PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn

MATERI PEMILIHAN UMUM BAGI SISWA KELAS VI SDN 2 KEMIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015

 

Suwarlan

SDN 2 Kemiri Kecamatan Kunduran

 

ABSTRAK

Tujuan dari Penelitian Tindakan Kelas ini adalah meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn materi Pemilihan Umum bagi siswa kelas VI SDN 2 Kemiri tahun pelajaran 2014/2015 melalui model pembelajaran Jigsaw. Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas sebanyak dua siklus dengan subjek penelitian siswa kelas VI SDN 2 Kemiri Kecamatan Kunduran tahun pelajaran 2014/2015 sejumlah 28 siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik tes dan nontes. Data nontes diperoleh dari observasi dan dokumentasi foto sedangkan teknik tes dengan butir soal. Analisis data meliputi data kuantitatif dan kualitatif. Dari hasil analisis data didapatkan bahwa hasil ketuntasan minimal belajar siswa mengalami peningkatan dari kondisi awal sebesar 42,86%, siklus I 57,14%, dan siklus II 85,71%. Rata-rata nilai ulangan harian siswa juga mengalami peningkatan pada setiap siklus. Pada pembelajaran pra siklus rata-rata nilai ulangan harian siswa adalah 61,07. Pada siklus I menjadi 67,14 dan pada siklus II menjadi 77,50. Dari hasil penelitian yang diperoleh dan hasil pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar PKn tentang Pemilihan Umum bagi siswa kelas VI SDN 2 Kemiri tahun pelajaran 2014/2015

Kata kunci: model pembelajaran jigsaw, hasil belajar, pembelajaran PKn

                                                

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) diberikan sejak SD sampai SLTA. Dengan PKn seseorang akan memiliki kemampuan untuk mengenal dan memahami karakter dan budaya bangsa serta menjadikan warga negara yang siap bersaing di dunia internasional tanpa meninggalkan jati diri bangsa. Melalui PKn setiap warga negara dapat mawas diri dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini yang memberi dampak positif dan negatif. PKn juga bermanfaat untuk membekali siswa agar memiliki kemampuan untuk mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif.

Pada kenyataannya, PKn dianggap ilmu yang sukar dan sulit dipahami. PKn adalah pelajaran formal yang berupa sejarah masa lampau, perkembangan sosial budaya, perkembangan teknologi, tata cara hidup bersosial, serta peraturan kenegaraan. Begitu luasnya materi PKn menyebabkab anak sulit untuk diajak berfikir kritis dan kreatif dalam menyikapi masalah yang berbeda. Sementara anak usia sekolah dasar tahap berfikir mereka masih belum formal, karena mereka baru berada pada tahap Operasional Konkret (Peaget: 1920). Apa yang dianggap logis, jelas dan dapat dipelajari bagi orang dewasa, kadangkadang merupakan hal yang tidak masuk akal dan membingungkan bagi siswa. Akibatnya banyak siswa yang tidak memahami konsep PKn.

Berdasarkan temuan penulis, sebagian besar siswa kurang aktif dan berfikir kritis dalam pembelajaran PKn. Apabila anak menghadapi masalah kontekstual baru yang berbeda dengan yang dicontohkan, anak belum mampu berfikir kritis dan menemukan solusi dengan benar sehingga banyak anak yang menjawab salah, dan dengan alasan soalnya sulit. Karena itu wajar setiap kali diadakan tes, nilai pelajaran PKn selalu rendah dengan ratarata kurang dari KKM.

Seperti yang dialami penulis sendiri, pada pembelajaran PKn tentang Pemilihan Umum nilai ratarata ulangan hariannya adalah 61,07. Dari 28 siswa hanya 12 siswa (42,86%) yang memperoleh nilai diatas KKM 70. Sedangkan 16 siswa yang lain (57,14%) mendapat nilai dibawah 70.

Menghadapi kenyataan tersebut di atas, penulis tertarik untuk mendalami dan melakukan tindakantindakan perbaikan pembelajaran PKn, khususnya materi Pemilihan Umum melalui penelitian tindakan kelas. Perbaikan yang penulis lakukan adalah dengan menerapkan model pembelajara Jigsaw. Harapan penulis adalah terjadinya pembelajaran aktif, kreatif dan menyenangkan serta lebih bermakna dan adanya keberanian siswa untuk menyelesaikan masalah kontektual dengan benar serta untuk lebih menguasai materi pelajaran.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah model pembelajaran Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar PKn tentang Pemilihan Umum bagi siswa kelas VI SDN 2 Kemiri tahun pelajaran 2014/2015?”

Tujuan Penelitian

Tujuan dari Penelitian Tindakan Kelas ini adalah meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn materi Pemilihan Umum bagi siswa kelas VI SDN 2 Kemiri tahun pelajaran 2014/2015 melalui model pembelajaran Jigsaw.

Manfaat Penelitian

            Manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini antara lain:

1.   Bagi Peneliti:

a.     Memperbaiki pembelajaran yang sudah dikelolanya.

b.     Memupuk rasa percaya diri karena telah berhasil melakukan analisis terhadap hasil kinerjanya sehingga dapat menemukan kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran yang sudah dilaksanakan, kemudian mengembangkan alternatif untuk mengatasi masalah.

c.     Mengembangkan keprofesionalannya sebagai seorang pendidik.

2.   Bagi siswa

a.     Dapat memperbaiki hasil belajar.

b.     Meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami pelajaran.

3.   Bagi sekolah

a.     Dapat digunakan untuk mengembangkan sekolah kearah yang lebih baik.

b.     Memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah.

KAJIAN PUSTAKA

Landasan Teori

Model Pembelajaran Jigsaw

Model Pembelajaran Jigsaw adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif di mana pembelajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa yang bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran dan mendapatkan pengalaman belajar yang maksimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok. Pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini setiap siswa menjadi anggota dari 2 kelompok, yaitu anggota kelompok asal dan anggota kelompok ahli. Anggota kelompok asal terdiri dari 3-5 siswa yang setiap anggotanya diberi nomor kepala 1-5. Nomor kepala yang sama pada kelompok asal berkumpul pada suatu kelompok yang disebut kelompok ahli.

Dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terdapat 3 karakteristik yaitu: a. kelompok kecil, b. belajar bersama, dan c. pengalaman belajar. Esensi kooperatif learning adalah tanggung jawab individu sekaligus tanggung jawab kelompok, sehingga dalam diri siswa terbentuk sikap ketergantungan positif yang menjadikan kerja kelompok optimal. Keadaan ini mendukung siswa dalam kelompoknya belajar bekerja sama dan tanggung jawab dengan sungguh-sungguh sampai suksesnya tugas-tugas dalam kelompok.

Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Johnson (1991: 27) yang menyatakan bahwa “Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw ialah kegiatan belajar secara kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama sampai kepada pengalaman belajar yang maksimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok”.

Pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw siswa dibagi menjadi dua anggota kelompok yaitu kelompok asal dan kelompok ahli, yang dapat diuraikan sebagai berikut:

a.   Kelompok kooperatif awal (kelompok asal). Siswa dibagi atas beberapa kelompok yang terdiri dari 3-5 anggota. Setiap anggota diberi nomor kepala, kelompok harus heterogen terutama di kemampuan akademik.

b.   Kelompok Ahli. Kelompok ahli anggotanya adalah nomor kepala yang sama pada kelompok asal

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini berbeda dengan kelompok kooperatif lainnya, karena setiap siswa bekerja sama pada dua kelompok secara bergantian, dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:

a.   Siswa dibagi dalam kelompok kecil yang disebut kelompok inti, beranggotakan 4 orang. Setiap siswa diberi nomor kepala misalnya A, B, C, D.

b.   Membagi wacana/tugas sesuai dengan materi yang diajarkan. Masing-masing siswa dalam kelompok asal mendapat wacana/tugas yang berbeda, nomor kepala yang sama mendapat tugas yang sama pada masing-masing kelompok.

c.   Kumpulkan masing-masing siswa yang memiliki wacana/tugas yang sama dalam satu kelompok sehingga jumlah kelompok ahli sama dengan jumlah wacana atau tugas yang telah dipersiapkan oleh guru.

d.   Dalam kelompok ahli ini tugaskan agar siswa belajar bersama untuk menjadi ahli sesuai dengan wacana / tugas yang menjadi tanggung jawabnya.

e.   Tugaskan bagi semua anggota kelompok ahli untuk memahami dan dapat menyampaikan informasi tentang hasil dari wacana/tugas yang telah dipahami kepada kelompok kooperatif (kelompok inti). Poin a dan b dilakukan dalam waktu 30 menit.

f.    Apabila tugas telah selesai dikerjakan dalam kelompok ahli masing-masing siswa kembali ke kelompok kooperatif asal.

g.   Beri kesempatan secara bergiliran masing-masing siswa untuk menyampaikan hasil dari tugas di kelompok asli. Poin c dan d dilakukan dalam waktu 20 menit.

Bila kelompok sudah menyelesaikan tugasnya secara keseluruhan, masing-masing kelompok menyampaikan hasilnya dan guru memberikan klarifilkasi (10 menit).

Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar (Aswani, 2004: 4). Hamzah (2007:213) menyatakan hasil belajar adalah perubahan perilaku yang relative menetap dalam diri seseorang sebagai akibat dari interaksi seseorang dengan lingkungannya.

Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas peneliti menyimpulkan bahwa aspek – aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar. Oleh karena itu apabila pembelajar mempelajari tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperolah berupa penguasaan konsep. Dalam pembelajaran PKn pada materi Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk mencapai hasil belajar yang memuaskan diperlukan aktivitas siswa yaitu dengan melakukan aktivitas langsung dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Melalui aktivitas tersebut pembelajar akan lebih mengena pada siswa. Selain itu siswa juga perlu berinteraksi dengan siswa yang lain untuk membuat simpulan dengan benar.

Dalam penelitian ini hasil belajar pada pelajaran PKn materi Pemilihan Umum yang diukur melalui tes formatif dengan KKM 70. Bagi siswa yang nilainya kurang dari 70 diberi soal perbaikan dan bagi siswa yang nilainya 70 ke atas diberi soal pengayaan dalam bentuk pekerjaan rumah.

Pembelajaran PKn di SD

PKn merupakan mata pelajaran di sekolah yang perlu menyesuaikan diri sejalan dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat yang sedang berubah. Hal ini merupakan fungsi PKn sebagai pembangun karakter bangsa (nasional character building) yang sejak proklamasi kemerdekaan RI telah mendapat prioritas, yang perlu direvitalisasi agar sesuai dengan arah dan pesan konstitusi Negara RI. Untuk itu pembentukan karakter anak yang kuat perlu penguasaan Pembelajaran Kewarganegaraan sejak dini.

Mata pelajaran PKn perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari Sekolah Dasar karena PKn memiliki tugas pokok sebagai berikut:

1.   Mengembangkan Kecerdasan Warga Negara (civic intelligence).

2.   Membina tanggungjawab warga Negara (civic intelligence).

3.   Mendorong partisipasi warga Negara (civic intelligence).

Kecerdasan warga Negara yang dikembangkan untuk membentuk warga Negara yang baik bukan hanya dalam dimensi rasional melainkan juga dimensi spiritual, emosional, dan social sehingga PKn memiliki ciri multidimensional. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan untuk mengolah dan memanfaatkan informasi serta peka terhadap keadaan yang selalu berubah / tidak pasti.

Menurut Cogan dalam Depdiknas(2005), ada delapan karakter yang dapat dibentuk melalui belajar PKn yaitu sebagai berikut:

1.   Kemampuan mengenal dan mendekati masalah sebagai warga masyarakat di sekitar.

2.   Kemampuan bekerjasama dengan orang lain dan memikul tanggungjawab atas peran atau kewajibannya dalam masyarakat.

3.   Kemampuan untuk memahami, menerima, dan menghormati perbedaan-perbedaan pendapat.

4.   Kemampuan berfikir kritis dan sistematis.

5.   Kemampuan menyelesaikan konflik dengan cara damai tanpa kekerasan.

6.   Memiliki kemampuan untuk bergaya hidup sederhana.

7.   Memiliki kepekaan terhadap lingkungan dan mempertahankan hak-haknya dalam masyarakat.

8.   Memiliki kemauan dan kemampuan untuk berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat.

Dengan demikian fungsi pembelajaran PKn tidak hanya sekadar memberi pengetahuan tentang pendidikan kewarganegaraan saja, tetapi juga dimaksudkan untuk mengembangkan sikap-sikap tertentu mengenai hal-hal yang timbul disekitar dalam kehidupan sehari-hari.

Kerangka Berpikir

Pada awal pembelajaran siswa belum dapat memahami materi Pemilihan Umum, terbukti dengan hasil ketuntasan belajar masih banyak yang belum mencapai KKM yang ditentukan. Penerapan model pembelajaran Jigsaw bertujuan untuk membuat siswa lebih aktif dan merasa nyaman dalam pembelajaran. Penulis berharap dalam pembelajaran PKn materi Pemilihan Umum dengan menerapkan model pembelajaran Jigsaw akan membantu kemampuan siswa dalam memahami konsep sehingga hasil belajar meningkat.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan landasan teoritis dan kerangka berpikir, hipotesis dalam penelitian tindakan kelas ini adalah “Melalui penerapan model pembelajaran Jigsaw dapat mengatasi masalah rendahnya hasil belajar PKn tentang Pemilihan Umum pada siswa kelas VI SDN 2 Kemiri tahun pelajaran 2014/2015”.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di SDN 2 Kemiri Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan pada semester 1 tahun pelajaran 2014/2015 mulai bulan Agustus sampai dengan bulan November 2014. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas VI SDN 2 Kemiri pada tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 28 siswa yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan.

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan tes tertulis. Alat untuk mendapatkan data tentang proses belajar siswa adalah lembar observasi. Adapun alat untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa adalah butir soal tes, kunci jawaban, dan pedoman penilaian. Hasil belajar PKn pada siklus I dan siklus II yang dikumpulkan menggunakan tes tertulis agar datanya valid perlu divalidasi isinya dengan cara menyusun kisi-kisi sebelum membuat butir soal.

Penelitian ini dilaksanakan dengan mengunakan metode penelitian tindakan kelas atau sering disebut dengan PTK. Untuk mengatasi permasalahan yang dijadikan objek penelitian, peneliti menetapkan pelaksanaan tindakan sebanyak dua tindakan dalam dua siklus. Adapun langkah-langkah dalam setiap siklus tindakan adalah perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.

Penelitian dikatakan berhasil apabila pada kondisi akhir indikator keberhasilan panelitian dapat tercapai. Indikator keberhasilan penelitian ini adalah apabila pada kondisi akhir minimal 80% siswa tuntas belajar dengan KKM 70.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Pra Siklus

            Data hasil belajar pra siklus diambil dari daftar nilai siswa. Dari sumber data tersebiut diketahui bahwa nilai rata-rata ulangan harian siswa setelah dilakukan ulangan harian adalah 61,07. Tingkat ketuntasan belajar dari 28 siswa adalah 42,86% atau 12 siswa tuntas belajar dengan KKM 70. Sementara 16 siswa atau 57,14% masih belum tuntas belajar. Nilai terendah ulangan harian siswa adalah 30 sementara nilai teringginya adalah 80.

            Berikut ini adalah daftar nilai hasil ulangan pada pembelajaran Pra Siklus:

Tabel 1. Daftar Nilai Ulangan Pra Siklus

No

Nilai

Jumlah

Persen

1

30

1

3,57%

2

40

3

10,71%

3

50

5

17,86%

4

60

7

25,00%

5

70

7

25,00%

6

80

5

17,86%

Jumlah

28

100%

 

Siklus I

Siklus I dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan. Pada pertemuan ketiga dilakukan ulangan harian. Hasil yang diperoleh pada ulangan harian siklus I, rata-rata nilai ulangan harian siswa adalah 67,14 dengan tingkat ketuntasan belajar 57,14% (16 siswa). Masih ada 12 siswa (42,86%) yang belum tuntas belajar. Perolehan nilai ulangan harian terendah dan tertinggi adalah 40 dan 90.

Berikut ini adalah daftar nilai hasil ulangan pada pembelajaran Siklus I:

Tabel 2. Daftar Nilai Ulangan Siklus I

No

Nilai

Jumlah

Persen

1

40

2

7,14%

2

50

4

14,29%

3

60

6

21,43%

4

70

7

25,00%

5

80

6

21,43%

6

90

3

10,71%

Jumlah

28

100%

 

Siklus II

Pembelajaran pada siklus II juga dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan. Pada pertemuan ketiga, seperti halnya pada Sklus I, juga dilakukan ulangan harian. Berdasarkan hasil belajar pada siklus II, siswa yang berhasil dalam ulangan harian dengan perolehan nilai ulangan harian 70 atau lebih adalah 24 siswa atau sebesar 85,71% dari 28 siswa. Sisanya, 4 siswa (14,29%) masih belum tuntas belajar. Rata-rata nilai ulangan harian siswa adalah 77,50 dengan perolehan niai terendah 50 dan nilai tertinggi 100.

Berikut ini adalah daftar nilai hasil ulangan pada pembelajaran Siklus II:

Tabel 3. Daftar Nilai Ulangan Siklus II

No

Nilai

Jumlah

Persen

1

50

1

3,57%

2

60

3

10,71%

3

70

9

32,14%

4

80

7

25,00%

5

90

5

17,86%

6

100

3

10,71%

Jumlah

28

100%

 

Pembahasan

Dari deskripsi hasil penelitian di atas, dapat dibuat perbandingan peningkatan hasil belajar PKn materi Pemilihan Umum pada siswa kelas VI. Perbandingan hasil belajar dari pembelajaran pra siklus, siklus I dan siklus II adalah sebagai berikut:

Tabel 4. Perbandingan Hasil Belajar

No

Uraian

Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

1

Nilai Rata-Rata

61,07

67,14

77,50

2

Ketuntasan Belajar

42,86%

57,14%

85,71%

3

Nilai Terendah

30

40

50

4

Nilai Tertinggi

80

90

100

 

PENUTUP

Simpulan

Setelah melakukan analisis dan pembahasan hasil penelitian, peneliti dapat menyimpulkan bahwa: penerapan model pembelajaran Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar PKn tentang Pemilihan Umum bagi siswa kelas VI SDN 2 Kemiri tahun pelajaran 2014/2015.

 

Saran

Disarankan kepada siswa untuk turut aktif dalam pembelajaran, terutama ketika guru sedang menerapkan model pembelajaran kooperatif dengan harapan hasil belajar yang diraih dapat meningkat. Dengan berhasilnya penelitian ini, disarankan kepada teman-teman guru untuk turut serta menggunakan model pembelajaran yang disesuaikan dengan materi pelajaran yang akan disampaikan. Pihak sekolah diharapkan selalu membantu apabila ada guru yang berinisiatif melakukan penelitian tindakan kelas serta memberikan apresiasi positif demi meningkatnya kwalitas pendidikan di sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Aswani, Zaenul,2004, Tes dan Asesmen di SD, Jakarta, Universitas Terbuka.

Depdiknas, 2005, Pendidikan Kewarganegaraan, Strategi dan Metode Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta: Depdiknas

Hamzah, B. 2009. Model Pembelajaran. Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

Johnson DW & Johnson, R, T (1991) Learning Together and Alone. Allin and Bacon: Massa Chussetts