus I 38,5% menjadi 42,8%. Pelaksanaan Siklus II mengalami peningkatan sebesar 47,1% menjadi 82,8%.
Langkah-langkah yang di tempuh sehingga ketrampilan motorik halus anak meningkat adalah peneliti menjelaskan cara memegang gunting, cara menggunting dengan metode demonstrasi, anak diberi penguaatan reward berupa pujian, semangat motivasi kepada anak agar lebih antusias dalam mengikuti kegiatan ketrampilan menggunting motorik halus.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dengan melalui ketrampilan menggunting bentuk geometri dapat meningkatkan motorik halus anak usia 3-4 tahun, juga dengan ketrampilan menggunting dapat melatih koordinasi mata dan tangan, serta sebagai persiapan ke jenjang menulis.
Saran
Adapun beberapa saran yang dapat diberikan oleh penulis dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagi Anak
Bagi anak hendaknya melakukan kegiatan menggunting bentuk geometri untuk meningkatkan motorik halus agar lebih berkembang secara optimal.
b. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penulis berharap untuk peneliti selanjutnya dapat menggunakan media variatif sehingga mendapatkan hasil yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. S (2013) . Prosedur Penelitian SUATU PENDEKATAN PRAKTIK. Jakarta. RINEKA CIPTA.
Chraig Mertler, A. (2011) . Action Research. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Peraturan Mentri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 Tahun 2014 tentang Perkembangan Motorik Halus usia 3-4 tahun
Puri aquarisnawati, dkk., Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Hang Tuah Surabaya, 2011
Sumantri. (2005) . Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Sumanto. (2005) . Pengembangan Kreativitas Seni Rupa Anak TK. Jakarta: Depdiknas.
Suratno. (2005) . Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas
Tadkiroatun Musfiroh. (2008) . Bermain Sambil belajar dan Mengasah Kecerdasan. Jakarta:Depdiknas.
Undang-undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Yogyakarta: Sinar Grafika
Wahyu Nanda Eka Saputra dan Indah Setianingrum, Jurnal Care Volume 03 Nomor 2 Januari 2016 PG PAUD IKIP PGRI Madiun, Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 3-4 Tahun
Yudha M Saputra dan Rudyanto. (2005) . Pembelajaran Kooperatif Untuk Meningkatkan Keterampilan Anak Taman Kanak-kanak. Jakarta: Depdiknas