UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA

PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

TENTANG PROSES PEMBENTUKAN TANAH MELALUI METODE DISKUSI/TUGAS DAN MEDIA GAMBAR PELAPUKAN BATUAN

DI KELAS V SD NEGERI SUSUKAN 2 KEC. SUSUKAN

KAB. SEMARANG SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2014/2015

 

Siti Nuryanti

SD Negeri Susukan 2 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang

 

ABSTRAK

Di dalam dunia pendidikan, salah satu faktor yang menentukan keberhasilan proses belajar mengajar di kelas adalah kemampuan guru. Untuk itu, guru perlu memiliki kemampuan mempersiapkan mata pelajaran yang diajarkannya dengan menggunakan metode dan media pembelajaran agar pembelajaran mudah dipahami, sehingga prestasi belajar siswa dapat optimal. Salah satu yang perlu ditelaah tentang keberhasilan proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru adalah nilai hasil tes formatif yang dilaksanakan oleh siswa sehingga keberhasilan siswa dalam menguasai materi terlihat pada hasil tes formatif tersebut, harapan guru adalah keberhasilan yang ideal dari proses pembelajaran. Salah satu usaha untuk menyikapi hal tersebut guru harus mencari jawaban keberhasilan dan kegagalan dalam proses pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi “ Proses Pembentukan Tanah” dengan menggunakan metode bervariasi dan media gambar pelapukan batuan di kelas V semester I SD Negeri Susukan 02, Kec. Susukan, Kab. Semarang. Diperoleh data tes formatif dari 21 siswa, hanya 8 siswa yang berhasil mencapai tingkat penguasaan materi, diatas rata-rata 55,7 atau hanya 38% saja yang mencapai ketuntasan hasil belajar klasikal. Bukti pembelajaran itu berhasil adalah adanya hasil evaluasi yang mencapai nilai ketuntasan belajar yang telah ditetapkan. Pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam ini siswa 92,2% tuntas. Nilai rata-rata kelas mencapai 75. Hal ini terbukti dari perolehan tes formatif yang dilaksanakan guru setelah proses pembelajaran selesai. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dari bab sebelumnya, peneliti akan mengemukakan tentang hasil selama melaksanakan perbaikan pembelajaran di kelas V SDN Susukan 02, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang berupa kesimpulan, saran dan tindak lanjut sebagai berikut: Untuk guru agar pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran lebih meningkat, hendaknya lebih mengembangkan kreatifitas dalam kegiatan mengajar terutama dalam memilih dan meramu metode yang sesuai dengan materi yang akan disajikan / diajarkan serta penggunaan media yang dapat meningkatkan minat belajar siswa. Perbaikan pembelajaran dengan menggunakan siklus di Sekolah Dasar sangat penting dilaksanakan oleh guru untuk menuntaskan hasil belajar siswa. Bagi pengambil kebijakan dalam pendidikan laporan ini dapat dijadikan sebagai bahan dalam kegiatan KKG, serta dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk mengambil kebijakan.

Kata Kunci: Pembentukan tanah, metode diskusi, media gambar

 

 

 

 

Latar Belakang Masalah

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu yang berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam, bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.

Ilmu Pengetahuan Alam diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Ilmu Pengetahuan Alam menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan ketrampilan proses dan sikap ilmiah.

Di dalam dunia pendidikan, salah satu faktor yang menentukan keberhasilan proses belajar mengajar di kelas adalah kemampuan guru. Untuk itu, guru perlu memiliki kemampuan mempersiapkan mata pelajaran yang diajarkannya dengan menggunakan metode dan media pembelajaran agar pembelajaran mudah dipahami, sehingga prestasi belajar siswa dapat optimal.

Salah satu yang perlu ditelaah tentang keberhasilan proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru adalah nilai hasil tes formatif yang dilaksanakan oleh siswa sehingga keberhasilan siswa dalam menguasai materi terlihat pada hasil tes formatif tersebut, harapan guru adalah keberhasilan yang ideal dari proses pembelajaran. Salah satu usaha untuk menyikapi hal tersebut guru harus mencari jawaban keberhasilan dan kegagalan dalam proses pembelajaran.

Dalam kegiatan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi “ Proses Pembentukan Tanah” dengan menggunakan metode bervariasi dan media gambar pelapukan batuan di kelas V semester I SD Negeri Susukan 02, Kec. Susukan, Kab. Semarang. Diperoleh data tes formatif dari 21 siswa, hanya 8 siswa yang berhasil mencapai tingkat penguasaan materi, diatas rata-rata 55,7 atau hanya 38% saja yang mencapai ketuntasan hasil belajar klasikal.

Rumusan Masalah.

Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah peneliti ungkap, maka yang menjadi fokus perumusan masalah yang akan peneliti kemukakan adalah “ Bagaimana cara menggunakan metode pembelajaran diskusi / tugas dan penggunaan media pembelajaran berupa gambar pelapukan batuan untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas V tentang materi pokok Proses Pembentukan Tanah ? ”.

Tujuan Penelitian.

Peneliti melakukan penelitian tentang materi pokok “ Proses Pembentukan Tanah” dikelas V semester 2 SD Negeri Susukan 02 dengan tujuan:

a.     Mendeskripsikan dampak penerapan metode diskusi / tugas pada materi “ Proses Pembentukan Tanah” dalam pembelajaran.

b.     Mendeskripsikan / menganalisis dampak penggunaan media pembelajaran berupa gambar pelapukan bantuan terhadap hasil belajar siswa.

 

Manfaat Penelitian.

1.     Bagi Guru

          Untuk meningkatkan kinerja dalam mengajar.

          Untuk meningkatkan profesional guru dalam memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya.

          Memiliki pengetahuan dasar Ilmu Pengetahuan Alam dengan menggunakan metode yang tepat sesuai, untuk kepentingan dalam proses belajar mengajar.

2.     Bagi Siswa

          Dalam proses pembelajaran siswa tampak lebih aktif, kreatif dan bersemangat.

          Meningkatkan interaksi agar siswa giat belajar.

          Meningkatkan kemampuan siswa dalam menjawab soal yang ada kaitannya dengan proses pembentukan tanah.

3.     Bagi Sekolah / Lembaga Pendidikan.

          Untuk mengatasi hambatan dan permasalahan pembelajaran di sekolah.

          Meningkatkan prestasi sekolah.

          Meningkatkan mutu pendidikan sekolah.

KAJIAN PUSTAKA

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar.

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar merupakan pembelajaran yang menarik, karena adanya keterkaitan antara perkembangan kognitif dengan hakekat Ilmu Pengetahuan Alam.

Seperti dikemukakan oleh Prof. Dr. Hm. Surya, dkk dalam bukunya yang berjudul: “ Kapita Selekta Kependidikan SD” halaman 7.19:

Menurut Piaget, perkembangan kognitif anak SD telah berada pada peringkat operasi kongkret yaitu perkembangan kemampuan berpikir dengan objek-objek kongkret (nyata). Hal ini terbentuk sejalan dengan perluasan interaksi anak dengan lingkungannya.

Menurut Drs. H. Noehi Nasution, M.A dalam bukunya berjudul “ Buku Materi Pokok Pendidikan IPA di SD” halaman 6.5.

Untuk mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam Subiyanto (1990) memperkenalkan tiga pendekatan utama. Pendekatan pertama memberi tekanan kepada fakta-fakta IPA.

Pendekatan kedua memberi tekanan kepada konsep-konsep yang dikembangkan oleh IPA.

Pendekatan terakhir memberi tekanan kepada proses-proses yang oleh IPA dimanfaatkan untuk mengungkap fakta dan mengembangkan model.

Metode Diskusi dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

Metode mengajar merupakan salah satu cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Dengan metode mengajar diharapkan tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa, sehubungan dengan kegiatan mengajar guru.

Prof. Dr. Winarno Surakhmad (1990) menegaskan bahwa “ metode pengajaran adalah cara-cara pelaksanaan daripada proses pengajaran atau soal bagaimana teknisnya suatu bahan pelajaran diberikan kepada murid-murid di sekolah”.

Jadi metode adalah cara yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan sedangkan menurut beliau yang dimaksud dengan ceramah sebagai metode mengajar ialah penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap kelasnya. Peranan murid dalam metode ceramah yang penting adalah mendengarkan dengan teliti serta mencatat yang pokok-pokok yang dikemukakan oleh guru.

Diskusi adalah suatu percakapan ilmiah oleh beberapa orang yang tergabung dalam satu kelompok untuk saling tukar pendapat tentang suatu masalah atau bersama-sama mencari pemecahan mendapatkan jawaban dan kebenaran atas suatu masalah.

Jadi Metode Diskusi adalah cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada para siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atas sesuatu masalah.

Metode resitasi (Penugasan) adalah: metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar.

Tugas dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar, baik secara individual maupun secara kelompok. Pendapat Syaiful Bahri Djamarah (2006: 72) “ Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya bila ia tidak menguasai satupun metode mengajar yang dirumuskan dan dikemukakan para ahli psikolog dan pendidikan.

Dalam kegiatan belajar mengajar, guru tidak harus berpaku dengan menggunakan satu metode, tetapi guru sebaiknya menggunakan metode yang bervariasi dengan jalannya pengajaran tidak membosankan, tetapi menarik perhatian anak didik.

Pemanfaatan Media dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar

Dalam proses pembelajaran, seorang guru pada saat menyajikan bahan ajar kepada siswa kerap kali menggunakan media informasi / bahan ajar tersebut dapat diterima atau diserap dengan baik oleh para siswa dan pada akhirnya diharapkan menjadi perubahan-perubahan perilaku baik berupa pengetahuan (kognitif), sikap (efektif), maupun ketrampilan (psikomotor).

Pengertian “Media” berasal dari kata “Medium” yang secara harfiah berarti “ perantara” (between) yaitu perantara sumber pesan (source) dengan penerima pesan (receiver). Dalam proses pembelajaran, menurut Asep Herry Hernawan, media ini dapat diartikan sebagai berikut:

a.     Teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaakan untuk keperluan pembelajaran.

b.     Sarana fisik untuk menyampaikan isi / materi pembelajaran seperti buku, film, video, slide, dan sebagainya.

c.     Sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang dengar, termasuk teknologi perangkat kerasnya (Udin S. Winataputra, dkk, 1997:5,3).

Dengan memperhatikan beberapa pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1) Media pembelajaran merupakan wahana dari pesan / informasi yang oleh sumber pesan (guru) ingin diteruskan kepada penerima pesan (siswa); 2) Pesan atau bahan ajar yang disampaikan adalah pesan / materi pembelajaran; 3) Tujuan yang ingin dicapai adalah terjadinya proses belajar mengajar dari siswa.

Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar, untuk menanamkan konsep ” Proses Pembentukan Tanah” siswa diajak mengamati benda-benda yang ada dilingkungan sekolah. Media yang dapat dimanfaatkan diantaranya adalah pagar tembok, paving, sapu lidi, genting, kaca jendela, bata merah, batu, lumut, air, kayu, tanaman, pot bunga, gelas dan sebagainya. Sedangkan dalam penelitian tindakan kelas ini media atau alat peraga yang peneliti gunakan adalah alat peraga berupa gambar pelapukan batuan.

PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

Subjek Penelitian

Tempat Pelaksanaan

Tempat pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas bidang studi Ilmu Pengetahuan Alam tentang Proses Pembentukan Tanah adalah di kelas V SD Negeri Susukan 02 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang.

Waktu Pelaksanaan

Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dilaksanakan tanggal:

Pra Siklus Senin, 16 Februari 2015

Siklus I Senin, 23 Februari 2015

Siklus II Senin, 2 Maret 2015

Karakteristik Siswa

Banyaknya siswa yang menimba ilmu di SDN Susukan 02 Kelas V semester II ada 21 siswa yang rata-rata berasal dari desa-desa pinggiran, ditinjau dari sudut ekonomi orang tuanya tergolong kurang mampu. Banyak orang tua siswa yang menjadi buruh tani sewaktu musim menggarap sawah banyak yang bekerja di sawah. Pulang sekolah ada sebagian siswa diberi tugas mengembala kambing, ada juga yang menjemur padi, sehingga waktu yang digunakan untuk belajar tersita untuk membantu pekerjaan orang tuanya. Kebanyakan wali siswa hanya menamatkan pendidikannya sampai SD dan SMP saja sehingga perhatian terhadap anaknya di bidang pendidikan kurang.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi per Siklus

Bermula dari pembelajaran pra siklus, guru sudah menemukan adanya suatu masalah dengan proses pembelajaran yang baru saja dilaksanakannya.

Masalah tersebut diantaranya pembelajaran yang belum mencapai target ketuntasan. Kemudian pada siklus I terdapat peningkatan hasil belajar siswa setelah guru menggunakan metode bervariasi, dilanjutkan dengan siklus II hasil pembelajaran yang dicapai siswa mengalami ketuntasan setelah guru menggunakan media berupa gambar pelapukan batuan.

Adapun hasil pembelajaran berupa deskripsi per siklus sebagai berikut:

Siklus I

Dari hasil perencanaan yang berupa:Merancang pembelajaran dengan metode bervariasi, merancang pembelajaran dengan menyiapkan soal-soal diskusi kelompok, menyiapkan alat peraga berupa gambar, membuat RPP yang benar, menyiapkan lembar observasi sebagai panduan observer dalam mengobservasi pelaksanaan perbaikan, merancang tes formatif dan mengevaluasi hasil tes, telah dapat membantu memperlancar jalannya proses pembelajaran secara sistematis artinya susunan program atau struktur dapat diketahui yang tersedia, ruang lingkup atau rincian materi dan analisis materi yang telah disusun untuk dikembangkan oleh guru.

Setelah peneliti memberikan pembelajaran Siklus I ternyata masih banyak siswa yang belum berhasil mencapai nilai tuntas. Adapun cara mengatasi masalah adalah sebagai berikut:

a.     Guru menguasai materi pembelajaran.

b.     Guru dalam menyampaikan materi menggunakan media pembelajaran yang menarik serta penggunaan metode yang bervariasi.

c.     Guru membuat perencanaan pembelajaran yang benar.

d.     Guru memotivasi siswa untuk memperhatikan penjelasan guru dengan sungguh-sungguh serta mendorong siswa agar berani bertanya tentang materi yang belum mengerti

Siklus II

Hasil perencanaan yang berupa merancang pembelajaran dengan membuat rencana perbaikan pembelajaran dengan metode bervariasi dan media berupa gambar pelapukan batuan.

Menyiapkan soal untuk diskusi kelompok, menyusun lembar observasi, merancang tes formatif, telah dapat menarik minat siswa untuk mempelajari materi yang lebih mendalam.

Setelah peneliti memberikan pembelajaran Siklus II ternyata hasil ketuntasan nilai siswa meningkat. Adapun cara mengatasinya sebagai berikut:

    Penyampaian materi menggunakan metode bervariasi dan disertai alat peraga yang sesuai dengan materi yang disampaikan.

    Rencana pembelajaran dibuat benar-benar matang.

    Guru harus menguasai materi “ Proses Pembentukan Tanah”.

Keberhasilan dan Kegagalan

Setelah peneliti mengadakan evaluasi yang dimulai dari pra siklus ternyata perolehan nilai yang dicapai siswa rata-rata rendah. Peneliti berusaha mengadakan perbaikan pembelajaran siklus I ternyata perolehan nilai siswa sudah ada kemajuan tetapi belum dapat menuntaskan hasil belajar siswa.

Setelah dilanjutkan dengan perbaikan pembelajaran siklus II perolehan nilai siswa meningkat dan berhasil menuntaskan hasil belajar siswa.

Adapun data keberhasilan dan kegagalan siswa dapat dilihat pada tabel berikut:

No

Rentang Nilai

Jumlah

Prosentase (%)

1

40-49

3

14

2

50-59

10

48

3

60-69

3

14

4

70-79

5

24

5

80-89

0

0

6

90-100

0

0

Jumlah

21

100%

Hasil Evaluasi Mata Pelajaran IPA PRA SIKLUS

 

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat hasil evaluasi mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan materi “ Proses Pembentukan Tanah “, kelas V semester II di SDN Susukan 02, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang. Sebelum kegiatan perbaikan pembelajaran, bahwa dari 21 siswa yang mendapat nilai 40-49 ada 3 siswa, nilai 50-59 ada 10 siswa, nilai 60-69 ada 3 siswa, nilai 70-79 ada 5 siswa, nilai 80-89 nol, nilai 90-100 nol.

Tabel 2 Hasil Evaluasi Mata Pelajaran IPA SIKLUS I

No

Rentang Nilai

Jumlah

Prosentase (%)

1

40-49

0

0

2

50-59

4

19

3

60-69

10

48

4

70-79

7

33

5

80-89

0

0

6

90-100

0

0

Jumlah

21

100%

 

Setelah melakukan kegiatan perbaikan pembelajaran siklus I, maka hasil evaluasi pada akhir siklus I mengalami peningkatan yang dapat dilihat pada tabel 2 di atas.

Hasil evaluasi mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan materi “Proses Pembentukan Tanah” kelas V Semester II SDN Susukan 02, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang, pada akhir perbaikan siklus I dari 21 siswa yang mendapat nilai 40-49 sebanyak 0 siswa, nilai 50-59 sebanyak 4 siswa, nilai 60-69 sebanyak 10 siswa, nilai 70-79 sebanyak 7 siswa, nilai 80-89 sebanyak 0 siswa, nilai 90-100 sebanyak 0 siswa.

Tabel 3 Hasil Evaluasi Mata Pelajaran IPA SIKLUS II

No

Rentang Nilai

Jumlah

Prosentase (%)

1

40-49

0

0

2

50-59

0

0

3

60-69

1

5

4

70-79

17

81

5

80-89

3

14

6

90-100

0

0

Jumlah

21

100%

 

Setelah melakukan kegiatan perbaikan pembelajaran siklus II, hasil evaluasi pada akhir siklus II mengalami peningkatan seperti dapat dilihat pada tabel 3 di atas.

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil evaluasi mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan materi “Proses Pembentukan Tanah” kelas V Semester II SDN Susukan 02, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang, pada akhir perbaikan siklus II dari 21 siswa tidak ada yang mendapat nilai 40-49, dan 50-59. Adapun siswa yang mendapat nilai 60-69 ada 1 siswa, nilai 70-79 ada 17 siswa, nilai 80-89 ada 3 siswa, nilai 90-100 ada 0 siswa.

Setelah melihat tabel 1, 2 dan 3 hasil perolehan data mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas V semester II ternyata ada peningkatan ketuntasan belajar dari sebelum perbaikan pembelajaran pada siklus I sampai siklus II, siswa yang mendapat nilai 60 ke atas ada 8 orang dari 21 siswa yang mencapai nilai tuntas 38%. Pada perbaikan siklus I meningkat menjadi 14 siswa atau 66,6%. Pada perbaikan siklus II meningkat menjadi 20 siswa atau 92,2%. Perbaikan pembelajaran cukup pada siklus II. Siswa dianggap telah mencapai nilai tuntas semuanya.

Hasil perolehan data tersebut disajikan dalam bentuk tabel 4 sebagai berikut:

Tabel 4 Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar

No

Ketuntasan

Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

Jumlah

%

Jumlah

%

Jumlah

%

1

Tuntas

8

38

14

66,6

20

92,2

2

Belum tuntas

13

62

7

33,4

1

7,8

 

Dengan melihat data di atas dapat dijelaskan berikut:

a.     Sebelum diadakan perbaikan pembelajaran siswa yang tuntas hanya 8 dari 21 siswa (38%).

b.     Pada siklus I siswa yang tuntas ada 14 dari 21 siswa (66,6%).

c.     Pada siklus II siswa yang tuntas ada 20 dari 21 siswa (92,2%).

Sedangkan siswa yang belum tuntas sebagai berikut:

a.     Sebelum perbaikan pembelajaran 13 siswa dari 21 siswa belum tuntas (62%).

b.     Pada siklus I ada 7 siswa dari 21 siswa belum tuntas (33,4%).

c.     Pada siklus II ada 1 siswa dari 21 siswa belum tuntas (7,8%).

Pembahasan Dari Setiap Siklus

Bila ditinjau dari hasil yang diperoleh dari sebelum perbaikan, perbaikan siklus I dan II terbukti bahwa pembelajaran memerlukan kompetensi yang tinggi dari seorang guru. Banyak faktor yang mempengaruhi kegagalan dan keberhasilan suatu pembelajaran.

Dari beberapa kajian teori mengenai pembelajaran, yang paling menentukan keberhasilan pembelajaran adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Pengelolaan pembelajaran itu meliputi cara memilih strategi, metode dan media yang digunakan dalam pembelajaran.

Siklus I

Pada pelaksanaan pembelajaran siklus I banyak hal-hal yang belum dilaksanakan oleh guru secara optimal seperti alat peraga yang digunakan kurang menarik, guru lebih aktif dalam metode ceramah yang dominan selama pembelajaran sehingga tingkat pemahaman siswa terhadap materi ajar masih rendah.

Dalam melaksanakan diskusi kelompok masih kurang menarik minat siswa. Hal ini disebabkan oleh guru kurang menguasai materi dari pokok bahasan yang disampaikan kepada siswa.

Hasil analisis penilaian menunjukkan masih rendahnya pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Dari 21 siswa yang mendapat nilai tuntas baru 14 siswa dan 7 siswa belum mencapai nilai tuntas. Nilai rata-rata kelas 64,76. Dengan demikian peneliti merencanakan perbaikan pembelajaran siklus II

Siklus II

Dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran Siklus II peneliti merancang pembelajaran dengan metode bervariasi dan disertai alat peraga yang sesuai dengan materi yang disampaikan. Rencana pembelajaran dibuat benar-benar matang. Guru benar-benar menguasai materi yang disampaikan.

Analisis penilaian menunjukkan hasil yang lebih baik dari pada perbaikan pembelajaran siklus I. Keberhasilan pembelajaran ini disebabkan karena proses pembelajaran yang dilaksanakan guru menggunakan alat peraga sesuai dengan materi, penjelasan menggunakan metode bervariasi, sehingga pemberian tugas dan diskusi kelompok dapat memperjelas materi yang disampaikan guru dan meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.

Dengan demikian seperti yang dikemukakan dalam kajian teori bahwa pembelajaran akan menyenangkan dan bermakna apabila dalam proses guru terampil dalam memilih dan menentukan metode dan media pembelajaran yang disesuaikan dengan materi ajar.

Bukti pembelajaran itu berhasil adalah adanya hasil evaluasi yang mencapai nilai ketuntasan belajar yang telah ditetapkan. Pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam ini siswa 92,2% tuntas. Nilai rata-rata kelas mencapai 75. Hal ini terbukti dari perolehan tes formatif yang dilaksanakan guru setelah proses pembelajaran selesai.

KESIMPULAN SARAN DAN TINDAK LANJUT

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dari bab sebelumnya, peneliti akan mengemukakan tentang hasil selama melaksanakan perbaikan pembelajaran di kelas V SDN Susukan 02, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang berupa kesimpulan, saran dan tindak lanjut sebagai berikut:

Kesimpulan

1.     Upaya perbaikan pembelajaran yang dikemas dalam Penelitian Tindakan Kelas ini mengambil mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tentang ”Proses Pembentukan Tanah” di kelas V SDN Susukan 02, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang. Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam merupakan mata pelajaran yang bersifat kongkrit, bukan hanya merupakan kumpulan pengetahuan tentang fakta, konsep, prinsip, tetapi juga suatu proses penemuan yang gejalanya dapat diamati sehingga memberikan pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan ketrampilan proses dan sikap ilmiah. Penyampaian informasi yang disampaikan oleh guru kepada siswa juga berkaitan dengan disiplin ilmu yang lain seperti matematika maupun IPS. Setelah guru melaksanakan serangkaian proses pembelajaran hasil tes formatif menunjukkan dari 21 siswa yang mendapatkan nilai tuntas hanya 8 orang, artinya berhasil menguasai materi di atas rata-rata 55,7 atau 38% saja yang mencapai ketuntasan hasil belajar klasikal. Maka perlu diadakan perbaikan pembelajaran siklus I dan siklus II. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam bagi siswa SD dianggap sulit karena cakupan materinya sangat luas sehingga perlu menggunakan metode yang bervariasi dan media pembelajaran berupa gambar ” Pelapukan Batuan” sebagai upaya meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi ” Proses Pembentukan Tanah” yang bertujuan meningkatkan hasil belajar siswa.

2.     Dalam teori pembelajaran dari modul menurut Prof. Dr. Winarno Surakhmad (1990) menegaskan bahwa “ metode pengajaran adalah cara-cara pelaksanaan daripada proses pengajaran atau soal bagaimana teknisnya suatu bahan pelajaran diberikan kepada murid-murid di sekolah”. Tugas dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar, baik secara individual maupun secara kelompok. Pendapat Syaiful Bahri Djamarah (2006: 72) “ Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya bila ia tidak menguasai satupun metode mengajar yang dirumuskan dan dikemukakan para ahli psikolog dan pendidikan.

3.     Pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran dengan materi ” Proses Pembentukan Tanah” subjek penelitian siswa kelas V SDN Susukan 02 Kec. Susukan Kab.Semarang dengan jumlah siswa 21 yang karakteristiknya rata-rata siswa berasal dari desa-desa pinggiran, ditinjau dari sudut ekonomi orang tuanya tergolong kurang mampu. Banyak orang tua siswa yang menjadi buruh tani sewaktu musim menggarap sawah banyak yang berkerja di sawah. Pulang sekolah ada sebagian siswa diberi tugas mengembala kambing, ada juga yang menjemur padi, sehingga waktu yang digunakan untuk belajar tersita untuk membantu pekerjaan orang tuanya. Kebanyakan wali siswa hanya menamatkan pendidikannya sampai SD dan SMP saja sehingga perhatian terhadap anaknya dibidang pendidikan kurang. Pelaksanaan siklus I diawali dengan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.

4.     Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I saat guru menggunakan metode diskusi dan latihan hasil tes formatif menunjukkan bahwa dari 21 siswa yang mendapat nilai 50-59 sebanyak 4 siswa, nilai 60-69 sebanyak 10 siswa, nilai 70-79 sebanyak 7 siswa. Sedangkan pada siklus II dari 21 siswa yang mendapat nilai 60-69 ada 1 siswa, nilai 70-79 ada 17 siswa, nilai 80-89 ada 3 siswa. Jumlah siswa yang tuntas ada 20 siswa atau 92,2% dari ketuntasan klasikal. Jadi semua siswa dianggap tuntas.

Saran

1.     Untuk guru agar pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran lebih meningkat, hendaknya lebih mengembangkan kreatifitas dalam kegiatan mengajar terutama dalam memilih dan meramu metode yang sesuai dengan materi yang akan disajikan / diajarkan serta penggunaan media yang dapat meningkatkan minat belajar siswa.

2.     Perbaikan pembelajaran dengan menggunakan siklus di Sekolah Dasar sangat penting dilaksanakan oleh guru untuk menuntaskan hasil belajar siswa.

3.     Bagi pengambil kebijakan dalam pendidikan laporan ini dapat dijadikan sebagai bahan dalam kegiatan KKG, serta dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk mengambil kebijakan.

Tindak Lanjut

1.     Laporan PTK dengan pola penelitian tindakan kelas ini akan menjadi acuan dalam perbaikan pembelajaran di SDN Susukan 02 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang tempat peneliti melaksanakan tugas.

2.     Menyampaikan laporan PTK ini pada forum Kelompok Kerja Guru (KKG) di SDN Susukan 02 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang untuk dijadikan bahan diskusi.

Dengan tersusunnya laporan kemampuan professional (PTK) peneliti sebagai guru kelas V (lima) berharap bermanfaat positif bagi dunia pendidikan khususnya pada peningkatan mutu pendidikan yang implementasinya pada peningkatan sumber daya manusia. Selain itu peneliti sebagai guru dan manusia biasa menyadari adanya keterbatasan kemampuan diri dan menyusun laporan ini, maka peneliti berharap ada pemikiran dan sumbang saran dari pembaca demi peningkatan dalam membuat laporan penelitian selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Asmiyawati, Chairil dkk. IPA SalingtemasUntuk Kelas V SD 2008. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional..

Harlen, W. (1998) The Teaching Of Science. London. David Fulton Publishers.

Hamid H.M. Akib, Herrhyanto Nar. 2008. Statistika Dasar, Jakarta: Universitas Terbuka.

Nasution Noehi 1998. Materi Pokok Pendidikan IPA di SD, Jakarta: Universitas Terbuka.

Sarjan, dkk. 2004. Sains 5 Untuk Kelas V Sekolah Dasar.Klaten: CV sahabat

Subiyanto (1990). Strategi Belajar Mengajar Ilmu Pengetahuan Alam. IKIP Malang, Malang.

Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Tim Bina IPA, 2008. Ilmu Pengetahuan Alam kelas V Sekolah Dasar, Jakarta: Yudhistira.

Wardani I.G.A.K. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka

Winarno Surakhmad. 1990. Pengantar Interaksi Mengajar Belajar Dasar dan Teknik Metodologi Pengajaran, Tarsito.Bandung.

Winataputra Udin S, dkk. 1977 5.3. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Univeritas Terbuka.