Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Melalui Pembelajaran Numbered Head Toggether
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn,
BAHASA INDONESIA, SBdP PADA PEMBELAJARAN TEMATIK MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE NUMBERED HEAD TOGGETHER (NHT) BAGI SISWA KELAS 1
SD NEGERI 1 KURIPAN
PADA SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Siti Aminah
Guru SD Negeri 1 Kuripan Kabupaten Grobogan
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan peningkatan aktivitas dan hasil belajar Tematik PKn, Bahasa Indonesia dan SBdP melalui pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Toggether (NHT) di kelas I SD Negeri 1 Kuripan semester 1 tahun pelajaran 2018/2019. Penelitian yang dimaksud adalah jenis penelitian tindakan kelas (PTK) dengan variabel terikat yaitu, peningkatan aktivitas dan hasil belajar Tematik PKn, Bahasa Indonesia dan SBdP di kelas I SD Negeri 1 Kuripan semester 1 tahun pelajaran 2018/2019, sedangkan untuk variabel bebasnya adalah penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Toggether (NHT). Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah data aktivitas siswa, data aktivitas guru dan nilai hasil belajar siswa. Setelah data terkumpul akan dianalisis dengan menggunakan deskriptif komparatif untuk aktivitas dan data hasil belajar siswa pada pembelajaran Tematik KK 13 di kelas I SD Negeri 1 Kuripan semester 1 tahun pelajaran 2018/2019 dengan cara membandingkan antara kondisi awal (pra siklus) dengan indikator kinerja siklus I, dan indikator kinerja siklus I dengan siklus II. Subjek penelitian dalam penelitian ini berjumlah 36 siswa, pada kondisi awal tingkat ketuntasan klasikal mencapai 40%, setelah siklus I tingkat ketuntasan klasikal mencapai 60% dan setelah siklus II ketuntasan meningkat menjadi 90% sehingga sudah mencapai indikator keberhasilan. Berdasarkan keberhasilan tersebut, maka penulis menyarankan agar model pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Toggether (NHT dapat dikembangkan dalam pembelajaran di sekolah.
Kata kunci: Model Pembelajaran NHT, Aktivitas, Hasil Belajar, Tematik PKn, Bahasa Indonesia dan SBdP
PENDAHULUAN
Kondisi pembelajaran di kelas I SD negeri 1 Kuripan pada semester 1 tahun pelajaran 2018/2019 dalam pembelajaran Tematik materi Pkn, Bahasa Indonesia dan SBdP memperlihatkan aktivitas siswa yang kurang fokus. Saat guru mempresentasikan materi, beberapa siswa tidak memperhatikan penjelasan guru, beberapa siswa malah menggambar, ada yang ngantuk, ada yang berbicara dengan teman sebangkunya dan ada yang ngantuk, ada yang berbicara dengan teman sebangkunya dan ada yang terlihat membaca buku. Selain itu masalah di kelas ini adalah kuranya penguasaan materi prasarat untuk menuju pelajaran baru, dan ada anak usil sehingga menyebabkan suasana kelas menjadi ramai. Ketidakrelevan aktifitas siswa ini berdampak pada daya serap materi kurang, sehingga saat guru melaksanakan evaluasi/ulangan banyak siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM. Analisis nilai ulangan menunjukkan sebanyak 16 dari 36 siswa di kelas atau 42,5% tidak berhasil mencapai nilai KKM yang ditentukan sebesar 65.
Kondisi pembelajaran tersebut tidak sesuai dengan harapan, baik oleh guru, sekolah, pemerintah maupun orangtua/wali murid sendiri. Harapan masyarakat/orangtua seperti yang dirumuskan dalam visi sekolah ini, “Unggul dalam prestasi, terampil, beriman, bertaqwa, dan berbudi pekerti luhur†tidak akan dapat terpenuhi, jika kondisi pembelajaran seperti yang terjadi saat ini di kelas I SD Negeri 1 Kuripan. Seharusnya siswa dapat memperlihatkan aktivitas belajar di kelas dengan baik, seperti fokus perhatian siswa yang sejalan dengan aktivitas guru, misalnya: saat guru menjelaskan/presentasi materi siswa memperhatikan, saat guru meminta diskusi semua siswa dapat terlibat, saat guru membuka tanya jawab siswa memiliki keberanian untuk bertanya, dan saat guru bertanya, siswa memiliki keberanian dan bisa mengungkapkan tanggapannya dengan bahasa sendiri.
Kesenjangan antara harapan/kondisi ideal pembelajaran PKn dan Bahasa Indonesia dengan kenyataan yang saat ini di kelas I perlu segera diatasi. Oleh karena itu sangat penting bagi guru, untuk segera melakukan tindakan guna memperbaiki kualitas pembelajaran di kelas I ini, supaya aktivitas dan hasil belajar siswa lebih baik yang akan berakibat pada pencapaian harapan tersebut. Selain itu jika kondisi pembelajaran ini terus didiamkan, maka tidak menutup kemungkinan kondisi tidak baik ini akan berdampak pada pembelajaran lain seperti pada Matematika, SBdP , PJOK, dll. Menurunnya motivasi belajar siswa, jika dibiarkan akan menjadi pula kebiasaan belajar siswa. Jika hal ini terjadi pada mata pelajaran lain, sudah tentu perolehan nilai belajarnya juga akan menurun dan secara keseluruhan pasti akan berakibat fatal pada nilai akhir.
Guru mengajukan alternatif tindakan berdasarkan masalah yang terjadi di kelas I ini, adalah dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Toggether (NHT). Penilaian alternatif tindakan ini didasarkan pada pengetahuan guru mengenai teori dari pembelajaran ini. Menurut teori, pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Toggether (NHT) dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran, sehingga guru berpikir dengan menerapkan tindakan ini akan dapat mengatasi rasa bosan siswa, meningkatkan motivasi belajar siswa yang akan berakibat pada meningkatnya kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa.
Dari latar belakang diatas, maka peneliti memiliki keyakinan, bahwa masalah pembelajaran PKN, Bahasa Indonesia, dan SBdP di kelas I SD Negeri 1 Kuripan akan dapat diselesaikan melalui penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar PKn dan Bahasa Indonesia pembelajaran Tematik melalui pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Toggether (NHT) Bagi Siswa Kelas I SD Negeri 1 Kuripan pada Semester I tahun pelajaran 2018/2019.
Rumusan masalah yang menjadi focus penelitian ini adalah: †1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran Tematik PKn, Bahasa Indonesia dan SBdP materi Belajar Tematik melalui pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Toggether (NHT) di kelas I SD Negeri 1 Kuripan pada semester 1 tahun pelajaran 2018/2019? dan 2. Bagaimana peningkatan aktivitas dan hasil belajar PKn, Bahasa Indonesia dan SBdP pada pembelajaran Tematik melalui pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Toggether (NHT) di kelas I SD Negeri 1 Kuripan semester 1 tahun pelajaran 2018/2019?â€
Berdasarkan permasalahan yang terjadi penelitian ini dilakukan dengan tujuan menjelaskan proses pelaksanaan pembelajaran Tematik melalui pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Toggether (NHT) di kelas I SD Negeri 1 Kuripan semester 1 tahun pelajaran 2018/2019 dan menjelaskan peningkatan aktivitas dan hasil belajar Tematik PKn, Bahasa Indonesia dan SBdP melalui pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Toggether (NHT) di kelas I SD Negeri 1 Kuripan semester 1 tahun pelajaran 2018/2019. Adapun manfaat penelitian ini bagi siswa antara lain untuk meningkatnya meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran PKn, Bahasa Indonesia dan SBdP, sedangkan bagi guru yaitu meningkatnya profesionalisme dalam mengajar, memilih alternatif dan menerapkan model, pendekatan, strategi/metode dan media belajar mengajar di kelas.
Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) yaitu: 1).membagi siswa ke dalam kelompok; 2).memberikan penomoran kepada siswa; 3).pemberian materi pembelajran; 4).pemberian tugas siswa; 5).siswa berpikir bersama; 6).pemanggilan nomor siswa; 7).siswa menjawab pertanyaan; dan 8).penarikan kesimpulan.
KAJIAN TEORI
Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran
Kegiatan belajar dapat diketahui melalui ciri-cirinya. Sugihartono, dkk (2007: 74-6), menyatakan ciri-ciri belajar meliputi: (1) perubahan perilaku terjadi secara sadar; (2) perubahan bersifat kontinu dan fungsional; (3) perubahan bersifat positif dan aktif; (4) perubahan bersifat permanen; (5) perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah; dan (6) perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.
Menurut Slameto (2010: 36). “dalam proses belajar mengajar guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam berpikir dan berbuatâ€. Penerimaan pelajaran melalui aktivitas siswa memberikan kesan yang tidak akan berlalu begitu saja, tetapi dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang memberi kesempatan bagi siswa untuk melakukan proses berpikir dan berbuat. Berbuat dalam belajar merupakan proses bagi siswa untuk menjadi aktif. Siswa harus diberi kesmepatan untuk berpikir sendiri sehingga ia dapat berbuat berdasarkan yang ada di dalam pikiran. Walaupun dalam proses belajar siswa sudah melakukan suatu kegiatan, siswa tidak hanya sebatas melakukan perintah guru seperti terbatas pada kegiatan menulis, mendengarkan, dan menjawab pertanyaan guru. Namun, guru memiliki kewajiban untuk menyediakan bahan materi dan siswa yang mengolah sendiri materi tersebut. Selain materi, guru juga menciptakan situasi untuk menentukan aktivitas apa yang akan dilakukan oleh siswa dalam rangka belajar.
Kondisi belajar mengajar yang efektif adalah adanya minat perhatian siswa dalam belajar. Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat ini besar sekali pengaruhnya terhadap belajar, sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu. Misalnya, seorang anak menaruh minat dalam bidang kesenian, maka ia akan berusaha untuk mengetahui lebih banyak tentang kesenian.
Keterlibatan siswa dalam belajar erat kaitannya dengan sifat- sifat siswa, baik yang bersifat kognitif seperti kecerdasan dan bakat maupun yang bersifat afektif seperti motivasi, rasa percaya diri, dan minatnya. Mengingat pentingnya minat dalam belajar, Ovide Declory (1871-1932) mendasarkan sistem pendidikan pada pusat minat terhadap makanan, perlindungan terhadap pengaruh iklim (pakaian dan rumah), mempertahankan diri terhadap macam-macam bahaya dan musuh, bekerja sama dalam olah raga (dalam. Mursela dan Usman, M. Uzer, 2005:27).
Hasil Belajar PKn, Bahasa Indonesia dan SBdP pada Pembelajaran Tematik
Hasil adalah sesuatu yang diperoleh dari usaha. Sementara belajar menurut KBBI adalah usaha untuk memperoleh kepandaian atau ilmu. Dari pengertian ini dapat dimaknai bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang dihasilkan dari usaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Menurut W. Winke! (1989:82), hasil belajar siswa adalah keberhasilan yang dicapai oleh siswa, yakni prestasi belajar siswa di sekolah yang mewujudkan dalam bentuk angka. Menurut Winarno Surakhamad dalam Jemmars (1982:25). Hasil belajar siswa bagi kebanyakan orang berarti ulangan, ujian atau tes. Maksud ulangan tersebut adalah untuk memperoleh suatu indek dalam menentukan keberhasilan siswa. Keberhasilan siswa dalam pendidikan formal lebih dikenal sebagai prestasi belajar. Prestasi belajar dimaknai sebagai pencapaian atau perolehan yang didapat setelah suatu kegiatan pembelajaran pada suatu periode tertentu. Sementara Arikunto (1990:133) mengartikan hasil belajar adalah hasil akhir setelah mengalami proses belajar, dan perubahannya terlihat melalui perbuatan yang dapat diamati dan diukur. Nasution (1995:25) juga berpendapat bahwa hasil adalah suatu perubahan pada diri individu. Perubahan yang dimaksud tidak hanya perubahan pengetahuan, tetapi juga meliputi perubahan kecakapan, sikap, dan penghargaan diri pada individu tersebut. Di kegiatan belajar mengajar, siswa dikondisikan untuk mengalami suatu proses interaksi dengan lingkungan. Pada aktivitas interaksi tersebut siswa diharapkan dengan nilai-nilai positif dalam suatu pembelajaran yang diharapkan akan memiliki efek pada prubahan perilaku yang mengarah pada nilai positif tersebut. Perubahan perilaku yang mengarah pada nilai positif itulah yang merepakan subtansi dari prestasi belajar.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT)
Numbered Head Together (NHT) jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi penomoran berfikir bersama, yaitu tipe pembelajaran Kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Hal ini sesuai dengan pendapat sumber aslinya yaitu Spencer Kagan dalam Trianto (2012: 82), bahwa model pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) di rancang untuk mempengaruhi melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) yaitu: 1) membagi siswa ke dalam kelompok; 2) memberikan penomoran kepada siswa; 3) pemberian materi pembelajran; 4) pemberian tugas siswa; 5) siswa berpikir bersama; 6) pemanggilan nomor siswa; 7) siswa menjawab pertanyaan; dan 8) penarikan kesimpulan.
METODE PENELITIAN
Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Kuripan yang beralamat di Dusun Kuripan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan. Penelitian berlangsung dari bulan Juli 2018 sampai dengan Oktober 2018 sejak prasiklus sampai dengan penyusunan laporan Penelitian.
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 1 Kuripan sebanyak 36 siswa,. Guru kelas I sebagai peneliti dan 1 orang guru sebagai kolaborator penelitian.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan sebanyak 2 siklus. Dalam tiap siklus terdiri dari beberapa tahap yaitu: tahap perencanaan, tahap implementasi tindakan, tahap observasi dan interpretasi, tahap analisis dan refleksi.
Dalam penelitian ini, peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA kompetensi dasar mengidentifikasi penyebab benda bergerak (baterai, per/pegas, dorongan tangan, dan magnet) di Kelas 1 SD N 1 Kuripan tahun pelajaran 2017/2018 merupakan variabel terikat, sedangkan untuk variabel bebasnya adalah penerapan model pembelajaran inkuiri.
Sumber data dalam penelitian ini berasal dari data arsip sekolah dan data penelitian antara lain: 1) Nilai evaluasi hasil belajar di setiap akhir siklus pembelajaran; 2) Data aktivitas belajar siswa; 3) Data pengelolaan kelas oleh guru selama pembelajaran berlangsung; 4) Dokumentasi Foto kegiatan siklus dan lembar catatan penelitian.
Setelah semua data terkumpul, dilakukan olah data dan analisis. Data aktivitas belajar siswa diukur menurut: (1) Keantusiasannya dalam mengikuti pembelajaran/kesertaan dalam melaksanakan tugas belajarnya; (2) Keberanian bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya; (3) Kemampuan siswa bekerja sama dalam kelompok dan memaparkan hasil diskusinya (terlibat diskusi sesuai dengan petunjuk guru); (4) Keberanian siswa dalam mengemukakan tanggapan atau pendapat; (5) Kemampuan siswa dalam mengerjakan tugas/soal individu (melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis).
Adapun indikator kinerja penelitian tindakan kelas ini akan berlanjut atau berhenti berdasarkan hal-hal berikut: ketuntasan individu siswa dalam kelas mencapai 80%, aktivitas belajar siswa masuk kategori tinggi atau sangat tinggi dan penilaian kriteria kemampuan guru mengelola kelas masuk kategori Baik atau sangat baik.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Kondisi Awal/Pra Siklus
Pada kondisi awal sebelum diadakan tindakan siklus I, rendahnya aktivitas belajar siswa di kelas berdampak pada daya serap materi yang kurang, sehingga mengakibatkan pada rendahnya pencapaian ketuntasan klasikal yang perlu diberikan tindakan. Analisis nilai ulangan menunjukkan sebanyak 15 dari 36 siswa atau 40% siswa di kelas I tidak berhasil mencapai nilai KKM yang ditentukan sebesar 65. Hasil analisis nilai ulangan pada prasiklus dapat diamati melalui rekapitulasi data berikut.
Tabel Rekapitulasi Ketuntasan Hasil belajar Kondisi Awal/Prasiklus
Nilai KKM |
Kriteria |
Frekuensi |
Prosentase |
³ 65 |
Tuntas |
15 |
40 % |
< 65 |
Tidak Tuntas |
21 |
60 % |
Jumlah |
36 |
100 % |
Siklus I
Berdasarkan hasil evaluasi belajar yang dicapai oleh siswa seperti pada kondisi awal/pra siklus, peneliti melakukan perbaikan pembelajaran siklus I dengan dekripsi sebagai berikut:
Perencanaan perbaikan pada siklus I meliputi, 1) identifikasi masalah dan mencari pemecahannya berdasarkan kondisi awal/prasiklus, 2) menyusun rencana perbaikan untuk menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) berupa RPP, materi dan lembar kerja; 3) menyusun instrumen penilaian berupa soal tes pedagogik dan lembar pengamatan siswa dan guru; 4) Menyiapkan media, alat, dan bahan yang diperlukan dalam proses pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT).
Pelaksanaan tindakan kelas berdasarkan perencanaan yang sudah dibuat memperlihatkan proses pembelajaran menjadi lebih baik dari kondisi awal. Speerti pembelajaran umumnya peneliti melaksanakan urutan langkah pembelajaran sesuai RPP perbaikan siklus I, yang disusun berdasarkan alternatif tindakan yaitu menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). Pada pertemuan pertama, siswa merasa bingung dengan adanya pembagian nomor siswa, namun shetelah dijelaskan maksud dan tujuannya siswa menjadi mengerti kalo ada perbedaan model pembelajaran dari hari-hari sebelumnya. Pada kegiatan inti guru membagi kelompok menjadi 10 dengan anggota berjumlah 4 orang. Guru membagi nomor setiap siswa disetiap kelompok. Guru membagi Kartu huruf dan kartu kata untuk dikerjakan bersama kelompok. Kemudian 30 menit berikutnya guru memanggil setiap nomor dan siswa menyampaikan jawabannya sesuai nomor, kemudian siswa lain dalam kelompok memberikan tanggapan atas jawaban siswa yang ditunjuk. Namun ternyata perkiraan waktu guru tidak tepat sehingga masih ada beberapa nomor yang belum dipanggil sehingga tidak dibahas. Kemudian guru mengakhiri pembelajaran pada 5 menit terakhir dengan memberikan simpulan dan perkuatan materi secara singkat.
Di pertemuan kedua memperlihatkan kondisi pembelajaran lebih baik. Hal ini dilihat dari bedanya materi yang diajarkan dengan model yang sam, namun berjalan lebih baik. Kontrol waktu guru sudah lebih baik, dan pada 30 menit sebelum berakhir pelajaran guru memberikan evaluasi akhir siklus dengan tes.
Pengamatan pada pembelajaran siklus I dari pertemuan pertama dan kedua, memperlihatkan adanya perbaikan pembelajaran. Terlihat aktifitas siswa mulai terbiasa dengan model kooperatif ini. Keberanian siswa membaik, ramainya kelas teratur karena diisi dengan pertanyaan dan tanggapan. Meskipun demikian masih terlihat juga beberapa siswa belum menunjukan aktifitas yang diharapkan seperti yang diperlihatkan teman lainnya. Perilaku khusus ditunjukkan 2 siswa ketika dipanggil hanya diam tidak menjawab sama sekali dan terlihat takut, kemudian diketahui hal ini disebabkan pada giliran siswa tersebut tidak ada siswa yang bisa menjawab pertanyaan yang diberikan guru yang dibagi pada nomor tersebut. Aktifitas belajar siswa di siklus I ini dinilai cukup tinggi. Hasil olah data memperlihatkan skor aktivitas siswa mencapai 50%. Selain itu dari sisi aktivitas guru dalam mengelola kelas dinilai sudah baik dengan perolehan nilai sebesar 3,1.
Meskipun kondisi pembelajaran sudah menunjukkan perbaikan, namun pada aspek keterlibatan siswa dlaam diskusi kelompok, keberanian siswa mengungkapkan tanggapan/ide masih perlu ditingkatkan lagi. Selain itu, aktivitas guru dlaam mengelola klas juga masih perlu ditingkatkan khususnya pada pengelolaan waktu dan kegiatan pembimbingan siswa/kelompok yang perlu mendapatkan bimbingan.
Adapun pada kegiatan evaluasi akhir siklus I didapatkan rekapitulasi data sebagai berikut.
Tabel Rekapitulasi Ketuntasan Hasil belajar Siklus I
Nilai KKM |
Kriteria |
Frekuensi |
Prosentase |
³ 65 |
Tuntas |
21 |
60 % |
< 65 |
Tidak Tuntas |
15 |
40 % |
Jumlah |
36 |
100% |
Hasil Refleksi pada siklus I memberikan informasi sebagai berikut: (1) Sampai dengan pertemuan kedua, beberapa siswa sudah mulai terbiasa dengan pembelajaran yang menekankan keaktifan siswa, namun masih cukup banyak siswa terlihat pasif, (2) keberanian anggota kelompok untuk memaparkan hasil dan tanggapan masih perlu ditingkatkan lagi, (3) peran setiap anggota kelompok perlu ditingkatkan sehingga bukan hanya mengandalkan satu atau dua orang saja untuk menyelsaikan tugas kelompok, (4) guru masih perlu mengontrol waktu dalam pembelajaran, (5) dan berdasarkan indikator kerja, hasil evaluasi dari siklus ini belum menunjukkan keberhasilan. Berdasarkan hasil refleksi ini, guna memperbaiki pembelajaran terutama agar hasil belajar siswa dapat meningkat dan mencapai indikator kinerja yang ditentukan, maka siklus tindakan dalam perbaikan pembelajaran ini perlu untuk dilanjukan ke siklus II.
Siklus II
Perencanaan perbaikan pada siklus II meliputi, 1) identifikasi masalah dan mencari pemecahannya berdasarkan hasil refleksi di siklus I. 2) menyusun rencana perbaikan yang sama dengan siklus I yaitu dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) yang meliputi RPP, materi dan lembar kerja; 3) menyusun instrumen penilaian berupa soal tes pedagogik danlembar pengamatan siswa dan guru; 4) Menyiapkan media, alat, dan bahan yang diperlukan dalam proses pembelajaran.
Pelaksanaan tindakan di siklus II ini berdasarkan perencanaan yang sudah dibuat dan berjalan lebih baik. Baik di pertemuan pertama maupun kedua, guru sudah melaksanakan seluruh urutan langkah pembelajaran sesuai RPP perbaikan siklus II. Pada pertemuan pertama di siklus II ini, memperlihatkan adanya pencapaian dari hal-hal yang belum tercapai pada siklus I, dan pencapaian pada pertemuan pertama ini diperbaikan kembali di pertemuan kedua. Kondisi kelas lebih kondusif dari siklus I, siswa sudah mengetahui urutan langkah pembelajaran ini. Saat siswa dalam kelompok menemukan kesulitan langsung bertanya kepada guru, dan ketakutan siswa sudah teratasi. Selain itu, hal-hal yang masih perlu ditingkatkan guru karena belum tercapai pada siklus I, sudah dapat diselesaikan pada siklus II ini. Diantaranya adlaah: pengelolaan waktu lebih baik dan kegiatan bimbingan guru lebih merata. Keberanian siswa bertanya, mengungkapkan pendapat dan keterlibatan siswa dalam kelompok diskusi juga lebih baik dibandingkan siklus I.
Aktivitas belajar siswa di siklus II ini dinilai tinggi seperti yang ditunjukkan oleh angka olah data dengan pencapaian skor nilai sebesar 69,44. Kemudian dari sisi aktivitas guru, kemampuan guru dinilai sangat baik dengan perolehan skor pada nilai 3,9. Dan terhadap hasil belajar, pada kegiatan evaluasi akhir siklus II diperoleh hasil analisis sebagai berikut.
Tabel Rekapitulasi Ketuntasan Hasil belajar Siklus II
Nilai KKM |
Kriteria |
Frekuensi |
Prosentase |
³ 65 |
Tuntas |
34 |
95 % |
< 65 |
Tidak Tuntas |
2 |
5 % |
Jumlah |
36 |
100% |
Hasil olah data berdasarkan kriteria ketuntasan menurut tabel diatas dapat dijelaskan sebagai: (1) Secara individu, sebanyak 36 siswa atau 95% dari jumlah siswa telah mampu mencapai KKM, sedangkan yang tidak berhasil mencapai KKM adalah sisanya yaitu 3 siswa atau 7,5% berdasarkan KKM yang ditentukan sebesar 65; (2) Secara klasikal, ketuntasan kelas yang ditetapkan sebelumnya sebesar 80% telah terpenuhi, yaitu dengan perolehan sebesar 95% siswa telah berhasil mencapai ketuntasan individu dengan nilai rata-rata 86. Selain itu melalui pemusatan data nilai hasil belajar memberi informasi, bahwa di siklus II ini siswa berhasil mencapai nilai tertinggi pada skor nilai 100, sedangkan nilai terendah di skor 64, dan nilai modus (frekuensi terbanyak) siswa memperoleh nilai di skor 88.
Hasil Refleksi pada siklus II memberikan informasi sebagai berikut: pembelajaran sudah sesuai urutan dalam model NHT, aktivitas siswa yang meliputi 5 aspek penilaian sudah tinggi. Pengelolaan waktu dan bimbingan guru sudah berjalan sesuai harapan. Berdasarkan hasil refleksi ini dan mempertimbangkan hasil diskusi balikan dengan teman sejawat, bahwa secara umum kegiatan pembelajaran sudah lebih baik, dan kriteria ketuntasan individu maupun klasikal telah terpenuhi dengan rata-rata hasil belajar yang lebih baik pula. Hal ini disebabkan siswa sudah terbiasa dalam pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). Perhatian dan bimbingan guru pada siswa cenderung lebih aktif. Dan dikarenakan pengelolaan kelas, aktivitas siswa dan hasil belajar telah meningkat dari kondisi sebelum tindakan, dan sudah mencapai indikator kinerja penelitian, maka diputuskan untuk mengakhiri siklus penelitian.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ada beberapa hal yang dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) di kelas I SD Negeri 1 Kuripan pada semester 1 Tahun Pelajaran 2017/2018 mampu meningkatkan motivasi dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran, seperti keaktifan siswa bertanya, menanggapi dan mengutarakan ide/pendapat serta percaya diri dan keberaniannya merupakan perwujudan membaiknya perilaku belajar siswa di kelas, siswa merasa senang dan aktif berdiskusi dalam memecahkan masalah.
2. Aktivitas dan Hasil Belajar PKn, Bahasa Indonesia dan SBdP Materi Proses aktifitas belajar tematik dapat ditingkatkan dengan menerapkan Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT), bagi Siswa Kelas I SD Negeri 1 Kuripan pada Semester 1 Tahun Pelajaran 2017/2018. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang mengukur aspek penilaian aktivitas belajar siswa meningkat, rata-rata skor prasiklus sebesar 40% dan siklus I sebesar 60%, sleanjutnya pada siklus II naik menjadi 69,44. Sedangkan pengukuran hasil belajar, siswa tuntas di prasiklus hanya sebesar 40% dan siklus I menjadi 60% kemudian di siklus II naik kembali menjadi 95%..
DAFTAR PUSTAKA
Anita Lie. (2004). Cooperative Learning Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Grasindo. (2005). Cooperative Learning Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas.Jakarta: Grasindo.
Azhar Arsyad. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi. (2010). Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.
Cholisin. (2004). Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education). Yogyakarta: FIS. UNY.
_______. (2005) Pengembangan Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) dalam Praktik pembelajaran Kurikulum berbasis Kompetensi. Diakses dari staff.uny.ac.id/sites/defaulf/tiles/paradigmabaru/pkn_0.pdf. Pada tanggal 2 November 2015, Jam 20:00 WIB.
Fathurrohman, & Wuri Wuryandani. (2010) Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Skeolah Dasar. Yogyakarta: FIP UNY
H. Sujati. (2010). Penilaian Hasil Belajar Sekolah Dasar. Yogyakarta: FIP UNY.
Isjoni. (2009). Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi antar Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
________. (2011). Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta.
Litbang.kemendikbud.go.id/content/Standar%20Isi%20SD(1)pdf. Pada tanggal 10 November 2015, jam 16:25 WIB.
M. Dalyono. (2009). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Nana Sudjana. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nur Asma. (2006). Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Purwanto. (2010). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka pelajar
Robert E. Slavin. (2005). Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiyono. (2010a). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
_______. (2010b). Pendidikan Kewarganegaraan di SD Buku Pegangan Kuliah. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan.
Suharsimi Arikunto. (2005). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
_______. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Suryosubroto. (2002). Proses Belajar Mengajar di Skeolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Sutrisno Hadi. (2004). Metodologi Research Jilid III. Yogyakarta: Andi Offset
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003. Bandung: Citra Umbara.