PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI PERPINDAHAN PANAS PADA SISWA KELAS IV

DI SD NEGERI IGOT KECAMATAN WAIGETE KABUPATEN SIKKA

 

Skolastika Dafrosa

Guru di SDN Igot, Sikka, NTT

 

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA Materi Perpindahan Panas. Hal ini disebabkan karena penggunaan metode ceramah sehingga hasil yang diperoleh kurang maksimal. Rumusan masalah dalam penelitian adalah 1) Bagaimana penerapan Metode Eksperimen untuk meningkatkan hasil belajar IPA Materi Perpindahan Panas pada siswa kelas IV SD Negeri Igot? 2) Bagaimana hasil belajar siswa setelah diterapkan Metode Eksperimen pada Materi Perpindahan Panas pada siswa kelas IV SD Negeri Igot? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memaparkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA Materi Perpindahan Panas setelah diterapkan metode eksperimen pada siswa kelas IV SD Negeri Igot. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas IV tahun ajaran 2016/2017. Salah satu solusi yang ditempuh untuk menanggulangi permasalahan tersebut adalah pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen sehingga pembelajaran lebih menarik, siswa lebih aktif dan dapat menarik perhatian siswa. Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian tindakan kelas yang diadopsi dari model Kemmis dan Robin MC Taggart, sehingga dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian tindakan kelas dengan 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Dari rancangan penelitian yang telah disusun dan dilaksanakan peneliti, maka peneliti telah mendapatkan data hasil penelitian dari masing-masing siklus yang menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa. Peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar siswa mengalami perubahan yang signifikan setelah digunakan metode eksperimen dalam pembelajaran IPA materi perpindahan panas. Hasil belajar siswa meningkat karena penggunaan metode eksperimen yang mampu memicu keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses pembelajaran sehingga dapat memotivasi siswa dalam meningkatkan hasil belajarnya.

Kata Kunci: Hasil Belajar, Metode Eksperimen, Perpindahan Panas

 

PENDAHULUAN

Kehidupan manusia tidak terpisahkan dari kebudayaan. Kebudayaan berjalan bersama dengan keberadaan manusia. Kebudayaan termanifestasi dalam berbagai bentuk dan aspek kehidupan manusia. Pendidikan merupakan salah satu bentuk perwujudan kebudayaan dalam kehidupan manusia. Jargon “Homo Sapiens” (Manusia Bijaksana) menegaskan maksud pendidikan sebagai unsur dasar yang membentuk kebijksanaan dalam diri manusia. Pada titik ini, pendidikan menjadi suatu hal yang mutlak bagi semua manusia tanpa memandang perbedaan. Dengan demikian, pendidikan merupakan suatu hal yang penting dan hak bagi setiap manusia di dunia.

Menurut Trianto (2009: 11), perkembangan pendidikan adalah hal yang mutlak dan seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan yang dimaksudkan ialah adanya perbaikan pendidikan pada seluruh tingkatan perlu terus menerus dilakukan sebagai antisipasi akan kepentingan di masa depan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi kehidupan manusia dalam menyesuiakan diri dengan perubahan zaman moderen.

Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang adalah pendidikan yang mengembangkan potensi siswa, sehingga siswa tersebut dapat menghadapi dan memecahkan masalah kehidupan yang sedang dan akan dihadapi. Pendidikan harus menyentuh potensi nurani maupun potensi berpikir siswa. Konsep pendidikan tersebut menjadi semakin penting ketika siswa harus memasuki kehidupan dalam masyarakat dan dunia kerja karena yang bersangkutan harus mampu menerapkan hasil belajar di sekolah untuk menghadapi masalah yang sedang dan akan dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Undang-Undang Nomor. 2 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan tujuan pendidikan yaitu “mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia yang seutuhnya yaitu yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan budi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan bangsa.” Dengan demikian, pendidikan memiliki tujuan mulia yakni untuk membentuk nurani dan memberikan pengetahuan kepada generasi penerus bangsa.

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD memiliki ciri khas yang berbeda dengan pembelajaran lain. Perbedaan muncul ketika siswa harus membiasakan diri melakukan eksperimen, observasi, mengumpulkan data, menguji konsep dan membuat kesimpulan. Di sini, seorang guru harus menentukan metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Namun, dalam pembelajaran IPA pada materi Perpindahan Panas di SD Negeri Igot, guru lebih mendominasi pembelajaran dari pada siswa. Dominasi ini disebabkan oleh penggunaan metode ceramah yang dilakukan oleh guru. Metode ceramah yaitu pembelajaran hanya berpusat pada guru sehingga membuat siswa merasa bosan dan jenuh dengan pembelajaran yang diberikan. Hal ini akan berdampak pada hasil belajar siswa yang tidak memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan sekolah yaitu 75. Hasil ulangan menunjukan bahwa dari 24 siswa hanya 7 siswa (29,16%) yang mencapai KKM. Sedangkan 17 siswa (70,83%) siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM (Observasi lapangan pada tanggal 30-04-2016 oleh Skolastika Dafrosa).

Untuk memperbaiki hasil belajar siswa tersebut guru harus memilih salah satu metode yang tepat, metode yang menjadikan siswa aktif dan tertarik dengan pembelajaran IPA. Metode pembelajaran tersebut adalah metode eksperimen. Metode eksperimen adalah suatu cara belajar mengajar yang melibatkan siswa secara aktif dengan melakukan pembuktian sendiri atas proses dan hasil eksperimen tersebut. Menurut Mbulu (2001:58), metode eksperimen adalah cara penyajian bahan pelajaran yang menekankan peran siswa dalam melakukan eksperimen (percobaan) dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Dengan menggunakan metode eksperimen diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitiaan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Arikunto (dalam Tukiran dkk 2012:16), PTK merupakan suatu pencermatan kegiatan terhadap kegiatan belajar berupa tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kalas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dari guru yang di lakukan oleh siswa. Tindakan dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Sehubungan dengan itu peneliti merangkai kegiatan PTK ini mengacu pada pedoman PTK yang diadopsi dari model Kemmis dan Robin MC Taggart. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus, dimana masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing) dan refleksi (reflecting).

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Igot Kecamatan Waigete Kabupaten Sikka dengan waktu penelitian sejak perencanaan sekitar 3 bulan yaitu bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober 2016. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IV yang berjumlah 24 siswa yang terdiri dari 13 laki-laki dan 11 perempuan. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan penulis yaitu observasi dan tes hasil belajar. Observasi adalah suatu cara untuk mengumpulkan data secara sistematis melalui pengamatan dan pencatatan terhadap kejadian yang diteliti. Kegiatan observasi ini dibantu oleh guru kelas sebagai observer dalam mengamati aktivitas guru dan siswa di kelas. Sedangkan tes hasil belajar merupakan suatu cara untuk mengumpulkan data yang sifatnya mengevaluasi hasil proses belajar. Tes dilakukan untuk mendapatkan data tentang pemahaman siswa kelas IV dalam mata pelajaran IPA materi perpindahan panas dengan menggunakan metode eksperimen. Jenis tes yang digunakan adalah tes tertulis yang terdiri atas soal uraian.

Untuk menganalisis data pada tes hasil belajar digunakan rumus dan kriteria yang berbeda pada data observasi. Penentuan tingkat ketuntasan belajar siswa di dalam kelas dibagi atas 2 yaitu Ketuntasan Individu dan Ketuntasan Klasikal. Ketuntasan hasil belajar secara individu diukur berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada mata pelajaran IPA yaitu 75. Siswa yang mendapatkan hasil belajar mencapai KKM dinyatakan tuntas, sedangkan siswa yang mendapatkan hasil belajar siswa dibawah KKM dinyatakan tidak tuntas.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Metode Eksperimen

Metode eksperimen adalah kegiatan guru atau siswa untuk mencoba mengenakan sesuatu serta mengamati proses dan hasil percobaan itu, yang pemakaiannya akan beriringan dengan logika induktif (penarikan kesimpulan berdasarkan sejumlah buku, fakta atau data). Pemakaian metode eksperimen dalam kegiatan belajar mengajar bertujuan untuk mengajarkan cara menarik kesimpulan dari berbagai fakta, informasi, atau data melalui pengamatan terhadap proses eksperimen. Selain itu, metode ini dapat juga melatih siswa merancang, mempersiapkan, melaksankan dan melaporkan percobaan.

Penggunaan metode ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atas persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri.Selain itu, metode ini melatih siswa untuk berpikir secara Ilmiah. Dengan metode eksperimen siswa menemukan bukti kebenaran dari teori sesuatu yang sedang dipelajarinya.

Seseorang mencoba sesuatu yang belum diketahui hasilnya dengan melakukan suatu eksperimen. Kualitas hasil suatu produksi dapat diselidiki dengan melakukan suatu eksperimen. Guru dapat menugaskan murid-murid untuk melakukan eksperimen sederhana, baik di dalam kelas maupun di luar kelas untuk memudahkan pemahaman konsep-konsep teoristis yang disajikan. Sebuah eksperimen dapat dilakukan murid-murid untuk menguji hipotesis suatu masalah dan kemudian menarik kesimpulan. Dengan menggunakan metode eksperimen murid diharapkan: (1) Ikut aktif mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan belajar untuk dirinya, (2) murid belajar menguji hipotesis dan tidak tergesa-gesa mengambil kesimpulan, ia berlatih berpikir ilmiah, (3) mengenal berbagai alat untuk melakukan eksperimen dan memiliki keterampilan menggunakan alat-alat tersebut.

Agar pelaksanaan eksperimen dapat berjalan lancar maka: (1) guru hendaknya merumuskan tujuan eksperimen yang akan dilaksanakan murid, (2) guru bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan, (3) perlu memperhitungkan tempat dan waktu, (4) guru menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan murid, (5) guru membicarakan masalah yang akan dijadikan eksperimen, (6) membagi kertas kerja kepada murid, (7) murid melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru, dan (8) guru mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasinya, bila dianggap perlu didiskusikan secara klasikal.

Analisis Data Hasil Penelitian

Pada penelitian ini peneliti telah mengumpulkan data untuk dianalisis. Data yang dianalisis oleh peneliti dari masing-masing siklus adalah data observasi dan tes hasil belajar. Untuk data observasi, data yang diperoleh adalah data aktivitas guru, data aktivitas siswa secara klasikal dan data penilaian sikap dan keterampilan. Di bawah ini akan dijelaskan analisis data dari masing-masing siklus.

Analisis Data Observasi Guru

Data ini diperoleh dari guru wali kelas dalam melakukan observasi terhadap peneliti sebagai guru selama kegiatan belajar mengajar di kelas. Adapun uraian data observasi guru dalam pra siklus, siklus I dan siklus II yang telah dianalisis peneliti dari hasil pengamatan wali kelas adalah sebagai berikut:

Tabel 4. Data Hasil Observasi Aktivitas Guru di Kelas

Konversi

Nilai

Tindakan

Pra Siklus

Siklus I Pertemuan I

Siklus I Pertemuan II

Siklus II

Skor maksimal

56

56

56

56

Jumlah skor yang diperoleh

45

52

54

55

Persentase nilai rata-rata

80,35%

92,85%

96,42%

98,21%

Kategori

Sangat Baik

Sangat Baik

Sangat Baik

Sangat Baik

 

Dari tabel di atas peneliti membuat kesimpulan dari hasil penelitian pada pengamatan aktivitas peneliti sebagai guru di kelas bahwa terjadinya peningkatan pada aktivitas guru dalam proses pembelajaran di kelas yang menunjukkan aktivitas guru dalam pembelajaran pada pra siklus tergolong kategori sangat baik yaitu 80,35%. Dari hasil tersebut guru melakukan perbaikan pada siklus I dengan menggunakan metode eksperimen yang hasil aktivitas guru tergolong dalam kategori sangat baik dan dirata-ratakan yaitu 94,64%. Dari hasil siklus I tersebut, guru mempertahankan dan berusaha meningkatkan aktivitas guru dalam pembelajaran siklus II dan memperoleh hasil yang tergolong dalam kategori sangat baik yaitu 98,21%. Maka peneliti menyimpulkan bahwa aktivitas guru dalam proses pembelajaran meningkat.

Analisis Data Observasi Siswa

Data ini diperoleh dari aktivitas siswa secara umum selama kegiatan belajar mengajar di kelas berlangsung. Adapun uraian data observasi siswa dari tiga aspek yaitu 1. keberanian peserta didik dalam mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan guru; 2. Kemampuan peserta dididk dalam mengerjakan tugas yang di berikan guru; 3. Menyimak penjelasan guru. Ketiga aspek ini di nilai dalam pra siklus, siklus I dan siklus II yang telah dianalisis peneliti dari hasil pengamatan adalah sebagai berikut:

Tabel 5. Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa di Kelas

Konversi

Nilai

Tindakan

Pra Siklus

Siklus I Pertemuan I

Siklus I Pertemuan II

Siklus II

Jumlah skor yang diperoleh seluruh siswa

1256,67

2006,67

2122,33

2143,00

Persentase nilai rata-rata

50,27%

80,27%

84,89%

85,72%

Kategori

Kurang Baik

Sangat Baik

Sangat Baik

Sangat Baik

 

Dari tabel di atas peneliti membuat kesimpulan dari hasil penelitian pada pengamatan aktivitas siswa di kelas bahwa terjadinya peningkatan pada aktivitas siswa dalam melakukan proses pembelajaran di kelas yang menunjukan bahwa aktivitas siswa dalam pembelajaran pada pra siklus tergolong kategori kurang baik yaitu 50,27%. Dari hasil tersebut dapat dilakukan perbaikan pada siklus I dengan menggunakan metode eksperimen yang hasil dari aktivitas siswa tergolong dalam kategori baik dan dirata-ratakan yaitu 82,58%. Dari hasil siklus I tersebut, guru mempertahankan dan berusaha meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran siklus II dan memperoleh hasil yang tergolong dalam kategori Sangat baik yaitu 85,72%. Maka peneliti menyimpulkan bahwa aktivitas siswa dalam proses pembelajaran di kelas meningkat.

Analisis Data Hasil Belajar Siswa

Data ini diperoleh dari aktivitas belajar siswa selama kegiatan belajar mengajar di kelas berlangsung, dengan mengacu pada penilaian sikap, keterampilan dan penilaian pengetahuan atau tes hasil belajar. Adapun uraian data penilaian sikap, keterampilan dan penilaian pengetahuan atau tes hasil belajar dalam pra siklus, siklus I dan siklus II yang telah dianalisis peneliti adalah sebagai berikut:

Penilaian Sikap

Dalam penilaian ini, guru mengamati 2 aspek sikap yaitu (mengikuti pelajaran dengan tenang dan mengerjakan tugas dengan penuh tanggung jawab) dengan memberikan skor pada setiap siswa. Skor yang diperoleh pada setiap siswa tersebut kemudian dikonversi dengan menggunakan rumus. Hasil perolehan nilai sikap dari setiap siswa tersebut kemudian dijumlahkan dan diperoleh persentase pada Prasiklus sebesar 70,75 (Baik), Siklus I pertemuan I sebesar 84,10 (Sangat Baik), Siklus I pertemuan II sebesar 87,60 (Sangat Baik), dan naik sebesar 95,00 (Sangat Baik) pada Siklus II

Penilaian Keterampilan

Dalam penilaian ini, guru mengamati setiap aspek keterampilan dengan memberikan skor pada setiap siswa. Skor yang diperoleh pada setiap siswa tersebut kemudian dikonversi dan di gabungkan dengan nilai yang diperoleh kelompok dalam mengerjakan LKS. Hasil perolehan nilai dari setiap siswa tersebut kemudian dijumlahkan dan diperoleh persentase nilai akhirnya adalah 76,00 (Baik) pada Pra Siklus, naik menjadi 90,00 (Sangat Baik) pada Siklus I Pertemuan I, dan 93,00 (Sangat Baik) pada Siklus I Pertemuan II, dan pada Siklus II menjadi 95,00 (Sangat Baik).

Penilaian Pengetahuan (Tes Hasil Belajar Siswa)

Dalam penilaian ini, guru memperoleh hasil belajar siswa dari tes yang diberikan guru yang tujuannya adalah untuk mengukur kemampuan siswa dari materi perpindahan panas yang telah diberikan guru. KKM yang ditentukan dari pembelajaran ini adalah 75, sedangkan ketuntasan belajar secara klasikal yang ingin dicapai dalam pembelajaran ini adalah 75%. Hasil perolehan nilai dari setiap siswa dikonversikan berdasarkan penskoran untuk mengetahui seberapa banyak siswa yang mencapai KKM. Dari hasil setiap siswa tersebut, dapat diketahui persentase ketuntasan klasikal dari banyaknya siswa yang tuntas. Kemudian hasil perolehan seluruh siswa dirata-ratakan dan dijumlahkan sehingga diperoleh persentase ketuntasan belajar secara klasikal pada Pra Siklus sebesar 35% (Kurang Baik), pada Siklus I sebesar 100% (Sangat Baik, dan dipertahankan pada Siklus II sebesar 100% (Sangat Baik). Hal ini menunjukkan bahwa pada pelaksanaan siklus I dan siklus II semua siswa sudah lulus atau tuntas.

Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil Penelitian Aktivitas Mengajar Guru

Hasil observasi pada aktivitas guru selama pembelajaran menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan kemampuan pada aktivitas guru di kelas pada setiap siklusnya terutama pada penggunaan petode eksperimen. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Anita W, dkk (2008:5.28) yang mengemukakan bahwa, “prasyarat untuk mengoptimalkan pembelajaran eksperimen agar dapat berhasil dengan baik adalah guru mampu membimbing siswa dari merumuskan hipotesis sampai pada pembuktian dan kesimpulan serta membuat laporan”.

Dari pernyataan di atas peneliti telah melaksanakan kegiatan eksperimen dan membuktikan bahwa terjadinya peningkatan kemampuan pada aktivitas guru dalam proses pembelajaran di kelas. Hal ini dapat dilihat pada aktivitas guru dalam pembelajaran pada pra siklus tergolong kategori baik yaitu 80,35%. Dari hasil tersebut guru melakukan perbaikan pada siklus I dengan menggunakan metode eksperimen pada proses pembelajaran dan hasil yang didapat tergolong dalam kategori sangat baik dengan rata-ratanya yaitu 94,64%. Dari hasil siklus I tersebut, guru mempertahankan dan berusaha meningkatkan aktivitas guru dalam pembelajaran dan memperoleh hasil yang tergolong dalam kategori sangat baik yaitu 98,21%.

Dari hasil aktivitas guru yang telah dicapai menunjukan bahwa adanya peningkatan. Ini dikarenakan guru menggunakan metode eksperimen dalam proses belajar mengajar di kelas, sehingga terlihat bahwa adanya peranan guru sebagai fasilitator. Maka peneliti menyimpulkan bahwa kemampuan aktivitas guru dalam proses pembelajaran meningkat karena adanya rancangan strategi pembelajaran yang baik yaitu menggunakan metode eksperimen dalam pembelajaran.

 

Hasil Penelitian Aktivitas Belajar Siswa

Hasil observasi pada aktivitas siswa secara umum selama pembelajaran menunjukan bahwa terjadinya peningkatan pada aktivitas siswa secara umum di kelas pada setiap siklusnya. Dalam proses pembelajaran di kelas pada pra siklus menunjukan bahwa aktivitas siswa tergolong dalam kategori kurang baik yaitu 50,27%. Dari hasil tersebut dapat dilakukan perbaikan pada siklus I dengan menggunakan metode eksperimen sehingga hasil dari aktivitas siswa meningkat dan tergolong dalam kategori sangat baik yang rata-ratanya adalah 82,58%. Dari hasil siklus I tersebut, guru mempertahankan dan berusaha meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran pada siklus II dan memperoleh hasil yang tergolong dalam kategori sangat baik yaitu 85,72%.

Maka peneliti menyimpulkan bahwa aktivitas siswa dalam proses pembelajaran di kelas meningkat. Peningkatan pada aktivitas siswa tersebut nampak terlihat dalam pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen karena dapat mempengaruhi siswa untuk lebih aktif dalam melakukan percobaan eksperimen pada materi perpindahan panas. Dalam pembelajaran tersebut, siswa belajar dengan melakukan percobaan-percobaan eksperimen.

Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Anita. W, dkk (2008:5.28) bahwa, kemampuan siswa dalam melaksakan kegiatan eksperimen yaitu siswa harus memiliki motivasi dan minat belajar melalui eksperimen, memiliki sikap yang tekun, teliti dan mampu bekerja keras.

Hasil Penelitian Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar siswa diperoleh dari proses belajar mengajar di kelas melalui penilaian ranah sikap, keterampilan dan penilaian ranah pengetahuan. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti dengan menggunakan metode eksperimen pada mata pelajaran IPA materi perpindahan panas pada siswa kelas IV SD Negeri Igot menunjukan adanya peningkatan hasil belajar siswa pada 3 ranah di setiap siklusnya.

Menurut Usman (2013:16), hasil belajar yang dicapai oleh siswa sangat erat kaitannya dengan rumusan tujuan instruksional yang direncanakan guru sebelumnya yang dikelompokan kedalam tiga kategori, yakni domain kognitif, afekti dan psikomotorik. Dari pernyataan Usman di atas, peneliti telah membuktikan dalam penelitian bahwa siswa kelas IV telah belajar dengan baik pada materi perpindahan panas sehingga hasil belajar siswa meningkat pada penilaian 3 ranah tersebut.

Pada hasil belajar pra siklus, siswa belum menguasai materi pelajaran sepenuhnya. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil belajar siswa yang tergolong dalam kategori kurang baik. Penyebabnya karena pembelajaran dilaksanakan tanpa adanya penggunaan metode yang tepat. Guru hanya menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran sehingga hampir sebagian besar siswa pasif, siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru. Pada pra siklus nilai rataan yang diperoleh dari gabungan 3 ranah pembelajaran adalah 65,05dengan persentase ketuntasan belajar siswa adalah 35% (Kurang Baik).

Selanjutnya pada siklus I terjadi peningkatan hasil belajar siswa yang tergolong dalam kategori sangat baik. Hal ini karena adanya rancangan strategi pembelajaran yang tepat oleh guru yaitu penggunaan metode yang tepat dalam pembelajaran, dalam hal ini adalah penggunaan metode eksperimen. Hasil belajar yang diperoleh siswa pada pra siklus sangat berbeda pada hasil di siklus I yaitu dengan nilai rata-rata 89,85 dan persentase ketuntasan belajar siswa adalah 100% (Sangat Baik). Hasil yang diperoleh pada siklus I telah menunjukkan bahwa penggunaan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil yang hampir sama terjadi pada siklus II melalui metode eksperimen dengan mengembangkan indikator pembelajaran, dari pembelajaran tersebut diperoleh hasil yang lebih baik dari siklus sebelumnya dengan nilai rata-ratanya adalah 92,9 dan persentase ketuntasan belajar siswa adalah 100% (Sangat Baik).

Dari penjelasan di atas peneliti menyimpulkan bahwa siswa kelas IV SD Negeri Igot telah belajar dengan baik dan meningkatkan hasil belajarnya pada materi perpindahan panas melalui pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian pada siswa kelas IV SD Negeri Igot untuk mata pelajaran IPA materi perpindahan panas yang telah peneliti laksanakan dalam beberapa siklus, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1.     Penerapan metode eksperimen pada mata pelajaran IPA materi perpindahan panas tergolong dalam kategori sangat baik dan mampu memicu keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses pembelajaran sehingga dapat memotivasi siswa dalam meningkatkan hasil belajarnya.

2.     Hasil belajar siswa mengalami perubahan yang signifikan setelah digunakan metode eksperimen dalam pembelajaran IPA materi pepindahan panas. Hasil belajar siswa meningkat karena penggunaan metode eksperimen.

Berdasarkan kesimpulan di atas, terdapat beberapa saran dalam melaksanakan proses pembelajaran yang diantaranya adalah sebagai berikut:

1.     Bagi sekolah

Hasil penelitian ini kiranya dapat digunakan sebagai acuan perbaikan kualiatas pembelajaran dan menjadi bahan refleksi bagi sekolah dalam meningkatkan pemahaman pembelajaran IPA yang efektif di sekolah.

2.     Bagi guru

            Hasil penelitian ini kiranya dapat memotivasi guru dalam memilih dan menentukan metode pembelajaran yang tepat dalam meningkatkan hasil belajar yang lebih baik.

3.     Bagi siswa

            Hasil penelitian ini diharapkan agar siswa dapat termotivasi untuk mempertahankan dan meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran lainnya

4.     Bagi peniliti selanjutnya

            Kiranya hasil penelitian dengan menggunakan metode eksperimen ini dapat dijadikan bahan referensi untuk dikembangkan dalam penelitian selanjutnya mata pelajaran lainya.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharismi. Dasar–dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2009.

Anita. W,Sri. Strategi Pembalajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka, 2010.

Anita. W,Sri. Strategi Pembalajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka, 2008.

Jihat, Asep dan Abdul,Haris. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multiprindo, 2013.

Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2012

Mbulu, Yoseph. 2012. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Eksperimen Pada Mata Pelajaran IPA Kelas V SD. 2012. Skripsi tidak diterbitkan. Kupang. Undana.

Mulyasa, E. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja.Rosdakarya.

Trianto. Mendisain Model Pembelajaran Inovatif – Progesif.Jakarta: Kencana. 2009.

Trianto. Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori Dan Praktek.Jakarta:Prestasi Pusaka. 2007.

Tukiran, dkk. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: 2012

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, 2012. Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Fokusindo Mandiri

Yamin, Martinis. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Referensi, 2012.