MENINGKATKAN PROFESIONALISME

DALAM PROSES PEMBELAJARAN

MELALUI SUPERVISI KLINIS

BAGI GURU SD N KECANDRAN 01 SALATIGA

SEMESTER 1 TAHUN 2012/2013

Munawar HM

Kepala SDN Kecandran 01 Salatiga

ABSTRAK

Tulis ini dilatar belakangi dengan kenyataan bahwa banyak guru yang belum profesional dalam melaksanakan proses pembelajaran. Permasalahan adalah apakah dengan melaksanakan supervisi klinis dapat meningkatkan kemampuan guru SD N Kecandran 01 Salatiga dalam menyampaikan proses pembelajaran. Tindankan apa yang harus dilaksanakan oleh Kepala Sekolah untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menyampaikan proses pembelajaran. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan profesionalisme guru dan meminimalkan kesalahan-kesalahan pada guru dalam proses pembelajaran pada umumnya dan guru SD Negeri Kecandran 01 Salatiga pada khususnya. Manfaat penelitian ini bagi guru meningkatkan kompetensi profesional dan mengetahui kondisi guru dalam proses pembelajaran guna pembinaan dan pembimbingan secara terusn menerus, terampil dalam menerapkan model pembelajaran. Meningkatkan kompetensi profesional dalam melaksanakan proses pembelajaran. Menjadi referensi bagi penelitian serupa. Untuk menyelesaikan masalah yang timbul sebagai upaya pemecahanya adalah dilaksanakan penelitian tindankan sekolah yang dibagi dalam dua siklus. Simpulan yang diperoleh setelah penelitian ini adalah dengan menerapkan supervisi klinis dapat meningkatkan profesionalisme guru dalam proses pembelajaran. Disarankan agar pembelajaran berhasil, bagi guru diharapkan dalam menyampaikan pembelajaran selalu menggunakan model dan media pembelajaran yang tepat sehingga guru selalu aktif dan kemampuan guru dapat ditingkatkan

Kata Kunci: Profesionalisme, Proses Pembelajaran, Supervi-si Klinis

PENDAHULUAN

Proses pembelajaran yang tidak tepat menjadi salah satu penyebab kurang optimalnya prestasi pembelajaran siswa, kurang tepatnya guru menerapkan pembelajaran dalam menyampaikan pelajaran, kurang kesiapan guru dalam proses belajar mengajar, siswa kurang tertarik terhadap guru dan mata pelajaran yang diajarkan, karena guru kurang kreatif dalam menyampaikan pelajaran, dan tidak menggunakan model pembelajaran dan tidak menggunakan media yang tepat dalam menyampaikan materi pelajaran menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa.

Dengan demikian, perlu diadakan supervisi. Kepala sekolah wajib memberikan supervisi untuk meningkatkan kompetensi profesional guru, supervisi yang diterapkan dalam penelitian ini adalah supervisi klinis, dengan ciri untuk memberlakukan supervisi klinis bagi guru muncul ketika guru tidak harus disupervisi atas keinginan kepala sekolah sebagai supervisor tetapi atas kesadaran guru datang ke supervisor untuk minta bantuan mengatasi masalahnya.

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama ini, peneliti berusaha mencari alternatif dengan supervisi klinis bagi guru untuk meningkatkan kompetensi profesional dalam proses pembalajaran. Dengan supervisi klinis diharapkan minimal 6 dari 8 guru dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilanya dalam proses pembelajaranya. Dengan meningkatnya profesionalisme guru dalam pembelajaran akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Rumusan Masalah, berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah sebagai berikut 1). Apakah melalui supervisi klinis dapat meningkatkan kompetensi profesional dalam proses pembelajaran bagi guru SDN Kecadran 01 Salatiga 2). Apakah dengan meningkatnya profesionalisme ketrampilan guru dalam proses pembelajaran di SDN Kecandran 01 Salatiga lebih baik.

Tujuan Penelitian, dalam penelitian tindakan sekolah ini mempunyai dua tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan Umum, untuk meningkatkan kemampuan kompetensi profesional dalam proses pembelajaran bagi guru. Tujuan Khusus, 1)Untuk meningkatkan kemampuan profesional dalam proses pembelajaran bagi guru SD N Kecandran 01 Salatiga. b)Untuk mengetahui kemampuan dan keterampilan dalam proses pembelajaran bagi guru SD N Kecandran 01 Salatiga

Manfaat Penelitian, bagi kepala sekolah akan meningkatkan kompetensi profesional dan mengetahui kondisi guru dalam proses pembelajaran guna pembinaan dan pembimbingan secara terus menerus. bagi guru:1)Meningkatkan kompetensi profesional dalam melaksanakan proses pembelajaran. 2)Meningkatkan keberhasilan proses pembelajaran di sekolah yang teramati melalui peningkatkan prestasi belajar siswa. 3)Menjadi bahan pembelajaran rekan pendidik dalam menyeimbangkan input pembelajaran perolehan siswa selama mengenyam pendidikan, baik input keilmuan maupun input keimanan; dengan kata lain integrasi iman dan ilmu. 4)Menjadi referensi bagi penelitian.

KAJIAN TEORI

Pengertian Guru professional, dalam Undang-Undang No. 14 tahun 2005 disebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih , menilai dan mengevaluasi peserta didik. Guru yang profesional harus memiliki kompetensi khususnya kompetensi profesional sebagaimana telah dijelaskan diatas. Kompetensi profesional antar lain kemampuan menyusun merancang dan melaksanakan proses pembelajaran yang memenuhi standar.

Tehnik Pembimbingan Profesional

Beberapa cara pembimbingan profesional guru sekolah dasar yang dapat dilakukan baik oleh para pengawas sekolah maupun oleh kepala sekolah, antara lain adalah:

a.   Kunjungan kelas secara terencana untuk dapat memperoleh gambaran tentang proses belajar mengajar dan kegiatan belajar yang dilakukan guru.

b.   Pertemuan pribadi pada waktu –waktu yang telah ditentukan antara Pembina dengan guru untuk masalah-masalah yang dianggap khusus.

c.    Rapat rutin anatara pembina dengan para guru disekolah, hal ini biasanya dilaksanakan dalam rangka menyam-paikan pembicaraan yang bersifat umum

d.   Kunjungan antar kelas atau antar sekolah, yaitu suatu kegiatan untuk menukar pengalaman serta hal-hal yang menyangkut usaha untuk menunjang pelaksanaan interaksi belajar mengajar.

e.   Pertemuan-pertemuan pada kelompok kerja pengawas sekolah (KPPS), kelompok kerja kepala sekolah (KKKS), kelompok kerja guru (KKG) dan pertemuan-pertemuan tersebut dapat dilakukan oleh masing-masing kelompok atau gabungan dari beberapa kelompok kerja, yang bertujuan untuk menginventariskan dan merumuskan masalah-masalah yang dihadapi serta mencari alternative pemecahannya.

f.    Kunjungan antar KKG, KKKS, KKPS

g.   Sistem magang

h.   Penataran tingkat lokal

i.    Karyawisata dengan guru-guru

j.    Melalui pengumuman, brosur, edaran dan memanfaatkan media massa seperti surat kabar, majalah, bulletin, TV, dan sebagainya. Dalam penelitian ini tehnik yang dilakukan adalah melalui rapat rutin, kunjungan kelas, pertemuan pribadi.

Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran merupakan sebuah upaya bersama antara guru dan siswanya untuk berbagi dan mengolah informasi, dengan tujuan agar pengetahuan yang terbentuk – dapat terinternalisasi dalam diri peserta didik serta dapat landasan belajar secara mandiri dan berkelanjutan. Maka kriteria keberhasilan sebuah proses pembelajaran adalah munculnya kemampuan belajar berkelanjutan secara mandiri. Sebuah proses pembelajaran yang baik, setidak-tidaknya melibatkan 3 aspek yakni aspek kognitif, aspek afektif dengan aspek psikomotor.

Aspek kognitif difasilitasi melalui berbagai aktivitas penalaran, dengan tujuan terbentuknya terbentuknya penguasaan intelektual. Aspek afektif dilakukan dengan lewat aktivitas pengenalan dan kepekaan lingkungan dengan tujuan terbentuknya kematangan emosional. Sedangkan aspek psikomotorik difasilitasi lewat adanya praktikum-praktikum dengan tujuan terbentuknya keterampilan eksperimental.

Ketiga aspek ini bila diberdayakan dengan sungguh, dapat membentuk kemampuan berpikir kritis hingga memunculkan kreativitas. Dan guru memainkan multiperan dalam proses pembelajaran ini. Proses pembelajaran perlu dilakukan evaluasi guna menentukan kualitas pembelajaran secara keseluruhan yang sering disebut dengan refleksi proses pembelajaran (Permen No. 41/2007 tentang Standar Proses).

Supervisi Klinis

Ide untuk memberlakukan supervisi klinis bagi guru muncul ketika guru tidak harus disupervisi atas keinginan kepala sekolah sebagai supervisor tetapi atas kesadaran guru untuk datang ke supervisor untuk minta bantuan mengatasi masalahnya. Kepala sekolah sebagai supervisor akademik seyogyanya memiliki pengetahuan dan menguasai penerapan supervisi klinis (Kemendikbud: 2012).

a. Teknik Supervisi Klinis. Supervisi klinis, mula-mula diperkenalkan dan dikembangkan oleh Cogan, Goldhammer, dan Weller di Universitas Harvard. Ada dua asumsi yang mendasari praktik supervisi klinik: 1). Pengajaran merupakan aktivitas yang sangat kompleks yang memerlukan pengamatan dan analisis secara berhati-hati, melalui pengamatan dan analisis ini supervisor pengajaran akan mudah mengembangkan kemampuan guru mengelola proses pembelajaran. 2). Guru-guru yang kompetensi profesional ingin dikembangkan lebih menghendaki cara yang kolegial daripada cara yang outoritarian (Sergiovanni, 1987). Supervisi klinis adalah pembinaan kinerja guru dalam mengelola proses pembelajaran (Sullivan & Glanz, 2005). Sedangkan menurut Cogan (1973), kegiatan pembinaan performansi guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Menurut Sergiovanni (1987) ada dua tujuan supervisi klinis: pengembangan profesional dan motivasi kerja guru serta memperbaiki proses pembelajaran yang kurang efektif.

b. Tujuan khusus supervisi klinis adalah: 1). Menyediakan umpan balik yang obyektif terhadap guru, mengenai pengajaran yang dilaksanakannya. 2). Mendiagnosis dan mem bantu memecahkan masalah-masalah pengajaran. 3). Membantu guru mengembangkan keterampilannya menggunakan strategi pengajaran. 4). Mengevaluasi guru untuk kepen tingan promosi jabatan dan keputusan lainnya. 5). Membantu guru mengembangkan satu sikap positif terhadap pengembangan profesional yang berkesinambungan.

c. Pelaksanaan Supervisi Klinis. Langkah-langkah supervisi klinis terdiri dari tiga tahap esensial yang berbentuk siklus, yaitu: 1. Tahap pertemuan awal, 2. Tahap observasi mengajar, dan 3. Tahap pertemuan balikan (Kemendik-bud: 2012)

Penelitian Relevan

Penelitian jenis ini belum peneliti temukan dalam referensi adanya penelitian tentang supervisi klinis dalam proses pembelajaran. Tetapi penelitian yang berjudul KOMPETENSI GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA MELALUI SUPERVISI AKADEMIK pernah diteliti oleh Sr. Margaretha, SSpS S. Pd Kepala SMA Katolik Bhaktyarsa Maumere tahun 2011

METODE PENELITIAN

Subyek, Lokasi, dan Waktu Penelitian

1. Waktu Penelitian, Penelitian dilaksanakan pada semester 1 tahun pelajaran 2012/2013 dengan jadwal pelaksanaan penelitian sebagai berikut: Bulan Juli 2012 minggu 3 dan 4 pelaksanaan siklus I. Bulan Agustus 2012 minggu 1 dan 2 pelaksanaan siklus II

2. Lokasi Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Kecandran 01 Salatiga.

3. Subyek Penelitian. Subjek dalam penelitian tindakan sekolah ini adalah semua guru SDN Kecandran 01 berjumlah 8 orang guru

Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan sekolah ini terdiri dari dua siklus sebagai berikut:

1. Siklus I

a.   Perencanaan

1). Dalam mengidentifikasi masalah dan merumus-kan masalah, peneliti berkolaborasi dengan teman sejawat untuk mengungkapkan dan memperjelas masalah yang peneliti hadapi untuk mencari jalan keluar yang tepat sampai diperoleh ketrampilan guru dalam proses pembelajaran.

2). Membuat rencana supervisi klinis untuk siklus I pada proses pembelajaran untuk diterapkan pada guru SD N Kecandran 01 Salatiga.

3). Menyiapkan alat dan materi yang di perlukan dakam supervisi.

4). Menyusun lembar observasi sebagai panduan bagi observer dalam mengobservasi dalam pelaksanaan supervisi klinis.

5). Menyusun format pengamatan.

b.   Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan yang dilakukan adalah melaksanakan proses pembimbingan dengan langkah-langkah: 1). Menjelaskan kegiatan supervise klinis tentang peningkatan kompetensi dalam proses pembelajaran yang sesuai standar. 2). Mengadakan pembimbingan proses pembelajaran. 3). Berdiskusi antara peneliti dan guru. 4). Menarik kesimpulan. Hasil yang dicapai oleh peneliti pada saat pengamatan proses pembelajaran, dan observasi. Maka langkah-langkah berikutnya dianalisis oleh peneliti dan kolaborasi dengan cara berdiskusi agar hasil yang diperoleh bersifat obyektif. Hasil diskusi digunakan untuk perencanaan, melaksanakan dan merefleksi pada siklus kedua.

c. Pengamatan

Hasil yang dicapai oleh peneliti , laporan hasil penilaian proses pembelajarn, dan observasi. Maka langkah-langkah berikutnya dianalisis oleh peneliti dan kolaborasi dengan cara berdiskusi agar hasil yang diperoleh bersifat obyektif. Hasil diskusi digunakan untuk perencanaan, melaksanakan dan merefleksi pada siklus kedua

d. Refleksi

Setelah pelaksanaan proses pembelajaran berakhir, peneliti dan teman sejawat berdiskusi dan menganalisa yang telah di laksanakan. Dari hasil pengamatan kemudian didiskusikan diperoleh kekurangan dan kelebihan sebagai berikut: 1). Guru kurang memahami proess pembelajarn. 2) Siswa pasif dalam mengikuti pelajaran. 3). Guru perlu melaksanakan psoses pembelajaran yang benar

Yang selanjutnya dipergunakan sebagai dasar untuk menyusun langkah pada siklus II.

2.   Siklus II

a.   Perencanaan

1.   Dalam mengidentifikasi masalah dan merumus-kan masalah, peneliti berkolaborasi dengan teman sejawat untuk mengungkapkan dan memperjelas masalah yang peneliti hadapi untuk mencari jalan keluar yang tepat sampai diperoleh prestasi yang memuaskan.

2.               Membuat rencana proses pembelajarn untuk siklus II.

3.               Menganalisa proses pembelajaran siklus II dengan bantuan teman sejawat.

b.   Pelaksanaan

Dalam pelaksanaan proes pembelajaran siklus II. 1). Menjelaskan kegiatan supervise klinis dalam proses pembelajaran yang sesuai standar. 2). Mengadakan pembimbingan proses pembelajaran. 3. Berdiskusi antara peneliti, guru dan teman sejawat. 4. Menarik kesimpulan. Hasil yang dicapai oleh peneliti pada saat pengamatan proses pembelajaran, dan observasi. Maka langkah-langkah berikutnya dianalisis oleh peneliti dan kolaborasi dengan cara berdiskusi dan berkoordinasi agar hasil yang diperoleh bersifat obyektif. Proses pembelajaran sudah benar sesuai dengan standar.

c. Pengamatan

Selama proses pembelajaran siklus II berlangsung, peneliti dibantu teman sejawat mengamati proses pembelajaran guru. Dari hasil penilaian proses pembelajarn, dan observasi. Maka langkah-langkah berikutnya dianalisis oleh peneliti dan kolaborasi dengan cara berdiskusi dan berkoordinasi agar hasil yang diperoleh bersifat obyektif. Hasil diskusi dan kolaborasi digunakan untuk merefleksi pada siklus kedua

d. Refleksi

Setelah pelaksanaan pembelajaran siklus II berakhir, peneliti dan teman sejawat berdiskusi dan menganalisa proses pembelajaran yang telah di laksanakan. Hasil yang dicapai berupa nilai tes, hasil pengamatan proses pembelajaran. Maka langkah selanjutnya dianalisis oleh peneliti bersama kolaborasi melalui diskusi agar hasil yang diperoleh lebih obyektif. Dengan menggunakan trigulasi sumber dan waktu. refleksi pada siklus II dapat digunakan untuk merefleksi diri” Apakah tindakan yang dilakukan telah diperoleh hasil yang sesuai dengan yang diinginkan, yaitu adanya peningkatan kompetensi profesional dalam proses pembelajaran melalui supervise klinis ?

Teknik Pengumpul Data. 1). Teknik pemberian angket; untuk mengumpulkan data tentang keaktipan guru dalam proses pembelajaran. 2). Teknik observasi: untuk mengumpulkan data tentang pelaksanaan proses pembelajaran. 3). Teknik dokumentasi: untuk mengumpulkan data tentang kondisi awal, pada saat siklus I dan Siklus II dan pada kondisi akhir. Analisis Data. 1). Data tentang pelaksanaan proses pembelajaran diperoleh melalui observasi dan angket dilakukan analisis diskriptif kualitatif. 2). Data tentang proses pembelajaran yang diperoleh dari dokumen dilakukan analisis diskriptif komparatif yaitu membandingkan proses pembelajaran pada kondisi awal dengan kondisi setelah dilakukan Penelitian Tindakan Sekolah.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Diskripsi Awal

Sebelum tindakan penelitian dilaksanakan penulis mengadakan wawancara/ Tanya jawab dan pengamatan dengan guru SD Negeri kecandran 01 tentang proses pembelajaran yang selama ini berjalan. Berdasarkan wawancara/ Tanya jawab dan pengamatan pada umumnya guru belum melaksanakan proses pembelajaran sebagaimana yang diharapkan Berdasarkan hasil evaluasi atas proses pembelajan guru SD Negeri Kecandran 01 Salatiga diketahui dari 8 orang guru yang mendapat niai amat baik belum ada 2 orang, nilai cukup 4 orang, nilai kurang 2 orang, nilai gagal tidak ada, untuk lebih mudahnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Hasil Penilaian Kinerja Kondisi Awal

Skor

Kategori

Jumlah

%

80-100

Baik Sekali

0

0 %

66-79

Baik

2

25%

56-65

Cukup

4

50%

40-55

Kurang

2

25%

0-35

Gagal

0

0 %

Jumlah

8

100%

Diskripsi Siklus I

a. Perencanaan Tindakan. Sebelum pelaksanaan tidakan, peneliti melakukan persiapan:

1. Menyusun jadwal dan materi yang akan diberikan dalam supervisi klinis.

2. Menyusun instumen penelitian yang meliputi observasi, penugasan dan pedoman wawancara

3. Menyediakan tempat yang akan digunakan untuk memberikan pengarahan, diskusi dan tempat pemeriksaan dokumen

b. Pelaksanaan Tindakan. Pelaksanaan tindakan siklus I dilakukan selama tiga kali. Pertemuan yaitu tanggal, 16, 19 dan 26 Juli 2012 jam 10. 00 s/d 12. 00 WIB.

Pada pertemuan pertama guru diberi pengarahan tentang pentingnya melaksanakan proses pembelajaran yang benar sesuai dengan Permen No. 41/2007 tentang Standar Proses dan langkah –langkah pembelajaran yang benar. Dalam pengarahan ini peneliti menggunakan metode ceramah, Tanya jawab dan diskusi. Pada akhir pertemuan setiap guru diberi tugas rumah untuk membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) hasilnya untuk dipresentasikan pada pertemuan berikutnya

Pada pertemuan kedua semua guru secara bergiliran mempresetasikan RPP yang dibuatnya. Setiap guru harus menjawab pertanyaan atau menanggapi masukan atau saran dari guru lain. Presentasi ditutup dengan menyimpulkan materi diskusi yang telah dilaksanakan. Pada akhir pertemuan peneliti menugaskan kepada gru untuk melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang dibuat hasil diskusi dengan para guru.

Pertemua ketiga, guru menyampaikan kepada peneliti tentang kendala, hambatan dan masalah yang dihadapi guru pada saat pelaksanaan proses pembelajaran. Peneliti memberi umpan balik yang obyektif terhadap guru, mengenai pengajaran yang dilaksanakannya. Peneliti mendiagnosis dan membantu memecahkan masalah-masalah pengajaran yang dihadapi guru, membantu guru mengembangkan keterampilannya menggunakan strategi pengajaran, membantu guru mengembangkan satu sikap positif terhadap pengembangan profesional guru.

c. Pencapaian Kinerja Tindakan. Setelah diadakan pembinaan oleh kepala sekolah dalam rangka peningkat-an profesionalisme guru dalam proses pembelajaran maka hasil valuasi atas proses pembelajan guru SD Negeri Kecandran 01 Salatiga diketahui dari 8 orang guru yang mendapat niai amat baik belum ada nilai baik 4 orang, nilai cukup 4 orang, nilai kurang tidak ada, nilain gagal tidak ada dapat dilihat pada tabel berikut:

Hasil Penilaian Kinerja Siklus 1

Skor

Kategori

Jumlah

%

80-100

Baik Sekali

0

0 %

66-79

Baik

4

50%

56-65

Cukup

4

50%

40-55

Kurang

0

0 %

0-35

Gagal

0

0 %

Jumlah

8

100%

Dari tabel hasil evaluasi siklus 1 dapat dilihat bahwa guru yang mencapai nilai 80 ke atas belum ada 0%. Sedang 4 guru atau 50% mendapat nilai 66-79, 4 guru yang lain atau 50% mendapat nilai 56-65 sedagkan yang mendapat nilai 55 kebawah tidak ada 0%.

d. Hasil Refleksi. Setelah diadakan pembinaan profesionalisme guru pada siklus I dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:1). Guru belum memanfaatkan alat peraga secara efektif. 2). Penggunaan metode dalam pembelajaran kurang bervariasi. 3). Guru kurang memberikan motivasi.

Dari data yang diperoleh di atas dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran pada siklus I masih menujukkan tingkat profesaionalisme guru masih rendah. Oleh sebab itu perlu dilaksanakan siklus II

Siklus II

a. Perencanaan Tindakan. 1). Teridentifikasi masalah. 2). Tersusunnya rencana tindakan yang menitik beratkan pada penggunaan metode diskusi dan tanya jawab sehingga guru mampu menyampaikan mareti pelajaran secara profesional. 3)Terbuatnya lembar pengamatan/ lembar observasi. Peneliti menyusun lembar pengamatan yang digunakan sebagai panduan.

b. Pelaksanaan Tindakan. Pelaksanaan tidakan siklus II dilaksanakan pada minggu pertama dan kedua bulan Agustus 2012 tanggal 2, 6 dan 9 Agustus 2012.

Pada pertemuan pertama guru diberi pengarahan sebagai tindak lanjut dari hasil evaluasi siklus I tentang proses pembelajaran yang belum sesuai dengan Permen No. 41/2007 tentang Standar Proses dan langkah–langkah pembelajaran yang benar. Dalam pengarahan ini peneliti menggunakan metode ceramah, Tanya jawab dan diskusi. Pada akhir pertemuan setiap guru diberi tugas rumah untuk membuat RPP hasilnya untuk dipresentasikan pada pertemuan berikutnya

Pada pertemuan kedua peneliti didampingi guru senior semua guru secara bergiliran mempresetasikan RPP yang dibuatnya. Setiap guru harus menjawab pertanyaan atau menanggapi masukan atau saran dari guru lain. Presentasi ditutup dengan menyimpulkan materi diskusi yang telah dilaksanakan. Pada akhir pertemuan peneliti menugaskan kepada guru untuk melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang dibuat.

Pertemua ketiga, guru menyampaikan kepada peneliti tentang kendala, hambatan dan masalah yang dihadapi pada saat pelaksanaan proses pembelajaran. Peneliti memberi umpan balik yang obyektif terhadap guru, mengenai pengajaran yang dilaksanakannya. Peneliti mendiagnosis dan membantu memecahkan masalah-masalah pengajaran yang dihadapi guru, peneliti menyapaikan perkembangan yang dialami guru dalam pembelajaran dengan kata lain peningkatan profesional yang dialami guru.

c. Pencapaian Kinerja Tindakan. Setelah diadakan supervisi klinis pada siklus II guru dalam proses pembelajaran maka hasil evaluasi diketahui dari 8 orang guru yang mendapat niai amat baik ada 1 orang guru nilai baik 6 orang, nilai cukup 1 orang, nilai kurang tidak ada, nilain gagal tidak ada dapat dilihat pada tabel berikut:

Hasil Penilaian Kinerja Guru Siklus II

Skor

Kategori

Jumlah

%

80-100

Baik Sekali

1

12, 5 %

66-79

Baik

6

75%

56-65

Cukup

1

12, 5%

40-55

Kurang

0

0 %

0-35

Gagal

0

0 %

Jumlah

8

100%

Dari tabel hasil evaluasi siklus II dapat dilihat bahwa guru yang mencapai nilai 80 ke atas ada 1 orang . Sedang 6 guru mendapat nilai 66-79, 1 guru yang lain mendapat nilai 56-65 sedagkan yang mendapat nilai 55 kebawah tidak ada Hasil Refleksi. Penulis melakukan renungan atas kegagalan dan keberhasilan selama proses pembelajaran. Ternyata keberhasilan suatu proses pembelajaran bergantung pada persiapan, pelaksanaan dan evaluasi yang dilakukan oleh guru. Dari proses pembelajaran dicukupkan pada siklus II. Maka apabila perolehan hasil data tersebut disajikan dalam bentuk tabel dapat dilihat dalam tabel 5 di bawah ini.

Peningkatan Penilaian Kinerja sebelum siklus, siklus I dan siklus II

Uraian

Sangat

Baik

Baik

Cukup

Kurang

Total

Frek

%

Frek

%

Frek

%

Frek

%

Frek

%

Pra

Siklus

0

0

2

25

4

50

2

25

8

100

Siklus 1

0

0

4

50

4

50

0

0

8

100

Siklus 2

1

12,5

6

75

1

12,5

0

0

8

100

Dari tabel diatas, dapat diuraikan sebagai berikut: 1). Sebelum perbaikan proses pembelajaran dari 8 guru nilai kinerja guru yang mendapat nilai sangat baik 0 sama dengan 0%, yang mendapat nilai baik 2 orang guru atau 25 %, yang mendapat nilai cukup 4 orang guru atau 50%, masih ada dua guru yang mendapat nilai kurang atau sama dengan 25 %. 2). Pada siklus I, dari 8 guru yang mendapat nilai kinerja sangat baik 0 sama dengan 0%, yang mendapat nilai baik 4 orang guru atau 50 %, yang mendapat nilai cukup 4 orang guru atau 50%, guru yang mendapat nilai kurang 0 atau sama dengan 0 %. 3). Pada siklus II, dari 8 guru nilai kinerja guru yang mendapat nilai sangat baik 1 sama dengan 12, 5%, yang mendapat nilai baik 6 orang guru atau 75 %, yang mendapat nilai cukup 4 orang guru atau 50%, guru yang mendapat nilai kurang 0 atau sama dengan 0 %.

Pembahasan Per Siklus

Siklus I. Dalam proses pembelajaran kurang berhasilnya guru dalam kegiatan pembelajaran dalam siklus I sudah menunjukkan adanya peningkatan perbaiakan proses pembelajaran guru. Hal tersebut terbukti bahwa sebelum siklus I guru yang memperoleh nilai kinerja guru dari 8 guru dari 2 guru atau 25 %, pada pra siklus, pada siklus I guru yang memperoleh nilai kinerja baik ada 4 guru atau 50 %. Hal ini berarti ada peningkatan sekitar 25 %. Namun demikian, supervisi klinik proses pembelajaran harus dilanjutkan ke siklus II, karena pada siklus I masih ada 4 orang guru atau 50% masih mendapat nilai cukup dan belum ada yang mendapat nilai sangat baik.

Siklus II. Pada supervisi klinis siklus II, dari 8 guru nilai kinerja guru yang mendapat nilai sangat baik 1 sama dengan 12, 5%, yang mendapat nilai baik 6 orang guru atau 75 %, yang mendapat nilai cukup 4 orang guru atau 50%, guru yang mendapat nilai kurang 0 atau sama dengan 0 %.

PENUTUP

Kesimpulan

1). Kesimpulan Secara Teoritik. Berdasarkan kajian teori maka kesim pulan secara teoritik dapat dirumuskan sebagai berikut: Melalui supervise klinis dapat ditingkatkan profesionalisme guru dalam proses pembelajaran bagi guru SDN Kecandran 01 Salatiga pada semester 1 tahun pelajaran 2012/2013. 2). Kesimpulan Secara Empirik. Dengan dilaksanakan supervise klinis dapat ditingkatkan profesionalisme guru dalam proses pembelajaran bagi guru SDN Kecandran 01 Salatiga pada semester 1 tahun pelajaran 2012/2013, terbukti nilai kinerja guru pada tes awal sebelum dilaksanakan supervise klinis yang memperoleh nilai kinerja guru dari 8 guru, yang mendapat nilai sangat baik 0, nilai baik ada 2 guru atau 25 %, nilai cukup ada 4 guru atau 50 %, nilai kurang ada 2 guru atau 25 %, Pada siklus I guru yang mendapat nilai sangat baik 0, yang memperoleh nilai kinerja baik ada 4 guru atau 50 %. nilai cukup ada 4 guru atau 50 %, yang mendapat nilai kurang tidak ada guru atau 0 %, Pada siklus II guru yang mendapat nilai sangat baik 1 atau 12, 5 %, yang memperoleh nilai kinerja baik ada 6 guru atau 75 %. nilai cukup ada 1 guru atau 12, 5 %, yang mendapat nilai kurang tidak ada guru atau 0 %, Hal ini berarti ada peningkatan yang signifikan nilai kinerja guru bila dibandingkan antara nilai pra silkus dan nilai siklus II setelak diadakan penelitian tindakan sekolah dari 0 % menjadi 12, 5 % yang mendapat nilai sangat baik, dari 2 oran guru menjadi 6 orang guru atau dari 25 % menjadi 75 % yang mendapat nilai hal itu berarti ada peningkatan 50 %.

Saransaran

Berdasarkan pengalaman selama pelaksanaan penelitian tindakan sekolah di SD Negeri Kecandran 01 salatiga pada semester 1 ini, maka dapat diajukan saran-saran sebagai berikut:1). Kepala Sekolah hendaknya melakukan supervise secara rutin baik superfisi Classroom visitation, Observation Visits maupun Individual meeting. 2. Bagi kepa la sekolah dengan menggunakan supervise klinis lebih meningkatkan profesionalisme guru dan ketrampilan sosial mengingat mengingat masyarakat kita majemuk.

DAFTAR PUSTAKA

Dyah Budiarsih, (2011) Kemampuan Menyusun PTS melalui Pembimbingan Kepala Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Widyatama. Volume Nomor 8, Mei 2011. Semarang: LPMP.

Glickman, C. D. , Gordon, S. P. , and Ross-Gordon, J. M. 2007. Supervision and Instructional Leadership A Development Approach. Seventh Edition. Boston: Perason.

Sullivan, S. & Glanz, J. 2005. Supervision that Improving Teaching Strategies and Techniques. Thousand Oaks, California: Corwin Press.

Supervisi Akademik dalam peningkatan profesionalisme guru. 2006. Kompetensi Supervisi Kepala Sekolah Pendidikan Dasar. Direktorat Tenaga Kependidikan Ditjen PMPTK Depdiknas.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses untuk satuan pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas

Margaretha, (2011)Kompetensi Guru Dalam Proses Pembelajaranerbasis Pendidikan Karakter Bangsa Melalui Supervisi Akademik, P4TK Jugjakarta