Penerapan Model Pembelajaran Pemalang
PENERAPAN
MODEL PEMBELAJARAN PEMALANG
UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS
DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI
MATERI ANTROPOSFER
PADA SISWA KELAS XI IPS 2
SMA NEGERI COLOMADU SEMESTER 1
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Parsini
Guru Geografi SMAN Colomadu Kab. Karanganyar
ABSTRAK
Tujuan penelitian meningkatkan keaktifan, hasil belajar,dan ketuntasan klasikal melalui penerapan model pembelajaran Pemalang. Subjek penelitian siswa kelas X4 SMAN Colomadu. Penelitian terdiri dua siklus. Penelitian terdiri 2 siklus. Subjek penelitian siswa kelas XI IPS2 SMAN Colomadu. Hasil penelitian terdapat peningkatan aktifitas siswa siswa 67.42% (siklus 1), dan 83.33% (siklus 2). Peningkatan aktivitas dari kondisi awal sampai siklus 2 sebesar 33.33%. Peningkatan rata-rata nilai ulangan 69.64, (siklus 1), 76.36 (siklus 2) dan dari kondisi awal sampai siklus 2 peningkatan rata-rata 9.84. Peningkatan ketuntasan klasikal 66.67% (siklus 1), 81.82% (siklus 2) dan peningkatan dari kondisi awal sampai siklus 2 sebesar 36.37%. Berdasarkan hasil penelitian ini maka diharapkan guru menerapkan model pembelajaran Pemalang terutama materi-materi yang berhubungan dengan masyarakat dengan harapan siswa lebih mudah memahami materi karena dapat menghubungkan teori dengan dunia nyata.
Kata kunci: Model Pembelajaran Pemalang, Aktivitas Belajar, Hasil Belajar
PENDAHULUAN
Pembelajaran geografi merupakan proses pembelajaran yang menghubungkan antara alam dengan aktifitas kehidupan manusia. Berdasarkan hasil observasi awal hasil belajar siswa kelas XI IPS2 rata-rata rendah , hal ini dapat dilihat dari hasil rata-rata ulangan harian geografi materi biosfer yaitu 66.52 dan hanya 45.45% siswa yang memenuhi kreteria ketuntasan minimal (KKM). Apabila dilihat dari proses belajar mengajar mata pelajaran geografi yang selama ini dilaksanakan di kelas XI IPS2 adalah pembelajaran dengan metode ceramah, dimana guru menjadi satu-satunya sumber belajar, dan siswa cenderung pasif. Wawasan siswa hanya terbatas dari informasi yang berasal dari guru saja. Aktivitas belajar siswa dan kesempatan siswa untuk mengemukakan pendapatnya juga tidak dikembangkan di metode ini sehingga pembelajaran menjadi kurang menarik bagi siswa.
Berdasarkan fakta tersebut maka peneliti memilih penerapan model pembelajaran “Pemalang” (Pengamatan Masyarakat Langsung) pada materi Antroposfer. Hal ini didasari beberapa alasan, seperti dengan penerapan model pembelajaran Pemalang diharapkan dapat menciptakan pembelajaran yang kreatif, menarik dan menyenangkan. Siswa secara berkelompok mengadakan pengamatan masyarakat secara langsung sehingga diberi kebebasan mengumpulkan data yang berkaitan dengan kependudukan untuk selanjutnya diolah dan dilaporkan secara kelompok. Penerapan model Pemalang ini melatih siswa berinteraksi langsung dengan masyarakat sehingga melatih kemampuan sosialnya.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) bagaimana peningkatan aktivitas siswa kelas XI IPS 2 melalui penerapan model pembelajaran “Pemalang”, (2) apakah melalui penerapan model “Pemalang” dapat meningkatkan hasil belajar geografi materi antroposfer siswa kelas XI IPS 2.
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk (1) meningkatkan aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar, (2) meningkatkan hasil belajar geografi materi antroposfer pada siswa kelas XI IPS 2 melalui penerapan model pembelajaran “Pemalang”.
Penelitian ini bermanfaat bagi siswa untuk meningkatkan (1) aktivitas belajar geografi, (2) kualitas kegiatan belajar siswa yang dapat meningkatkan hasil belajar, (3) kemampuan siswa berinteraksi langsung dengan masyarakat, (4) pemahaman siswa terhadap permasalahan-permasalahan dalam masyarakat dan dapat mencari alternatif pemecahannya.
LANDASAN TEORITIS
Model Pembelajaran Pemalang
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien ( Rusman, 2010:3). Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikan (Rusman,2010:133).
Pemalang merupakan akronim dari pengamatan masyarakat langsung. Model pembelajaran pemalang ini mengacu pada pendekatan konstektual. Hal ini disebabkan model pembelajaran pemalang (pengamatan masyarakat langsung) menuntut siswa secara langsung mengamati kondisi dan masalah yang terjadi di masyarakat untuk selanjutnya didata dan diolah serta dicari pemecahan masalah. Model pembelajaran pemalang merupakan pembelajaran yang tidak sepenuhnya dilaksanakan di kelas, tetapi juga dilaksanakan di luar kelas dimana masyarakat yang jadi objek pengamatan menjadi bahan atau materi pembelajaran. Dengan demikian model pembelajaran pemalang sebenarnya mengacu pada model pembelajaran kontekstual.
Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Nurhadi dalam Rusman,2010:189).
Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran pemalang adalah model pembelajaran yang mengacu pada pendekatan kontekstual. Hal ini disebabkan karena model pembelajaran pemalang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan terhadap masyarakat secara langsung, mengidentifikasi permasalahan yang terjadi dalam masyarakat dan mencari alternatif pemecahan masalah.
Aktifitas Belajar
Menurut Meyer dalam Jamal Ma’mur Asmani, siswa yang aktif tidak hanya sekedar hadir di kelas, menghafalkan, dan akhirnya mengerjakan soal-soal di akhir pelajaran. Siswa harus terlibat aktif baik secara fisik maupun mental. Siswa semestinya juga aktif melakukan praktik dalam proses pembelajaran (Jamal Ma’mur Asmani, 2011:67). Siswa aktif secara mental akan terlihat dari aktivitas siswa untuk bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, mengungkapkan gagasan dan memecahkan suatu persoalan atau masalah. Syarat berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut, baik takut ditertawakan, takut disepelekan atau takut dimarahi jika salah(Jamal Ma’mur Asmani, 2011:104).
Hasil Belajar
Hasil belajar menurut Oemar Hamalik dalam Indra Munawar (2009), adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti (Munawar, Indra, 2009:1). Berdasar taksonomi Bloom, hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik (Munawar, Indra, 2009:1)
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan hasil belajar adalah kapabilitas atau kemampuan yang dimiliki siswa melalui kegiatan pembelajaran yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
|
Kerangka Berpikir
Rendahnya aktivitas dan hasil belajar geografi materi antroposfer
|
Penerapan model pembelajaran pemalang: 1. Pembentukan kelompok 2. Siswa mengadakan pengamatan langsung masyarakat dengan cara melakukan sensus secara convanser di tingkat RT (diluar kelas) 3. Siswa secara kelompok berdiskusi di kelas mengolah data dan mencari alternatif pemecahan masalah. Hasil diskusi dibuat laporan. 4. Setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. 5. Pemberian penghargaan kelompok yang baik hasilnya. 6. Siswa mengerjakan tes
|
Meningkatkan aktivitas dan hasil belajar geografi materi atmosfer dengan indikator aktivitas siswa 75%, nilai rata-rata tes 80 dab 90% siswa tuntas.
|
Gambar 1. Kerangka Berpikir
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir diatas, penulis mengemukakan rumusan hipotesis adalah (1) Melalui penerapan model pembelajaran pemalang dapat meningkatkan aktivitas belajar geografi materi antroposfer siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri Colomadu tahun pelajaran 2011/2012. (2) Melalui penerapan model pembelajaran pemalang dapat meningkatkan hasil belajar geografi materi antroposfer siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri Colomadu tahun pelajaran 2011/2012.
METODE PENELITIAN
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS2 SMAN Colomadu yang berjumlah 33 siswa terdiri 20 perempuan dan 16 laki-laki.
Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan 5 September sampai 5 Oktober 2011, dengan rincian siklus 1 dilaksanakan tanggal 5 – 14 September 2011 membahas kuantitas penduduk Indonesia. Siklus 2 dilaksanakan tanggal 26 September sampai 5 Oktober 2011 membahas kualitas penduduk Indonesia.
Teknik pengumpulan data terdiri dari teknik tes dan non tes. Teknik non tes berupa lembar pengamatan aktivitas belajar siswa dan teknik tes berupa ulangan akhir siklus untuk mengetahui hasil belajar siswa. Analisa data melalui analisa deskriptif komparatif dengan membandingkan hasil dari satu siklus ke siklus berikutnya.
Indikator kinerja untuk mengetahui keberhasilan penelitian ini adalah adanya peningkatan aktivitas belajar siswa diatas 75%, peningkatan hasil belajar siswa dengan ketentuan nilai rata-rata diatas 75 dan ketuntasan klasikal sebesar 80%.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Aktivitas siswa
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti aktivitas siswa kelas XI IPS 2 pada pembelajaran materi biosfer rendah. Hal ini dapat dilihat kurang dari 50% siswa yang fokus dalam kegiatan belajar.
Hasil belajar siswa
Tabel 1. Nilai Ulangan Siswa Kondisi Awal
No |
Uraian |
Nilai Ulangan Harian |
1. |
Nilai terendah |
44 |
2. |
Nilai tertinggi |
80 |
3. |
Nilai rerata |
66.52 |
4. |
Rentang nilai |
36 |
Tabel 2. Ketuntasan Belajar Siswa Kondisi Awal
Ketuntasan Belajar Siswa |
Kondisi Awal |
|
Jumlah |
% |
|
Tuntas |
15 siswa |
45.45% |
Tidak Tuntas |
18 siswa |
54.55% |
Jumlah |
33 siswa |
100,00 |
Rata-rata hasil belajar siswa pada kondisi awal adalah 66.52 dan ketuntasan belajar siswa secara klasikal pada kondisi awal hanya 15 atau 45.45%.
Siklus 1
Aktivitas siswa
Tabel. 3 Aktivitas Belajar Siswa Siklus 1
No. |
Aktivitas Belajar Siswa |
Skor (x) |
Jumlah Siswa (f) |
f.x |
1. |
Kurang aktif |
1 |
1 |
1 |
2. |
Cukup aktif |
2 |
12 |
24 |
3. |
Aktif |
3 |
16 |
48 |
4. |
Sangat aktif |
4 |
4 |
16 |
|
Jumlah |
|
33 |
89 |
Angka aktivitas belajar siswa pada siklus 1 adalah 67.42%.
Hasil belajar siswa
Tabel 4. Nilai Ulangan Siswa Siklus 1
No |
Uraian |
Nilai Ulangan Harian |
1. |
Nilai terendah |
50 |
2. |
Nilai tertinggi |
88 |
3. |
Nilai rerata |
69.64 |
4. |
Rentang nilai |
38 |
Tabel 5. Ketuntasan Belajar Siswa Siklus 1
Ketuntasan Belajar Siswa |
Siklus I |
|
Jumlah |
% |
|
Tuntas |
22 siswa |
66.67% |
Tidak Tuntas |
11 siswa |
33.33% |
Jumlah |
33 siswa |
100,00 |
Hasil belajar siswa siklus 1 rata-rata 69.64. Ketuntasan belajar siswa meningkat 66.67%. Walaupun sudah mengalami peningkatan tetapi belum sesuai dengan indikator kinerja dalam penelitian ini, sehingga perlu dilanjutkan tindakan pada siklus 2.
Siklus 2
Aktivitas siswa
Tabel. 6 Aktivitas Belajar Siswa Siklus 2
No. |
Aktivitas Belajar Siswa |
Skor (x) |
Jumlah Siswa (f) |
f.x |
1. |
Kurang aktif |
1 |
0 |
0 |
2. |
Cukup aktif |
2 |
5 |
10 |
3. |
Aktif |
3 |
12 |
36 |
4. |
Sangat aktif |
4 |
16 |
64 |
|
Jumlah |
|
33 |
110 |
Aktivitas belajar siswa pada siklus 2 adalah 83.33%.
Hasil belajar siswa
Tabel 7. Nilai Ulangan Siswa Siklus 2
No |
Uraian |
Nilai Ulangan Harian |
1. |
Nilai terendah |
60 |
2. |
Nilai tertinggi |
98 |
3. |
Nilai rerata |
76.36 |
4. |
Rentang nilai |
38 |
Tabel 8. Ketuntasan Belajar Siswa Siklus 1
Ketuntasan Belajar Siswa |
Siklus I |
|
Jumlah |
% |
|
Tuntas |
27 siswa |
81.82% |
Tidak Tuntas |
6 siswa |
18.18% |
Jumlah |
33 siswa |
100,00 |
Rata-rata nilai ulangan pada siklus 2 adalah 76.36 dan ketuntasan siswa 81.82%. Peningkatan ketuntasan belajar siswa secara klasikal ini sangat signifikan dengan peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa.
Pembahasan
Aktivitas siswa
Gambar 2. Diagram Aktivitas Belajar Siswa dalam Pembelajaran Geografi
Berdasarkan diagram diatas dapat dijelaskan (a) terdapat peningkatan aktivitas siswa dari kondisi awal ke siklus 1 sebesar 17.42%. (b) siklus 1 ke siklus 2 aktivitas siswa meningkat 15.91% . (c) kondisi awal ke siklus 2 terdapat peningkatan aktivitas siswa 33.33%.
Hasil belajar siswa
Gambar 4. Diagram Rata-Rata Hasil Ulangan Geografi
Berdasarkan diagram tersebut diatas, dapat dijelaskan bahwa (a) hasil ulangan dari kondisi awal ke siklus 1 meningkat 3.12. (b) hasil ulangan dari siklus 1 ke siklus 2 meningkat 6.72. (c) hasil ulangan dari kondisi awal ke siklus 2 meningkat sebesar 9.84.
Ketuntasan klasikal siswa
Gambar 5. Diagram Ketuntasan Klasikal
dalam Pembelajaran Geografi
Berdasar diagram diatas dapat dijelaskan bahwa terjadi peningkatan ketuntasan klasikal siswa kelas XI IPS 2 dalam pembelajaran Geografi materi dari kondisi awal ke siklus 1 terjadi peningkatan ketuntasan klasikal sebesar 21.22%. (b) Siklus 1 ke siklus 2 terjadi peningkatan ketuntasan klasikal sebesar 15.15%. (c) Kondisi awal ke siklus 2 terjadi peningkatan ketuntasan klasikal sebesar 36.37%.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil beberapa simpulan yaitu melalui penarapan model pembelajaran “pemalang” dapat meningkatkan (1) aktivitas siswa sebesar 33.33%, (2) hasil belajar siswa sebesar 9.84 dan (3) ketuntasan klasikal siswa sebesar 36.37%.
Saran
Melalui penelitian tindakan kelas ini disarankan bagi guru agar menerapkan model pembelajaran “pemalang” dalam membahas materi yang berhubungan dengan masyarakat. Guru lebih kreatif lagi mengembangkan model pembelajaran “pemalang” dan guru dapat mengidentifikasi siswa yang kesulitan dalam berinteraksi dengan masyarakat untuk selanjutnya mencari jalan penyelesaiannya.
Bagi siswa diharapkan lebih kreatif dan aktif dalam berinteraksi dengan masyarakat. Siswa juga diharap lebih peka terhadap permasalahan-permasalahan dalam masyarakat dan lebih kreatif mencari pemecahannya. Siswa diharapkan dapat menghubungkan materi yang dipelajari dengan fakta di masyarakat sehingga dalam memahami materi lebih mudah dan mendalam.
DAFTAR PUSTAKA
Asmani, Jamal Ma’mur. 2010. 7 Tips Aplikasi PAKEM. Yogyakarta: DIVA Press
Munawar, Indra.2009. Pengertian Hasil Belajar. http://indramunawar.blogspot.com (diunduh 23 Pebruari 2011)
Rusman. 2010. Model – Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Press