PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DEMONSTRASI

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA KELAS VI

SD NEGEERI 02 PASEBAN KECAMATAN JUMAPOLO KARANGANYAR SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2017/2018

 

Suparjo

Sekolah Dasar Negeri 02 Paseban Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar

 

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA melalui penerapan model pembelajaran demonstrasi kelas VI Sekolah Dasar Negeri 02 Paseban Kecamtan Jumapolo Kabupaten Karanganyar Semester I Tahun Pelajaran 2017/2018. Jenis penelitian Tindakan Kelas. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri 02 Paseban Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar Semester I Tahun Pelajaran I Tahun Pelajaran 2016/2017. Penelitian kelas ini dilakukan selama 3 bulan dengan menggunakan 3 siklus. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes dan dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data adalah teknik deskriptif kualitatif dari setiap siklus. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa hasil belajar IPA yang diperoleh pada siklus I dengan rata- rata 73,6 pada siklus II adalah 80,4 dan pada siklus III adalah 83,3. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa memlui model pembelajaran demonstrasi hasil belajar IPA kelas VI Sekolah Dasar Negeri 02 Paseban Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar Semester I Tahun 2017/2018 meningkat.

Kata Kunci : Model pembelajaran demonstrasi , Hasil belajar IPA

 

PENDAHULUAN

Proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan keseluruhan dengan guru sebagai pemeran utama. Proses pembelajaran banyak berakar pada barbagai pandangan dan konsep. Perwujudan pembelajaran dapat terjadi dalam bebagai model. Joyce dan Weil mengemukakan 22 modal mengajar yang dikelompokan ke dalam 4 hal, yaitu: proses informasi, perkembangan pribadi, interaksi sosial, dan modifikasi tingkah laku.

Guru memilki peran yang sangat penting dalam menentukan kualitas dan kuantitas pengajaran yang dilaksanakan. Oleh sebab itu, guru harus membuat perencanaan secara seksama dalam miningkatan kesempatan belajar bagi siswa dan memberbaiki kualitas mengajarnya.

Untuk menciptakan kegiatan belajar mengajar yang baik, guru dan siswa harus bersama-sama aktif, sihingga proses pembelajaran tidak menjenuhkan. Keaktifan siswa meliputi siswa tertarik pada pelajaran yang diajarkan dan bertanya. Dalam hal keaktifan guru, maka guru harus dapat membangkitkan minat dan mendorong semangat siswa untuk bertanya dan mencoba melakukan sesuatu yang ada hubungannya dengan pelajaran yang dihadapi serta suasana kelas terasa lebih hidup karena terjadi komunikasi anatar guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Namun kenyataanya masih banyak siswa yang pasif dalam mengikuti proses pembelajaran, jarang sekali siswa mau bertanya ataupun menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Rendahnya peran serta siswa dalam proses pembelajaran ini mengakibatka rendah pula hasil pembelajaran. Untuk itu peran guru dalam membangkitkan motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran yang nantinya juga akan meningkatkan hasil belajar siswa sangat diperlukan dalam hal ini profesionalime guru sangat diperlukan agar bisa membangkitkan motivasi siswa agar dapat aktif dalam mengikuti proses pembelajaran, salah satunya dengan menggunakan metode diskusi dan menggunkan lembar kerja siswa dalam proses pembelajaran IPA.

Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantoro ”Ing ngarso sung tulodho, Ing madya mangun karso, Tut wuri handayani” yang menjelaskan bahwa proses balajar anak-anak itu melalui inisiatif maka dalam pembelajarannya guru harus dapat menggugah motivasi belajar, mengemukakan tujuan-tujuan pembelajaran, mengarahkan hasrat ingin tau, ingin membuktikan atau mengemukakan, dan ingin mempelajarinya.

Dengan demikian harus ada persamaan antara guru dan orang tua untuk memberi suatu penguatan (reinforcement) yang bersifat psikologis bukan kepada materi dan kebudayaan. (Crain, 1980 : 9 ). Sehingga harapan orang tua, guru, dan masyarakat khususnya serta bangsa dan Negara pada umumnya akan terwujud suatu generasi mendatang yang handal.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh teman sejawat di kelas VI SD N 02 Paseban menemukan rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajarn IPA. Selama proses pembelajaran berlangsung tidak ada siswa yang mengajukan pertanyaan, bahkan ada siswa yang kurang menangggapi materi yang disampaikan, karena metode yang digunakan guru tidak menarik perhatian siswa. Guru masih menggunakan metode konvensional dalam proses belajar mengajar sehingga siswa kurang aktif dalam pelajaran dan siswa lebih cenderung mendengarkan.

Dari masalah tersebut, perlu dicari strategi baru dalam pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif. Dengan menciptakan suatu kondisi di mana siswa dapat berperan berpartisipasi dalam pembelajaran, sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator. Pembelajaran harus dibuat dalam suatu kondisi yang menyenangkan sehingga siswa akan terus termotivasi dari awal pelajaran sampai dengan akhir pelajaran. Dalam hal ini pembelajaran perlu adanya model pembelajaran. Guru harus bisa menggunakan model pembelajaran agar proses belajar mengajar tercapai. Salah satu alternatif yang dapat digunakan oleh guru untuk mengatasi masalah tersebut peneliti mengambil judul Penerapan Model Pembelajaran Demonstrasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Kelas VI SD Negeri 02 Paseban Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar Semester I Tahun 2017/2018

KAJIAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA

Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan. Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai pola yang digunakan untuk penyususnan kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk kepada guru di kelas. Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas.

Menurut Arends dalam Suprijono (2009:46) model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sebagai sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berfikir, dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

Model Pembelajaran Demonstrasi

Model pembelajaran demonstrasi menurut Syah (2000: 208) adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan dan urutan melakukan kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan.

Model pembelajaran demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata atau tiruannya (Syaiful, 2008:210).

Sementara menurut Djamarah, (2000:2) bahwa model pembelajaran demonstrasi adalah model yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran.

Menurut pendapat dari beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran demonstrasi adalah untuk memperagakan atau mempertunjukkan suatu keterampilan yang akan dipelajari siswa, tujuan metode demonstrasi adalah untuk memperlihatkan terhadap anak didik bagaimana sesuatu harus terjadi dengan cara yang paling baik. 

Langkah – langkah model pembelajaran demonstrasi

Untuk melaksanakan metode demonstrasi yang baik atau efektif, ada beberapa langkah yang harus dipahami dan digunakan oleh guru, yang terdiri dari perencanaan, uji coba dan pelaksanaan oleh guru lalu diikuti oleh murid dan diakhiri dengan adanya evaluasi (Hasibuan dan Mujiono, 1993: 31). 

Adapun langkah tersebut adalah sebagai berikut:

a.     Merumuskan dengan jelas kecakapan dan atau keterampilan apa yang diharapkan dicapai oleh siswa sesudah demonstrasi itu dilakukan.

b.     Mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh, apakah metode itu wajar dipergunakan, dan apakah ia merupakan metode yang paling efektif untuk mencapai tujuan yang dirumuskan.

c.     Alat-alat yang diperlukan untuk demonstrasi itu bisa didapat dengan mudah, dan sudah dicoba terlebih dahulu supaya waktu diadakan demonstrasi tidak gagal.

d.     Jumlah siswa memungkinkan untuk diadakan demonstrasi dengan jelas.

e.     Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah yang akan dilaksanakan, sebaiknya sebelum demonstrasi dilakukan, sudah dicoba terlebih dahulu supaya tidak gagal pada waktunya.

f.      Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan, apakah tersedia waktu untuk memberi kesempatan kepada siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan komentar selama dan sesudah demonstrasi.

g.     Selama demonstrasi berlangsung, harus diperhatikan ; keterangan keterangan dapat didengar dengan jelas oleh siswa, alat-alat telah ditempatkan pada posisi yang baik, sehingga setiap siswa dapat melihat dengan jelas, telah disarankan kepada siswa untuk membuat catatan-catatan seperlunya.

h.     Menetapkan rencana untuk menilai kemajuan siswa.

Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran demonstrasi

Kelebihan:

a.     Perhatian siswa dapat dipusatkan pada hal-hal yang dianggap penting oleh guru sehingg hal yang penting itu dapat diamati secara teliti. Di samping itu, perhatian siswa pun lebih mudah dipusatkan kepada proses belajar mengajar dan tidak kepada yang lainya.

b.     Dapat membimbing siswa ke arahberpikir yang sama dalam satu saluran pikiran yang sama.

c.     Ekonmis dalam jam pelajaran di sekolah dan ekonomis dalam waktu yang panjang dapat diperlihatkan melalui demonstrasi dengan waktu yang pendek.

d.     Dapat mengurangi kesalahan-kesalahn bila dibandingkan dengan hanya membaca atau mendengarkan, karena murid mendapatkan gambaan yang jelas dari hasil pengamatannya.

e.     Karena gerakan dan proses dipertunjukan maka tidak memerlukan keterangan-keterangan yang banysk

f.      Beberapa persoalan yang menimbulkan petanyaan atau keraguan dapat diperjelas waktu proses demonstrasi.

Kelemahan:

a.     Derajat visibilitasnya kurang, peserta didik tidak dapat melihat atau mengamati keseluruhan benda atau peristiwa yang didemonstrasikan kadang-kadang terjadiperubahan yang tidak terkontrol.

b.     Untuk mengadakan demonstrasi digunakan ala-alat yang khusus, kadang-kadang alat itu susah didapat. Demonstrasi merupakan metode yang tidak wajar bila alat yang didemonstrasikan tidak dapat diamati secara seksama.

c.     Dalam mengadakan pengamatan terhadap hal-hal yang didemonstrasikan diperlukan pemusatan perhatian. Dalam hal ini banyak diabaikan leh peserta didik.

d.     Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di kelas.

e.     Memerlukan banyak waku sedangkan hasilnya kadang-kadang sangat minimum.

f.      Kadang-kadang hal yang didemonstrasikan di kelas akan berbeda jika proses itu didemonstrasikan dalam situasi nyata atau sebenarnya.

g.     Agar demonstrasi mendapatkan hasil yang baik diperlukan ketelitian dan kesabaran.

METODE PENELITIAN

Lokasi/tempat yang digunakan dalam penelitian ini adalah SD Negeri 02 Paseban Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018 sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas VI Sekolah Dasar tersebut yang berjumlah 20 siswa.Waktu penelitian ini dilalukan selama 3 bulan yaitu dari bulan Juli 2017 sampai September 2017 Jangka waktu tersebut dibagi dalam tiga tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap finalisasi dan penyusunan laporan hasil penelitian.

Subjek dalam penelitian ini diambil dari seluruh siswa kelas VI SD Negeri 02 Paseban Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018 yang berjumlah 20 siswa.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil Penelitian Siklus I

Proses pembelajaran dan Hasil belajar

Sebagai tindak lanjut dari proses pembelajaran dan hasil belajar studi awal yang sangat rendah, maka peneliti melakukan PTK dengan melakukan proses pembelajaran siklus I. Sesuai dengan jadwal yang ditentukan, proses pembelajaran siklus I dilakukan pada tanggal 25 Juli dan 8 Agustus 2017. Peneliti membagi siswa dalam kelompok besar dengan jumlah 5 atau 6 siswa dalam satu kelompok. Peneliti menjelaskan sekilas materi kemudian membagikan lembar kerja siswa (LKS). Peneliti memberikan petunjuk dalam mengerjakan LKS.

Siswa bekerja sama berdiskusi dalam kelompok mereka, Beberapa diantara mereka antusias dan aktif, namun ada juga siswa yang kurang aktif dalam bekerja secara kelompok.

Pertemuan yang kedua merupakan kelanjutan dari pertemuan pertama dimana siswa telah selesai mengerjakan LKS. Pada kegiatan pembelajaran ini, siswa diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka pada pertemuan pertama di depan kelas.

Hasil belajar siswa setelah dilaksanakannya siklus I mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari data table berikut :

Tabel 4.1 Hasil Belajar Siswa pada Siklus I

No

Nilai

Frekuensi

Persentase

Keterangan

1

… – 67

6

30%

Tidak Tuntas

2

68 – 79

8

40%

Tuntas

3

80 – 89

6

30%

Tuntas

Jumlah Siswa

20

100 %

 

Nilai Rata-rata

73,6

 

Nilai Tertinggi

85

 

Nilai Terendah

65

 

 

Berdasarkan table di atas dapat diperoleh informasi bahwa 6 siswa belum tuntas dengan nilai KKM kelas VI SD Negeri 02 Paseban adalah 68.

 

 

a.   Hasil Penelitian Siklus II

Proses pembelajaran dan Hasil Belajar

Sebagai tindak lanjut dari proses pembelajaran dan hasil belajar studi awal yang sangat rendah, serta untuk memperbaiki hasil belajar di siklus I maka peneliti melakukan PTK dengan melakukan proses pembelajaran siklus II. Sesuai dengan jadwal yang ditentukan, proses pembelajaran siklus II dilakukan pada tanggal 22 Agustus dan 5 September 2017. Peneliti membagi siswa dalam kelompok besar dengan jumlah 5 atau 6 siswa dalam satu kelompok. Peneliti menjelaskan sekilas materi kemudian membagikan lembar kerja siswa (LKS). Peneliti memberikan petunjuk dalam mengerjakan LKS.

Siswa bekerja sama berdiskusi dalam kelompok mereka. Beberapa di antara mereka antusias dan aktif, namun ada juga siswa yang kurang aktif dalam bekerja secara kelompok.

Pertemuan yang kedua merupakan kelanjutan dari pertemuan pertama di mana siswa telah selesai mengerjakan LKS. Pada kegiatan pembelajaran ini, siswa diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka pada pertemuan pertama di depan kelas.

Hasil belajar siswa setelah dilaksanakannya siklus II mengalami peningkatan yang lebih tinggi. Hal ini dapat dilihat dari data tabel berikut :

Tabel 4.2 Hasil Belajar IPA pada Siklus II

No

Nilai

Frekuensi

Persentase

Keterangan

1

… – 67

2

10 %

Tidak Tuntas

2

68 – 79

 9

45 %

Tuntas

3

80 – 89

 5

25 %

Tuntas

4

90 – 100

4

20 %

 

Jumlah Siswa

20

100 %

 

Nilai Rata-rata

80,4

 

Nilai Tertinggi

95

 

Nilai Terendah

65

 

 

Berdasarkan tabel di atas dapat diperoleh informasi bahwa 2 siswa belum tuntas dengan nilai KKM kelas VI SD Negeri 02 Paseban adalah 68.

b.   Hasil Penelitian Siklus III

Proses pembelajaran dan Hasil Belajar

Sebagai tindak lanjut dari proses pembelajaran dan hasil belajar studi awal yang sangat rendah, serta untuk memperbaiki hasil belajar di siklus I dan II maka peneliti melakukan PTK dengan melakukan proses pembelajaran siklus III. Sesuai dengan jadwal yang ditentukan, proses pembelajaran siklus III dilakukan pada tanggal 19 September dan 10 Agustus 2017. Peneliti membagi siswa dalam kelompok besar dengan jumlah 5 atau 6 siswa dalam satu kelompok. Peneliti menjelaskan sekilas materi kemudian membagikan lembar kerja siswa (LKS). Peneliti memberikan petunjuk dalam mengerjakan LKS.

Siswa bekerja sama berdiskusi dalam kelompok mereka. Beberapa di antara mereka antusias dan aktif, namun ada juga siswa yang kurang aktif dalam bekerja secara kelompok.

Pertemuan yang kedua merupakan kelanjutan dari pertemuan pertama di mana siswa telah selesai mengerjakan LKS. Pada kegiatan pembelajaran ini, siswa diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka pada pertemuan pertama di depan kelas.

Hasil belajar siswa setelah dilaksanakannya siklus II mengalami peningkatan sesuai dengan harapan. Hal ini dapat dilihat dari data tabel berikut :

Tabel 4.3 Hasil Belajar IPA pada Siklus III

No

Nilai

Frekuensi

Persentase

Keterangan

1

… – 67

0

0 %

Tidak Tuntas

2

68 – 79

5

25 %

Tuntas

3

80 – 89

7

35 %

Tuntas

4

90 – 100

8

40 %

 

Jumlah Siswa

20

100 %

 

Nilai Rata-rata

83,3

 

Nilai Tertinggi

95

 

Nilai Terendah

70

 

 

Berdasarkan tabel di atas dapat diperoleh informasi bahwa semua siswa tuntas dengan nilai KKM kelas VI SD Negeri 02 Paseban adalah 68.

Jadi pada pembelajaran pada siklus 3 hasil belajar siswa meningkat lebih tinggi dari pada siklus 2 dan siklus 1.

Pembahasan

Pada siklus I guru belum optimal dalam mengelola pembelajaran. Sebagian besar siswa tidak aktif dan diam di tempat saat pembentukan kelompok. Selain itu pada saat diskusi kelompok guru kurang dalam pembimbingan kelompok yang belum paham. Masih terlihat beberapa siswa asyik ramai sendiri saat teman mereka berdiskusi menyelesaikan lembar kerja. Pada siklus II guru memperbaiki pembelajaran.

Pada siklus II ini guru telah mampu mengatasi segala kelemahan dan kekurangan yang ada pada siklus I. guru melakukan bimbingan lebih intensif dan komunikatif saat pembelajaran di kelas dengan menggunakan model pembelajaran demonstrasi. Secara keseluruhan kegiatan pembelajaran IPA melalui model pembelajaran demonstrasi berlangsung baik dan hasil belajar menunjukan meningkat.

Setelah pelaksanaan tindakan siklus I selama dua pertemuan, hasil tes siklus I menunjukkan terjadinya peningkatan jika dibandingkan dengan pra siklus yaitu dari 10 siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM menjadi 6 siswa. Hasil tes siklus II menunjukkan terjadi peningkatan dibanding dengan hasil tes siklus I yaitu dari 6 siswa dibawah nilai KKM menjadi 2 siswa yang belum mencapai KKM atau belum tuntas. Siklus III menunjukkan terjadinya peningkatan disbanding hasil tes siklus II yaitu dari semua siswa tuntas hasil belajar atau 100%. Pada siklus III.

Berdasarkan data observasi dan evaluasi yang diperoleh selama penelitian, mulai dari pra tindakan, siklus I, siklus II dan siklus III, dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan pembelajaran dengan model pembelajaran demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar IPA kelas VI SD Negeri 02 Paseban Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar Tahun 2017/2018.

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dari siklus I, siklus II dan siklus III model pembelajaran demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar IPA kelas VI SD Negeri 02 Paseban Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar yang ditunjukkan dengan peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dengan rata- rata nilai 73,6 dan masih ada 6 siswa belum tuntas atau nilai di bawah KKM dan pada siklus II menunjukkan bahwa hasil belajar siswa meningkat dengan rata- rata 80,4 dengan 2 siswa yang belum tuntas, sedangkan pada siklus III menunjukkan bahwa ketuntasan belajar siswa mencapai 100% dengan rata- rata nilai 83,3 semua siswa tuntas.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Arsyad, Azhar. 2014. Media Pembelajaran dan Strategi Pembelajaran. Jakarta: PT Radja Grafindo Persada

Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Model Pembelajaran dan Strategi Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Dimyati & Mudjiono.2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia

Hasibuan, JJ. Dan Mudjiono. 1993. Metode Pembelajaran Demonstrasi. Bandung: CV Remaja Rosdakarya

Huda, Miftahul. 2012. Model-Model Pengajaran Dan Pembelajaran, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kunandar.2013. Penilaian dan Hasil Belajar. Jakarta: Rajawali Pers

Purwanto, M. Ngalim. 2009. Hasil Belajar dan Prestasi Belajar, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sudjana, Nana. 2013. Penilaian Hasil Proses Belajar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative LearningTeori dan Aplikasi PAIKEM, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Syah, Muhibin. 2000. Model Pembelajaran Demonstrasi. Jakarta : Rineka Cipta