Evaluasi Pusat Informasi Konseling dan Kesehatan Reproduksi Remaja
EVALUASI PROGRAM PUSAT INFORMASI KONSELING
DAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA (PIKKRR)
DI SLTPK Sint. VIANEY SOE KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
(PENERAPAN EVALUASI PROGRAM MODEL Goal Free Evaluation)
Maria Angelina Fransisiska Mbari
Universitas Nusa Nipa
ABSTRAK
Tujuan evaluasi program pusat informasi dan konseling kesehatan reproduksi remaja (PIKKRR) adalah untuk melihat gambaran hasi pelaksanan kegiatan, kendala yang dihadapi dan memberikan masukan untuk perbaikan pembuatan perencanaan selanjutnya untuk kegiatan PKRR dimasa mendatang serta untuk mengevaluasi suatu program dimana terdapat potensi besar dimana tujuan dari program tersebut tidak akan tercapai. Model evaluasi yang digunakan adalah model Goal Free Evakuation yang digagas oleh Scriven. Evaluasi dilakukan melalui beberapa tahap yaitu: tahap perencanaan, rahap pelaksanaan dan tahap hasil. Hasil evaluasi menunjukan bahwa pelaksanaan program PIKKRR memberikan pengaruh positif yang baik yang direncanakan maupun yang tidak direncanakan. Program PIKKRR dapat dilanjutkan dengan perbaikan berupa sarana prasarana dan pembiayaan.
Kata Kunci: PIKKRR, Mode evaluasi Goal Free Evakuation
PENDAHULUAN
Remaja merupakan populasi tersbesar di Indonesia, jumlah remaja 10-24 tahun mencapai 64 juta pada tahun 2007 atau 28,6% dari jumlah penduduk Indonesia( berdasarkan proyeksi penduduk Indonesia tahun 2000-2025, BPS, BAPENNAS, UNFPA, 2005). Jumlah remaja yang besar berada pada masa transisi dari anak-anak menuju kedewasaan maka remaja memiliki tugas perkembangan yang tidak mudah. Remaja harus mendapatkan identitas diri yang positif agar dapat berkembvang sebagai dewasa muda yang sehar dan produktif. Masa ini dapat dikatakan sebagai masa yang paling kritis bagi perkembangan tahap selanjutnya. Pada masa itu remaja sering diliputi oleh banyak ketidaktahuan tentang perkem-bangan dirinya yang dapat menimbulkan problematika tersendiri. Problematika yang banyak dihadapi oleh remaja tidak lain bersumber pada kurangnya informasi ntentang perubahan didalam dirinya terutama yang terkait dengan kesehatan reproduksi, faktanya berbagai penelitian menunjukan bahwa remaja mempunyai permasalahan yang sangat kompleks seiring dengan masa transisi yang dialami oleh remaja. Masalah yang menonjol dikalangan remaja yaitu permasalahan seputar TRIAD KRR (Seksualitas, HIV dan AIDS serta NAPZA), rendahnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja dan median usia kawin pertama perempuan relatif masih rendah yaitu 19,8 tahun(SDKI, 2007).
Permasalahan seksual pada remaja berdasarkan survey KOMNAS perlindungan anak Indonesia (KPAI) di 33 provinsi dari ajnuari sampai dengan juni 2008 didapatkan 62,7% remaja SMP tidak perawan. Sementara menurut kepala BKKBN pusat Sugiri Syarief tahun 2009 dikatakan 22,6% remaja termasuk penganut seks bebas. Perilaku seks bebas akan membawa berbagai dampak negatif bagi kehidupan remaja itu sendiri misalnya penyakit menular seksual (PMS), HIV dan AIDS dan kehamilan yang tidak diinginkan (KTD). Akibat yang terjadi dari kehamilan yang tidak diinginkan salah satunya adalah aborsi. Berdasarkan data pusat Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) tahubn 2008 didapatkan tidak kurang dari 2,5 juta kasus aborsi ditemukan di Indonesia setiap tahunnya. Ironisnya pelaku aborsi 21,2% adalah remaja, dan sebagian besar dilakukan dnegan cara tidak aman. Sekitar 30-35% aborsi ini adalah penyumbang kematian ibu. Permasalahan remaja yanag berkaitan dnegan kesehatan reproduksi seringkali berakar dari kuranya informasi, pemahaman dan kesadaran untuk mencapai keadaa sehata secara reproduksi. Sedangkan kelaurgha dan sekolah kurang membekali tentang pengetahuan kesehat-an reproduksi yang sebanding. Remaja belum mampu membuat keputusan secara tepat akibatnya rasa ingin tahu yang sangat kuat membuat remaja terjebak kedalam permaslahan kesehatan.
Gambaran tersebut mengindikasi bahwa promosi dan sosialisasi KRR masih rendah sehingga pemahaman, ketrampilan, sikap dan perilaku remaja tentang kesehatan reproduksi juga rendah. Hal ini disumbang oleh kemiskinan yang menye-babkan informasi tentang ketrampilan hidup sehat serta informasi tentang KRR sangat kurang, tidak benar, dan bahkan menjerumuskan. Sehingga pendidikan tentang Kesahatan Reproduksi Remaja sangat diperlukan untuk mencegah melu-asnya permasalahan yang terjadi pada remaja sebagai akibat dari pemahaman dan perilaku hidup sehat yang kurang. Untuk merespon permasalahan remaja tersebut, Pemerintah (cq. BKKBN) telah melaksanakan dan mengembangkan program Kesehatan Reproduksi Remaja yang merupakan salah satu program pokok pembangunan nasional yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM 2004-2009).
Arah kebijakan program Kesehatan Reproduksi Remaja adalah mewujudkan Tegar Remaja dalam rangka Tegar Keluarga untuk mencapai Keluarga kecil Bahagia Sejahtera. Yang dimaksud Tegar Remaja adalah Membangun setiap remaja Indonesia menjadi TEGAR, yaitu menunda usia perkawinan, remaja yang berprilaku sehat, menghindari resiko TRIAD KRR (Seksualitas, HIV dan AIDS dan NAPZA), menginternalisasi norma-norma keluarga kecil bahagia sejahtera dan menjadi contoh, idola, teladan dan model bagi remaja-remaja sebayanya dalam rangka TEGAR KELUARGA untuk mencapai Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera. PIK KRR adalah suatu wadah yang dikelola dari, oleh dan untuk remaj dalam memberikan informasi dan pelayanan konseling kesehatan reproduksi.
SLTPK Sint Vianey Soe merupakan salah satu lembaga pendidikan tingkat menengah yang telah menjalankan program PIK KRR di Kabupaten Timor Tengan Selatan (TTS) Propinsi Nusa Tenggara Timur. Dalam pelaksanaan program PIK KRR di sekolah tersebut, ditemukan berbagai kendala yaitu ketersediaan sarana pra sarana penunjang yang belum sesuai dengan kriteria sarana prasarana yang layak. Hal penting dalam pelaksanaan yaitu keterbatasan biaya operasional. Adanya dukungan kebijakan yang tidak diimbangi dukungan dana yang cukup juga akan berpengaruh pada pelaksanaan kegiatan. Selain itu perlu adanya kerja sama dalam pelaksanaan prromosi dan sosialisasi PIK KRR sehingga jalinan kemitraan yang sudah terbentuk akan lebih optimal dalam memperluas jangkauan pelayanan. Kurangnya pengawasan dan pembinaan menyebabkan pelaksanaan PIK KRR tidak optimal. Pelaksanaan yang belum optimal juga dipengaruhi oleh manajemen kegiatannya, untuk perlu di evaluasi sejauh mana efektivitas dan efisiensi dari kegiatan dalam mencapai outpuy yang diharapkan sehing-ga dapat dihindari terjadinya pekerjaan yang sia-sia, dan dapat mencegah terjadi-nya penghamburan sumber daya tenaga, dana, sarana dan metode yang sangat terbatas.
Program PIK KRR merupakan program hasil penjabaran misi program Keluarga Berencana Nasional, yaitu mempersiapkan sumber daya manusia berkualitas sejak dini dalam rangka menciptakan keluarga berkualitas 2010. Remaja merupaka anggota atau bagian dari suatu keluarga. Program PIK KRR bertujuan membantu remaja agar memiliki pengetahuan, kesadaran, sikap, dan perilaku kehidupan yang sehat dan bertanggung jawab melalui promosi, advokasi, komunikasi informasi edukasi, konseling, pelayanan, dan dukungan kegiatan-kegiatan yang bersifat positif.
Fokus evaluasi adalah untuk melihat perencanaan program PIK KRR, pelaksanaan program PIK KRR dan hasil dari program PIK KRR bagi remaja di Kabupaten TTS. Dalam tahap perencanaan akan dilihat mengenai relevansi pelaksanaan program PIK KRR dengan kebutuhan masyarakat sekitar, ketenagaan, pembiayaan dan sarana pra sarana penunjang pelaksanaan program PIK KRR. Pada tahap pelaksanaan akan dilihat mengenai mekanisme pengelolaan program PIK KRR meliputi pembentukan PIK KRR, membangun PIK KRR yang Ramah Remaja, melakukan advokasi tentang PIK KRR, promosi dan sosialisasi PIK KRR.
Dalam evaluasi juga akan dilihat mengenai hasil (output) meliputi pengaruh program PIK KRR baik yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan yang bersifat positif maupun negatif. Pengaruh program PIK KRR dapat dilihat dalam tiga jenis pengaruh yaitu: pengaruh sampingan yang negative yang tidak diharapkan, pengaruh positif sesuai dengan tujuan yang ditetapkan, dan pengaruh sampingan yang positif diluar dari tujuan program yang sudah ditetapkan. Pengaruh negative yang tidak diharapkan adalah aktivitas negative remaja dalam mengisi waktu luang, perilaku seksual pra nikah yang dilakukan remaja untuk memberikan kepuasan dan kesenangan diri sendiri.
Pengaruh positif yang sesuai dengan tujuan program akan dilihat mengenai pengetahuan remaja tentang Kesehatan Reproduksi, IMS dan HIV AIDS, sikap remaja tentang seksualitas, dan skill remaja setelah adanya program PIK KRR di SLTPK Sint Vianey Soe Kabupaten TTS. Pengaruh positif diluar tujuan program adalah kemampuan remaja untuk mengharga diri sendiri dan orang lain, antusias remaja mengadakan program-program kecil untuk mendukung keberhasilan program PIK KRR.
Pemahaman mengenai evaluasi dapat berbeda-beda sesuai dengan pengertian evaluasi yang bervariatif oleh para pakar evaluasi. Menurut Djaali dan Pudji, evaluasi dapat juga diartikan sebagai proses menilai sesuatu berdasarkan criteria atau tujuan yang telah ditetapkan yang selanjutnya diikuti dengan pengambilan keputusan atas obyek yang dievaluasi. Pendapat lain mengenai evaluasi disampaikan oleh Arikunto bahwa: evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternative yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan. Fungsi utama evaluasi dalam hal ini adalah menyediakan informasi-informasi yang berguna bagi pihak decision maker untuk menentukan kebijakan yang akan diambil berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan. Model evaluasi bebas tujuan (goal free evaluation) dikemukakan oleh Michael Scriven dalam Wirawan adalah evaluasi yang tidak didasarkan pada tujuan yang ingin dicapai dari program kegiatan. Evaluasi bebas tujuan berorientasi pada pihak eksternal, pihak konsumen, stakeholder, dewan pendidikan, dan masyarakat.
METODOLOGI PENELITIAN
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan program PIK KRR. Kegiatan evaluasi ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk perbaikan dan penyempurnaan program tersebut dan masukan bagi penyelenggaraan program dalam membuat keputusan mengenai upaya-upaya pening-katan kualitas dan efektivitas program. Secara operasional penelitian ini bertujuan: (1) mengetahui perencanaan program yang meliputi landasan formal pembentukan PIK KRR, ketenagaan, sarana prasarana penun-jang kegiatan, dan pembiayaan setiap kegiatan PIK KRR di SLTPK Sint Vianey Soe Kabupaten TTS, (2) mengetahui pelaksanaan program yang meliputi mekanisme pengelolaan PIK KRR di SLTPK Sint Vianey Soe Kabupaten TTS, (3) mengetahui hasil (output) dari program PIK KRR meliputi pengaruh program PIK KRR yaitu pengaruh program yang sesuai tujuan program maupun yang tidak sesuai dengan tujuan program yang bersifat positif dan negative yang meliputi pengetahuan siswa/remaja mengenai kesehatan reproduksi, HIV/AIDS, dan IMS, (4) sikap siswa terhadap seksualitas, keterampila hidup dan kemampuan siswa untuk mengadakan program-program kecil sebagai penunjang program PIK KRR secara umumnya di SLTPK Sint Vianey Soe Kabupaten TTS.
Penelitian ini dilaksanakan di SLTPK Sint Vianey Soe Kabupaten TTS Propinsi NTT karena sekolah ini telah melaksanakan program PIK KRR sejak program ini di launching pada tahun 2005. Kegiatan pengumpulan data akan memakan waktu selama satu bulan dan dilaksanakan pada bulan Mei 2014 s/d Juni 2014. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini adalah goal free oriented approach yaitu pendekatan bebas tujuan. Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian evaluasi ini adalah metode studi kasus (case studies) yang merupakan bagian dari penelitian kualitatif dan memfokuskan hanya pada efektivitas pelaksanaan program dan manfaat yang diperoleh dari program tersebut. orientasi penelitian ini adalah untuk melihat efektivitas pelaksanaan programnya dan pengaruh yang ditimbulkan oleh program dengan menggunakan model goal free evaluation.
Evaluasi program PIK KRR di SLTPK Sint Vianey Soe Kabupaten TTS menggunakan 3 jenis instrumen yaitu pedoman wawancara, kuesioner dan observasi. Pedoman wawancara memuat garis- garis besar yang akan ditanyakan kepada responden untuk mengungkap hal-hal yang berkaitan dengan data yang bermanfat untuk dijadikan dasar penelitian untuk dijadikan dasar penelitian. Sedang-kan angket berupa daftar pernyataan yang kemudian disebarkan kepada responden untuk dijawab dan observasi lapangan menggunakan lembar observasi yang digunakan untuk mengamati secara langsung yang berhubungan dengan data yang diobservasi. Instrument ini dibuat dengan indicator-indikator yang tergabung dalam kisi-kisi instrument selanjutnya di validasi oleh pakar. Penilaian validasi dilakukan dengan menggunakan skala lima yaitu: (1) sangat tidak sesuai, (2) kurang sesuai, (3) ragu-ragu, (4) sesuai, dan (5) sangat sesuai. Validitas oleh pakar selanjutnya ditentukan berdasarkan rekomendasi panelis. Butir-butir instrumen yang tidak valid menurut panelis dibuang, butir yang cukup valid direvisi dan diperbaiki, sedangkan butir yang valid menurut panelis dapat digunakan untuk penelitian. Model analisis data yang digunakan dalam evaluasi program ini adalah model analisis interaktif yang terdiri dari empat komponen analisisnya saling menjalin dan dilakukan secara terus-menerus di dalam pengumpulan data. Analisis data itu sendiri terdiri dari tiga jalur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penilaian hasil penelitian tahap perencanaan program PIK KRR dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara, angket, dan observasi. Skor terhadap hasil analisis angket dan observasi dinyatakan dalam presentase dengan lima kategori yaitu: (1) sangat kurang (0-35%), (2) kurang (40%-55%), (3) cukup (56%-65%), (4) baik (66%-79%), dan (5) sangat baik (80%-100%).
Hasil evaluasi menunjukkan bahwa pada tahap perencanaan program, kelompok PIK KRR SLTPK Sint Vianey telah berusaha sunggung-sungguh dalam merencanakan pendirian kelompok PIK KRR dan pelaksanaan kegiatan PIK KRR. Hal ini terlihat dari adanya berbagai rapat dan evaluasi sebelum mendirikan kelompok PIK KRR, dan persiapan ketenagaan yang dilakukan dengan baik. Namun mengalami keterbatasan dalam pembiayaan, sarana dan prasarana.
Hasil evaluasi pada tahap pelak-sanaan menunjukkan bahwa pengelola kelompok PIK KRR SLTPK Sint Vianey Soe telah menjalankan mekanisme pengelolaan PIK KRR dengan baik, tetapi mengalami kendala dalam menjalankan program PIK KRR Ramah Remaja karena keterbatasan pada pembiayaan, sarana dan pra sarana.
Hasil evaluasi pada tahap hasil menunjukkan bahwa siswa/siswi di SLTPK Sint Vianey Soe memiliki pengetahuan yang baik mengenai kesehatan reproduksi dan bahaya TRIAD KRR. Siswa/siswi juga menyadari arti penting keberadaan program PIK KRR sebagai wadah pembelajaran kesehatan reproduksi. Kesadaran siswa/siswi ini ditunjukkan dengan adanya program-program kecil yang mendukung keberhasilan program PIK KRR dan pihak sekolah juga merespon dengan mengintegrasika materi KESPRO dan TRIAD KRR ke dalam mata pelajaran Muatan Lokal.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah: (1) kelompok PIK KRR SLTPK Sint Vianey telah berusaha dengan baik untuk menjalan program PIK KRR di sekolah tersebut, (2) keterbatasan pembiayaan dan sarana prasarana sangat menghambat kegiatan yang dijalankan oleh pengelola PIK KRR SLTPK Sint Vianey Soe.
Rekomendasi yang dapat diberikan adalah: (1) program PIK KRR dapat terus dijalankan di SLTPK Sint Vianey tetapi dibutuhkan perbaikan pada beberapa aspek diantaranya sarana prasarana dan pembiayaan, (2) dibutuhkan perhatian yang lebih serius dari pihak BKKBN selaku penanggung jawab pusat program PIK KRR untuk melakukan pemantauan ketersediaan sarana dan prasarana yang kurang memadai dan memberikan solusi mengenai keterbatasan dana operasional berupa pemberian modal awal kepada pengelola untuk memulai kegiatan ekonomi produktif serta melakukan pelatihan pengelola PIK KRR secara bertahap untuk menjaga proses kaderisasi dan pengembangan SDM PIK KRR dan perlu adanya penelitian lanjutan mengenai karakteristik PIK KRR yang Ramah Remaja dan mengenai keterampilan hidup (life skill), (3) dukungan dari pihak sekolah juga sangat dibutuhkan untuk terlaksananya program PIK KRR di SLTPK Sint Vianey Soe dan membantu para pengelola untuk melaku-kan pendekatan-pendekatan dengan pihak BKKBN agar memperoleh sarana prasarana dan dukungan financial yang baik untuk kelancaran pengelolaan program PIK KRR di SLTPK Sint Vianey, (4) nperhatian orang tua sangatlah penting untuk perkembangan anak-anaknya khususnya dalam pergaulan setiap hari agar tidak salah memilih teman dalam bergaul yang berdampak buruk pada perkembangan fisik maupun mental anak itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2008
Djaali dan Pudji Mulyono. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: Grasindo, 2008.
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. Panduan Pendidik Sebaya. Jakarta: BKKBN, 2002.
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. Pedoman Menjadi Konselor Sebaya. Jakarta: BKKBN. 2012.
Wirawan. Evaluasi Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2011.