PENERAPAN METODE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR KKPI MATERI CISCO PACKET TRACER

DI KELAS XII AK A SMK NEGERI 3 SUKOHARJO

TAHUN PELAJARAN 2015/2016

 

Waluyo

SMK Negeri 3 Sukoharjo

 

ABSTRACT

AK A class XII student of SMK Negeri 3 Sukoharjo KKPI have difficulty in learning, especially in terms of understanding on the introduction of the network, so the motivation to learn is reduced. Jigsaw method can improve learning outcomes KKPI Cisco Packet Tracer material, so that the approach can be applied in effective learning in Class XII AK A SMK Negeri 3 Sukoharjo Goals to be achieved in this research is the adoption of Jigsaw Method To Improve Learning Outcomes Matter KKPI Cisco Packet Tracer in Class XII AK A SMK Negeri 3 Sukoharjo.The results of this study are: In the Pre-cycle average value is 58.3. Students who score below the KKM (<70) as many as 22 students or 61.11% and reach KKM (> 70) as many as 14 students or 38.89%. In the first cycle, students who meet the KKM many as 25 students or 69.44%, while 11 students or 30.56% can not meet the KKM. The average achieved was 69.97 is still below the indicators of success set at an average of 70. In the second cycle the average value obtained by the 76.31 exceeds the average of 70. Students who have reached KKM is to get a value> 70 as many as 29 students or 80.56%, while 7 other students or by 19.44% did not complete the study because its value below 70. So on the second cycle of learning improvement declared successful.

Keywords: Cisco Packet Tracer, Jigsaw method, SMK Negeri 3 Sukoharjo

 

Latar Belakang Masalah

Guru dalam memberikan materi pelajaran kepada anak didik, ada kalanya tidak selalu berjalan lancar sesuai dengan perencanaan atau gagal. Banyak faktor yang menyebabkan kegagalan dalam memberikan materi pelajaran. Dari faktor anak, tingkat intelegensi dan latar belakang anak didik yang berbeda-beda menyebabkan hasil pembelajaran yang tidak sama pula. Sedangkan penyebab lain dari pihak guru adalah cara penyampaian materi yang dianggap anak didik sulit memahaminya, kurangnya media pembelajaran, metode pembejaran yang salah, sehingga tujuan pembelajaran kepada anak didik tidak mengenai sasaran, dan masih banyak lagi sebab-sebab kegagalan siswa untuk mencapai tujuan pendidikan.

Beberapa faktor kegagalan tersebut, pada penelitian ini berusaha untuk memperbaiki melalui prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sesuai dengan karakteristik PTK yaitu adanya masalah dalam PTK dipicu oleh kesadaran pada diri guru bahwa praktek pembelajaran yang dilakukan di kelas mempunyai masalah yang harus diselesaikan dan ditindaklanjuti agar terjadi perubahan pada keberhasilan anak didik.

Siswa kelas XII AK A SMK Negeri 3 Sukoharjo mengalami kesulitan dalam Pelajaran KKPI, khususnya dalam hal pemahaman terhadap Kompetensi Dasar Pengenalan Jaringan, sehingga motivasi belajar berkurang. Tentu saja hal tersebut mengakibatkan prestasi yang dicapai kurang, misalnya pada pra siklus dimana rerata nilai yang dicapai adalah 58,3 jauh di bawah rerata yang telah ditetapkan yaitu 70. Sementara itu siswa yang telah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) hanya 14 siswa dari 36 siswa atau 38,89%, sedangkan 22 siswa atau 61,11% tidak memenuhi KKM.

Kondisi ini sangat merisaukan guru KKPI kelas XII AK A karena rendahnya prestasi di Pelajaran KKPI selain berpengaruh pada penguasaan iptek juga berpengaruh pada kegiatan belajar klasikal. Atas dasar hal tersebut, maka gejala rendahnya hasil belajar siswa di kelas perlu adanya pembelajaran bervariasi dengan suasana yang menyenangkan sehingga akan meningkatkan hasil belajar khususnya pelajaran KKPI.

Penelitian terdahulu berjudul “Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe JIGSAW Pada Materi Fungsi Komposisi dan Invers di Kelas XI SMA Negeri 1 Banda Aceh”, oleh Safirudin, S.Pd.,M.Pd. Hasil penelitian pada siklus I menunjukkan terdapat 8 siswa yang dapat dikategorikan tidak tuntas belajar yaitu mendapat nilai kurang dari 75,0 sedang siswa yang tuntas belajar ada 24 siswa yang dapat dikategorikan tuntas belajar dengan perolehan nilai rata-rata 76,7 dan persentase keaktifan siswa mencapai 37,5%. Hasil penelitian pada siklus II menunjukkan hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Hal ini terbukti dari siswa yang tidak tuntas belajar klasikal menjadi 7 siswa, sedangkan siswa yang tuntas belajar klasikal ada 25 siswa dengan nilai rata-rata pada siklus III 78,3dan persentase keaktifan siswa mencapai 50%. Namun masih perlu dilakukan siklus III.Hasil belajar siswa pada siklus III mengalami peningkatan. Siswa yang tidak 

Tuntas belajar tinggal 5 siswa, sedangkan siswa yang tuntas belajar ada 27 siswa dengan nilai rata-rata pada siklus III 78,5 dan persentase keaktifan siswa mencapai 75%. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan prestasi belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW pada materi fungsi komposisi dan invers di kelas XI SMA Negeri 1 Banda Aceh.

  Berdasarkan hal tersebut maka dalam penelitian ini mengambil judul: “PENERAPAN METODE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KKPI MATERI CISCO PACKET TRACER DI KELAS XII AK A SMK NEGERI 3 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016”.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut, maka rumusan masalah yang dibahas adalah “ Bagaimana Penerapan Metode Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar KKPI Materi Cisco Packet Tracer di Kelas XII AK A SMK Negeri 3 Sukoharjo?”

Batasan Masalah

Batasan masalah pada penelitian ini adalah:

1.     Motode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Jigsaw.

2.     Materi yang disampaikan dalam pembelajaran KKPI kelas XII AK A tentang pengenalan jaringan komputer.

3.     Program Cisco Packet Tracer pada pengenalan dasar sambungan PC, switch, server, client, hub dengan IP Adrees di masing-masing PC.

 

 

Tujuan dan Manfaat

Tujuan

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah Penerapan Metode Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar KKPI Materi Cisco Packet Tracer di Kelas XII AK A SMK Negeri 3 Sukoharjo.

Manfaat

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan di atas, maka diharapkan penelitian ini bermanfaat sebagai berikut:

Bagi Siswa

a.     Siswa dapat belajar materi Cisco Packet

      Tracer lebih mudah di kelas.

b.     Siswa memperoleh hasil belajar yang lebih baik.

Bagi Guru

a.   Guru dapat menemukan alternatif model pembelajaran yang mampu meningkatkan minat belajar dan hasil belajar siswa.

b.     Guru dapat mengembangkan inovasi pembelajaran KKPI di kelas.

c.     Guru dapat mengatasi problem pembelajaran yang selama ini banyak dikeluhkan terutama berkaitan dengan ketidakberhasilan Pelajaran KKPI.

d.     Guru dapat meningkatkan profesionalisme melalui upaya penelitian tindakan kelas.

Bagi Sekolah

a.     Sekolah memperoleh masukan cara meningkatkan kualitas dan hasil belajar siswa.

b.     Sekolah mendapatkan sarana pemberdayaan sumber daya manusia dalam rangka meningkatkan kerjasama dan kreativitas guru.

Kajian Teori

Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas siswa adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan pada kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama untuk sampai pada pengalaman belajar yang optimal baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok.

Pengertian dari pembelajaran kooperatif di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa model pembelajaran ini sangat baik untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa, sebab semua siswa dituntut untuk bekerja dan bertanggung jawab sehingga di dalam kerja kelompok tidak ada anggota kelompok yang asal namanya saja tercantum sebagai anggota kelompok, tetapi semua harus aktif.

Cisco Packet Tracer.

Cisco Packet Tracer adalah simulator alatalat jaringan Cisco yang sering digunakan sebagai media pembelajaran dan pelatihan, dan juga dalam bidang penelitian simulasi jaringan komputer (Iwan Sofana, 2014).

Program ini dibuat oleh Cisco Systems dan disediakan gratis untuk fakultas, siswa dan alumni yang telah berpartisipasi di Cisco Networking Academy. Tujuan utama Packet Tracer adalah untuk menyediakan alat bagi siswa dan pengajar agar dapat memahami prinsip jaringan komputer dan juga membangun skill di bidang alat-alat jaringan Cisco.

Kerangka Berpikir

Pada kondisi awal guru hanya menggunakan metode ceramah, mencatat, kemudian memberikan contoh cara membuat simulasi jaringan, kemudian memberi tugas kepada siswa sebagai evaluasi dari materi yang diterangkan. Pada proses pembelajaran siswa tidak aktif dan dalam evaluasi siswa tidak dapat melaksanakan dengan baik apa yang ditugaskan oleh guru.

Berdasarkan kerangka berpikir secara teoritis yang dikutip dari beberapa pendapat para ahli dan secara empiris dari hasil penelitian terdahulu, dapat dikatakan bahwa pembelajaran menggunakan metode jigsaw dapat meningkatkan ketrampilan dan aktivitas belajar siswa. Diharapkan penerapan metode jigsaw dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar mata pelajaran KKPI pada siswa kelas XII AK A SMK Negeri 3 Sukoharjo.

Hipotesis Tindakan

            Berdasarkan landasan teori di atas maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah sebagai berikut:

“Melalui penerapan metode Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar KKPI materi Cisco Packet Tracer di kelas XII AK A SMK Negeri 3 Sukoharjo”.

METODOLOGI PENELITIAN

Setting Penelitian

Tempat Penelitian

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian ini dilaksanakan di kelas XII AK A SMK Negeri 3 Sukoharjo selama 3 bulan mulai bulan Januari sampai dengan Maret 2016.

Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa-siswa Kelas XII AK A SMK Negeri 3 Sukoharjo. Jumlah siswa di kelas ini adalah 36 siswa. Sementara itu guru yang dijadikan subjek penelitian adalah penulis sendiri dengan dibantu oleh teman sejawat yaitu Bapak Taufik Nur Hidayat, S.Pd., yang mengajar mata pelajaran KKPI dari sekolah yang sama.

Teknik dan Alat Pengumpul Data

Teknik pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan atau mengumpulkan data (informasi) yang dapat menjelaskan dan/atau menjawab permasalahan penelitian yang bersangkutan secara obyektif. Adapun teknik yang digunakan oleh penulis untuk mengumpulkan data adalah sebagai berikut.

 

Prosedur Penelitian

Prosedur pelaksanaan pembelajaran guru didampingi teman sejawat yang bertugas mengamati proses kegiatan belajar dan mengisi data atau lembar observasi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal

Masa pra siklus adalah kondisi siswa sebelum dilaksanakan perbaikan pembelajaran KKPI dengan menggunakan metode Jigsaw pada Kelas XII AK A SMK Negeri 3 Sukoharjo. Pada kondisi awal ini dijadikan sebagai bahan evaluasi bagi guru untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan melihat kekurangan-kekurangan yang ada pada saat proses pembelajaran baik dari faktor guru, siswa dan kondisi kelas.

Kondisi awal siswa dalam pembelajaran KKPI materi membuat program Cisco Packet Tracer pada Sistem Jaringan LAN pembelajaran dilakukan di kelas, di mana guru memberi catatan kemudian menerangkan dan setelah itu kemudian memberi soal latihan dan setelah selesai dikumpulkan.

Tingkat Aktivitas Siswa

  Penyebab masih rendahnya hasil belajar siswa karena siswa baru mendapatkan materi Cisco Packet Tracer, sehingga masih belum paham penggunaan masing-masing icon dan jenis kabel yang digunakan serta fungsi masing-masing icon tersebut.

  Berdasarkan hasil ini, maka Aktivitas siswa dalam belajar KKPI dengan Aktivitas tinggi hanya dimiliki oleh 14 anak atau 38,89%, sehingga masih jauh dari indikator keberhasilan yang dipersyaratkan yaitu 70% siswa telah memiliki Aktivitas tinggi, sehingga memerlukan tindakan lebih lanjut untuk meningkatkan Aktivitas siswa dalam pembelajaran.

Ketuntasan Siswa dalam Belajar

  Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada mata pelajaran KKPI materi membuat program Cisco Packet Tracer pada Sistem Jaringan LAN adalah 70. Siswa yang belum memenuhi KKM (< 70) adalah sebanyak 22 siswa atau 61,11% sedangkan yang sudah memenuhi KKM (> 70) sebanyak 14 siswa atau 38,89%. Tingkat ketuntasan siswa masih kurang dari 80% sehingga memerlukan tindakan perbaikan pembelajaran agar tingkat ketuntasan siswa dalam materi Cisco Packet Tracer pada Sistem Jaringan LAN dapat meningkat.

  Nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 35 dan nilai tertinggi adalah 80. Berdasarkan hasil tersebut dapat dibuat sebaran frekuensi hasil belajar KKPI pada materi Cisco Packet Tracer pada Sistem Jaringan LAN yang dibagi dalam enam interval kelas sebagai berikut: Hasil di atas diketahui jumlah siswa yang tuntas sebanyak 14 siswa atau 38,89% dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 22 siswa atau 61,11%.

Hasil Penelitian

Beralasan pada kondisi awal yang menunjukkan bahwa hasil belajar siswa Kelas XII AK A SMK Negeri 3 Sukoharjo rendah, maka peneliti mempunyai keinginan untuk memperbaikinya dengan metode Jigsaw, sehingga anak dipaksa untuk belajar kelompok dan pada akhirnya dapat menguasai materi yang diajarkan dengan baik dan berpengaruh pada hasil belajarnya.

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan sebanyak 2 siklus dengan harapan dapat memberikan jawaban yang memuaskan terhadap masalah yang telah dirumuskan. Tiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan evaluasi serta refleksi.

Siklus I

Berdasarkan hasil perbaikan siklus I di atas diketahui bahwa perbaikan pembelajaran KKPI pada siswa Kelas XII AK A SMK Negeri 3 Sukoharjo pada siklus I terdapat peningkatan dimana pada pra siklus jumlah siswa yang tidak tuntas sebanyak 22 anak dan pada siklus I berkurang menjadi 16 anak yang tidak tuntas. Dilihat rata-rata kelas pada siklus I adalah 69,97. Sedangkan dilihat dari Aktivitas belajar siswa, siswa yang mempunyai Aktivitas tinggi sebanyak 25 anak atau 69,44%, siswa yang mempunyai Aktivitas sedang sebanyak 7 anak atau 19,44% dan siswa yang mempunyai Aktivitas rendah terdapat 4 siswa atau 11,11%.

Aktivitas siswa dalam belajar dengan Aktivitas tinggi hanya mencapai 69,44%, sehingga siklus I dianggap masih gagal.

Berdasarkan hasil tersebut penulis merefleksikan diri mengenai kegagalan pembelajaran KKPI ini. Adapun hasil refleksi dari siklus I adalah:

1. Siswa belum mempunyai Aktivitas untuk belajar kelompok.

2. Perlunya bimbingan dan dorongan dari guru untuk menumbuhkan Aktivitas belajar siswa.

Siklus II

Berdasarkan hasil perbaikan siklus II di atas diketahui bahwa perbaikan pembelajaran KKPI pada siswa Kelas XII AK A SMK Negeri 3 Sukoharjo pada siklus II terdapat peningkatan dimana pada siklus I jumlah siswa yang tidak tuntas sebanyak 11 anak dan pada siklus II berkurang menjadi 7 anak yang tidak tuntas. Dilihat rata-rata kelas adalah pada siklus I sebesar 58,3 meningkat menjadi 69,97. Sedangkan dilihat dari Aktivitas belajar siswa, pada siklus II ini siswa yang mempunyai Aktivitas tinggi sebanyak 29 anak atau 80,56%, siswa yang mempunyai Aktivitas sedang sebanyak 5 anak atau 13,89% dan siswa yang mempunyai Aktivitas rendah terdapat 2 siswa atau 5,56%.

Rata-rata hasil belajar pada pra siklus, siklus I, dan siklus II yaitu sebesar 58,3 , 69,97 dan 76,31. Hasil rerata tersebut secara keseluruhan dikatakan meningkat yang signifikan.

Berdasarkan hasil tersebut dapat direfleksikan diri mengenai keberhasilan pembelajaran KKPI ini. Keberhasilan siklus II ini dikarenakan siswa mau melaksanakan instruksi yang dilakukan oleh guru, selain itu metode jigsaw membantu siswa yang Aktivitasnya rendah dan kepandaiannya kurang untuk memperbaiki cara belajarnya. Aktivitas dan dorongan berupa penghargaan yang diberikan oleh guru banyak membantu untuk merangsang siswa yang lain untuk aktif dan terAktivitas untuk menjawab pertanyaan guru dan berperan aktif dalam pembelajaran.

Pembahasan

Perubahan pada Guru

Siklus I, guru menggunakan metode jigsaw. Siswa diminta untuk memperhatikan materi. Guru mencoba pembelajaran metode jigsaw dimana siswa diberi tugas untuk belajar secara kelompok dengan membentuk tim ahli atau pakar dan tim asal. Disini terlihat guru mencoba mengaktifkan siswa dengan cara memberi kegiatan belajar kelompok kecil dengan 4-5 anggota tiap kelompoknya.

     Perubahan pada Siswa

Siswa sangat antusias mendapatkan tugas dari guru dengan cara belajar kelompok. Di kelas siswa terlihat sibuk dengan tugasnya masing-masing. Tim pakar dengan senang hati memberikan pengarahan kepada tim asal setelah diskusi dengan sesama tim pakar. Terdapat beberapa siswa yang tidak aktif dalam pembelajaran, dimana aktifitasnya adalah bercakap-cakap, menggoda teman lain dan mencoret-coret buku catatan. Setelah guru menegur maka siswa tersebut langsung berusaha aktif. Siswa pada saat tanya jawab, siswa aktif untuk menjawab pertanyaan dari guru.

     Perubahan pada Kelas

Awalnya keadaan kelas agak ramai, karena para siswa mencari kelompoknya, tetapi setelah guru terbentuk kelompoknya masing-masing pembelajaran dengan menggunakan metode jigsaw dapat berjalan dengan baik. Pembelajaran ini siswa berlatih mendiskusikan dan mengambil kesimpulan berdasarkan soal yang diberikan guru, siswa aktif sesuai dengan petunjuk guru. Setelah siswa tenang berkumpul bersama dengan kelompoknya masing-masing, guru memulai diskusi membahas materi. Pada saat dilakukan presentasi setelah diskusi kelompok selesai, anak-anak antusias mendengarkan hasil pekerjaan kelompok lain, tetapi ada beberapa siswa yang pasif, dikarenakan tidak paham dengan materi dan tugas dari guru.

Perubahan Siklus II

Perubahan pada Guru

Siklus II, guru menggunakan metode jigsaw. Guru mencoba mengaktifkan siswa dengan cara memberi kegiatan belajar kelompok kecil dengan 4-5 anggota tiap kelompoknya dengan membentuk kelompok yang lain berdasarkan hasil pembelajaran siklus I. Siklus II ini guru mencoba memberi umpan balik, dorongan serta penghargaan terhadap siswa yang mampu mengerjakan tugas dengan benar dan cepat, sehingga siswa lain menjadi aktif dalam pembelajaran.

Perubahan pada Siswa

Pada Siklus II ini siswa sangat antusias mendapatkan tugas dari guru dengan cara belajar kelompok. Siswa segera melakukan perintah guru dalam pembentukan kelompok dan segera melakukan perbaikan terhadap jalannya belajar kelompok yang pada siklus I masih salah. Tim pakar dengan senang hati memberikan pengarahan kepada tim asal setelah diskusi dengan sesama tim pakar. Siklus II ini semua siswa aktif dalam pembelajaran.

Perubahan pada Kelas

Pada Siklus II ini keadaan kelas terkendali walaupun sedikit ramai pada saat pembentukan kelompok, tetapi setelah belajar kelompok dimulai maka pembelajaran berjalan dengan baik. Pembelajaran ini siswa berlatih belajar kelompok, mempresentasikan hasil kerja kelompok dan menanggapi hasil kerja kelompok lain. Setelah presentasi kelompok guru dan kelompok lain memberi applaus dengan bertepuk tangan. Siswa juga memberi applaus ketika guru mengumumkan kelompok yang mendapat penghargaan karena telah melaksanakan tugas dengan hasil yang terbaik.

Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran KKPI

Hasil dari penelitian dapat diperoleh data sebagai berikut:

a.   Pada Pra Siklus siswa yang memiliki Aktivitas tinggi sebanyak 14 siswa atau 38,89%, Aktivitas sedang 9 siswa atau 25,00% dan Aktivitas rendah sebesar 13 siswa atau 36,11%. 

b.   Pada Siklus I siswa yang memiliki Aktivitas tinggi sebanyak 25 siswa atau 69,44%, Aktivitas sedang 7 siswa atau 19,44% dan Aktivitas rendah sebesar 4 siswa atau 11,11%.   

c.    Pada siklus II siswa yang memiliki Aktivitas tinggi sebanyak 29 siswa atau 80,56%, Aktivitas sedang 5 siswa atau 13,89% dan Aktivitas rendah hanya 2 siswa atau 5,56%.

Hasil Ketuntasan Belajar Siswa

            Peningkatan kualitas pembelajaran siswa berdasarkan dari nilai yang diperoleh setelah diadakannya evaluasi pada setiap siklus yang ditandai dengan meningkatnya hasil belajar siswa dalam setiap siklus perbaikan pembelajaran. Adapun peningkatan ketuntasan siswa adalah sebagai berikut:

1.     Pada masa Pra Siklus nilai rata-rata adalah 58,3. Siswa yang mempunyai nilai di bawah KKM (< 70) sebanyak 22 siswa atau 61,11% dan yang mencapai KKM (> 70) sebanyak 14 siswa atau 38,89%. Dengan demikian pada pra siklus hasil belajar siwa adalah rendah dimana rata-rata nilai siswa 58,3 masih kurang dari 70 dan nilai di bawah KKM masih tinggi (61,11%).

2.     Pada siklus I, siswa yang memenuhi KKM sebanyak 25 siswa atau 69,44% sedangkan 11 siswa atau 30,56% tidak dapat memenuhi KKM. Rata-rata yang dicapai adalah 69,97 masih di bawah indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu rata-rata 70. Untuk itu maka diadakan kembali perbaikan pembelajaran Siklus II.

3.     Pada siklus II nilai rata-rata yang diperoleh yaitu 76,31 melebihi rata-rata 70. Siswa yang telah mencapai KKM yaitu mendapatkan nilai > 70 sebanyak 29 siswa atau 80,56%, sedangkan 7 siswa lainnya atau sebesar 19,44% tidak tuntas dalam pembelajaran karena nilainya di bawah 70. Persentase keberhasilan sebesar 80,56% telah melebihi indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu 80%, sehingga pada siklus II perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil.

 

 

Simpulan

Setelah keseluruhan pelaksanaan penelitian selesai (siklus I dan siklus II) maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1.   Metode Jigsaw ini dapat meningkatkan hasil belajar KKPI materi Cisco Packet Tracer, sehingga pendekatan tersebut dapat diterapkan dalam pembelajaran yang efektif di Kelas XII AK A SMK Negeri 3 Sukoharjo.

2.   Hasil dari penelitian tindakan kelas ini adalah:

      Pada masa Pra Siklus nilai rata-rata adalah 58,3, masih dibawah KKM. Pada siklus I, rata-rata yang dicapai adalah 69,97 masih di bawah indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu rata-rata 70. Untuk itu maka diadakan kembali perbaikan pembelajaran Siklus II. Pada siklus II nilai rata-rata yang diperoleh yaitu 76,31 melebihi rata-rata 70. Persentase keberhasilan sebesar 80,56% telah melebihi indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu 80%, sehingga pada siklus II perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil.

3. Berdasarkan hasil penelitian maka hipotesis tindakan yang mengatakan: Melalui pembelajaran dengan metode Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar KKPI materi Cisco Packet Tracer di kelas XII AK A SMK Negeri 3 Sukoharjo terbukti kebenarannya.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dapat diajukan saran-saran sebagai berikut:

1.     Perlu digunakan metode yang tepat dalam pembelajaran, khususnya KKPI agar siswa tidak takut pada pelajaran ini dan mudah untuk memahami materi yang diajarkan.

2.     Hendaknya digunakan metode yang bervariasi misalnya ceramah atau demonstrasi dengan dipadukan dengan metode lain seperi permainan atau diskusi kelompok dapat membuat suasana kelas menjadi hidup.

3.     Pembelajaran hendaknya melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, misalnya memberikan kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan pendapat dan bertanya.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, 1996, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka.

Basuki Wibawa, 2003, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Depdiknas Dirjend Pendidikan Dasar Menengah Direktorat Tenaga Kependidikan.

Binanto, 2007, Membangun Jaringan Komputer Praktis Sehari-hari, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Conny Semiawan dkk, 1992, Pendekatan Keterampilan Proses, Jakarta: Rineka Cipta.

Depdikbud, 1999, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Depdikbud.

Dimyati Mahmud, 1989, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PPLPTK. 

Djauzak Ahmad, 1994, Pedoman Pembinaan Profesional Guru, Jakarta:Ditpendas Depdikbud RI.

Irawan, Budhi, 2005, Jaringan Komputer, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Iskandarsyah, M.H, 2016, Dasar-dasar Jaringan, Ilmu Komputer, http://www.ilmukomputer.com diakses pada tanggal 17 Februari 2016 pukul 22.00

Iwan Sofiana, 2014, Cisco CCNA dan Jaringan Komputer, Bandung:Informatika Bandung.

Johnson DW & Johnson, R, T ,1991, Learning Together and Alone, Allin and Bacon: Massa Chussetts.

Mansfield, 2003, Practical TCP/IP: Designing, Using, and Troubleshooting TCP/IP Network on Linux and Windows, Addison Wesley: Pearson Education.

 

Muslimin Ibrahim, 2006, Pembelajaran Kooperatif, Surabaya: University Press.

Mufadhol, 2008, Networking dan Internet, Semarang: USM Press.

Nasution,S, 1992, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, Jakarta: Bina Aksara.

Ngalim Purwoko,1997, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Oemar Hamaliki, 2001, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Rianto Anjik Sukamaji, 2008, Jaringan Komputer: Konsep Dasar Pengembangan Jaringan dan Keamanan Jaringan, Yogyakarta: Andi Publisher.

Sardiman, 2009, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali Pres.

Utomo, 2006, Pengantar Jaringan Komputer Bagi Pemula, Bandung: Yrama Widya.

Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, 2003, Jakarta: Depdiknas.

Wina Senjaya, 2006, Strategi Pembelajaran Berorientasi Proses Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana Prima

Winkel, W.S, 1991, Psikologi Pengajaran, Jakarta: Gramedia

Zaenal Arifin, 2008, Sistem Pengamanan Jaringan Wireless LAN, Yogyakarta: Andi Offset.