PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER ANAK USIA DINI

PADA TK SANTO YUSUP 3 MALANG

 

Hermus Hero

Shofwan

Akhsanul In’am

Program Studi Magister Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Malang

 

ABSTRAK

Pendidikan karakter anak usia dini dipandang memiliki kontribusi besar untuk membangun kemajuan bangsa. Permasalahan yang ada adalah pendidikan karakter bagi anak usia dini masih belum ditangani secara serius oleh para pendidik khususnya orang tua dan guru. Melalui pendekatan deskriptif kualitatif, peneliti merumuskan hasil temuan bahwa pendidikan karakter anak usia dini di TK Santo Yusup 3 Malang telah terlaksana. Hal terpenting yang harus dievaluasi kembali adalah pembaharuan dan pemaknaan esensi dari pendidikan karakter bagi anak usia dini agar tindakan yang dilakukan anak memiliki makna lebih mendalam. Oleh karena itu Yayasan Kolese Santo Yusup Malang harus semakin mempertajam visi dan misi serta merancang model pendidikan karakter anak usia dini untuk menghasilkan generasi berkarakter bangsa Indonesia.

Kata Kunci: Pendidikan Karakter, Anak Usia Dini

 


PENDAHULUAN

 Pendidikan karakter merupakan salah satu peran lembaga pendidikan untuk membina generasi muda bangsa agar berperilaku baik dan benar sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat. Untuk menghasilkan generasi muda berkarakter sebagaimana dicita-citakan bersama maka peran pendidikan bagi anak usia dini sangat penting sebagai peletak dasar pembentukan diri. Sebagian besar pendidik baik guru maupun orang tua kurang menyadari alasan mendasar dari pendidikan karakter usia dini yang juga disebut sebagai usia emas (the golden age).

 Pemerintah mengeluarkan kebijak-an pendidikan berbasis karakter sejak dini untuk mewujudkan masyarakat yang cerdas dalam berpikir dan berperilaku. Hal itu tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 58 tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini dan sudah memasukkan nilai-nilai pembentuk karakter yang menjadi prioritas. Pemberlakuan kebijakan pendi-dikan dalam kurikulum berbasis karakter didasari oleh penghayatan bahwa pendidikan karakter perlu diberikan di semua jenjang pendidikan. Situasi lain yang juga turut mendorong pemberlakuan kurikulum berbasis karakter ialah adanya degradasi moral bangsa dimulai dari perilaku para pemimpin bangsa, para wakil rakyat sampai ke lapisan masyarakat.

Semua kebijakan ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa usia dini adalah usia emas (the golden age) yang dapat menyerap dan menyimpan banyak potensi dan pengetahuan. Jika apa yang diterima dan disimpan itu baik maka suatu saat anak akan memunculkan perilaku baik dari hati dan pikirannya yang baik, sebaliknya jika anak pada usia dini mengalami dan menyimpan pengetahuan dan pengalaman yang buruk maka hal itu pula yang akan dilakukannya kelak ketika anak telah menjadi orang dewasa. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan oleh Martinis, dkk (2010) bahwa pendidikan anak usia dini adalah periode yang sangat menentukan perkembangan dan arah masa depan seorang anak sebab pendidikan yang dimulai dari usia dini akan membekas dengan baik jika pada masa perkembangannya dilalui dengan suasana yang baik, harmonis, serasi, dan menyenangkan.

Penyelenggaraan PAUD harus lebih berorientasi pada pembelajaran yang berbasis karakter. Proses pembelajaran yang ada harus semakin banyak melibatkan anak melalui aktivitas bermain dan interaksi lain yang memiliki nilai pengembangan karakteristik. Metode bermain juga dapat membantu guru menyampaikan pesan-pesan moral dan membentuk karakter anak misalnya pembiasaan budaya antre, jujur, siap menerima kekalahan, dan mental sportivitas, yang sangat efektif bagi perkembangan anak. Hal terpenting adalah guru harus merancang pembelajaran bagi anak usia dini dengan model bermain, sesuai dengan taraf perkembangannya. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka ada satu tahap perkembangan yang berfungsi kurang baik dan ini tidak akan terlihat secara nyata segera, melainkan baru kelak bila ia sudah menjadi remaja (Semiawan, dkk. 2007).

Guru PAUD harus menjadi model yang dapat ditiru anak untuk pengembangan karakter anak. Hal ini penting sebab otak anak-anak pada usia ini bersifat penghisap, mente assobente, yang sangat lahap menyedot model perilaku orang dewasa. Salah satu cara dalam mendidik anak usia dini adalah keteladanan dari para pendidik. Tanpa keteladanan maka sebuah ajaran akan kehilangan otoritasnya sehingga kita dicemooh oleh anak dan dianggap munafik. Tanpa keteladanan anak akan kecewa, kehilangan figur, atau anak akan melakukan yang bukan diajarkan, tetapi apa yang kita lakukan sebab anak adalah peniru ulung.

METODE PENELITIAN

 Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Disebut pendekatan deskriptif kualitatif sebab peneliti akan menganalisa pelaksanaan pendidikan karakter dan menghasilkan penemuan penelitian dan mendeskripsikan dalam bentuk kata-kata.Penelitian ini dilakukan dengan mengambil lokasi penelitian di TK Santo Yusup 3 Malang.

 Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk memperoleh informasi sesuai dengan rumusan masalah yani wawancara, observasi, dan analisis dokumen.

 Penelitian ini dilaksanakan melalui tahapan-tahapan berikut: Persiapan penelitian, dengan melakukan telaah kepustakaan mengenai masalah yang akan diteliti. Mengidentifikasi permasalahan dan menetapkan fokus masalah yang akan diteliti.Memilih dan menetapkan metode penelitian yang dipergunakan meliputi: desain penelitian, lokasi penelitian, merumuskan masalah, menetapkan jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, metode atau teknis analisis data dan merumuskan rekomendasi hasil penelitian, Mengembangkan instrumen pengumpulan data sesuai dengan fokus yang diteliti dan metode pengumpulan data yang digunakan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

 Dari hasil penelitian yang diperoleh melalui wawancara, observasi, telaah dokumen dan foto-foto kegiatan pengembangan pendidikan karakter anak usia dini ditemukan bahwa pelaksanaan pendidikan karakter anak usia dini di TK Santo Yusup 3 Malang membutuhkan keterlibatan dan peran serta kepala sekolah, wakil kepala sekolah, staf guru dan orang tua anak.

 Berdasarkan wawancara dengan kepala sekolah dan para guru diketahui bahwa kegiatan pendidikan karakter bagi anak usia dini dapat dilakukan melalui pembelajaran, pembiasaan, keteladanan maupun kegiatan lain seperti kegiatan rohani, dan olahraga bersama.

 Capaian nilai kemandirian dan tanggung jawab dilakukan anak dengan cara orang tua mengantar anak sampai di pintu gerbang sekolah. Anak juga dilatih kemandiriannya melalui tugas sederhana seperti menghafal syair pendek untuk dideklamasikan di dalam kelas.

 Capaian nilai kejujuran atau amanah, diplomatis dilakukan oleh anak dengan cara sederhana seperti memberitahu guru bila menemukan barang yang bukan miliknya serta tidak mengambil barang milik orang lain, anak mengambil permainan atau makanan yang diletakkan guru di depan kelas.

 Capaian nilai hormat dan santun dilakukan dengan memberi dan membalas salam kepada para guru sambil menyebut nama guru. Anak juga dilatih meminta tolong dan meminta izin dengan sopan.

 Capaian nilai dermawan, suka tolong-menolong dan gotong-royong, ditumbuhkan dengan cara anak diajarkan untuk mau meminjamkan barang milik kepada teman yang membutuhkan. Selain itu diadakan juga Aksi Puasa Pembangunan dan Aksi Natal Pembanguanan juga kegiatan sosial lain misalnya membantu korban longsor, gempa bumi dan lain-lain.

 Capaian nilai percaya diri dan pekerja keras dapat dicapai misalnya dalam hal percaya diri, guru melatih anak untuk tampil di depan umum melalui kegiatan PENSI yang diadakan oleh sekolah.

 Capaian nilai kepemimpinan dan keadilan, dalam hal kepemimpinan anak dilatih melalui memimpin baris berbaris, memimpin doa, memimpin lagu, membagi buku dan alat tulis temannya.

 Capain nilai baik dan rendah hati anak dilatih untuk rendah hati dan minta maaf jika bersalah. Guru juga harus berusaha minta maaf kepada anak saat akan pulang sekolah, agar anak tidak dendam kepada guru. Karakter toleransi, damai dan kesatuan dicapai melalui sikap saling menghargai dengan teman yang beda agama/keyakninan. Anak dibimbing untuk saling menghargai walaupun mereka berbeda agama, suku, warna kulit dan lain-lain.

Berdasarkan pengamatan dan wawancara peneliti ditemukan capaian dari indikator pengembangan kepribadian adalah sebagai berikut:

 Seorang guru PAUD hendaknya menyayangi anak secara tulus. Cinta yang tulus kepada anak adalah modal awal mendidik anak. Guru menerima anak didiknya apa adanya, mencintainya tanpa syarat dan mendorong anak untuk melakukan yang terbaik pada dirinya. Penampilan yang penuh cinta adalah dengan senyum, sering tampak bahagia dan menyenangkan dan pandangan hidupnya positif (Muslich, 2011).

 Capaian nilai berperilaku sabar, tenang, ceria, serta penuh perhatian diperlukan bagi pendidikan anak usia dini. Membina sikap sabar sangat dibutuhkan seorang pendidik untuk membantu anak mengingat apa yang telah diajarkan.

 Capaian nilai kepekaan, responsif dan humoris terhadap perilaku anak dicapai terlebih dahulu dengan membina sikap peka terhadap lingkungan dan anak didik.

 Capaian nilai menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, arif, dan bijaksana adalah melalui pergaulan dengan anak untuk meningkatkan kedekatan secara fisik dan emosional.

 Capaian nilai berperilaku sopan santun, menghargai, dan melindungi anak dilakukan guru dengan membiasakan dalam bertutur kata baik dengan sesama rekan guru maupun terhadap anak didik.

 Capaian nilai menghargai peserta didik tanpa membedakan keyakinan yang dianut, suku, budaya, dan jender adalah guru memberikan bimbingan dan didikan kepada anak usia dini secara merata tanpa membedakan dari sudut manapun. Dari hasil wawancara dan data sekolah diketahui bahwa anak-anak PAUD di TK Santo Yusup 3 terdiri dari berbagai agama, suka, budaya dan jender.

 Capaian nilai berperilaku jujur adalah guru harus membiasakan diri jujur kepada anak didik. Untuk mendidik anak berperilaku jujur maka guru harus terlebih dahulu berbicara dan bertindak jujur. Jujur identik dengan kebenaran yang merupakan lawan dari kebohongan. Menurut Kesuma, dkk (2011), ciri-ciri orang jujur adalah: a) jika bertekad (inisiasi keputusan) untuk melakukan sesuatu, tekadnya adalah kebenaran dan kemaslahatan; b) jika berkata tidak berbohong (benar apa adanya); c) jika adanya kesamaan antara yang dikatakan hatinya dengan apa yang dilakukannya.

 Capaian nilai bertanggungjawab terhadap tugas adalah guru melaksanakan tugas sebagai sesuatu yang bernilai. Dengan memandangnya sebagai sesuatu yang bernilai maka guru akan melaksanakan tugas dengan baik. Tanggung jawab juga menyangkut orientasi terhadap orang lain, mencurahkan perhatian kepada orang lain, dan merespon secara aktif akan kebutuhan-kebutuhan mereka.

 Berkaitan dengan faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pendidikan karakter anak usia dini di TK Santo Yusup 3 Malang, faktor-faktor tersebut harus dipahami dengan baik oleh seorang pendidik karakter anak usia dini agar dapat mengambil langkah strategis dan tindakan yang tepat demi pembentukan karakter anak. Faktor tersebut dapat berupa faktor yang terjadi dalam lingkungan keluarga anak karena kurang harmonisnya hubungan di antara ayah dan ibu, orang tua dengan anak, antara anak maupun faktor yang terjadi dalam lingkungan belajar anak di sekolah. Guru yang sering memarahi anak atau mengancam anak dapat menyebabkan anak merasa takut ke sekolah bahkan tidak mau masuk sekolah. Selain itu faktor jarak rumah yang jauh dari sekolah dapat menyebabkan anak merasa malas pergi ke sekolah. Singkatnya banyak faktor yang harus diperhatikan dalam proses mendidik karaker anak. Guru PAUD perlu mendalami psikologi pribadi anak agar langkah yang diambil tepat untuk membantu perkembangan pribadi dan karakter anak.

 Untuk mendukung penghayatan peran guru dalam pendidikan karakter anak diperlukan pembinaan yang bermutu dan kontinuitas. Dalam hal ini peran pengurus Yayasan Pendidikan Kolese Santo Yusup Malang harus mampu membuat rencana strategi secara periodik untuk mengadakan pembinaan bagi guru. Bahkan dalam wawancara dengan bagian Litbang yayasan diperoleh informasi bahwa pengurus yayasan sedang menyusun rencana untuk mengadakan pembinaan bagi para guru. Disadari bahwa bukan lamanya waktu untuk mengadakan pembinaan berupa retret, outbound, seminar dan sejenisnya yang membutuhkan waktu beberapa hari namun yang terpenting adalah sering adanya komunikasi, sharing antara guru dengan pengurus yayasan. Pembinaan bagi para guru dianggap penting sebab guru sebagai pendidik karakter adalah insan yang terbatas dan penuh dengan kelemahan pribadi yang juga harus disadarkan akan eksistensinya.

 Di samping itu peran keluarga sebagai pendidik pertama dan utama harus disadarkan akan fungsinya. Keluarga yang harmonis dan penuh kasih akan menghasilkan dan menyumbangkan bagi bangsa insan yang berbudi pekerti luhur. Untuk itu dibutuhkan komitmen bersama dalam keluarga untuk memperhatikan anak-anaknya, memberi teladan, dan menjaga komunikasi aktif. Jika seseorang telah memiliki dasar pendidikan karakter yang luhur dalam keluarga, pasti ia akan mampu mengatasi pengaruh yang tidak baik dari lingkungan sekitar.

 Anak yang kurang berinteraksi dengan orang tuanya akan mengakibatkan dalam diri anak perasaan sepi, tidak disayangi, dan kehilangan figur orang tua. Hal ini akan berdampak pula pada pendidikan karakternya. Menurut Wibowo (2012), ada beberapa kiat menjadi orang tua yang ideal serta figur teladan yang baik bagi anak, yaitu: a) mengubah pola mendidik anak dan mulai menerapkan pola child center; b) menyediakan waktu untuk anak; c) para orang tua khususnya kaum ibu dituntut untuk mampu mengenali bahasa tubuh dari sang anak; d) penting bagi orang tua untuk bisa memahami perasaan anak; e) untuk menjadi orang tua ideal, jadilah pendengar yang aktif; f) jadilah orang tua yang menerapkan kedisiplinan dan konsisten di dalam keluarga.

 Sarana pendidikan adalah fasilitas-fasilitas yang digunakan secara langsung dalam proses belajar mengajar agar tujuan pembelajaran tercapai, sedangkan prasara-na pendidikan merupakan segala sesuatu yang secara tidak langsung menunjang proses pendidikan. Sarana dan prasarana yang ada dapat membantu guru memanfaatkan secara kreatif untuk mengembangkan pendidikan karakter anak. Baik dan lengkapnya sarana yang ada perlu ditunjang juga oleh kreatifitas guru untuk mengembangkan dan memanfaatkan dalam pendidikan anak.

 Faktor ketersediaan tenaga guru turut menentukan keberlangsungan pelaksanaan pendidikan bagi anak usia dini. Ketika orang tua semakin sibuk dengan berbagai macam urusan sampai mengurangi perannya dalam mendidik anak maka peran guru semakin penting. Guru hadir sebagai tokoh teladan dan pembimbing bagi anak didik secara khusus dalam mendidik karakter anak. Untuk menghadirkan peran guru sebagai pendidik karakter anak maka guru harus memiliki relasi kerja sama yang baik dengan sesama rekan guru dan orang tua anak serta anak didik. Hasil penelitian ini perlu menjadi bahan kajian untuk menemukan langkah baru dalam pelaksanaan pendidikan karakter anak usia dini di TK Santo Yusup 3 Malang.

 Sebagaimana diuraikan pada kajian teori bahwa tulisan ini menggunakan teori pembentukan dan perubahan sikap yakni teori pembelajaran sosial. Menurut teori ini individu dapat mempelajari sikap dengan mengamati dan mengimitasi perilaku orang lain. Individu dapat mempelajarinya dengan lebih mudah jika ada model yang memiliki pengaruh dan model tersebut mengerjakan hal yang sama.

 Dari teori ini maka tepat jika uraian ini menjelaskan mengenai pelaksa-naan pendidikan karakter, peran guru dan faktor yang turut menentukan. Komponen-komponen tersebut harus saling membantu agar pelaksanaan pendidikan karakter anak usia dini berhasil baik. Guru sebagai pendidik karakter anak usia dini memiliki peran sentral di sekolah untuk menjadi model bagi anak. Orang tua sebagai pendidik anak di rumah harus bekerja sama dengan guru untuk melakukan hal serupa dalam mendidik karakter anak. Semua ini akan berjalan baik dengan dukungan dari yayasan dan Dinas Pendidikan dalam mendidik dan menghasilkan generasi yang berkarakter. Anak belajar dari lingkungan yang baik dan mendukung melalui perilaku orang dewasa, lingkungan dan sarana penunjang serta masyarakat sekitar yang berbudaya dan berkarakter sesuai dengan jiwa dan semangat Pancasila dan UUD 1945.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, peneliti dapat menarik simpulan berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan karakter anak usia dini yang meliputi proses pelaksanaan, kompetensi kepribadian guru, dan faktor pendukung maupun penghambat pelaksanaan pendidikan karakter anak usia dini di TK Santo Yusup 3. Simpulan tersebut adalah sebagai berikut.

1.     Pelaksanaan pendidikan karakter anak usia dini bukanlah hal baru tetapi merupakan penegasan dari pendidikan budi pekerti yang sudah diselenggarakan di sekolah ini. Proses pendidikan karakter di sekolah dilakukan melalui pembiasaan-pembiasaan sederhana, keteladanan guru, yang diawali dengan sosialisasi pada awal tahun ajaran kepada orang tua anak didik.

2.     Pengembangan kepribadian guru yang terpenting adalah mencakup kemam-puan guru untuk menampilkan diri sebagai pribadi yang dapat menjadi panutan.

3.     Ada faktor pendukung dan penghambat yang memengaruhi pelaksanaan pendidikan karakter. Adapun faktor tersebut dapat berasal dari lingkungan sekolah maupun dari keluarga anak. Di samping itu ada beberapa faktor penghambat dalam pelaksanaan pendidikan karakter yaitu: a) kurangnya pembinaan bagi guru dan beban kerja yang tinggi; b) kesibukan orang tua yang tinggi sehingga mendelegasikan tugas pendidikan anak kepada pembantu; c) kurangnya kehadiran tokoh teladan kaum religius; d) sarana kegiatan belajar mengajar yang belum memadai; e) terbatasnya tenaga guru pendamping di kelas.

Saran

1.     Sekolah harus semakin menambah intensitas waktu pertemuan dengan orang tua anak untuk sosialisasi dan evaluasi mengenai pelaksanaan pendi-dikan karakter anak.

2.     Sekolah perlu membuat program pengembangan pendidikan karakter anak usia dini. Program tersebut dapat berupa pembinaan terhadap guru pendidik anak usia dini, hari pertemuan, sosialisasi dan evaluasi mengenai urgensi pendidikan karakter anak usia dini.

3.     Kepada para pengambil kebijakan baik di tingkat pusat maupun daerah diharapkan agar kebijakan pendidikan karakter anak khususnya bagi anak usia dini tidak sebatas wacana belaka. Perlu ditangani secara baik melalui analisa kebijakan yang tepat berkaitan dengan tenaga pendidik di sekolah PAUD, agar memiliki kompetensi yang baik dalam mendidik karakter anak.

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Agus Wibowo (2012), Pendidikan Karakter Usia Dini, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Conny R.Semiawan, dkk. (2007). Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah Dasar, Jakarta: Indeks

Kesuma, dkk (2011), Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah, Bandung: Rosda

Martinis & Jamilah (2010) Panduan Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta: CP             Press

Masnur Muslich (2011), Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional, Jakarta: Bumi Aksara