PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA TENTANG LUAS BANGUN DATAR MELALUI MODEL KOOPERATIF STAD PADA SISWA KELAS VI SDN 3 KEYONGAN

KECAMATAN GABUS KABUPATEN GROBOGAN

SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2016/2017

 

Karmin

Guru SD Negeri 3 Keyongan Kecamatan Gabus Kabupaten Grobogan

 

ABSTRAK

Pembelajaran Matematika yang disajikan dengan ceramah dan latihan-latihan individual sering tidak disukai oleh para siswa. Akibatnya hasil belajar selalu di urutan paling bawah dibandingkan mata pelajaran lainnya. Padahal ilmu matematika memiliki peranan sangat strategis dalam berbagai kehidupan. Untuk menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan, mengasyikkan dan dapat meningkatkan hasil belajar, maka perlu adanya perubahan pembelajaran yang menarik yaitu menerapkan pembelajaran model kooperatif STAD dan tanya jawab. Rumusan masalah yang diajukan: (1) Bagaimanakah pembelajaran model kooperatif STAD dapat mendorong siswa untuk belajar tentang luas bangun datar lebih bersemangat? (2) Bagaimanakah bermain tanya jawab dapat mendorong siswa untuk belajar tentang luas bangun datar menjadi lebih bersemangat ?. Hasil penelitian pada siklus I, aktifitas pembelajaran klasikal hanya mencapai 54,29%. Hal ini belum mencapai peningkatan proses pembelajaran yang diharapkan yaitu 60-70%. Namun pada proses pembelajaran kelompok telah mencapai 91,66% dengan target 70-80%, dan tanya jawab mencapai 74,82% dengan target 70-80%. Sedangkan hasil belajar hanya mencapai 65,52% siswa mencapai nilai 70 – >70 dengan rerata nilai 64,14 sedangkan target yang ditentukan 100% tuntas mencapai nilai 70 – >70. Untuk meningkatkan proses pembelajaran klasikal pada siklus II setiap siswa diberi peraga beberapa bangun datar untuk dibentuk menjadi berbagai gabungan bangun dalam membuat soal. Pada Siklus II terjadi peningkatan proses pembelajaran klasikal menjadi 66,21% karena mulai ada 4 orang siswa bertanya dan 20 orang siswa mencatat, di mana pada siklus I tidak ada siswa yang bertanya dan mencatat. Proses Pembelajaran kelompok meningkat menjadi 92,85%. Dan Pembelajaran tanya jawab meningkat menjadi 86,16%. Sedangkan hasil belajar mencapai rerata 74,48 dengan 75,86% siswa mencapai 70 – >70. Pada siklus III terjadi peningkatan proses pembelajaran klasikal yang cukup tinggi menjadi 84,83%. Hal ini disebabkan semakin banyaknya siswa yang mengajukan pertanyaan sebanyak 21 siswa dan mencatat sebanyak 29 siswa. Proses Pembelajaran kelompok meningkat menjadi 97,61%, dan proses kegiatan tanya jawab meningkat menjadi 92,78%. Sedangkan hasil belajar mencapai rerata 81,72 dengan 100% siswa mencapai nilai 70 – >70. Dengan demikian semua target yang ditetapkan telah tercapai. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan (1) Pembelajaran model kooperatif STAD dapat mendorong siswa untuk belajar tentang luas bangun datar lebih bersemangat, meningkatkan proses pembelajaran, dan hasil belajar. (2) bermain tanya jawab dapat mendorong siswa untuk belajar tentang luas bangun datar menjadi lebih bersemangat, meningkatkan proses belajar, dan hasil belajar. Maka disarankan (1) Kepada para guru, untuk meningkatkan proses pembelajaran maupun hasil belajar matematika, dapat digunakan model kooperatif STAD sebagai pilihan untuk mengatasi permasalahan pembelajaran matematika.(2) Strategi pembelajaran tanya jawab seperti pada penelitian ini juga dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika, namun diperlukan persiapan yang matang, terutama pada saat penilaian kelompok penjawab diperlukan bantuan dari siswa yang pandai untuk membantu guru mengerjakan soal-soal yang dibuat oleh temannya. (3) Bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian lanjutan sesuai dengan penelitian ini juga disarankan agar membuat persiapan yang lebih sempurna terutama dalam mempersiapkan instrumen pengamatan beserta rubrik-rubrik yang jelas pada saat kegiatan tanya jawab. Juga disarankan agar tim pengamat minimal dua orang, karena menurut pengalaman peneliti tim pengamat sangat sibuk dalam menilai pada saat kegiatan tanya jawab.

Kata kunci: Model Kooperatif STAD, Aktivitas, Hasil Belajar.

 

PENDAHULUAN

Era globalisasi yang penuh dengan kompetitif merupakan tantangan bagi dunia pendidikan. Teknologi pembelajaran inovatif seyogyanya dikembangkan dengan cara mengadaptasi atau mengadopsi teknologi pembelajaran inovatif yang memenuhi standar internasional. Hal ini tidak lain merupakan salah satu upaya untuk memenuhi amanat salah satu kebijakan inovatif, yaitu mutu lulusan tidak cukup bila diukur dengan standar lokal atau nasional saja. (Mohamad Nur, 2003). Matematika sebagai disiplin ilmu turut andil dalam pengembangan dunia teknologi yang kini telah mencapai puncak kecanggihan dalam mengisi berbagai dimensi kebutuhan hidup manusia. Era global yang ditandai dengan kemajuan teknologi informatika, industri otomotif, perbankan, dan dunia bisnis lainnya, menjadi bukti nyata adanya peran matematika dalam revolusi teknologi.Melihat betapa besar peran matematika dalam kehidupan manusia, bahkan masa depan suatu bangsa, maka sebagai guru di Sekolah Dasar yang mengajarkan dasar-dasar matematika merasa terpanggil untuk senantiasa berusaha meningkatkan pembelajaran dan hasil belajar matematika. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil ulangan harian matematika yang pertama pada kompetensi dasar operasi hitung hanya mencapai rerata 57,8 dan hanya 50% siswa mencapai nilai 70 atau >70. Padahal idealnya minimal harus mencapai 100% siswa mendapat 70 atau >70. Sedangkan operasi hitung merupakan dasar bagi kompetensi dasar berikutnya seperti menghitung luas bangun, volum bangun, dan sebagainya. Kondisi tersebut disebabkan oleh kenyataan sehari-hari yang menunjukkan bahwa siswa kelihatannya jenuh mengikuti pelajaran matematika. Menyikapi kondisi tersebut penulis sebagai guru kelas VI yang harus menyiapkan peserta didik menuju ujian akhir sekolah dan mampu bersaing dalam mengikuti tes masuk SMP Negeri, selalu berusaha memperbaiki pembelajaran dengan mengkondisikan pembelajaran yang memudahkan, mengasyikkan, dan menyenangkan bagi siswa. Usaha tersebut akan diwujudkan dalam suatu penelitian tindakan kelas yang akan menerapkan pembelajaran STAD dan tanya jawab.

Rumusan Masalah

Untuk memberi batasan permasalahan agar lebih jelas dan terarah, maka perlu dirumuskan permasalahan yang akan dibahas, yaitu sebagai berikut: 1. Apakah pembelajaran model kooperatif STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa kelas VI SDN 3 Keyongan pada semester satu tahun ajaran 2016/2017?. 2.      Apakah pembelajaran model kooperatif STAD dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas VI SDN 3 Keyongan pada semester satu tahun ajaran 2016/2017?

Tujuan Penelitian                     

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan dan mengetahui: 1. Pembelajaran model kooperatif STAD dapat mendorong siswa untuk belajar tentang luas bangun lebih bersemangat. 2. Tanya Jawab dapat mendorong siswa untuk belajar tentang luas bangun menjadi lebih bersemangat.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada: 1. Siswa, agar mendapatkan pengalaman belajar yang lebih menarik, menyenangkan, dan mengasyikkan. 2. Guru, agar dapat menambah wawasan dan informasi tentang pilihan berbagai bentuk- bentuk strategi pembelajaran, khususnya pembelajaran matematika. 3. Lembaga pendidikan, diharapkan dapat memberikan informasi dalam peningkatan kualitas pendidikan. 4. Penelitian lanjutan, sebagai bahan rujukan dalam penelitian selanjutnya.

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki obyek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga keterkaitan dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas (Dinas Pendidikan Kabupaten Sidoarjo, 2005). Matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan bernalar melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, dan eksperimen, sebagai alat pemecahan masalah melalui pola pikir dan model matematika, serta sebagai alat komunikasi melalui simbol, tabel, grafik, diagram, dalam menjelaskan gagasan (Dinas Pendidikan Kabupaten Sidoarjo, 2005). Pembelajaran Matematika akan bermakna bagi siswa apabila mereka aktif dengan berbagai cara untuk mengkonstruksi atau membangun sendiri pengetahuannya. Dengan demikian suatu rumus, konsep, atau prinsip dalam matematika, seyogyanya ditemukan kembali oleh siswa di bawah bimbingan guru. Standar Kompetensi dirancang secara berdiversivikasi, untuk melayani semua kelompok siswa (normal, sedang, tinggi).

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan berdasarkan teori belajar kognitif-konstruktivis. Salah satu teori Vygotsky, yaitu tentang penekanan pada hakikat sosiokultural dari pembelajaran. Vygotsky yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi akan muncul dalam percakapan atau kerjasama antar individu. Implikasi dari teori Vygotsky ini dapat berbentuk pembelajaran kooperatif. Penerapan model pembelajaran kooperatif ini juga sesuai dengan yang dikehendaki oleh prinsip-prinsip CTL (contextual teaching and learning), yaitu tentang learning community (Depag RI, 2004). Team Quiz adalah suatu kegiatan tanya jawab antar kelompok. Dalam kegiatan bertanya dan menjawab akan terjadi proses belajar yang tidak membosankan. Keterampilan bertanya menjadi penting jika dihubungkan dengan pendapat yang mengatakan ”Berfikir itu sendiri adalah bertanya” (Hasibuan dan Moejiono, 2004). Pengertian bertanya adalah ucapan verbal yang meminta respons dari seseorang yang dikenai. Respons yang diberikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal yang merupakan hasil pertimbangan. Jadi bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong berfikir (Hasibuan dan Moejiono, 2004). Di samping itu, pertanyaan-pertanyaan tentang fakta yang disampaikan dengan kata-kata sendiri, bukannya mengulang tepat seperti yang tertulis, membantu siswa mempelajari makna teks itu dan bukannya sekedar menghafalkannya (Mohamad Nur,1998). Pendapat ini mendukung bahwa memberi kesempatan kepada siswa untuk membuat pertanyaan-pertanyaan dan menjawab pertanyaan dari teman adalah sama dengan memberi kesempatan belajar kepada siswa, sehingga pembelajaran berpusat pada siswa atau student center.

 

Kerangka Berpikir

Permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran luas berbagai bangun datar pada siswa kelas VI SD Negeri 3 Keyongan adalah hasil yang diperoleh siswa melalui evaluasi belum menunjukkan hasil yang maksimal hal ini disebabkan oleh beberapa hal yang terkait dengan guru dan siswa itu sendiri.Ini adalah merupakan kesulitan yang peneliti alami. Maka untuk mengatasi kesulitan tersebut dengan menggunakan metode STAD. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda.

Hipotesis Tindakan     

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah disebutkan diatas maka untuk sementara dapat diambil kesimpulan bahwa dengan memanfaatkan metode belajar STAD yaitu suatu konsep belajar yang membantu guru dalam meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dengan bantuan teman sebaya dalam suatu kelompok belajar yang diduga akan dapat meningkatan pemahaman luas berbagai bangun datar pada siswa kelas VI.

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian    

Penelitian berlangsung di kelas VI SDN 3 Keyongan yang beralamat di Jalan Raya Keyongan No.37, Desa Keyongan, Kecamatan Gabus, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan waktu penelitian diadakan pada semester I tahun pelajaran 2016/2017. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan dari 5 September 2016 sampai dengan 26 November 2016. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VI Tahun Pelajaran 2016/2017. Jumlah subyek penelitian 29 siswa yang terdiri dari 16 putra dan 13 putri.

Desain Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat (Wardani, 2005). Penelitian Tindakan Kelas sebagaimana dinyatakan oleh Kemmis dan Mc Taggart (dalam Yatim Riyanto, 2001) merupakan penelitian yang bersiklus, yang terdiri dari rencana, aksi, observasi, dan refleksi yang dilakukan secara berulang.

Penelitian tindakan kelas ini menerapkan model pembelajaran kooperatif STAD (Student Team Achievement Devisions) dengan variasi bermain tanya jawab. Pembelajaran dengan kooperatif STAD memiliki keunggulan yang dapat mengatasi masalah yang ada. Karena dalam kooperatif STAD akan terjadi meningkatnya fungsi mental melalui percakapan dan interaksi lainnya, serta kerjasama antar siswa yang memiliki kemampuan yang heterogen. Begitu pula bermain tanya jawab diyakini memiliki keunggulan menciptakan suasana pembelajaran yang mengasyikkan, karena berupa permainan tanya jawab antar kelompok. Dalam situasi demikian diharapkan siswa tidak akan mengantuk dan bosan belajar matematika. Kegiatan bertanya dan menjawab adalah bentuk kegiatan berfikir, sedangkan belajar juga melalui proses berfikir.

 

 

Teknik Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan beberapa instrument yaitu: 1). Tes, digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar. 2). Angket, digunakan untuk mengumpulkan kegiatan pembelajaran klasikal. 3). Angket, digunakan untuk mengumpulkan data kegiatan pembelajarn kelompok.4). Angket, untuk mengumpulkan data kegiatan pembelajaran tanya jawab, baik penjawab, penanya maupun pengamat. Kegiatan analisis data dilakukan untuk menganalisis data di atas seperti tes hasil belajar, hasil angket dalam berbagai kegiatan pembelajaran tersebut.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kondisi Awal Pra Siklus

Peneliti melaporkan hasil lokakarya dan tindak lanjut dari lokakarya yaitu mengadakan penelitian tindakan kelas kepada Kepala Sekolah. Peneliti membentuk tim yang terdiri dari peneliti dan dua orang guru serta seorang pengambil gambar. Kemudian tim membahas segala kegiatan yang akan dilakukan pada kegiatan pembelajaran. Hasil ulangan harian matematika yang pertama pada kompetensi dasar operasi hitung hanya mencapai rerata 57,8 dan hanya 50% siswa mencapai nilai 70 atau >70. Padahal idealnya minimal harus mencapai 100% siswa mendapat 70 atau >70.

Deskripsi Siklus I

Siklus I dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 26 September 2016. Pada kegiatan ini dapat dijelaskan hasil pengamatan dari pengamat sebagai berikut: Hasil penelitian menunjukkan hasil pengamatan pengamat dengan rerata 54,40%. Dari data di atas belum mencapai target yang diharapkan yaitu 60-70%. Kegiatan bertanya dan mencatat masih belum ada sama sekali. Untuk siklus II perlu ada motivasi untuk melakukan kegiatan bertanya dan mencatat. Hasil pengamatan kegiatan kelompok dari pengamat I dan II dapat disampaikan sebagai berikut: Data menunjukkan nilai yang sangat tinggi yaitu nilai rerata 91,66%, jauh di atas yang diharapkan yaitu 70-80 %. Pada kegaiatan kelompok ini memang hampir semua siswa aktif melakukan kegiatan belajar sesuai tugasnya masing-masing. Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan bertanya menjawab. Hasil observasi dari pengamat I yang mengamati kelompok penanya dapat dijelaskan pada tabel berikut ini: Data kegiatan tanya jawab kelompok penanya pada tabel tersebut mencapai rerata 85,17%. Tercapainya rerata 85,17% pada kegiatan tanya jawab melalui observasi kelompok penanya telah mencapai jauh di atas yang diharapkan yaitu 60-70%. Sedangkan hasil observasi kegiatan penjawab dapat dilaporkan sebagai berikut: tercapainya rerata 64,47% pada kegiatan tanya jawab melalui observasi kelompok penjawab telah mencapai target yang diharapkan yaitu 60-70%. Dari hasil penelitian dapat dilihat jumlah siswa yang hadir 29 siswa. 19 siswa telah mencapai ketuntasan belajar atau 65,52% telah mencapai nilai 70. Masih ada 10 siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar atau 34,48% masih mendapat nilai < 70. Maka target hasil belajar pada siklus I belum dapat tercapai. Walaupun ada kenaikan rerata dari kondisi semula yaitu dari 57,80 dan hanya 50% siswa yang mencapai ketuntasan belajar.

Deskripsi Siklus II

Pembelajaran pada siklus II ini siswa diajak belajar tentang luas bangun gabungan dari beberapa bangun datar. Siklus II dilaksanakan pada tanggal 4 dan 6 Oktober 2016. Pada pembelajaran klasikal tim pengamat mengadakan pengamatan bersama-sama. Tidak seperti pada siklus I dimana kedua pengamat mengamati sendiri-sendiri. Hasil pengamatan belajar klasikal menunjukkan rerata 66,21%. Hal ini menunjukkan kenaikan rerata dari siklus I yang hanya mencapai rerata 54,29%. Kenaikan rerata ini disebabkan adanya peningkatan kegiatan pembelajaran mencatat dan bertanya sebagaimana dijelaskan pada uraian di atas. Hasil penelitian menunjukkan angka rerata dari belajar kelompok sebesar 92,85%. Sedangkan pada siklus I belajar kelompok telah menunjukkan rerata 91,66%. Maka terdapat peningkatan yang sangat tipis yaitu 2,19% dari siklus I. Dari beberapa kenaikan proses kegiatan pembelajaran yang dicapai, maka dapat dilihat keberhasilan hasil belajar berikut ini. Dari hasil penelitian dapat dilihat siswa yang mencapai ketuntasan belajar mencapai 75,86%. Walaupun belum mencapai target yang ditentukan yaitu 100% siswa tuntas, namun terdapat kenaikan ketuntasan belajar dibandingkan dengan siklus I yang baru mencapai 65,52%. Dengan demikian masih ada 24,14% atau 7 siswa yang belum tuntas. Untuk itu diperlukan remidial melalui bimbingan belajar bagi keenam siswa tersebut. Dilihat dari materi soal nomor 9 dan 10, masih >50% siswa belum berhasil menyelesaikan dengan benar. Maka diperlukan penjelasan ulang atau remidial klasikal tentang soal nomor 9 dan 10.

Deskripsi Siklus III

Siklus III dimulai dengan diawali berdoa, membaca Teks Pancasila, presensi. Kemudian guru membuka pelajaran dengan apersepsi. Siklus III dilaksanakan pada tanggal 17 dan 19 Oktober 2016. Hasil pengamatan kegiatan klasikal dapat dilihat pada tabel berikut ini: hasil penelitian menunjukkan bahwa dari hasil pengamatan pembelajaran klasikal siklus III telah berhasil mencapai rerata 84,83%. Keberhasilan tersebut telah dapat memenuhi target yang ditentukan yaitu 60% -70% dan mengalami kemajuan yang cukup signifikan dibandingkan siklus I yang baru mencapai 54,22% dan siklus II telah mencapai 66,21%. Peningkatan proses pembelajaran klasikal tersebut disebabkan semakin banyaknya pertanyaan dari siswa dan peningkatan kegiatan mencatat siswa, juga kegiatan menjawab. Sedangkan hasil pengamatan proses pembelajaran kelompok menunjukkan angka rerata dari belajar kelompok sebesar 97,91%. Sedangkan pada siklus II belajar kelompok telah menunjukkan rerata 92,85%. Maka terdapat peningkatan 5,06% dari siklus II. Sedangkan untuk mengetahui hasil pengamatan kegiatan tanya jawab, kegiatan kelompok penanya pada kegiatan tanya jawab. Rerata yang diperoleh adalah 93,16%, berarti terjadi peningkatan kegiatan dari siklus II yang baru mencapai 89,00%, sehingga peningkatan yang terjadi adalah 4,16%. Tercapainya rerata 93,16% telah memenuhi jauh di atas target yang ditentukan yaitu 70% – 80%. Sedangkan hasil belajar siswa mencapai rerata 81,72% dengan ketuntasan belajar 100%. Dengan demikian indikator keberhasilan telah dicapai yaitu 100% siswa mengalami ketuntasan belajar. Namun demikian masih ada dua soal yaitu soal nomor 7 dan nomor 6 masih ada 8 siswa yang belum bisa menyelesaikan dengan benar. Karena ada >28% siswa yang belum menguasai maka perlu ditindaklanjuti dengan penjelasan ulang secara klasikal.

Pembahasan

Hasil pengamatan pembelajaran klasikal dari siklus I mencapai 54,29%, siklus II mencapai 66,21%, dan siklus III mencapai 84,83%. Peningkatan tersebut menunjukkan peningkatan semangat belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika. Hasil penelitian menunjukkan data hasil pengamatan pembelajaran kooperatif STAD dari siklus I mencapai 91,66%, siklus II mencapai 92,85%, dan siklus III mencapai 97,91%. Data hasil pengamatan pembelajaran melalui kegiatan tanya jawab dari siklus I mencapai 74,82%, siklus II mencapai 86,16%, dan siklus III mencapai 92,78%. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan rerata hasil belajar yang diikuti oleh ketuntasan belajar. Siklus I dicapai rerata 64,14 dan siswa tuntas belajar 65,52%, Siklus II dicapai rerata 74,48 dan siswa tuntas belajar 75,86%, Siklus III dicapai rerata 81,72 dan siswa tuntas belajar 100%, Karena ketuntasan belajar telah mencapai 100% mendapat nilai 70 – > 70 maka target yang ditentukan telah dicapai. Perkembangan kemajuan yang dicapai dalam proses pembelajaran dan hasil belajar dalam penelitian tindakan kelas ini mulai dari siklus I sampai dengan siklus III dapat disajikan dalam tabel berikut ini:

Rekapitulasi Peningkatan Proses Pembelajaran dan Hasil Belajar

No.

Proses Pembelajaran/Hasil Belajar

Kondisi Awal

Kemajuan yang dicapai

Kenaikan

SI-SII

Siklus

Siklus

Siklus III

SII-SIII**)

I

 II

 

 

 

 

 

 

 

 

1.

Klasikal

54,29%

66,21%

84,83%

11,92/18,62

2.

Kooperatif STAD

91,66%

92,85%

97,91%

1,19/5,06

3.

Tanya jawab

74,82%

86,17%

92,78%

11,35/6,61

4.

Hasil Belajar(R*)

57,8

64,14

74,48

81,72

6,3/10,3/7,2

5.

Ketuntasan Belajar

50%

65,52%

75,86%

100%

15,52/10,34/24,14

Keterangan: *) Rerata

          **) Siklus I, Siklus II, Siklus III

PENUTUP

Simpulan

Hasil analisis data dan pembahasan dapat menunjukkan beberapa kemajuan yang dicapai selama pembelajaran baik melalui pembelajaran klasikal, model kooperatif STAD, bermain tanya jawab, maupun hasil belajar. Maka hasil penelitian tindakan kelas ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pembelajaran model kooperatif STAD dapat mendorong siswa untuk belajar tentang luas bangun lebih bersemangat, meningkatkan proses pembelajaran, dan hasil belajar. 2. Bermain tanya jawab dapat mendorong siswa untuk belajar tentang luas bangun menjadi lebih bersemangat, meningkatkan proses pembelajaran, dan hasil belajar.

Saran

Berdasarkan beberapa kemajuan yang dicapai dan hasil simpulan penelitian ini, maka perlu disampaikan beberapa saran yang berkaitan dengan pemanfaatan hasil penelitian tindakan kelas yang menerapkan pembelajaran Model Kooperatif STAD. Beberapa saran yang perlu disampaikan adalah: 1.         Bagi teman-teman guru, untuk mengatasi permasalahan pembelajaran matematika yang cenderung tidak disukai oleh siswa , maka sebagai alternatif penyelesaiannya adalah menerapkan model kooperatif STAD. 2. Juga untuk teman-teman guru, untuk menerapkan Strategi pembelajaran tanya jawab seperti pada penelitian ini diperlukan persiapan yang matang, terutama pada saat penilaian kelompok penjawab diperlukan bantuan dari siswa yang pandai untuk membantu guru mengerjakan soal-soal yang dibuat oleh temannya. 3. Bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian lanjutan sesuai dengan penelitian ini juga disarankan agar membuat persiapan yang lebih sempurna terutama dalam mempersiapkan instrumen pengamatan beserta rubrik-rubrik yang jelas pada saat kegiatan tanya jawab. Juga disarankan agar tim pengamat minimal dua orang, karena menurut pengalaman peneliti tim pengamat sangat sibuk dalam menilai soal dan jawaban yang dibuat siswa pada saat kegiatan tanya jawab.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,Suharsimi & Suharjono & Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Departemen Agama RI. 2001. Bahan Penataran (Modul Metodologi Pendidikan Agama Islam) Jakarta: Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam.

Departemen Agama RI. 2004. Strategi Pembelajaran Matematika untuk Tingkat Madrasah Aliyah. Jakarta: Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan Pusdiklat Tenaga Teknis Keagamaan.

De Porter, Bobbi. 2001. Quantum Teaching, Bandung: Kaifa.

Dinas Pendidikan Kabupaten Sidoarjo. 2006. Kurikulum 2006 Standar Kompetensi Kelas VI Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Sidoarjo: Dinas Pendidikan Kabupaten Sidoarjo

Hasibuan & Mujiono. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nur, Mohammad. 1998. Teori Pembelajaran Kognitif. Surabaya: PPS IKIP Surabaya.

_______________. 2003. Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pembelajaran sebagai Salah Satu Prasyarat Utama Pengimplementasian Kebijaka-kebijakan Inovatif Depdiknas dalam Merespon Tuntutan dan Tantangan Masa Depan. Makalah disajikan dalam Wisuda VII Pascasarjana Teknologi Pembelajaran Universitas PGRI Adi Buana Surabaya, 20 Desember 2003.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2003. Jakarta: Cemerlang.

Wardani, I.G.A.K. 2005. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas terbuka Departemen Pendidikan Nasional.

Riyanto, Yatim. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: Penerbit SIC.

Yuwono, Trisno & Abdullah Pius. 1994. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Praktis. Surabaya: Arkola.