Penerapan Model Explicit Intruction Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa
PENERAPAN MODEL EXPLICIT INTRUCTION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENGUBAH LAGU MODEREN
SECARA UNISONO PADA SISWA KELAS IX-B SMP NEGERI 3
LAGUBOTI T.P.2018/2019
Rodelina BR Purba
SMP Negeri 3 Laguboti
ABSTRAK
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK), Penelitian ini dilaksanakan di Kelas SMP Negeri 3 Laguboti Kabupaten Toba Samosir T.P.2018/2019 dan pelaksanaannya pada semester ganjil dengan tenggang waktu penelitian dilakukan selama 3 bulan yakni dari bulan September hingga November 2018. Subjek penelitian tindakan Kelas ini adalah siswa Kelas IX-b SMP Negeri 3 Laguboti Laguboti dengan sampel berjumlah 27 orang terdiri dari 17 perempuan dan 10 laki-laki penelitian kelas ini diambil berdasarkan hasil observasi terhadap kelas yang akan diteliti dengan dasar penarikan sampel dengan petimbangan refresentatif sampling. Setelah dilakukan penerapan Model Explicit Intruction (Pengajaran Langsung) pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar siswa meningkat 9,07% dari nilai awal menjadi 57,22% dengan jumlah siswa yang tuntas 14 orang (51,85%) dan yang belum tuntas 13 orang (48,15%). Pada siklus II siswa yang tuntas 25 orang (92,59%) sedangkan yang belum tuntas 2 orang (7,41%) dengan nilai rata-rata 82,04. Jadi selisih peningkatan nilai rata-rata siswa pada siklus I dan siklus II sebesar 24,82%.Hal ini berarti pembelajaran dengan menerapkan Model Explicit Intruction (Pengajaran Langsung) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan Mengubah Lagu Moderen Secara Unisono.Berdasarkan hasil refleksi siklus I dan siklus II yang telah dilakukan oleh peneliti, maka terjadi perubahan peningkatan hasil belajar Siswa kelas IX-b SMP Negeri 3 Laguboti Kabupaten Toba Samosir T.P.2018/2019
Kata Kunci: Model Explicit Intruction, Mengubah Lagu Moderen
PENDAHULUAN
Profesionalisme guru dengan kemampuan dalam memanfaatkan berbagai metode dan model pembelajaran yang relevan dengan materi ajar yang sedang dibahas, sangat diperlukan sehingga mampu meninggalkan metode mengajar konvensional yaitu ceramah, dimana siswa kurang berperan aktif dalam proses pembelajaran. Strategi mempunyai pengertian sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan peserta didik dalam mewujudkan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Setiap materi pembelajaran memerlukan strategi sesuai dengan karakteristiknya. Strategi pembelajaran kontekstual, pembelajaran pemecahan masalah, Pembelajaran penemuan dapat digunakan dalam pembelajaran seni Budaya. Bahan kajian musik dapat menggunakan lagu model, yaitu lagu yang digunakan untuk memperkenalkan konsep music menjadi lebih konkret.
Perubahan cara pandang dan paradigma guru tentang pembelajaran harus sedini mungkin harus dilakukan, setiap guru harus dapat meguasai berbagai metode dan model pembelajaran diantaranya penerapan Model Explicit Intruction (Pengajaran Langsung) model ini siswa sebagai objek pengajaran dituntut lebih aktif dan kreatif sehingga hasil pembelajaran meningkat secara signifikan.
Keterampilan pembelajaran kooperatif yang harus dikuasai guru dalam proses belajar mengajar adalah kemampuan untuk memecahkan permasalahan baik secara lisan dengan memberikan secara tertulis dengan menuliskan beberapa jawaban yang benar. Hal ini sesuai fungsi pembelajaran kooperatif yaitu agar siswa memperoleh pengetahuan yang luas serta dapat meningkatkan daya kognitifnya secara kritis. Dengan ini maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang penerapan model pembelajaran di dalam kelas
KAJIAN PUSTAKA
Pembelajaran adalah proses, cara menjadikan orang atau makluk hidup belajar. Sependapat dengan pernyataan tersebut Soetomo (1993:68) mengemukakan bahwa “Pembelajaran adalah proses pengelolaan lingkungan seseorang yang dengan sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu pulaâ€.
Dengan pemahaman yang benar tentang konsep pembelajaran kooperatif, maka siswa diharapkan mampu memecahkan berbagai masalah dikehidupan sehari-hari. Rendahnya hasil belajar siswa dipengaruhi oleh metode pengajaran interaksi antar guru dengan siswa.
Dengan menggunakan penerapan Model Explicit Intruction (Pengajaran Langsung) merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa melakukan percobaan sendiri, menyelidiki sendiri maka hasil belajar siswa meningkatkan dan hasil belajar yang diperoleh akan bertahan lama dalam ingatan dan tidak mudah dilupakan anak.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK), Penelitian ini dilaksanakan di Kelas SMP Negeri 3 Laguboti Kabupaten Toba Samosir T.P.2018/2019 dan pelaksanaannya pada semester ganjil dengan tenggang waktu penelitian dilakukan selama 3 bulan yakni dari bulan September hingga November 2018.
Prosedur dalam penelitian ini direncanakan dua siklus. Adapun tahapannya sbb:
Siklus I
a. Tahap Perencanaan, Kegiatan yang dilakukan adalah:
1) Merencanakan tindakan yaitu penyusunan skenario pembelajaran.
2) Mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran
3) Mempersiapkan materi ajar dengan menggunakan Model Explicit Intruction (Pengajaran Langsung)
4) Merancang pembagian kelompok dibagi menjadi 5 kelompok dari 25 siswa
5) Menyusun alat evaluasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam setiap siklus dengan diterapkannya Model Explicit Intruction (Pengajaran Langsung).
6) Tahap Pelaksanaan Tindakan
7) Setelah perencanaan disusun, kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan rencana pembelajaran yang telah dilaksanakan. Adapun langkah-langkah pembelajarannya yaitu:
§ Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok
§ Guru memberikan LKS kepada masing-masing siswa
§ Guru meminta siswa melakukan pengamatan menganalisis mengkaji untuk menjawab soal yang ada di lembar kerja siswa (LKS).
§ Guru menjelaskan secara singkat tentang materi pembelajaran
§ Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan hambatan kesulitan yang dialami selama proses pembelajaran
§ Guru memberikan kesimpulan bersama dengan siswa
b. Tahap Refleksi
Kegiatan refleksi dilakukan untuk melihat perkembangan pelaksanaan membuat kesimpulan serta melihat kesesuaian yang dicapai dengan yang diinginkan dalam pembelajaran yang pada akhirnya ditemukan kelemahan maupun kekurangan dalam pembelajaran siswa, untuk kemudian diperbaiki pada siklus II.
Setelah siklus I dilakukan belum mendapat hasil yang maksimal, maka dalam hal ini dilakukan Siklus II dengan tahapan yang sama sebagai berikut:
Siklus II
a. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan siklus II merupakan tahap refleksi dari siklus I. Pada tahap ini guru dapat mengetahui seberapa banyak siswa yang kurang berhasil dalam belajar dan mempokuskan kesulitan yang dialami siswa pada siklus I.
Dari hasil evaluasi dan analisis yang dilakukan pada tindakan pertama dengan menemukan alternative permasalahan yang muncul pada siklus I yang selanjutnya diperbaiki pada siklus II dengan kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan yaitu:
1. Mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran baru sesuai dengan permasalahan yang muncul pada siklus I dengan twrhadap materi pelajaran, setelah dilakukan diagnose tentang kemampuan siswa.
2. Sebelum masuk materi baru terlebih dahulu membahas soal mengenai tes pada siklus I sehingga siswa dapat menyelesaikan soal
3. Guru memberi pengarahan kepada siswa untuk lebih teliti dan semangat lagi untuk mengatasi kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap tindakan ini berusaha mungkin memberikan pengarahan dan bimbingannya kepada siswa. Tahap ini mempokuskan kepada pengembangan daya nalar siswa untuk menemukan sendiri hal penting dari pmateri pembelajaran. Hasil yang diharapkan yaitu agar seluruh materi yang diajarkan kepada siswa dapat memahami dan benar-benar dapat meningkatkan hasil belajarnya.
Berikut Pelaksanaan siklus II:
1. Membahas materi yang dianggap sulit oleh siswa sehingga siswa kurang memahami konsep materi tersebut semakin mengerti.
2. Menjelaskan tahap-tahap penggunaan penerapan Model Explicit Intruction (Pengajaran Langsung) pada materi pelajaran sehingga siswa yang kurang memahami materi diatas dengan memberikan kesempatan bertanya kepada tentang hal yang masih belum diketahui siswa
3. Memberikan contoh penerapan Model Explicit Intruction (Pengajaran Langsung) sesuai dengan tahap-tahap prosedur penggunaannya
4. Peneliti mengarahkan siswa yang tidak termotivasi untuk mempraktekkan hasil pembelajarannya serta memberikan kesempatan untuk bertanya
5. Memotivasi siswa agar selalu aktif dalam memperhatikan materi pembelajaran
6. Memberikan pengarahan kepada siswa yang masih kurang memahami pembelajaran dan memantau aktivitas siswa selama melakukan diskusi
c. Tahap Refleksi
Hasil dari tes yang diberikan, digunakan sebagai dasar pengembangan kesimpulan. Apakah kegiatan yang dilakukan telah berhasil. Jika pada siklus II ini masih banyak siswa yang mengalami kesulitan belajar dan kesalahan menyelesaikan soal, maka akan direncanakan siklus selanjutnya. Namun jika memenuhi indikator keberhasilan belajar, maka tidak perlu dilanjutkan kesiklus berikutnya.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dari tes awal yang dilakukan diperoleh tingkat ketuntasan yang dapat dilihat pada Tabel 1:
Hasil Perolehan Nilai Pada Saat Tes Awal |
|||
URAIAN |
Nilai |
Keterangan |
|
Belum Tuntas |
Tuntas |
||
Jumlah |
1300 |
19 |
8 |
Rata-rata |
48.15 |
||
Tuntas (persen) |
|
29.63% |
|
Belum Tuntas (pesen) |
|
70.37% |
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa 48,15 dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 8 orang (29,63%) dan belum tuntas sebanyak 19 orang (70,37%).
Pada siklus I, peneliti memberikan tes hasil belajar sebagai bahan evaluasi terhadap hasil belajar siswa.
Hasil Perolehan Nilai Pada Saat Siklus I |
|||
Uraian |
Nilai |
Keterangan |
|
Belum Tuntas |
Tuntas |
||
Jumlah |
1545 |
13 |
14 |
Rata-rata |
57.22 |
|
|
Tuntas (persen) |
|
|
51.85% |
Belum Tuntas (pesen) |
|
48.15% |
|
Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa meningkat 9,07% dari nilai awal menjadi 57,22% pada siklus I, dengan jumlah siswa yang tuntas 14 orang (51,85%) dan yang belum tuntas 13 orang (48,15%)
Hasil Perolehan Nilai Pada Saat Siklus II |
|||
URAIAN
|
NILAI |
KETERANGAN |
|
Belum Tuntas |
Tuntas |
||
Jumlah |
2215 |
2 |
25 |
Rata-rata |
82.04 |
|
|
Tuntas (persen) |
|
|
92.59% |
Belum Tuntas (pesen) |
|
7.41% |
|
Dari tabel 7 di atas diketahui bahwa siswa yang tuntas 25 orang (92,59%) sedangkan yang belum tuntas 2 orang (7,41%) dengan nilai rata-rata 82,04. Jadi selisih peningkatan nilai rata-rata siswa pada siklus I dan siklus II sebesar 24,82%.
Setelah dilakukan penerapan Model Explicit Intruction (Pengajaran Langsung) pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar siswa meningkat 9,07% dari nilai awal menjadi 57,22% dengan jumlah siswa yang tuntas 14 orang (51,85%) dan yang belum tuntas 13 orang (48,15%). Pada siklus II siswa yang tuntas 25 orang (92,59%) sedangkan yang belum tuntas 2 orang (7,41%) dengan nilai rata-rata 82,04. Jadi selisih peningkatan nilai rata-rata siswa pada siklus I dan siklus II sebesar 24,82%. Hal ini berarti pembelajaran dengan menggunakan Model Explicit Intruction dapat meningkatkan hasil belajar siswa SMP Negeri 3 Laguboti Kabupaten Toba Samosir T.P 2018/2019.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Sebelum dilakukan tindakan, nilai rata-rata hasil belajar siswa 48,15 dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 8 orang (29,63%) dan belum tuntas sebanyak 19 orang (70,37%).
2. Setelah dilakukan penerapan Model Explicit Intruction (Pengajaran Langsung) pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar siswa meningkat 9,07% dari nilai awal menjadi 57,22% dengan jumlah siswa yang tuntas 14 orang (51,85%) dan yang belum tuntas 13 orang (48,15%).
3. Pada siklus II siswa yang tuntas 25 orang (92,59%) sedangkan yang belum tuntas 2 orang (7,41%) dengan nilai rata-rata 82,04. Jadi selisih peningkatan nilai rata-rata siswa pada siklus I dan siklus II sebesar 24,82%.
SARAN
1. Kepala sekolah hendaknya menghimbau dan memberikan kesempatan kepada guru untuk terus mengikuti perkembangan media dan metode pembelajaran sehingga proses belajar mengajar yang baik dapat dilaksanakan
2. Hendaknya guru dapat menggunakan media dan metode pembelajaran yang bervariasi sehingga Pembelajaran menyenangkan dapat terwujud.
Daftar Pustaka
Gunawan, Ary H., 1986, Kebijakan-kebijakan Pendidikan di Indonesia, Jakarta: Bina Aksara.
Hort. 2005. Model Belajar dan Kesulitan – Kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito
Khadijah, Nyayu, (2009).Psikologi Pendidikan, Palembang, Grafika Telindo Press, Sumatera Selatan.
Miarso, Yusufhadi, 1994, Posisi dan Fungsi Profesi Teknologi Pendidikan. Makalah Seminar IKIP Jakarta.
Nana, Sudjana. 1991. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Purba. 2002. Belajar Dan Pembelajaran. Medan: Iniversitas Nergri Medan
Roestiyah, NK. 1989. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara
Semiawan, Conny. Dkk. 1984. Memupuk Bakat Kreativitas Siswa Sekolah Menengah. Jakarta: Gramedia
Slameto. 1995. Belajar Dan Fakror-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta