MODEL TRAINING GURU BK UNTUK MEMBANTU SISWA MENGATASI KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN NASIONAL MELALUI RELAKSASI

Lobby Loekmono

Yari Dwikurnaningsih

Staf Pengajar FKIP

Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model training untuk membantu siswa mengatasi kecemasan menghadapi Ujian Nasional melalui Teknik Relaksasi. Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan meliputi studi pendahuluan, pengembangan, validasi ahli dan validasi empirik. Studi pendahuluan dilakukan untuk mengetahui tingkat kecemasan siswa dan layanan yang diberikan guru BK. Pada tahap pengembangan dilakukan pengembangan model yang meliputi: rasional, tujuan, manfaat, buku panduan training serta program video relaksasi. Setelah dilakukan validasi ahli, model direvisi sesuai masukan dari ahli psikologi dan ahli manajemen pendidikan, kemudian model divalidasi secara empirik melalui focus gorup discussion dengan guru-guru BK SMA dan SMK di Salatiga. Setelah direvisi berdasarkan masukan-masukan dari guru, diperoleh model yang dapat diterapkan.

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Ujian Nasional menjadi sebuah “figur” menakutkan bagi para siswa SD, SMP, maupun SMA DAN SMK/K. Nilai Standar nasional yang menentukan kelulusan siswa setiap tahun meningkat, hal ini membuat situasi menjelang ujian nasional menjadi menegang. Banyak siswa yang merasa ketakutan dan cemas.

Kecemasan merupakan suatu respons terhadap situasi yang penuh dengan tekanan. Dalam menghadapi Ujian Nasional para siswa mendapatkan tekanan dari internal maupun eksternal. Tekanan eksternal datang dari orang tua, sekolah ataupun lingkungan yang menuntut mereka untuk meraih kelulusan, sedangkan tekanan internal datang dari dalam diri mereka sendiri seperti rasa malu,dan takut diremehkan masyarakat/lingkungan bila tidak lulus ujian menjadi tekanan bagi mereka. Menjelang Ujian Nasional banyak siswa yang dihinggapi kecemasan yang luar biasa. Bahkan di beberapa sekolah, sejumlah siswa menangis, bahkan pingsan, karena khawatir tidak lulus Ujian Nasional yang akan diikutinya. Kompas.com (20 Maret 2010)

Permasalahan ini harus segera dicarikan solusi untuk mengatasinya, salah satu upayanya adalah melalui layanan bimbingan dan konseling (BK). Namun berdasarkan hasil wawancara dengan guru BK SMA dan SMK di Salatiga, guru BK belum memberikan layanan tentang bagaimana mengatasi kecemasan menghadapi Ujian Nasional. Sebagian besar guru BK memberikan layanan kepada siswa menjelang Ujian Nasional mengenai bagaimana belajar yang baik dan mengatur waktu yang baik agar dapat lulus ujian serta pemberian nasihat-nasihat tentang tips mengikuti Ujian Nasional.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk membantu mengurangi kecemasan pada siswa dalam menghadapi Ujian Nasional adalah dengan memberikan konseling kelompok perilaku dengan teknik relaksasi.

Rumusan Masalah

Bagaimanakah mengembangkan model training untuk mengurangi kecemasan siswa kelas VIII SMA dan SMK di Salatiga melalui konseling kelompok behavioral dengan teknik ralaksasi?”

Tujuan Penelitian

Mengembangkan model training untuk mengurangi kecemasan siswa dalam menghadapi ujian nasional melalui konseling kelompok behavioral dengan teknik relaksasi.

Manfaat Penelitian

Model training untuk guru BK ini bermanfaat untuk memberikan keterampilan sebagai fasilitator konseling kelompok dengan teknik relaksasi sehingga dapat menerapkannya dalam memberikan layanan konseling kepada siswa untuk mempersiapkan diri menghadapi ujian nasional. Dengan demikian, siswa dapat dibantu untuk mengurangi kecemasannya dalam menghadapi Ujian Nasional sehingga dapat mencapai hasil yang optimal.

STUDI PUSTAKA

Hakikat Training

Training adalah proses terintegrasi yang digunakan oleh pimpinan untuk memastikan agar para karyawan bekerja untuk mencapai tujuan organisasi. Training merupakan proses mengajar keterampilan yang dibutuhkan karyawan baru untuk melakukan pekerjaannya (Dessler 2008:280).

Konseling Behavioral/Perilaku

Menurut Thorensen dan Coates (1980), konseling perilaku berbeda dengan konseling lain karena konseling perilaku amat menitik beratkan: (a) Prinsip-prinsip; (b) Prosedur-prosedur; (c) Konsep-konsep yang harus dinyatakan dengan jelas dan bjektif; (d) Tes secara empiris; (e) Penilaian, penyuntingan dan penilaian kembali; (f) Kajian dan penyelidikan yang harus menjadi bagian penting untuk memajukan teknik dan teori.

Teknik Relaksasi

Chaplin (2004) memberi pengertian relaksasi sebagai kembalinya otot ke keadaan istirahat setelah mengalami kontraksi peregangan. Relaksasi adalah suatu keadaan tegang yang rendah dengan tanpa adanya emosi yang kuat. Relaksasi adalah sebagai usaha mengajari seseorang untuk relaks, dengan menjadikan orang itu sadar tentang perasaan-perasaan tegang dan perasaan-perasaan relaks kelompok otot utama seperti tangan, muka, dan leher, dada, bahu, punggung, perut dan kaki.

Latihan relaksasi ini bertujuan untuk mengurangi ketegangan otot dan mental. Dalam latihan relaksasi konseli diajar untuk santai. Latihan ini biasanya dilakukan antara 4 sampai 8 jam. Di samping sebagai latihan menegangkan dan mengendurkan otot-otot, dalam latihan relaksasi konseli juga dilatih cara-cara bernafas-menarik nafas, menahan nafas dan kemudian melepaskan nafas. Selain itu dalam teknik relaksasi terdapat juga cara-cara mengendurkan ketegangan yang lain, seperti: hipnosis, biofeedback dan meditasi (Loekmono, 2003).

Behavioural Relaxation Training BRT

Orang yang tegang mengadopsi satu pola karakteristik dari aktivitas otot dalam bentuk mengerutkan kening, ketegangan tubuh, mengepalkan tubuh secara umum. Otot-otot seorang yang santai, bebas dari ketegangan otot yang berlebihan. Akibatnya, orang-orang yang tegang terlihat berbeda dari orang-orang yang santai. Perasaan mereka berhubungan dengan postur berbeda dalam setiap kasus. Schilling & Poppen (1983) membuat sebuah metode relaksasi yang mereka sebut Behaviroral relaxation training (BRT). Komentar liberal dari instruktur disediakan penguatan atau penyesuaian korektif. Metode ini didukung oleh prinsip-prinsip behavioris.

BRT adalah metode di mana postur tegang diganti dengan yang santai. Para peserta training diperlukan untuk mengambil postur santai ditentukan berdasarkan cara orang melihat ketika mereka santai. Dia kemudian mendaftar perasaan dari mengadopsi postur itu.

Prosedur Relaksasi BRT

Prosedur latihan menurut Poppen (1988), dimulai dari kegiatan rileks pada kaki, tubuh, tangan, bahu, kepala, mulut, tenggorokan, pernafasan, diam, mata, kemudian diakhiri dengan penimbulan. setiap bagian dilakukan rileks selama 30-60 detik.

Kecemasan

Kecemasan adalah sebuah keadaan/state ketegangan yang memotivasi individu untuk melakukan sesuatu. Fungsi kecemasan adalah untuk memperingatkan individu tentang bahaya yang akan datang. Biasanya, kecemasan disertai dengan denyut jantung yang cepat, sesak napas, dan manifestasi seperti gairah dari sistem saraf otonom. (Biggs, 1994).

Secara klasik kecemasan dibedakan menjadi dua yaitu state anxiety dan trait anxiety. State anxiety muncul karena ada situasi yang menakutkan atau mengancam dengan kadar ancaman tingkat tertentu, sedangkan trait anxiety adalah merupakan sifat yang ada dalam pribadi seseorang yang cemas. Karena sebagai sifat cemas maka relatif stabil keberadaannya. Dalam penyusunan tes kecemasan ditemukan State Anxiety Test dan Trait Anxiety Test bahkan gabungannya State-Trait Anxiety Test yang disusun oleh Sielberger (1966). R.B Cattell dalam menyusun alat ukurnya IPAT Anxiety Scale mengukur kecemasan dalam diri individu meliputi kecemasan yang: covert (tersembunyi), indirect (tak langsung), overt (nampak), manifest (nyata) dan sysmtom (gejala). Dalam penelitian ini IPAT Anxiety Scale akan digunakan untuk mengukur tingkat kecemasan subjek penelitian.

METODE PENELITIAN

Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan reseach and development dengan rancangan model pengembangan Borg dan Gall (1983:775-776) yang terdiri dari 10 langkah. Berdasarkan sepuluh langkah tersebut peneliti memodifikasi menjadi 3 langkah/ tahap utama yaitu: (1) tahap studi pendahuluan terdiri dari studi literatur, studi lapangan dan deskripsi hasil studi lapangan untuk menemukan model faktual; (2) tahap pengembangan yaitu mendesain dan mengembangkan produk hipotetik; (3) tahap validasi yang terdiri dari validasi isi untuk menguji kelayakan model oleh ahli dan validasi empirik melalui uji coba pada guru BK SMA dan SMK dan SMK di Salatiga, sehingga diperoleh model yang dapat diterapkan.

Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA dan SMK Salatiga. Subjek penelitian pada tahap pertama yaitu studi lapangan untuk memperoleh gambaran tingkat kecemasan siswa menghadapi Ujian Nasional dan memperoleh informasi awal tentang layanan yang diberikan guru BK SMA dan SMK di Salatiga. Pada tahap validasi isi model, dilakukan oleh para pakar atau validator.

Teknik Pengumpulan dan Analisa Data

Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data pada studi pendahuluan dipilih teknik skala. Skala digunakan untuk memperoleh gambaran tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi ujian nasional.

Pada langkah validasi produk dilakukan dengan menggunakan checklist dengan pakar untuk mendapatkan masukan tentang kelayakan model yang telah dikembangkan. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah model tersebut layak untuk diujicobakan di lapangan setelah dilakukan revisi berdasarkan masukan dari para ahli tersebut.

Pada tahap validasi empirik, teknik yang digunakan adalah Focus Group Discussion Peneliti dengan kepada guru-guru BK yang menjadi subjek penelitian pada saat validasi empirik untuk mengetahui keterterapan model.

Alat atau Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang dikembangkan dalam penelitian ini meliputi: (1) tahap studi pendahuluan menggunakan IPAT Anxiety Scale; (2) tahap validasi isi digunakan ceck list dan form catatan masukan dan saran dari pakar; (3) tahap validasi empirik menggunakan panduan FGD.

Teknik Analisis Data

Analisa data dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif.

HASIL PENELITIAN

Tahap Studi Pendahuluan

Tabel 1. Tingkat Kecemasan Siswa

Kategori

Interval

F

%tile

%

lemah

19

-32

50

11-60 percentile

30,12

sedang

33

-46

93

60-89 percentile

56,02

kuat

47

-60

23

89-99 percentile

13,86

Total 166

Mean 37,2

Sd 8,6

Dari Tabel di atas dapat diketahui bahwa 50 siswa (30,12%) berada pada kategori kecemasan lemah yang bergerak pada persentile 11-60. Sedangkan 93 siswa (56,02%) pada kategori kecemasan sedang yang berada pada persentile 60-89. Selain itu, terdapat 23 siswa (13,86%) pada kategori kuat yang berada pada persentile 89-99. Rerata skor kecemasan siswa sejumlah 37,2 dan standar deviasi sebesar 8,6.

Tahap Pengembangan Model Training Guru BK

Setelah dilakukan survey pendahuluan tentang kecemasan yang dialami siswa dalam menghadapi ujian nasional dan gambaran tentang layanan yang dilakukan guru BK, disusunlah model training guru BK dalam membantu siswa mengatasi kecemasan menghadapi ujian nasional. Pada tahap ini disusun: (1) Rasional; (2) Tujuan; (3) Prosedur penerapan model; (4) panduan guru; (5) Panduan siswa; (6) Program video relaksasi.

Hasil Validasi Model

Validasi Ahli

Validasi ahli dilakukan oleh satu orang ahli dalam bidang psikologi dan satu orang ahli dalam manajemen pendidikan. Berdasarkan validasi ahli, hanya sedikit mendapat masukan, yaitu komponen model perlu ditambahkan manfaat training, serta perbaikan tata bahasanya. Setelah dilakukan revisi berdasarkan validasi ahli, dilakukan validasi lapangan.

Validasi Lapangan

Validasi lapangan dilakukan dengan menggunakan teknik Focus Group Discussion (FGD) dengan guru-guru BK SMA DAN SMK dan SMK di Salatiga yang berjumlah 20 orang. Langkah-langkah validasi lapangan meliputi: (1) Menentukan guru BK SMA DAN SMK dan SMK di Salatiga yang akan diikutsertakan dalam FGD secara random; (2) Mengundang guru-guru BK dalam FGD untuk membahas model training yang telah disusun; (3) Pelaksanaan FGD yang diawali dengan seminar atau paparan model, praktek relaksasi dan diskusi.

Berdasarkan hasil uji validasi empirik tersebut, Model Training guru BK ini diperbaiki sehingga diperoleh model yang telah teruji melalui uji ahli dan uji lapangan.

Pembahasan

Berdasarkan hasil survey pendahuluan, menunjukkan bahwa semua siswa SMA dan SMK mengalami kecemasan dalam menghadapi Ujian Nasional, dengan kategori lemah, sedang dan kuat. Rata-rata kecemasan siswa laki-laki dan perempuan hampir sama, yaitu rata-rata kecemasan siswa perempuan 37,65 sedangkan siswa laki-laki 36,81. Secara keseluruhan dari 166 sampel yang diteliti, rata-rata kecemasannya adalah 37,2 atau berada pada kategori sedang. Sedangkan siswa yang mengalami kecemasan pada kategori kuat 23 siswa atau 13,86%. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru-guru BK yang menyatakan tidak memberikan layanan yang khusus kepada siswa dalam menghadapi ujian nasional dan guru kurang memahami teknik apa yang efektif untuk membantu mengatasi kecemasan, diperlukan training bagi guru agar mampu dan terampil dalam memberi bantuan kepada siswa untuk mengurangi kecemasannya. Salah satu teknik yang bisa digunakan adalah relaksasi.

Relaksasi merupakan kembalinya otot ke keadaan istirahat setelah mengalami kontraksi peregangan. Apabila otot-otot rileks, maka pikiran, perasaan serta aspek psikologis lainnya juga akan menjadi rileks. Salah satu pendekatan dalam relaksasi adalah Behavioral Relaxation Training atau BRT. BRT adalah metode di mana postur tegang diganti dengan yang santai. Para peserta training diharapkan untuk mengambil postur santai sehingga mengurangi ketegangan otot dan mental.

Model training yang dihasilkan meliputi buku panduan relaksasi BRT yang terdiri dari rasional, tujuan, manfaat, panduan bagi guru BK, panduan siswa serta panduan refleksi. Selain buku panduan, dikembangkan pula program video relaksasi BRT yang menggambarkan perbandingan antara posisi-posisi rileks dan tidak rileks serta prosedur yang ditempuh dalam melaksanakan relaksasi BRT.

Berdasarkan hasil validasi ahli, diperoleh masukan-masukan untuk perbaikan model. Selanjutnya model tersebut di uji melalui uji lapangan terbatas pada guru-guru BK SMA dan SMK di Salatiga. Melalui uji lapangan tersebut mendapat masukan-masukan yaitu diperlukannya narasi sebagai pegangan guru BK dalam memandu relaksasi, Inventory Kecemasan serta perbaikan program video. Masukan-masukan tersebut dijadikan dasar untuk memperbaiki model sehingga diperoleh Model Training bagi guru-guru BK dalam membantu siswa mengatasi kecemasan melalui relaksasi yang sudah teruji melalui validasi ahli dan validasi lapangan. Dengan demikian tujuan penelitian dan pengembangan pada tahun pertama ini telah tercapai.

KESIMPULAN

Penelitian ini telah menghasilkan model training untuk guru BK yang telah dilakukan validasi melalui validasi oleh ahli dan praktisi yaitu guru BK. Setelah model ini direvisi berdasarkan masukan dari validasi, tujuan penelitian pada tahun pertama sudah bisa tercapai. Selanjutnya penelitian perlu dilanjutkan pada tahun berikutnya yaitu melakukan uji coba lapangan terbatas yang dilakukan dua kali.

DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu & Manrihu. 1996. Teknik dan Laboratorium Konseling. Jakarta: Depdiknas.

Biggs, D.A. 1993. Dictionary of Counseling. Westport, Connecticut: Greenwood Press.

Borg, W.R. and M.D. Gall. 1989. Educational Research. New York: Longman.

Chaplin, J.P. 2004. Kamus Istilah Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Corey, G. 1995. Teori dan Praktik Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT Eresco.

Loekmono, J.T.Lobby. 2003. Konseling Kelompk. Salatiga: Widya Sari Press. Salatiga: Widya Sari Press.

Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan Profil). Jakarta: Ghalia Indonesia.

Prayitno, H & Amti, Erman. 1999. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Rinawati. 2006. Mengatasi Stres dengan Layanan Model Konseling Perilaku melalui Teknik Latihan Relaksasi pada Siswa Kelas XI IA3 SMA DAN SMK Negeri 1 Salatiga, Skripsi. Salatiga: FKIP-BK UKSW.

Zunich, M.1962. The Relation between Junior High-School Students’ Problems and Parental Attitudes toward Child Rearing and Family Life. Published by: Heldref Publications. http://www.jstor.org/pss/27531222. 7 Desember 2009.