PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MATERI KPK DAN FPB DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER

PADA SISWA KELAS VI SDN PULO TAHUN 2016/2017

 

Ponitri

SDN Pulo Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar Matematika materi KPK dan FPB dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Heads Together pada siswa kelas VI SDN Pulo tahun pelajaran 2016/2017. Penelitian ini dilaksanakan di kelas VI SDN Pulo Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora dengan jumlah siswa 8 anak. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan pelaksanaan tindakan sebanyak 2 siklus. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumen, pengamatan, dan tes tertulis. Pengumpulan data diambil dari dokumentasi daftar nilai, lembar pengamatan, dan rekapitulasi hasil belajar yang dilakukan pada akhir siklus. Untuk memvalidasi data yang dikumpulkan, dibuat lembar pengamatan dan kisi-kisi soal ulangan. Dalam pelaksanaan tindakan, dibagi dalam empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Berdasarkan hasil penelitian, hasil yang dicapai pada setiap siklus mengalami peningkatan. Pada kondisi awal nilai rata-rata hasil belajar adalah 61,25. Dari KKM yang ditetapkan yaitu 70,00 jumlah siswa yang mampu mencapai KKM sebanyak 3 anak (37,50%) dan 5 anak (62,50%) masih dibawah KKM. Pada siklus I nilai rata-rata ulangan harian meningkat menjadi 68,75. Jumlah siswa yang mampu mencapai KKM juga meningkat menjadi 5 siswa (62,50%) dan 3 anak (37,50%) masih dibawah KKM. Setelah dilakukan tindakan pada siklus II, rata-rata nilai ulangan harian kembali mengalami peningkatan menjadi 77,50 dan jumlah siswa yang mampu mencapai KKM menjadi 7 anak (87,50%) sementara 1 anak (12,50%) masih belum belum tuntas belajar. Jadi dapat disimpulkan penerapan model pembelajaran Numbered Heads Together dapat meningkatkan hasil belajar Matematika materi KPK dan FPB pada siswa kelas VI SDN Pulo Kecamatan Kedungtuban Tahun Pelajaran 2016/2017.

Kata Kunci:   model pembelajaran Numbered Heads Together, hasil belajar, pembelajaran matematika

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pendidikan di Sekolah Dasar bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar berhitung, pengetahuan dan keterampilan dasar yang bermamfaat bagi siswa sesuai dengan tingkat perkembangannya serta mempersiapkan mereka untuk mengikuti pendidikan di SLTP. Tekait dengan tujuan “Berhitung” di Sekolah Dasar maka mata pelajaran Matematika sangatlah penting. Oleh karena itu sangat dibutuhkan strategi – strategi yang tepat atau model – model yang bervariasi dalam proses pembelajaran Matematika. Dengan melakukan hal – hal tersebut maka siswa – siswa akan mudah memahami dari materi – materi yang di berikan oleh guru.

Dari hasil kegiatan siswa kelas VI di SDN Pulo pada pembelajaran Matematika pada materi KPK dan FPB menunjukkaan dari 8 siswa yang berhasil mencapai KKM yang ditetapkan yaitu 70,00 hanya 3 anak (37,50%). Sisanya, sejumlah 5 anak (62,50%) nilai ulangan hariannya masih di bawah KKM. Rata-rata ulangan harian juga masih rendah yaitu 61,25. Capaian nilai tertinggi juga belum mencapai nilai sempurna. Nilai tertinggi saat ulangan harian yaitu 80. Nilai terendah saat ulangan harian adalah 40.

Rendahnya hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Matematika membuat guru yang merupakan pengelola kelas merasa ada masalah pada proses pembelajaran tersebut. Jika dianalisis penyebabnya bisa dari siswa ataupun dari guru. Dalam hal ini tidak hanya kelemahan siswa saja yang perlu diatasi, tetapi bagaimana cara guru dalam menyampaikan pembelajaran juga perlu diperbaiki agar tercapainya tujuan pembelajaran.

Setelah melakukan diskusi dengan teman sejawat, akhirnya diputuskan untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif untuk mengatasi masalah rendahnya hasil belajar siswa. Ada beberapa macam model pembelajaran kooperatif di antaranya pembelajaran tipe numbered heads together atau kepala bernomor. Pembelajaran tipe ini merancang sebuah bentuk pembelajaran kelompok dengan meminta siswa bekerja dalam kelompok, bertanggung jawab dalam kelompoknya dan saling membantu memecahkan masalah / soal-soal dalam proses pembelajaran. Untuk itu model pembelajaran numbered heads together diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Matematika khususnya pada materi KPK dan FPB.

Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah model pembelajaran Numbered Heads Together mampu meningkatkan hasil belajar Matematika materi KPK dan FPB pada siswa Kelas VI SDN Pulo Tahun Pelajaran 2016/2017?”.

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar Matematika materi KPK dan FPB melalui penerapan model pembelajaran Numbered Heads Together pada siswa Kelas VI SDN Pulo Tahun Pelajaran 2016/2017.

Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan dapat diambil manfaat terutama bagi siswa yaitu menciptakan kebiasaan-kebiasaan positif seperti kebiasaan turut berperan aktif dalam pembelajaran sehingga hasil belajarnya meningkat.

Bagi guru juga bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam memilih model pembelajaran yang sesuai, terutama dalam pembelajaran Matematika.

Adapun manfaat bagi sekolah diharapkan mampu meningkatkan meningkatkan kualitas pendidikan melalui metode pembelajaran kooperatif terutama model pembelajaran Numbered Heads Together.

 

 

 

 

KAJIAN PUSTAKA

Landasan Teori

Model Pembelajaran Numbered Heads Together

Salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif adalah Numbered Head Together (NHT). Model pembelajaran Numbered Head together (NHT) dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Langkah-langkah kegiatan dalam NHT adalah:

1.   Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.

2.   Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.

3.   Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya.

4.   Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.

5.   Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.

6.   Kesimpulan. (Indrawati, 2007)

Penjelasan tipe ini, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dan setiap anggota kelompok diberi nomor kepala. Selanjutnya di setiap kelompok dilakukan diskusi untuk menjawab permasalahan atau untuk melakukan suatu kegiatan. Dari hasil kegiatan tersebut guru mengundi nama kelompok dan nomor anggota kelompok yang harus menjawab pertanyaan atau mempresentasikan kegiatan. Berkaitan dengan hal ini, maka setiap anggota kelompok dituntut untuk bekerja sama karena jawaban atau presentasi dari perwakilan anggota kelompok akan menjadi generalisasi kemampuan atau nilai kelompok.

Menurut Anita Lie (2002) prosedur teknik Numbered Head Together adalah saat pemanggilan siswa untuk menjawab atau melakukan sesuatu yang dIpanggil adalah nomor kepala dari salah satu kelompok secara acak. Hal ini akan menyebabkan semua siswa harus siap. Dan penghargaan diberikan jika jawaban benar untuk nilai kelompok. Teknik ini memberikan kesempatan kepada semua siswa dalam kelompok untuk saling memberikan ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat, mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka.

Menurut Bobbi De Porter (2001) siswa akan belajar paling baik dalam lingkungan kerja sama. Belajar yang menekankan pada kerja sama diantara sesama siswa dalam suatu komunikasi belajar dapat lebih menggairahkan.

Hasil Belajar

Untuk mengetahui perkembangan sampai di mana hasil yang telah dicapai oleh seseorang dalam belajar, maka harus dilakukan evaluasi. Untuk menentukan kemajuan yang dicapai maka harus ada kriteria (patokan) yang mengacu pada tujuan yang telah ditentukan sehingga dapat diketahui seberapa besar pengaruh strategi belajar mengajar terhadap keberhasilan belajar siswa. Hasil belajar siswa menurut W. Winkel (1989:82) adalah keberhasilan yang dicapai oleh siswa, yakni prestasi belajar siswa di sekolah yang mewujudkan dalam bentuk angka.

Menurut Winarno Surakhmad (1980:25) hasil belajar siswa bagi kebanyakan orang berarti ulangan, ujian atau tes. Maksud ulangan tersebut ialah untuk memperoleh suatu indek dalam menentukan keberhasilan siswa.

Dari definisi di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar adalah prestasi belajar yang dicapai siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar dengan membawa suatu perubahan dan pembentukan tingkah laku seseorang. Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar dapat dikatakan berhasil, setiap guru memiliki pandangan masing-masing sejalan dengan filsafatnya. Namun untuk menyamakan persepsi sebaiknya kita berpedoman pada kurikulum yang berlaku saat ini yang telah disempurnakan, antara lain bahwa suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pembelajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan pembelajaran khususnya dapat dicapai.

Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran khusus, guru perlu mengadakan tes formatif pada setiap menyajikan suatu bahasan kepada siswa. Penilaian formatif ini untuk mengetahui sejauh mana siswa telah menguasai tujuan pembelajaran khusus yang ingin dicapai. Fungsi penelitian ini adalah untuk memberikan umpan balik pada guru dalam rangka memperbaiki proses belajar mengajar dan melaksanakan program remedial bagi siswa yang belum berhasil. Karena itulah, suatu proses belajar mengajar dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi tujuan pembelajaran khusus dari bahan tersebut.

Yang menjadi indikator utama hasil belajar siswa adalah (1) Ketercapaian Daya Serap terhadap bahan pembelajaran yang diajarkan, baik secara individual maupun kelompok dengan menetapkan Kriteria Ketuntasan Belajar Minimal sebagai patokan; (2) Perilaku yang digariskan dalam tujuan pembelajaran telah dicapai oleh siswa, baik secara individual maupun kelompok.

Namun demikian, menurut Djamarah dan Aswan Zain (2002:120) indikator yang banyak dipakai sebagai tolak ukur keberhasilan adalah daya serap.

Secara umum hasil belajar dipengaruhi 3 hal atau faktor. Faktor-faktor tersebut yaitu: (1) Faktor internal (faktor dalam diri); (2) Faktor eksternal (faktor diluar diri); (3) Faktor pendekatan belajar.

Pembelajaran Matematika

Pembelajaran matematika bagi para siswa merupakan pembentukan pola pikir dalam pemahaman suatu pengertian maupun dalam penalaran suatu hubungan diantara pengertian-pengertian itu. Dalam pembelajaran matematika, para siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan objek (abstraksi). Siswa diberi pengalaman menggunakan matematika sebagai alat untuk memahami atau menyampaikan informasi misalnya melalui persamaan-persamaan, atau tabel-tabel dalam model-model matematika yang merupakan penyederhanaan dari soal-soal cerita atau soal-soal uraian matematika lainnya.

NCTM (National Coucil of Teachers of Mathematics)merekomendasikan 4 (empat) prinsip pembelajaran matematika, yaitu: Matematika sebagai pemecahan masalah; Matematika sebagai penalaran; Matematika sebagai komunikasi; dan Matematika sebagai hubungan (Erman Suherman, 2003:298).

Matematika perlu diberikan kepada siswa untuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan bekerjasama. Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan 16 (Depdiknas, 2006:346) menyebutkan pemberian mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

1.   Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antara konsep dan mengaplikasi konsep atau logaritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah.

2.   Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3.   Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4.   Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk menjelaskan keadaan/masalah.

5.   Memiliki sifat menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu: memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam pelajaran matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Tujuan umum pertama pembelajaran matematika pada jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah memberikan penekanan pada penataan latar dan pembentukan sikap siswa. Tujuan umum adalah memberikan penekanan pada keterampilan dalam penerapan matematika, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam membantu mempelajari ilmu pengetahuan lainnya. Fungsi mata pelajaran matematika sebagai: alat, pola pikir, dan ilmu atau pengetahuan (Erman Suherman, 2003:56).

Pembelajaran matematika di sekolah menjadikan guru sadar akan perannya sebagai motivator dan pembimbing siswa dalam pembelajaran matematika di sekolah.

Kerangka Berpikir

Dari berbagai kajian teori yang telah dipaparkan di atas, peneliti berusaha membuat sebuah kerangka berpikir pada penelitian tindakan kelas ini. Pada kondisi awal, guru sebagai peneliti belum menerapkan model pembelajaran Numbered Heads Together. Dalam pembelajaran peneliti masih mennngunakan metode ekspositori dengan banyak memberikan latihan soal-soal. Hasil dari pembelajaran sangat jauh dari yang diharapkan. Hasil belajar Matematika materi KPK dan FPB rendah.

Pada siklus I dan Siklus II, peneliti menerapkan model pembelajaran Numbered Heads Together. Hasil belajar Matematika materi KPK dan FPB meningkat. Apabila dibandingkan hasil belajar kondisi awal dengan hasil pembelajaran pada siklus I, ternyata hasil belajar Matematika materi KPK dan FPB pada siklus I terjadi peningkatan. Demikian juga pada Siklus II, setelah dilakukan tes formatif di akhir pembelajaran, hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika materi KPK dan FPB juga terjadi peningkatan.

 

 

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan teori dan kerangka berpikir di atas maka dapat dikemukakan hipotesis tindakan yaitu melalui penerapan model pembelajaran Numbered Heads Together dapat meningkatkan hasil belajar Matematika materi KPK dan FPB pada siswa Kelas VI SDN Pulo Tahun Pelajaran 2016/2017.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Pulo Kecamatan Kedungtuban. Waktu penelitian mulai dari bulan Juli sampai dengan November 2016. Subjek dari penelitian ini adalah siswa Kelas VI sebanyak 8 anak. Sedangkan objek penelitian adalah hasil belajar siswa dan metode pembelajaran Numbered Heads Together.

Pengumpulan data menggunakan teknik dokumentasi pada pembelajaran pra siklus, pengamatan selama proses pembelajaran siklus I dan II, serta tes tertulis pada akhir pembelajaran siklus I dan II. Hasil dari pengumpulan data yang dilaksanakan dianalisis dengan teknik deskriptif komparatif untuk menentukan tingkat keberhasilan penelitian.

Indikator keberhasilan penelitian yang dilakukan adalah apabila minimal 80% siswa kelas VI SDN Pulo tuntas belajar pada kondisi akhir penelitian.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Deskripsi Pra Siklus

Pada pembelajaran Pra Siklus, hasil belajar dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Rekapitulasi Nilai Ulangan Harian Pra Siklus

No

Nilai

Jumlah Siswa

Prosentase

1

40

1

12,50%

2

50

1

12,50%

3

60

3

37,50%

4

70

2

25,00%

5

80

1

12,50%

Jumlah

8

100%

 

Jumlah siswa yang tuntas belajar adalah 3 anak (37,50%) dari 8 siswa. Sebanyak 5 anak (62,50%) belum tuntas belajar. Rata-rata ulangan hariannya adalah 61,25.

Siklus I

Pelaksanaan Siklus I sebanyak 3 kali pertemuan yaitu pada tanggal 9, 11, dan 16 Agustus 2016. Setiap pertemuan adalah 2 jam pelajaran. Data hasil belajar yang dikumpulkan dari tes tertulis pada akhir Siklus I dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Rekapitulasi Nilai Ulangan Harian Siklus I

No

Nilai

Jumlah Siswa

Prosentase

1

50

1

12,50%

2

60

2

25,00%

3

70

3

37,50%

4

80

1

12,50%

5

90

1

12,50%

Jumlah

8

100%

 

Jumlah siswa yang tuntas belajar adalah 5 anak (62,50%) dari 8 siswa. Sebanyak 3 anak (37,50%) belum tuntas belajar. Rata-rata ulangan hariannya adalah 68,75.

Siklus II

Pelaksanaan Siklus II sebanyak 3 kali pertemuan yaitu pada tanggal 20, 22, dan 27 September 2016. Setiap pertemuan adalah 2 jam pelajaran. Data hasil belajar yang dikumpulkan dari tes tertulis pada akhir Siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Rekapitulasi Nilai Ulangan Harian Siklus II

No

Nilai

Jumlah Siswa

Prosentase

1

60

1

12,50%

2

70

3

37,50%

3

80

2

25,00%

4

90

1

12,50%

5

100

1

12,50%

Jumlah

8

100%

 

Jumlah siswa yang tuntas belajar adalah 7 anak (87,50%) dari 8 siswa. Sebanyak 1 anak (12,50%) belum tuntas belajar. Rata-rata ulangan hariannya adalah 77,50

Pembahasan

Data hasil belajar yang dicapai siswa mengalami peningkatan dari kondisi awal, siklus I dan siklus II. Hal ini dapat dilihat pada peningkatan rata-rata ulangan harian, jumlah siswa yang mencapai KKM serta peningkatan raihan nilai terendah dan tertinggi pada ulangan harian selalu meningkat pada setiap siklus.

Nilai rata-rata hasil ulangan siswa setelah dilakukan tes tertulis pada pembelajaran Pra Siklus adalah 61,25. Pada Siklus I nilai rata-rata ulangan harian siswa adalah 68,75, terjadi peningkatan sebesar 7,50. Pada Siklus II nilai ulangan hariannya adalah 77,50, kembali mengalami peningkatan sebesar 8,75. Jadi secara keseluruhan, prestasi belajar siswa terjadi peningkatan sebesar 16,25.

Pada Pra Siklus, siswa yang tuntas belajar adalah 3 anak (37,50%) sedangkan pada Siklus I adalah 5 anak (62,50%), terjadi peningkatan sebesar 25%. Pada Siklus II kembali meningkat menjadi 7 anak (87,50%), terjadi peningkatan sebesar 25%. Jadi total peningkatan ketuntasan belajar dari kondisi awal ke kondisi akhir adalah 50%. Selain tingkat ketuntasan belajar, perolehan nilai terendah dan tertinggi pada saat ulangan harian juga mengalami peningkatan. Nilai terendah pada kondisi awal adalah 40 meningkat menjadi 60 pada kondisi akhir. Nilai tertinggi pada kondisi awal 80 meningkat menjadi 100 pada kondisi akhir.

PENUTUP

Simpulan

Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan adalah: “Penerapan metode pembelajaran Numbered Heads Together dapat meningkatkan hasil belajar Matematika materi KPK dan FPB pada siswa Kelas VI SDN Pulo tahun pelajaran 2016/2017”.

Saran

1.   Guru hendaknya senantiasa meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilaksanakannya. Salah satunya dengan menerapkan metode pembelajara kooperatif. Metode Numbered Heads Together adalah salah satu alternatif metode pembelajaran untuk mendorong keaktifan siswa dalam belajar yang nantinya akan memudahkan siswa dalam memahami dan mengingat pelajaran serta dapat menjadikan peserta didik lebih fokus dalam mengikuti pelajaran.

2.   Siswa hendaknya meningkatkan kesadaran akan pentingnya belajar, menghargai ilmu pengetahuan, dan berperilaku yang baik dalam mengikuti pembelajaran sehingga apa yang dicita-citakan akan tercapai sesuai dengan harapan sekolah, orang tua, dan masyarakat.

3.   Pihak sekolah diharapkan selalu membantu apabila ada guru yang berinisiatif melakukan penelitian tindakan kelas serta memberikan apresiasi positif karena muara dari dilakukannya penelitian tindakan kelas adalah meningkatnya kwalitas pendidikan di sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Anita Lie. 2002. Cooperative Learning (Mempraktikan Cooperative learning diruang-ruang kelas). Jakarta: Gramedia Widiasarana.

Bobbi DePorter, Mark Raerdon, Sarah S. Nourie. 2001. Quantum Teaching. Bandung: Kaifa

Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: BSNP

Djamarah, Syaiful Bahri. Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Indrawati. 2007. Pembelajaran Kooperatif. Bandung: PPPPTK IPA

Paulina Panen. 2004. Belajar dan Pembelajaran I. Jakarta: Universitas Terbuka

Popy K, Devi. 2007. Model Pembelajaran Kooperatif. Bandung: PPPPTK IPA

Suherman, Erman, dkk. 2003. Common Text Book; Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA-UPI

Surakhmad, Winarno. 1980. Interaksi Belajar Mengajar. Bandung: Jemmars

Winkel, W. 1989. Psikologi Pengajaran