Meningkatkan Prestasi dan Kreatifitas Kerja Melalui Supervisi Dengan Teknik Kelompok
MENINGKATKAN PRESTASI DAN KREATIFITAS KERJA GURU MELALUI KEGIATAN SUPERVISI DENGAN TEKNIK KELOMPOK
DI SD NEGERI 2 TUNGGULREJO
SEMESTER 2 TAHUN AJARAN 2017/2018
Sukamto
SDN 2 Tunggulrejo Kecamatan Gabus Kabupaten Grobogan
ABSTRAK
Penelitian Tindakan Sekolah ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan prestasi kerja guru dan seberapa besar peningkatan prestasi kerja guru setelah dilaksanakan supervisi dengan teknik kelompok oleh kepala sekolah di SD Negeri 4 Tuko Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan. Subyek penelitian yaitu guru-guru kelas I, II, III, IV, V dan VI di SD Negeri 4 Tuko Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2017/2018. Dalam Penelitian ini untuk mengumpulkan data digunakan metode dokumentasi. Penilaian terhadap kriteria kualitas pelaksanaan proses belajar mengajar dari guru yang diamati dan diobservasi dengan rentang skor antara 1 sampai dengan 25. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan prestasi kerja guru yang dinilai melalui 4 aspek penilaian menunjukkan peningkatan yang signifikan pada setiap siklusnya. Kesimpulannya adalah pelaksanaan supervisi dengan teknik dan pendekatan kelompok ditunjang dengan pelaksanaan supervisi kunjungan kelas terbukti mampu meningkatkan prestasi kerja guru-guru di SD Negeri 4 Tuko.
Kata Kunci: supervisi, teknik kelompok, prestasi kerja
Latar Belakang Masalah
Maju mundur ataupun baik buruknya dunia pendidikan sangat tergantung pada guru sebagai tenaga pengajar. Hal ini dikuatkan dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, yang mendefinisikan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Guru yang profesional diharapkan dapat mengantar peserta didik mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga peserta didik mempunyai kompetensi dan mampu bersaing. Oleh karena itu, hal tersebut perlu menjadi perhatian dan pemikiran pemerintah, masyarakat dan sekolah (guru) untuk bersama-sama menetapkan strategi dan kontribusi optimal terhadap pengembangan profesionalisme guru.
Kondisi di SD Negeri 2 Tunggulrejo saat sekarang, aktivitas guru dalam pembelajaran lebih mendominasi, bahkan selama belajar pembelajaran guru cenderung tidak memberi kesempatan kepada peserta didik untuk ikut aktif. Guru terjebak pada metode mengajar ceramah yang monoton, statis dan tanpa menggunakan metode variasi yang lainnya. Hal ini berarti merupakan kendala atau hambatan yang dihadapi oleh guru. Akibatnya aktivitas dan perkembangan potensi peserta didik dalam pembelajaran rendah dan tidak mencapai secara optimal. Agar pembelajaran bisa mencapai tujuan secara optimal, maka guru berupaya dalam peningkatan kualitas pendidikan dimulai dari peran guru sebagai nahkoda dan yang akan menghantarkan peserta didik ke tempat tujuan. Melalui kegiatan belajar, pembelajaran seorang guru perlu memilih strategi pembelajaran yang menarik.
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar guru saat ini menyampaikan mata pelajaran masih menggunakan strategi penyampaian dengan komunikasi satu arah. Kondisi tersebut memerlukan perhatian yang serius, dan akan membawa implikasi usaha peningkatan kemampuan guru khususnya dalam merencanakan strategi pembelajaran yang sesuai dengan kondisi peserta didik. Sejalan dengan itu, berdasarkan analisis konseptual dan pembelajaran di SD Negeri 2 Tunggulrejo, pembelajaran masih kurang mengembangkan potensi peserta didik dan masih belum banyak guru menyampaikan mata pelajaran menggunakan model pembelajaran tertentu sehingga proses pembelajaran kurang variatif dan masih bersifat transfer informasi.
Berdasarkan dari permasalahan tersebut di atas maka perlu adanya metode pembelajaran yang menarik bagi peserta didik. Adapun salah satu cara untuk meningkatkan motivasi dan aktivitas peserta didik yakni dengan peningkatan mutu pembelajaran dengan model Conceptual Teaching and Learning (CTL).
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut maka dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Kecenderungan guru yang mengajar di SD Negeri 2 Tunggulrejo tidak bekerja dengan sepenuh hati, mereka sering menunjukkan sikap yang tidak profesional.
2. Guru kurang empati terhadap profesinya sebagai guru, tidak peduli dengan prestasi kerja, apalagi peduli terhadap hasil belajar peserta didik.
3. Pemahaman guru dalam proses pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran yang aktual seperti pendekatan kontekstual masih kurang.
4. Proses pembelajaran yang dilaksanakan cenderung kurang memperhatikan pengalaman peserta didik.
5. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru belum memberikan ruang kepada peserta didik untuk meningkatkan kreativitasnya.
6. Guru kurang dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif dan bermakna
Pembatasan Masalah
Dari beberapa identifikasi yang telah diuraikan tersebut, maka yang akan diteliti adalah masalah yang berkaitan dengan peningkatan kompetensi guru. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan peningkatan melalui pengetahuan guru tentang metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk mencapai pembelajaran secara optimal. Dalam penelitian ini yang akan menjadi pelaku dari penelitian adalah guru kelas IV, V dan VI SD Negeri 2 Tunggulrejo sedang peneliti sebagai kolaborator.
Rumusan Masalah
Berdasarkan beberapa permasalahan yang muncul, peneliti merumuskan sebagai berikut: “Apakah dengan peningkatan pengetahuan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), dapat meningkatkan kompetensi guru kelas IV, V dan VI SD Negeri 2 Tunggulrejo?â€
Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada latar belakang masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah peningkatan pengetahuan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), dapat meningkatkan kompetensi guru kelas IV, V dan VI SD Negeri 2 Tunggulrejo.
Manfaat Penelitian
Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi guru untuk mengetahui masalah-masalah yang mungkin dan akan dihadapinya.
Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi sekolah untuk mengambil kebijakan dalam rangka meningkatkan kinerja guru sebagai tenaga profesional.
KAJIAN PUSTAKA
Kompetensi Guru
Menurut Surya dkk (2004: 4.24) Kompetensi adalah seperangkat kemampuan yang harus ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan penampilan unjuk kerja sebagai guru secara tepat.
Menurut Mitrani et.al, 1992; dalam (Widiyaningsih, 2009) kompetensi sebagai an underlying characteristic’s of an individual which is casually related to criterion – referenced effective and or superior performance in job or situation. Atau karakteristik yang mendasari seseorang dan berkaitan dengan efektivitas kinerja individu dalam pekerjaannya. Berangkat dari pengertian tersebut kompetensi seorang individu merupakan sesuatu yang melekat dalam dirinya yang dapat digunakan untuk memprediksi tingkat kinerjanya. Sesuatu yang dimaksud bisa menyangkut motif, konsep diri, sifat, pengetahuan maupun kemampuan/keahlian. Kompetensi individu yang berupa kemampuan dan pengetahuan bisa dikembangkan melalui pendidikan dan pelatihan. Sedangkan motif kompetensi dapat diperoleh pada saat proses seleksi.
Robbin (1996) mengatakan bahwa kemampuan (kompetensi) adalah kepastian seorang individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Individu dibentuk dari dua perangkat faktor yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan fisik.
Departemen Pendidikan Nasional (2006: 2) memberi pengertian kompetensi adalah kemampuan bersikap, berfikir dan bertindak secara konsisten sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dimiliki peserta didik.
Berdasarkan dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa konsep kompetensi lebih ditekankan ada apa yang diharapkan oleh pekerja di tempat kerjanya dari proses pembelajaran yang berlangsung serta kemampuan mentransfer dan mengaplikasikan keterampilan dan pengetahuan ke dalam situasi dan lingkungan yang baru.
Pendampingan Guru
Konteks pembelajaran yang mengasyikkan terwujud kalau guru dan kepala sekolah berupaya mensukseskan program pendampingan dari tindak lanjut pelatihan. Program pendampingan menimbulkan gerakan memperbaiki pembelajaran di sekolah tersebut. bagi guru dengan pendampingan akan berupaya mempersiapkan perencanaan, metode, media dan proses pembelajaran itu sendiri. Sedangkan kepala sekolah akan lebih mempersiapkan sarana dan media pembelajaran yang kurang di sekolah dan berupaya untuk melengkapinya.
Kegiatan pendampingan akan terjadi seting tempat duduk berdasarkan model pembelajaran yang dipakai. Selain itu akan terjadi pemajangan hasil karya yang mendorong peserta didik lebih kreatif untuk menggali potensi yang ada pada diri peserta didik tersebut.
Dalam kegiatan pendampingan, para pendamping harus memahami peran mereka lebih sebagai fasilitator dan tidak menjadi supervisor sebagaimana yang dilakukan oleh kepala sekolah maupun pengawas. Apabila para pendamping dapat memainkan perannya, maka para pendamping dan guru yang akan didampingi akan menimbulkan kemitraan yang baik yang akan mendorong tercapainya tujuan meningkatkan pembelajaran yang mengasyikkan.
Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dalam Sungkowo (2003:1) dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi peserta didik. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan peserta didik bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke peserta didik.
Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Komponen Pembelajaran CTL
Dalam Nurhadi (2003:33), Pendekatan CTL memiliki tujuh komponen utama, yaitu: (1) Konstuktivisme (constuctivism); (2) Menemukan (inquiry); (3) Bertanya (questioning); (4) Masyarakat Belajar (learning community); (5) Pemodelan (modeling); (6) Refleksi (reflection); (7) Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment).
Hasil Penelitian yang Relevan
Sebagai bahan kajian pustaka dan pembanding hasil penelitian, maka peneliti menggunakan beberapa acuan yang merupakan hasil penelitian yang dilakukan oleh pihak ketiga, diantaranya:
1. Hafidh Mudhofar, Model pembelajaran berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk peningkatan pemahaman konsep program liner (PTK Pembelajaran di kelas X SMK Pertiwi Kartasura). Proses pembelajaran membutuhkan metode yang tepat. Kesalahan menggunakan metode, dapat menghambat tercapainya tujuan pendidikan yang diinginkan. Dampak yang lain adalah rendahnya kemampuan bernalar peserta didik dalam pembelajaran matematika.
2. Tri Murtono, Keefektifan Model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and learning) terhadap penalaran matematika pada materi komposisi fungsi dan invers fungsi pada peserta didik kelas XI A SMA Negeri 1 Semarang Tahun Ajaran 2016/2017. Mengingat objek matematika abstrak, maka dalam pembelajaran matematika dimulai dari objek yang konkret sehingga konsep matematika dapat dipahami secara baik oleh peserta didik.
Jika dikaitkan dengan kemampuan peserta didik untuk menggunakan daya nalarnya dalam memecahkan masalah yang ada, maka diharapkan peserta didik dapat memecahkan permasalahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu dibutuhkan suatu alternatif untuk mengembangkan pembelajaran, salah satunya adalah dengan menggunakan model pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning).
Kerangka Pikir
Kondisi di SD Negeri 2 Tunggulrejo saat sekarang aktivitas guru dalam pembelajaran lebih mendominasi, bahkan selama pembelajaran guru cenderung tidak memberi kesempatan kepada peserta didik untuk ikut aktif. Guru terjebak pada metode mengajar ceramah yang monoton, statis, tanpa menggunakan metode yang bervariasi.
Guru di dalam proses belajar mengajar haruslah memiliki kompetensi yang tersendiri guna mencapai harapan yang dicita-citakan di dalam melaksanakan pendidikan pada umumnya serta pada proses belajar mengajar pada khususnya. Dan untuk memiliki kompetensi yang diharapkan tersebut seorang guru harus mampu membina dirinya sendiri secara baik dan dilanjutkan dengan kemampuan untuk membina peserta didiknya dengan baik pula. Karena pada dasarnya fungsi guru adalah membina dan mengembangkan kemampuan peserta didik secara profesional di dalam proses belajar mengajar.
Kegiatan pendampingan sama pentingnya dengan pelatihan guru. Bagi fasilitator proses pendampingan merupakan alat ukur melihat keberhasilan di mana peserta sebagai guru dapat mengimplementasikan langsung di dalam kelas dan sekolahnya. Sekolah yang mengirimkan guru sebagai peserta pelatihan akan terjadi perubahan yang signifikan bagi pembelajaran di sekolah tersebut. Perubahan pembelajaran di kelas dan sekolah akan mendorong kondisi perubahan tingkah laku pembelajaran.
Pendekatan kontekstual (CTL) merupakan konsep belajar yang membatu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupaun mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat, dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi peserta didik.
Hipotesis Tindakan
Dari uraian sebagaimana dijelaskan pada kajian teori dan kerangka pikir di atas, maka dapat ditentukan hipotesis tindakannya, yaitu: Kegiatan pendampingan oleh kepala sekolah melalui implementasi pembelajaran contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan kompetensi guru SD Negeri 2 Tunggulrejo Kecamatan Gabus Kabupaten Grobogan.
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Tempat pelaksanaan penelitian tindakan sekolah dilaksanakan di SDN 2 Tungulrejo Kecamatan Gabus Kabupaten Grobogan. Penelitian dilaksanakan selama satu bulan, yaitu bulan Agustus sedangkan per siklusnya dapat dirinci sebagai berikut:
1. Siklus pertama pada tanggal 24 Agustus dan 14 September 2017
2. Siklus kedua pada tanggal 5 Oktober dan Tanggal 18 Oktober 2017
Subjek Penelitian
Pada pelaksanaan penelitian tindakan sekolah ini yang menjadi subyek penelitian adalah guru kelas IV, V dan VI SD Negeri 2 Tunggulrejo Kecamatan Gabus Kabupaten Grobogan dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode CTL.
Teknik Pengumpulan Data
Keberhasilan dalam pengumpulan data merupakan syarat keberhasilan penelitian. Sedangkan keberhasilan dalam pengumpulan data tergantung pada metode yang digunakan. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode observasi, wawancara dan dokumentasi.
Instrumen Penelitian
Instrumen yang akan digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan observasi, wawancara dan tes tertulis (siswa).
Teknik Analisa Data
Analisis data dilakukan secara induktif, yaitu mulai dari lapangan atau fakta empiris dengan cara terjun ke lapangan, mempelajari, menganalisis, menafsirkan dan menarik kesimpulan dari fenomena yang ada di lapangan. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data.
Kriteria Keberhasilan
Pelaksanaan kegiatan pendampingan guru dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL dinyatakan berhasil apabila semua kriteria penilaian minimal mendapatkan kriteria BAIK.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dari pelaksanaan kegiatan penilaian yang dilakukan dalam 2 siklus dengan menggunakan pendekatan pendampingan guru menggunakan pembelajaran CTL dapat disimpulkan hasilnya sebagai berikut:
Penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Hasil penilaian terhadap RPP yang disusun oleh guru dalam 2 siklus pelaksanaan kegiatan pembelajaran menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Di mana pada kondisi awal hanya mendapat nilai 16, pada siklus pertama hanya 19, pada siklus kedua meningkat menjadi 27.
Untuk memperjelas peningkatan kemampuan guru dalam menyusun RPP, dalam bentuk tabel dapat disajikan sebagaimana tabel di bawah ini:
Tabel 1 Rekapitulasi Penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus Kedua.
No. |
Komponen |
Siklus |
||
Awal |
I |
II |
||
1. |
Mencantumkan Identitas |
2 |
3 |
3 |
2. |
Mencantumkan Indikator |
2 |
2 |
3 |
3. |
Mencantumkan Tujuan Pembelajaran |
1 |
2 |
3 |
4. |
Mencantumkan Materi Pembelajaran |
3 |
3 |
4 |
5. |
Mencantumkan Metode Pembelajaran |
2 |
2 |
4 |
6. |
Mencantumkan Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran |
1 |
2 |
3 |
7. |
Mencantumkan Sumber Belajar |
2 |
2 |
3 |
8. |
Mencantumkan Penilaian |
3 |
3 |
4 |
Jumlah |
16 |
19 |
27 |
|
Kriteria Penilaian |
C |
B |
SB |
Observasi Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran
Untuk memperjelas peningkatan kemampuan guru dalam menyusun RPP, dalam bentuk tabel dapat disajikan sebagaimana tabel di bawah ini:
Tabel 2 Rekapitulasi Observasi Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran Pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
No. |
Fokus Pengamatan |
Siklus |
||
Awal |
I |
II |
||
A. |
Pendahuluan |
|
|
|
1. |
Kesiapan siswa untuk mengikuti pembelajaran |
2 |
2 |
4 |
2. |
Antusiasme siswa dalam mempersiapkan pembelajaran |
1 |
1 |
4 |
B. |
Kegiatan Inti |
|
|
|
3. |
Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran mengamati |
1 |
1 |
4 |
4. |
Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran menanya |
2 |
1 |
4 |
5. |
Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran menalar |
2 |
3 |
4 |
6. |
Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran menyaji |
2 |
3 |
4 |
7. |
Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran menyimpulkan |
2 |
3 |
3 |
8. |
Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran untuk menghasilkan karya |
1 |
3 |
3 |
9. |
Mneingkatkan efektivitas diskusi |
1 |
3 |
3 |
10. |
Meningkatkan daya kompetensi antar kelompok |
1 |
3 |
4 |
11. |
Meningkatkan nilai hasil kuis individu |
1 |
3 |
3 |
12. |
Antusiasme siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran |
2 |
2 |
4 |
13. |
Menanggapi stimulus guru |
1 |
2 |
3 |
14. |
Merespons pernyataan siswa lain |
1 |
2 |
4 |
15. |
Menguasai materi belajar |
2 |
1 |
4 |
16. |
Meningkatkan keterampilan berfikir kritis |
1 |
2 |
3 |
C. |
Penutup |
|
|
|
17. |
Keterlibatan siswa dalam menarik kesimpulan |
1 |
2 |
4 |
18. |
Aktivitas siswa dalam mengikuti kuis |
1 |
1 |
4 |
19. |
Aktivitas siswa dalam menyajikan karya |
2 |
2 |
4 |
20. |
Antusiasme siswa dalam menyajikan karya secara kompetitif |
1 |
1 |
3 |
Jumlah |
28 |
43 |
73 |
|
Kriteria Hasil |
C |
B |
SB |
Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran
Penilaian terhadap pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dilakukan dengan menggunakan format lembar observasi yang telah disusun sebelumnya. Hasil pengamatan yang dilakukan dalam siklus sebagaimana tabel di bawah ini:
Tabel 3 Rekapitulasi Observasi Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
No. |
Indikator/Aspek yang Diamati |
Siklus |
||
1 |
2 |
3 |
||
I. |
PRA PEMBELAJARAN |
|
|
|
1. |
Memeriksa kesiapan peserta didik |
2 |
3 |
4 |
2. |
Menyampaikan materi yang akan dipelajari |
2 |
3 |
3 |
3. |
Menyampaikan tujuan yang hendak dicapai |
2 |
2 |
3 |
4. |
Melakukan kegiatan apersepsi |
2 |
2 |
4 |
II |
KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN |
|
|
|
A. |
Penguasaan Materi Pelajaran |
|
|
|
5. |
Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran. |
2 |
3 |
3 |
6. |
Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan |
1 |
4 |
3 |
7. |
Mengaitkan materi dengan jelas dan sesuai dengan hierarki belajar |
1 |
3 |
3 |
8. |
Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan |
2 |
3 |
4 |
B. |
Pendekatan/Strategi Pembelajaran |
|
|
|
9. |
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai |
1 |
2 |
3 |
10. |
Melaksanakan pembelajaran secara runtut |
1 |
2 |
3 |
11. |
Menguasai kelas |
1 |
3 |
3 |
12. |
Melaksanakan pembelajaran yang bersifat konstektual |
1 |
2 |
4 |
13. |
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan. |
2 |
2 |
3 |
C. |
Pemanfaatan Sumber Belajar/Media Pembelajaran |
|
|
|
14. |
Menggunakan media secara efektif dan efisien |
2 |
3 |
4 |
15. |
Menghasilkan pesan yang menarik |
1 |
2 |
4 |
16. |
Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan media |
2 |
2 |
3 |
D. |
Pembelajaran yang Memicu dan Memelihara Ketertiban Peserta Didik |
|
|
|
17. |
Menumbuhkan partisipasi aktif peserta didik dalam pembelajaran |
2 |
3 |
3 |
18. |
Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon peserta didik |
1 |
2 |
3 |
19. |
Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme peserta didik dalam belajar |
3 |
3 |
4 |
E. |
Penilaian Proses dan Hasil Belajar |
|
|
|
20. |
Memantau kemajuan belajar selama proses |
2 |
2 |
3 |
21. |
Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan) |
2 |
2 |
3 |
F. |
Penggunaan Bahasa |
|
|
|
22. |
Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik dan benar |
2 |
3 |
4 |
23. |
Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai |
2 |
2 |
3 |
G. |
Penutup |
|
|
|
24. |
Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan peserta didik. |
1 |
2 |
3 |
25. |
Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan atau kegiatan atau tugas sebagai bahan remedial/pengayaan |
2 |
2 |
3 |
JUMLAH |
42 |
62 |
83 |
|
KRITERIA |
C |
C |
SB |
Dari hasil observasi yang dilakukan dengan objek guru pada saat melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan penerapan pendekatan CTL, diperoleh hasil bahwa pada kondisi awal mendapatkan jumlah sebesar 42 atau dalam kategori CUKUP. Untuk memperbaiki keadaan tersebut maka penelitian dilanjutkan pada siklus pertama, dan hasil yang diperoleh sudah mengalami peningkatan 62, namun belum memenuhi kriteria keberhasilan yang ditetapkan, sehingga dilanjutkan pada siklus kedua. Hasil pengamatan yang dilakukan menunjukkan bahwa kompetensi guru meningkat cukup baik menjadi 83 dan masuk dalam kategori SANGAT BAIK.
Peningkatan aspek-aspek penilaian terhadap peningkatan kompetensi guru melalui pendekatan pembelajaran CTL yang dilaksanakan dalam 2 siklus secara jelas dan rinci dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4 Rekapitulasi Peningkatan Aspek Penilaian Kompetensi Guru pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II.
No. |
Aspek Penilaian |
Siklus |
Ket |
||
Awal |
I |
II |
|||
1. |
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran |
15 |
17 |
26 |
|
2. |
Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran |
25 |
40 |
72 |
|
3. |
Pelaksanaan Pembelajaran |
40 |
50 |
82 |
|
Dari tabel di atas nampak peningkatan setiap aspek penilaian yang dilakukan sebagai upaya untuk mengetahui peningkatan kompetensi kompetensi guru.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Peningkatan kompetensi guru kelas IV, V dan Vi SD Negeri 2 Tunggulrejo dapat dibuktikan dengan peningkatan semua aspek-aspek penilaian kompetensi guru. Penilaian terhadap RPP pada kondisi awal hanya mendapatkan nilai 16, pada siklus pertama hanya 19, pada siklus kedua meningkat menjadi 27. Hasil observasi siswa dalam kegiatan pembelajaran dalam siklus 2 siklus pelaksanaan kegiatan pembelajaran menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Di mana pada kondisi awal hanya mendapatkan nilai 28, pada siklus pertama hanya 43, pada siklus kedua meningkat menjadi 73, dan pada aspek pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan penerapan pendekatan CTL, diperoleh hasil pada kondisi awal mendapatkan jumlah sebesar 42, mengalami peningkatan menjadi 62, dan meningkatkan cukup baik menjadi 83 pada siklus kedua.
Saran
Dengan mempertimbangkan dan merujuk pada beberapa pendapat ahli dan kenyataan yang ada di lapangan, maka usaha penyelesaian masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Hendaknya guru kelas IV, V dan VI SD Negeri 2 Tunggulrejo dapat menerapkan pembelajaran dengan model pembelajaran CTL serta dapat memadukan model pembelajaran CTL dengan model pembelajaran lainnya sehingga diperoleh model pembelajaran yang lebih sesuai karakteristik pokok bahasan dan kondisi peserta didik.
2. Perlu diingatkannya kreatifitas peserta didik, sehingga peserta didik dapat mengkonstruksi persoalan yang ada dan menghasilkan hasil karya yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zaenal. 1991. Evaluasi Instruksional. Jakarta: Bina Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Darsono, Max, dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: CV.IKIP Semarang Press.
Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan.
Depdiknas. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning), Jakarta: Dirjen, Didasmen, Direktorat Sekolah Lanjutan Pertama.
Elida Priyanto. 1991. Perkembangan Kognitif. CV. IKIP Semarang Press.
Nurhadi, Yasin Burhan dan Gerrad Suduk Agus. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang.
Poerwadarminta. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Rianto, Yatmin. 1996. Metodologi Penelitian Pendidikan Suatu Tinjauan Dasar. Surabaya: SIC Surabaya.
Stephen P Robbins. 1996. Perilaku Organisasi, Konsep, Kontroversi dan Aplikasi. Alih Bahasa: Hadyana Pujaatmaka. Edisi Keenam. Jakarta: Penerbit PT.Buana Ilmu Populer.
Sungkowo. 2003. Kebijakan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Makalah Seminar Exchange of Experience. FMIPA UNY.
Suya dkk. 2000. Kapita Selekta Kependidikan SD. Universitas Terbuka.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.