METODE BERCERITA DENGAN MEDIA BONEKA WAYANG

DALAM UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN CERITA

ANAK USIA 4-5 TAHUN DI TK PDK II NGADIREJO

Multiana Ningsih

Ajeng Ayu Widiastuti

Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

FKIP Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman cerita anak 4-5 tahun melalui bercerita dengan media boneka wayang pada TK PDK II Ds. Demangan Kec. Ngadirejo Semester I Tahun ajaran 2014/2015. Penelitian tindakan kelas ini menggunakan metode diskritif kualitatif dengan subjek penelitian kelompok A TK PDK II Ds. Demangan Kec. Ngadirejo Semester I Tahun ajaran 2014/2015 dengan jumlah 20 anak yang terdiri 9 anak laki-laki dan 11 anak perempuan. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode dokumentasi dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan pemahaman cerita anak usia 4-5 tahun. Pada siklus I anak yang bisa memahami cerita dengan mandiri (BDM) terdapat 8 anak (40%) dan meningkat pada siklus II sebanyak 16 anak (80%) sehingga penelitian ini dapat dikatakan berhasil dan metode bercerita dengan boneka wayang terbukti telah meningkatkan pemahaman cerita anak usia 4-5 tahun di TK PDK II Ngadirejo Kabupaten Temanggung.

Kata kunci : bercerita, boneka wayang dan pemahaman cerita


PENDAHULUAN

Bahasa merupakan hal yang sangat penting dan harus dimiliki oleh seseorang dan tak terkecuali anak. Bahasa merupakan media untuk memperoleh pengetahuan dan informasi yang luas sehingga dapat hidup dan bersosialisasi dengan baik di tengah masyarakat. Oleh sebab itu, kemampuan berbahasa yang baik menjadi syarat mutlak bagi individu dalam kehidupan bermasyarakat. Ada beberapa aspek dalam bahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis (Santrock, 2007). Ke empat aspek tersebut harus meningkat seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan individu termasuk anak.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti selama 2 bulan di TK kelompok A TK PDK II Ngadirejo terlihat bahwa kemampuan bahasa anak kurang begitu maksimal. Hal tersebut terlihat pada pemahaman anak terhadap cerita yang disampaikan guru. Fenomena tersebut dipicu oleh proses belajar mengajar yang bersifat kasikal yaitu dengan menggunakan media buku cerita dan gambar seri secara terus menerus. Akibatnya anak merasa bosan dalam kegiatan bercerita, kemam-puan anak untuk menanggapi umpan balik pada saat kegiatan menjadi pasif, anak kurang mampu mengekspresikan penda-patnya dan partisipasi anak dalam pembe-lajaran, sehingga guru harus memancing terlebih dahulu dengan cara memberi pertanyaan agar ada salah satu anak yang terlibat aktif. Hal tersebut pun tidak serta merta membuat anak paham akan isi cerita yang disampaikan guru.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti hendak menggaris bawahi yaitu meningkatkan pemahaman isi cerita pada anak melalui media yang menarik bagi anak yaitu boneka wayang. Melalui media yang menarik, dapat disentuh dan dimainkan maka diharapkan bukan hanya membuat anak menjadi tertarik mendengarkan cerita tetapi juga dapat memahami isi cerita yang disampaikan.

Adapun rumusan masalah yang ada dalam penelitian ini adalah Apakah pe-nerapan kegiatan bercerita dengan media boneka wayang dapat meningkatkan pe-mahaman cerita anak usia 4-5 tahun di Taman Kanak-Kanak PDK II Ngadirejo.

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman cerita melalui media boneka wayang anak usia 4-5 tahun di Taman Kanak-Kanak PDK II Ngadirejo.

Adapun manfaat penelitian ini antara lain:

1. Manfaat Teoritis : bagi peneliti, diha-rapkan dapat menjadi bahan dalam mengkaji masalah penerapan metode bercerita dengan media boneka wa-yang dapat meningkatkan pemahaman cerita terhadap anak.

2. Manfaat Praktis

a) Bagi guru, diharapkan bisa menjadi bahan masukan dalam menghadapi anak untuk dapat mengetahui masalah penerapan metode bercerita dengan media boneka wayang dapat meningkatkan kemampuan bahasa dan kognitif anak.

b) Bagi anak didik untuk dapat meningkatkan kemampuan bahasa melalui metode bercerita dengan media boneka wayang khususnya bagi anak di Taman Kanak-Kanak kelompok A PDK II Ngadirejo.

KAJIAN PUSTAKA

Bercerita

Bercerita merupakan aktivitas menuturkan (menyampaikan) sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan, penga-laman, atau kejadian yang sungguh-sungguh terjadi maupun hasil rekayasa (Hidayat dalam Aprianti dkk, 2013). Heroman dan Jones dalam Aprianti dkk (2013), mengemukakan bahwa bercerita merupakan salah satu seni, bentuk hiburan dan merupakan pandangan tertua yang telah dipercayai nilainya dari generasi ke generasi. Bercerita bisa dilakukan dengan mengguakan alat peraga maupun tidak mengenai apa yang harus disampaikan berupa pesan, informasi, atau dogeng untuk didengarkan dengan rasa yang menyenangkan.

Manfaat Kegiatan Bercerita

Bercerita dapat melatih daya ingat atau memori anak untuk menerima dan menyimpan informasi melalui tuturan peristiwa yang disampaikan. Selain itu bercerita dapat mengembangkan potensi kreatif anak melalui keragaman ide cerita yang dituturkan oleh penyampai cerita. Kegiatan bercerita bermanfaat dalam mengembangkan kosakata, kemampuan berbicara, mengekspresikan cerita yang disampaikan sesuai karakteristik tokoh yang dibacakan dalam situasi yang menyenangkan, serta melatih keberanian anak untuk tampil di depan umum (Dharmowijono dkk, 2009).

Pemahaman Cerita

Pemahaman cerita adalah kemam-puan untuk mengerti secara benar menge-nai isi dari suatu cerita, meliputi kemam-puan mengenali kata-kata yang terdapat dalam cerita dan menggunakannya untuk meneritakan kembali isi cerita secara tepat (Rosalia, 2012). Seneschal (dalam Rosalia, 2012) menyatakan beberapa tahapan anak mempelajari dan memahami kata-kata baru dari cerita maka anak harus: 1) meng-encode dan mengenali bunyi ujaran dai kata baru, 2) mengingat kata baru tersebut, baik dari sisi semantik, sintaksis, dan konteks cerita sehingga dapat menggunakan kembali atau mencari padanan katanya; 3) menyeleksi atau membangun arti kata yang memiliki kesesuaian; 4) menghubungkan arti kata baru tersebut dengan bunyi ujaran; serta 5) mengintegrasikan dan menyimpan pengetahuan baru tersebut bersama dengan pengetahuan lain yang sudah dimiliki sebelumnya.

Pengertian Media

Media sangat dibutuhkan dalam kegiatan bercerita, yang dimaksudkan untuk menarik minat anak dalam kegiatan bercerita. Media adalah seperangkat alat bantu atau perlengkapan yang digunakan oleh guru atau pendidik dalam rangka berkomunikasi dengan anak. Dalam memilih dan menggunakan media perlu diperhatikan mengingat kegiatan bercerita merupakan salah satu aktivitas pembelajaran anak usia dini (Aprianti dkk, 2013)

McWilliams (2012) memaparkan bahwa bercerita bisa dilakukan dengan menggunakan alat peraga maupun tanpa alat peraga. Kegiatan bercerita tanpa alat peraga, adalah kegiatan bercerita dengan hanya mengandalkan kemampuan verbal, sedangkan kegiatan bercerita dengan menggunakan alat peraga adalah kegiatan yang dalam pelaksanaannya menggunakan alat peraga langsung seperti: boneka, gambar-gambar, papan flannel, buku atau benda-benda lainya. Oleh karena itu pemilihan media bercerita yang bervariasi sangat penting untuk meningkatkan pemahaman cerita dan menciptakan suasana yang menarik.

Media Boneka Wayang

Media boneka wayang adalah alat permainan edukatif yang dapat membantu memaksimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Media boneka wayang dijadikan sebagai sumber kegiatan belajar untuk melengkapi atau memperkaya pengetahuan yang dipelajari di dalam kelas serta diharapkan dengan bercerita dengan media boneka wayang akan membantu siswa dalam berekspresi. Selain itu cerita yang ditampilkan dapat disampaikan dengan cara yang menarik dan menyenangkan. (Anafi, 2012)

Menurut Rohita (2012) media boneka wayang merupakan suatu media alat peraga yang cukup menarik bagi anak, karena selain bentuk gambar yang lucu dengan warna yang menarik, anak juga dapat dengan mudah memainkannya atau memperagakannya. Sebagai contoh, dalam proses bercerita dengan media boneka wayang dapat memusatkan perhatian anak dalam memahami cerita. Dalam penelitian yang sudah dilakukan oleh Cholifah (2010) membuktikan bahwa metode bercerita dengan media boneka wayang dapat meningkatkan kosakata anak.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan metode penelitian tindakan kelas yang menggambarkan fakta dengan data yang diperoleh (Arikunto dkk, 2007). Subjek penelitian ini adalah anak TK PDK II Ngadirejoyang terdiri dari 20 anak yaitu: 9 anak laki-laki dan 11 anak perempuan yang belum sesuai dengan indikator pemahaman cerita.

Indikator keberhasilan pemahaman cerita adalah 1) Minimal 80% anak dapat menyebutkan judul dan tokoh dalam cerita, 2) Minimal 80% anak dapat menyebutkan sifat dari tokoh, 3) Minimal 80% anak dapat memilih perilaku yang baik dan yang buruk. Pemberian penilaian untuk anak dengan kriteria: Bisa Dengan Mandiri (BDM), Bisa Dengan Bantuan (BDB), dan Tidak Bisa (TB).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebelum melaksanakan penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan kegiatan observasi. Hasil dari pra siklus pada observasi pemahamn cerita dengan media boneka wayang.

Tabel 1. Observasi pemahaman cerita melalui bercerita dengan media boneka wayang

PENILAIAN

Jumlah anak

Presentase

BDM

6

30%

BDB

7

35%

TB

7

35%

Berdasarkan Tabel 1. dapat dideskripsikan bahwa anak yang bisa menjawab pertanyaan dan mematuhi peraturan sebanyak 6 anak (30%), anak yang bisa menjawab semua pertanyaan dengan bantuan dari guru sebanyak 7 anak (35%), dan anak yang tidak bisa menja-wab pertanyaan dan mematuhi peraturan yang sudah di buat bersama dengan mandiri sebanyak 7 anak (35%).

Tabel 2. Hasil observasi pemahaman cerita melalui bercerita dengan media boneka wayang Siklus I Setiap Pertemuan

Penilaian

Pertemuan I

Pertemuan II

Pertemuan III

Jumlah anak

%

Jumlah anak

%

Jumlah anak

%

BDB

6

30%

7

35%

8

40%

BDB

9

45%

8

40%

7

35%

TB

5

25%

5

25%

5

25%

Berdasarkan Tabel 2. hasil siklus I pertemuan I dapat dideskripsikan anak yang bisa menjawab pertanyaan dan mematuhi peraturan sebanyak 9 anak (45%), anak yang bisa menjawab pertanyaan dengan bantuan dari guru sebanyak 6 anak (30%) dan anak yang tidak menjawab pertanyaan dan mematuhi peraturan sebanyak 5 anak (25%). Dalam siklus 1 pertemuan II dapat dideskripsikan bahwa anak yang bisa menjawab pertanyaan dan mematuhi peraturan sebanyak 7 anak (35%), anak yang bisa menjawab semua pertanyaan dengan bantuan dari guru sebanyak 8 anak (40%), dan anak yang tidak bisa menjawab pertanyaan dan mematuhi peraturan yang sudah di buat bersama dengan mandiri sebanyak 5 anak (25%). Siklus I pertemuan III dapat dideskripsikan bahwa anak yang bisa menjawab pertanyaan dan mematuhi peraturan sebanyak 8 anak (40%), anak yang bisa menjawab semua pertanyaan dengan bantuan dari guru sebanyak 7 anak (35%), dan anak yang tidak bisa menjawab pertanyaan dan mematuhi peraturan yang sudah di buat bersama dengan mandiri sebanyak 5 anak (25%).

Tabel 3. Observasi Aktivitas Guru Siklus I

No

Aspek yang diamati

Pertemuan I

Pertemuan II

Pertemuan III

1

2

3

4

1

2

3

4

1

2

3

4

1

Media yang digunakan sesuai dengan tujuan kegiatan

v

v

v

2

Materi kegiatan sesuai dengan tujuan kegiatan

v

v

v

3

Volume suara guru dapat diterima anak

v

v

v

4

Guru memberi contoh dengan jelas

v

v

v

5

Guru memberi contoh dengan penuh ekspresi

v

v

v

6

Guru membantu siswa melakukan kegiatan

v

v

v

Jumlah

0

8

3

4

0

4

9

4

0

0

15

4

Hasil dari Tabel 3. pada observasi kegiatan guru siklus I dari pertemuan I, II, dan III dihasilkan belum mencapai dominan karena guru masih banyak membantu anak dalam menjawab pertanyaan dan penggunaan media, materi kegiatan, volume suara guru, dan cara guru memberi contoh sudah baik.

Tabel 4. Hasil observasi pemahaman cerita melalui bercerita dengan media boneka wayang Siklus II Setiap Pertemuan

Penilaian

Pertemuan I

Pertemuan II

Pertemuan III

Jumlah anak

%

Jumlah anak

%

Jumlah anak

%

BDM

9

45%

14

70%

16

80%

BDB

6

30%

4

20%

3

15%

TB

5

25%

2

10

1

5%

Berdasarkan tabel 4. hasil siklus II pertemuan I dapat dideskripsikan anak yang bisa menjawab pertanyaan dan mematuhi peraturan sebanyak 9 anak (45%), anak yang bisa menjawab pertanyaan dengan bantuan dari guru sebanyak 6 anak (30%) dan anak yang tidak menjawab pertanyaan dan mematuhi peraturan sebanyak 5 anak (25%). Dalam siklus II pertemuan II dapat dideskripsikan bahwa anak yang bisa menjawab pertanyaan dan mematuhi peraturan sebanyak 14 anak (70%), anak yang bisa menjawab semua pertanyaan dengan bantuan dari guru sebanyak 4 anak (20%), dan anak yang tidak bisa menjawab pertanyaan dan mematuhi peraturan yang sudah di buat bersama dengan mandiri sebanyak 2 anak (10%). Siklus II pertemuan III dapat dideskripsikan bahwa anak yang bisa menjawab pertanyaan dan mematuhi peraturan sebanyak 16 anak (80%), anak yang bisa menjawab semua pertanyaan dengan bantuan dari guru sebanyak 3 anak (15%), dan anak yang tidak bisa menjawab pertanyaan dan mematuhi peraturan yang sudah di buat bersama dengan mandiri sebanyak 1 anak (5%).

Tabel 5. Observasi Aktivitas Guru Siklus II

No

Aspek yang diamati

Pertemuan I

Pertemuan II

Pertemuan III

1

2

3

4

1

2

3

4

1

2

3

4

1

Media yang digunakan sesuai dengan tujuan kegiatan

v

v

v

2

Materi kegiatan sesuai dengan tujuan kegiatan

v

v

v

3

Volume suara guru dapat diterima anak

v

v

v

4

Guru memberi contoh dengan jelas

v

v

v

5

Guru memberi contoh dengan penuh ekspresi

v

v

v

6

Guru membantu siswa melakukan kegiatan

v

V

v

Jumlah

0

0

18

0

0

2

15

0

0

0

18

0

Dari hasil observasi aktivitas guru pada siklus II pertemuan I, II dan III aktivitas guru semakin meningkat, dari penggunanaan media, materi kegiatan yang sesuai, volume suara guru yang bisa diterima anak, pemberian contoh yang jelas dan dengan ekspresi sesuai karakter tokoh dalam cerita, dan guru tidak lagi membantu anak dalam kegiatan bercerita dengan media boneka wayang.

PEMBAHASAN

Penerapan kegiatan bercerita dengan media boneka wayang dapat meningkatkan pemahaman cerita anak di Taman Kanak Kanak PDK II Ngadirejo, Kecamatan Ngadirejo Semester I tahun ajaran 2014/2015.

Setelah peneliti melakukan obser-vasi didapati bahwa anak kelompok A di TK tersebut kurang dapat memahami isi cerita yang disampaikan guru dikarenakan anak kurang mendapatkan kegiatan bercerita menggunakan media yang menarik dalam pembelajaran. Guru hanya menggunakan media buku cerita berseri sehingga anak merasa bosan karena media yang digunakan tidak pernah berubah.

Oleh sebab itu, peneliti mengguna-kan media boneka wayang sebagai media untuk bercerita dengan tujuan agar dapat meningkatkan pemahaman anak terhadap isi cerita, dan memberikan media yang baru agar anak lebih tertarik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Hasilnya, disetiap tindakan yang dilaksanakan mengalami peningkatan dalam pemahaman isi cerita.

Peningkatan tersebut dapat dilihat dari hasil lembar observasi pemahaman cerita anak melalui kegiatan bercerita dengan media boneka wayang yang dite-rapkan dalam siklus I dan II. Berdasarkan data pra siklus, siklus I dan siklus II mengalami peningkatan pemahaman cerita anak melalui kegiatan bercerita dengan media boneka wayang, terutama pada penilaian bisa dengan bantuan (BDB) dan bisa dengan mandiri (BDM). Pada pra siklus anak yang tidak bisa (TB) terdapat 7 anak (35%), bisa dengan bantuan (BDB) terdapat 7 anak (35%), dan bisa dengan mandiri (BDM) terdapat 6 anak (30%). Hasil penilaian mengalami peningkatan pada siklus I pertemuan III dengan tidak bisa (TB) terdapat 5 anak (25%), bisa dengan bantuan (BDB) terdapat 7 anak (35%), dan bisa dengan mandiri (BDM) terdapat 8 anak (40%). Pada siklus II pertemuan III mengalami peningkatan yaitu 1 anak (5%) tidak bisa (TB) , 3 anak (15%) bisa dengan bantuan (BDB), dan 16 anak (40%) bisa dengan mandiri (BDM). Dengan menggunakan media boneka wayang pada kegiatan bercerita dapat meningkatkan pemahaman cerita anak, karena indikator keberhasilan yang peneliti tentukan telah tercapai yaitu 80% dengan hasil anak yang bisa dengan mandiri sebanyak 16 anak dari 20 anak TK PDK II.

Berdasarkan data hasil observasi yang diperoleh pada pra siklus, siklus I dan siklus II telah terbukti bahwa bercerita dengan media boneka wayang dapat membantu guru dalam meningkatkan kemampuan bahasa dan meningkatkan daya ingat anak, terutama dalam pemahaman terhadap isi cerita.

Sesuai dengan teori bercerita menurut Masitoh (2005) yang menyatakan bahwa bercerita bisa melatih daya ingat atau memori anak untuk menerima dan menyimpan informasi melalui tuturan peristiwa yang disampaikan dan mengembangkan potensi kreatif anak melalui keragaman ide cerita yang ditutur-kan. Dalam penelitian ini, boneka wayang merupakan suatu media alat peraga yang cukup menarik bagi anak dengan bentuk gambar yang lucu dan warna yang menarik sehingga anak dengan mudah memainkan dan memperagakannya (Rohita 2012).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Dari penelitian tersebut disimpul-kan bahwa Bercerita dengan Media Boneka Wayang Dapat meningkatkan Pemahaman Cerita Anak Kelompok A TK PDK II Semester I Desa Ngadirejo, Dusun Dema-ngan, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung. Hal tersebut ditandai dengan peningkatan pemahaman cerita dalam setiap siklus.

Pada kondisi pra siklus anak yang dapat memahami cerita dengan mandiri sebesar 30% (6 anak) dari 20 anak, dan pada akhir siklus II pertemuan ke III anak yang dapat memahami cerita dengan mandiri meningkat sebesar 80% (16 anak) dari 20 anak.

Saran

a. Bagi Guru

Penulis berharap sebagai guru TK, memberikan bimbingan yang maksimal dalam setiap kegiatan serta memberikan kegiatan dan memperkenalkan media yang baru agar anak tidak merasa bosan dengan kegiatan pembelajaran.

Guru memperhatikan situasi dan kondisi pembelajaran sehingga anak dapat memahami cerita.

b. Bagi Anak Usia Dini

Penulis mengharapkan anak usia dini dapat mengikuti aturan yang sudah di buat dan disetujui bersama sehingga dalam kegiatan bercerita anak dapat memahami cerita dan mengulas kembali cerita yang disampaikan oleh guru menggunakan bahasanya sendiri.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti yang akan melaksanakan penelitian yang sama dengan media boneka wayang disarankan:

Menggunakan media berbagai ben-tuk boneka wayang sesuai sifatnya (2 dimensi dan 3 dimensi)

Membuat rancangan kegiatan yang bervariasi dalam setiap pertemuan.

DAFTAR PUSTAKA

Anafi. 2012. Peningkatan Keterampilan Bercerita dengan menggunakan Media Boneka Wayang pada siswa kelas VII B SMP Negri Seyegan Sleman

Arikunto, S dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara

Aprianti, Rahayu, Yofita. 2013. Menumbuhkan Kepercayaan Diri Melalui Kegiatan Bercerita. Jakarta Barat: Permata Puri media

Dharmowijono, Widjajanti W dan Suparwa, I Nyoma. 2009. Psikolinguistik: Teori Kemampuan Berbahasa dan Pemerolehan Bahasa anak. Bali: Udayana University Press

McWilliams, B. 2012. Mendongeng Dengan Efektif: Mannual Bercerita. http://www.eldrbarry.net/roos/eest.htm (diakses 17 Desember 2013)

Rosalia, E. 2012. Peran Ilustrasi Dalam Buku Cerita Bergambar Terhadap Pemahaman cerita Pada Anak. Tesis. Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta

Santrock, John W. 2007. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga