PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR FISIKA

MATERI SIFAT ELASTISITAS BAHAN BAGI SISWA KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 1 TAWANGSARI PADA SEMESTER 1

TAHUN PELAJARAN 2019/2020

 

Makrup

SMA Negeri 1 Tawangsari Kabupaten Sukoharjo

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan prestasi belajar fisika materi sifat elastisitas bahan bagi siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Tawangsari pada Semester I Tahun Pelajaran 2019/2020 melalui model pembelajaran Contextual Teaching and Learning. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan selama 6 bulan. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Tawangsari yang terdiri dari 35 orang siswa. Prosedur penelitian dalam penelitian tindakan yaitu: 1) perencanaan; 2) pelaksanaan; 3) observasi; dan 4) refleksi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan kualitas dan prestasi belajar fisika materi sifat elastisitas bahan bagi siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Tawangsari pada Semester I Tahun Pelajaran 2019/2020. Peningkatan kualitas pembelajaran terbukti dengan meningkatnya kriteria proses pembelajaran yakni pada kondisi awal “Cukup” meningkat menjadi “Sangat Baik” pada siklus II. Peningkatan prestasi belajar siswa dibuktikan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa serta ketuntasan belajar siswa. Peningkatan nilai rata-rata siswa yakni pada Kondisi Awal sebesar 64,86 meningkat menjadi 78,00 pada akhir siklus II, sehingga mengalami peningkatan sebesar 13,14. Ketuntasan belajar siswa secara kelasikal yakni pada Kondisi Awal sebesar 34% meningkat menjadi 94% pada Siklus II, sehingga mengalami peningkatan 60%.

Kata Kunci: Contextual Teaching and Learning, Fisika, Prestasi Belajar,

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Sekolah Menengah Atas merupakan sebuah lembaga pendidikan formal yang bertanggung jawab untuk memberikan bekal pengatahuan dasar yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari serta sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. Oleh karena itu system pendidikan di SMA harus dikemas secara sistematis dan terukur. Dengan kata lain penyelenggaraan pendidikan di jenjang SMA harus mampu mendorong siswa untuk mengambangkan keterampilannya sesuai dengan bakat dan minatnya. Pengetahuan dasar yang diajarkan di SMA dikemas dalam berbagai mata pelajaran. Salah satu mata pelajaran yang diajarkan di SMA adalah fisika. Fisika merupakan salah satu cabang pengembangan mata pelajaran IPA. Fisika diajarkan dengan tujuan memberikan pengatahuan kepada siswa agar dapat mengembangkan dan menggunakan keterampilan proses untuk memperoleh,menghayati, dan menerapkan konsep, hukum, dan asas fisika, melatih siswa menggunakan model ilmiah dalam memecahkan masalah yang dihadapi, meningkatkan kesadaran siswa tentang keteraturan alam dan keindahannya sehingga siswa terdorong untuk mencintai dan mengagungkan Tuhan Yang Maha Esa, memperkuat pendekatan ilmiah (scientific), tematik terpadu (tematik antar mata pelajaran), dan tematik (dalam satu mata pelajaran) perlu diterapkan pembelajaran berbasis penelitian sehingga mendorong kemampuan siswa untuk menghasilkan karya kontekstual, baik individu maupun kelompok (Permendikbud No 65/2013).

Untuk mencapai tujuan pembelajaran fisika secara optimal perlu dirancang proses pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Proses pembelajaran yang kreatif dan inovatif tersebut dapat terwujud dengan pemilihan model pembelajaran yang tepat. Hal tersebut akan mendorong partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran. Dengan begitu maka siswa mampu mengembangkan pengetahun dasar tersebut sehingga akan terbentuk sikap ilmiah dalam diri siswa, yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan dapat digunakan untuk mengembangkan daya kreasi dan inovasi yang dimiliki siswa sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi seperti sekarang ini. Dengan proses pembelajaran tersebut maka diharapkan siswa dapat memahami materi pembelajaran dengan baik. Pada akhirnya prestasi belajar siswa dapat diraih dengan optimal.

Namun kenyataan yang terjadi dalam proses pembelajaran, masih banyak guru yang belum menyadari pentingnya penerapan model pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Hal tersebut menjadikan guru lebih sering menggunakan model pembelajaran ceramah yang monoton dan tanya jawab. Penerapan model pembelajaran ceramah dan tanya jawab dalam proses pembelajaran menjadikan siswa pasif dalam pembelajaran. Siswa lebih banyak mendengarkan dan mencatat materi yang disampaikan guru. Hal tersebut menjadikan siswa mudah lupa dan kesulitan dalam memahami materi pembelajaran. Hal senada juga terjadi dalam pembelajaran fisika materi sifat elastisitas bahan bagi siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Tawangsari yang menjadikan prestasi belajar siswa rendah.

Rendahnya prestasi belajar fisika materi sifat elastisitas bahan bagi kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Tawangsari salah satunya adalah model pembelajaran yang digunakan oleh guru masih ceramah saja. Proses pembelajaran masih berpusat pada guru. Siswa hanya sebagai subjek pembelajaran yang pasif. Sehingga kesulitan dalam memahami materi pembelajaran. Oleh karena itu perlu dilakukan inovasi pembelajaran yakni dengan menerapkan model pembelajaran yang inovatif dan kreatif sehingga ampu mengajak dan mendorong siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang tepat diterapkan dalam pembelajaran fisika materi sifat elastisitas bahan adalah model pembelajaran Contextual Teaching and Learning. Model contextual teaching and learning merupakan model pembelajaran dimana guru harus dapat mengkolaborasikan berbagai keterampilannya untuk dapat memotivasi dan memberikan inovasi belajar sehingga pembelajaran yang dilakukan dapat berjalan secara aktif, kreatif, epektif, dan menyenangkan, konsep contextual teaching and learning dalam belajar belajar dapat membantu guru dalam mengkaitkan antara materi yang dipelajarinya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga prestasi belajar dapat ditingkatkan sesuai dengan harapan bersama.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dibuat rumusan masalah yaitu: 1) Bagaimanakah kualitas proses pembelajaran fisika materi sifat elastisitas bahan melalui model pembelajaran contextual teaching and learning bagi siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Tawangsari pada semester 1 tahun pelajaran 2019/2020 ?, 2) Apakah penggunaan model pembelajaran contextual teaching and learning dapat meningkatkan prestasi belajar fisika materi sifat elastisitas bahan bagi siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Tawangsari pada semester 1 tahun pelajaran 2019/2020 ?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah: Meningkatkan kualitas pembelajaran dan prestasi belajar fisika materi sifat elastisitas bahan bagi siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Tawangsari pada semester 1 tahun pelajaran 2019/2020 melalui penggunaan model pembelajaran contextual teaching and learning.

KAJIAN PUSTAKA

Pembelajaran Fisika di SMA

Berdasarkan Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 bahwa pada tingkat SMA/MA, Pelajaran Fisika dipandang penting untuk diajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri dengan beberapa pertimbangan. Pertama, selain memberikan bekal ilmu kepada siswa, mata pelajaran Fisika dimaksudkan sebagai wahana untuk menumbuhkan kemampuan berpikir yang berguna untuk memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, mata pelajaran Fisika perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus yaitu membekali siswa pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi. Mata pelajaran fisika dipandang penting untuk diajarkan sebagai mata pelajaran karena Fisika sebagai wahana untuk menumbuhkan kemampuan berfikir yang berguna untuk memecahkan masalah dalam kehidupan seharihari dan membekali siswa pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang merupakan syarat untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Selain itu, fisika adalah pengetahuan fisis, maka untuk mempelajari fisika dan membentuk pengetahuan tentang fisika, diperlukan kontak langsung dengan hal yang ingin diketahui, karena fisika merupakan ilmu yang lebih banyak memerlukan pemahaman daripada hafalan (Suparno,2007: 12). Menurut Wospakrik dalam (Rustam Mudilarto, 2010: 35) fisika adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang pada dasarnya bertujuan untuk mempelajari dan memberi pemahaman baik secara kualitatif maupun kuantitatif tentang berbagai gejala atau proses alam dan sifat zat serta penerapannya.

Berdasarkan uraian di atas, proses pembelajaran fisika menekan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pembelajaran sains diarahkan untuk inkuiri sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pengalaman dan pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Pembelajaran sains menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai aspek penting.

 

Prestasi Belajar

Depdikbud (2006:895) Prestasi belajar adalah penugasan pengetahuan atau kerterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan tes atau angka nilai yang diberikan guru. Slameto (2003: 10) menyatakan bahwa prestasi belajar merupakan suatu perubahan yang dicapai seseorang setelah mengikuti proses belajar. Perubahan ini meliputi perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan dan pengetahuan. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian dari prestasi belajar ialah hasil usaha, bekerja atau belajar yang menunjukkan ukuran kecakapan yang dicapai dalam bentuk nilai. Prestasi adalah kemampuan-kemampuan yang di-miliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Nana Sudjana, 2004:22). Horwart Kingsteley dalam bukunya Nana Sudjana membagi tiga macam prestasi belajar mengajar: (1) Ketrampilan dan kebiasaan, (2) Pengetahuan dan dan pengarahan. (3) Sikap dan Cita-cita (Nana Sudjana, 2004:22). Prestasi belajar menurut Hamalik (2012: 45) adalah prestasi belajar yang berupa adanya perubahan sikap dan tingkah laku setelah menerima pelajaran atau setelah mempelajari sesuatu. Ada banyak pengertian tentang prestasi belajar.

Dari pendapat para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan kampuan-kemampuan yang diperoleh dengan proses belajar, dimana kempuan tersebut dapat diukur melalui berbagai tes yang dilakukan.Berdasarkan pendapat para ahli tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi belajar merupakan kemampuan yang didapatkan seseorang melalui proses belajar. Prestasi belajar tersebut dapat berupa keterampilan maupun purubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Sedangkan untuk mengukur prestasi belajar dilakukan serangkaian tes.

Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning

Proses pembelajaran Contextual Teaching and Learning atau sering disebut pembelajaran kontekstual merupakan pemrosesan informasi, idnividualisasi, dan interkasi sosial. Pemrosesan informasi menyatakan bahwa siswa mengolah informasi, memonitornya, dan menyusun strategi berkaitan dengan informasi tersebut. Inti pemrosesan informasi adalah proses memori dan berpikir. Menurut Zahorik dalam Suyanto (2013: 167), pembelajaran kontekstual merupakan rancangan pembelajaran yang dibangun atas dasar bahwa knowledge is constructed by human. Pembelajaran kontekstual adalah proses pembelajaran yang bertolak dari proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada, dalam arti bahwa apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari, sehingga pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain. Pembelajaran kontekstual menurut Komalasari (2013:6) merupakan konsep belajar dan mengajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara dan pekerja. Syaiful Sagala (2009: 92) menguraikan langkah-langkah penerapan pembelajaran kontekstual sebagai berikut: 1) mengembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya; 2) melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua pokok bahasan; 3) mengembangkan sikap ingin tahu siswa dengan bertanya; 4) menciptakan masyarakat belajar; 5) menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran; 6) melakukan refleksi di akhir pertemuan; dan 7) melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat dipahami bahwa pembelajaran kontekstual mengutamakan pada pengetahuan dan pengalaman atau dunia nyata, berpikir tingkat tinggi, berpusat pada siswa, siswa aktif, kritis, kreatif, memecahkan masalah, siswa belajar menyenangkan, mengasyikkan, tidak membosankan, dan menggunakan berbagai sumber belajar.

Hipotesis Tindakan

Sebagai jawaban sementara atas hasil tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat diajukan suatu hipotesa sebagai berikut: Penggunaan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan prestasi belajar fisika materi sifat elastisitas bahan bagi siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Tawangsari pada semester 1 tahun pelajaran 2019/2020.

MODEL PENELITIAN

Setting dan subjek

Penelitian dilaksanakan pada semester 1 tahun pelajaran 2019/2020. Waktu penelitian dilaksanakan selama 6 (enam) bulan, yaitu dari bulan Juli 2019 hingga bulan Desember 2019. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Tawangsari pada semester 1 tahun pelajaran 2019/2020 yang terdiri atas 35 orang siswa.

Teknik dan Alat Pengumulan Data

Untuk memecahkan masalah dalam penelitian diperlukan data yang relevan dengan permasalahannya, sedangkan untuk mendapatkan data tersebut perlu digunakan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Dokumen; 2) Observasi; 3) Tes.

Validasi Data

Validasi data digunakan untuk menuji keabsahan data yang telah diperoleh selama penelitian dilakukan. Teknik yang digunakan dalam pemeriksaan validitas data dalam penelitian ini adalah teknik triangulasi. Teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian adalah triangulasi data dan triangulasi model.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kuantitatif. Analisis data kuantitatif digunakan untuk menguji data peningkatan prestasi belajar siswa. Teknik analisis data kuantitatif dilakukan dengan dua teknik yakni analisis ketuntasan belajar siswa secara klasikal dan rata-rata prestasi belajar siswa.

 

 

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kondisi awal

Proses pembelajaran yang bermakna bagi siswa akan memudahkan siswa dalam memahami materi pembelajaran dengan baik. Oleh karena itu seorang guru harus mampu menghadirkan proses pembelajaran yang kreatif dan inovatif sehingga dapat bermakna bagi siswa. Salah satu unsur penunjang dalam menciptakan pembelajaran yang bermakna bagi siswa adalah dengan memilih matode pembelajaran yang tepat sehingga siswa dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Namun kenyataan yang terjadi dalam pembelajaran fisika materi sifat elastisitas bahan pada kondisi awal di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Tawangsari pada semester 1 tahun pelajaran 2018/2019 masih menerapkan model konvensional. Penerapan model konvensional dalam pembelajaran memberikan dampak kepada siswa menjadi kesulitan dalam memahami materi pembelajaran dengan baik. Hal tersebut dikarenakan pembelajaran hanya berpusat pada guru dengan menggunakan model ceramah dan terkadang sedikit diberikan perpaduan model tanya jawab tanpa adanya alat perantara atau media yang digunakan dalam penyampaiannya. Proses pembelajaran tersebut menjadikan kurang berkualitas sehingga berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan menunjukkan bahwa kualitas pembelajaran yang dilakukan masih memperoleh kriteria “Cukup”.

Proses pembelajaran yang belum memperoleh kriteria baik tersebut, menjadikan siswa kesulitan dalam memahami materi pembelajaran sehingga prestasi belajar yang diraih siswa juga kurang optimal. Hal ini ditunjukkan dengan besarnya nilai rata-rata belajar sebesar 64,86 dan tingkat ketuntasan belajar sebesar 34%. Pencapaian prestasi belajar siswa pada kondisi awal dapat disajikan dalam table dibawah ini:

Prestasi Belajar Siswa pada Kondisi Awal

No. Ketuntasan Jumlah Persentase
1. Tuntas 12 34%
2. Tidak Tuntas 23 66%
Jumlah 35 100%
Nilai Rata-rata 64,86
Nilai Tertinggi 80
Nilai Rata-rata 50

 

Berdasarkan hasil pencapaian prestasi belajar siswa pada kondisi awal tersebut maka perlu dilakukan perbaikan pembelajaran. Untuk mendapatkan prestasi belajar yang lebih baik, maka setiap guru harus dapat menguasai berbagai konsep dan model dalam pembelajaran di sekolah. Salah satu model yang paling populer pada saat ini adalah dengan adanya implementasi pendekatan model contextual teaching and learning.

Siklus I

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan maka dapat diketahui bahwa proses pembelajaran berjalan baik dengan menerapkan model contextual teaching and learning. Siswa belajar dalam kelompok masing masing dengan mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari. Siswa berdiskusi dalam memahami materi kenampakan lingkungan dalam stiap kelompok dengan mengaitkan kehidupan sehari-hari siswa. Guru memfasilitasi siswa dalam setiap diskusi yang dilakukan dalam kelompok sehingga setiap siswa dapat terlibat aktif dalam diskusi. Hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan. Berdasarkan hasil pengamatan kualitas proses pembelajaran menunjukkan kriteria “Baik”.

Peningkatan kualitas pembelajaran mendorong siswa lebih mudah dalam memahami materi pembelajaran dengan baik sehingga setelah tes akhir dapat diketahui terjadi peningkatan prestasi belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata prestasi belajar dan tingkat ketuntasan belajar siswa. Nilai rata-rata prestasi belajar siswa mengalami peningkatan, yaitu dari 64,86 pada kondisi awal menjadi 71,29. Tingkat ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari 34% pada kondisi awal menjadi 71% pada tindakan Siklus I. Pencapaian prestasi belajar siswa siklus I dapat disajikan dalam table dibawah ini:

Prestasi Belajar Siswa pada Siklus I

No. Ketuntasan Jumlah Persentase
1. Tuntas 25 71%
2. Tidak Tuntas 10 29%
Jumlah 35 100%
Nilai Rata-rata 71,29
Nilai Tertinggi 85
Nilai Rata-rata 60

 

Berdasarkan hasil refleksi yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaaan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning telah mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Namun peningkatan yang diperoleh belum sepenuhnya sesuai dengan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu diperlukan perbaikan pada tindakan pembelajaran Siklus 2. Dalam pembelajaran selanjutnya perlu pembagian kelompok yang lebih kecil agar diskusi lebih evektif dan setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama dalam menyampaikan pendapat atau bertanya mengenai materi pembelajaran yang belum dipahami.

Siklus 2

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada perbaikan pembelajaran siklus 2 maka dapat diketahui bahwa guru lebih terampil dalam menerapkan metode Contextual Teaching and Learning. Pengelompokan siswa kedalam kelompok-kelompok kecil ternyata menjadikan proses pembeajaran lebih efektif. Pengelolaan kelas yang dilakukan menjadi lebih mudah sehingga suasana kelas menjadi kondusif. Siswa dapat menyampaikan pendapat dan berdiskusi mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari menjadi lebih efektif. Setiap anggota mempunyai kesempatan yang sama dan merata dalam berdiskusi. Proses pembelajaran tersebut menunjukkan adanya peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan. Hal terseut terlihat dari pencapaian kritria kualitas pembelajaran meningkat menjadi ”Sangat Baik”

Peningkatan kualitas pembelajaran pada siklus 2 menjadikan setiap siswa dapat memahami materi pembelajaran dengan baik. Terbukti setelah dilakukan tes pada akhir siklus 2, prestasi belajar siswa dapat meningkat lebih optimal. Nilai rata-rata prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari 64,86 pada tindakan kondisi awal, meningkat menjadi 78,00 pada tindakan Siklus 2 meningkat sebesar 13,14. Adapun ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari 34% pada tindakan kondisi awal, meningkat menjadi 94% pada tindakan Siklus 2, terjadi peningkatan sebesar 60%.

Pencapaian prestasi belajar siswa siklus 2 dapat disajikan dalam tabel dibawah ini:

Prestasi Belajar Siswa pada Siklus 2

No. Ketuntasan Jumlah Persentase
1. Tuntas 33 94%
2. Tidak Tuntas 2 6%
Jumlah 12 100%
Nilai Rata-rata 78,00
Nilai Tertinggi 90
Nilai Rata-rata 65

 

Data perkembangan nilai rata-rata dan ketuntasan belajar siswa dari kondisi awal hingga akhir tindakan pembelajaran Siklus 2 dapat disajikan ke dalam tabel berikut.

Tabel Daftar Nilai Siswa Kondisi Awal Hingga Tindakan Pembelajaran Siklus 2

No. Ketuntasan Awal Siklus I Siklus II
Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase
1. Tuntas 12 34 25 71 33 94
2. Belum Tuntas 23 66 10 29 2 6
Jumlah 35 100 35 100 35 100
Nilai Rata-rata 64,86 71,28 78,00
Nilai Tertinggi 80 85 90
Nilai Terendah 50 60 65

 

Dari tabel diatas, Tindakan perbaikan yang dilakukan guru tersebut cukup efektif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai-rata-rata prestasi belajar dan tingkat ketuntasan belajar siswa pada tindakan Siklus 2. Nilai rata-rata prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari 64,86 pada tindakan kondisi awal, meningkat menjadi 78,00 pada tindakan Siklus 2 meningkat sebesar 13,14 Adapun ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari 34% pada tindakan Siklus awal, meningkat menjadi 94% pada Siklus 2, terjadi peningkatan sebesar 60% dari kondisi awal sampai siklus 2.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Tawangsari pada semester 1 tahun pelajaran 2019/2020 dalam pembelajaran belajar fisika materi sifat elastisitas bahan dengan menerapakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning, selanjutnya dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

  1. Penggunaan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran fisika materi sifat elastisitas bahan bagi siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Tawangsari pada semester 1 tahun pelajaran 2019/2020. Hal tersebut dibuktikan dengan meningkatnya kriteria kualitas pembelajaran siswa pada kondisi awal “Cukup” meningkat menjadi “Sangat Baik” pada akhir siklus 2.
  2. Penggunaan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan prestasi belajar fisika materi sifat elastisitas bahan bagi siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Tawangsari pada semester 1 tahun pelajaran 2019/2020. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai-rata-rata prestasi belajar dan tingkat ketuntasan belajar siswa pada tindakan Siklus 2. Nilai rata-rata prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari 64,86 pada tindakan kondisi awal, meningkat menjadi 78,00 pada tindakan Siklus 2 meningkat sebesar 13,14. Adapun ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari 34% pada tindakan Siklus awal, meningkat menjadi 94% pada tindakan Siklus II terjadi peningkatan sebesar 60% dari kondisi awal sampai siklus

Saran

Saran yang dapat peneliti sampaikan setelah melaksanakan perbaikan pembelajaran sebagai berikut:

  1. Siswa disarankan untuk lebih terlibat aktif dan berani menyampaikan pendapat dalam sebuah diskusi agar dapat memahami materi pembelajaran dengan baik dan pada akhirnya presatsi belajar siswa akan meningkat dengan optimal.
  2. Guru disarankan untuk lebih meningkatkan kemampuan profesionalnya dalam melakukan pengelolaan kelas dengan menerapkan berbagai metode pembelajaran yang kreatif dan inovatif sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan optimal.
  3. Sekolah disarankan untuk senantiasa mendorong dan menfasilitasi para pendidik untuk melakukan diklat dalam menerapakan pembelajaran yang kreatif dan inovatif dengan menggunakan berbagai metode pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Penelitian Tindakan untuk Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas. Yogyakarta: Aditya Media.

Depdikbud. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: depdikbud

Hamalik. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Jayaraya

Komalasari. 2013. Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi Bandung: Refika Aditama cet.3,

Mudilarto, Rustam. 2010. Penelitian Tindakan Kelas, Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Jakarta: Depdiknas.

Permendiknas Nomor 22 tahun 2006

Permendikbud No. 65 tahun 2013

Sagala, Syaiful. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. (Cet. VII). Bandung: Alfabeta.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Sudjana, Nana. 2004. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya

Suparno. 2007. Filsafat Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta

Suyanto. 2013. Menjadi Guru Profesional. Esensi: Jakarta.