PENGARUH BUDAYA MODERN TERHADAP KESENIAN

TARI TOPENG IRENG DI DESA NGRAWAN KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG

 

Tri Utami

Sunardi

Tri Widiarto

Program Studi S1 Pendidikan Sejarah FKIP-UKSW- Salatiga

ABSTRAK

Masyarakat desa Ngrawan masih menjaga dan melestarikan kesenian tradisional sebagai kebudayaan lokal yang mereka miliki. Kesenian yang beragam memberikan ciri tersendiri untuk desa Ngrawan. Berkembangnya jaman tidak membuat Tari Topeng Ireng hilang, namun dengan berkembangnya jaman membuat Tari Topeng Ireng tetap eksis. Adanya proses akulturasi budaya menjadikan Tari Topeng Ireng semakin digemari oleh masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi adanya perubahan pada Tari Topeng Ireng dan mendriskripsikan bagaimana Tari Topeng Ireng dapat mengikuti perkembangan jaman. Pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, studi pustaka, dan studi dokumen. Hasil penelitian adalah faktor yang mempengaruhi adanya perubahan yaitu organisasi, pemain/anggota, masyarakat, kemajuan teknologi dan perkembangan musik dan lagu. Dengan mengkolaborasikan antara tradisional dan modern Tari Topeng Ireng dapat mengikuti arus perkembangan jaman dan masih menjadi kesenian yang diminati oleh masyarakat.

Kata Kunci: Kebudayaan, Kesenian, Akulturasi, Tari Topeng Ireng

 

PENDAHULUAN

Manusia merupakan mahkluk sosial yang berbudaya, setiap manusia memiliki identitas yang berbeda dengan manusia lain. Manusia memiliki ciri tersendiri dan dalam mengungkapkan dirinya melalui berbagai bentuk kebudayaan salah satunya ialah kesenian. Kesenian tradisional adalah kesenian yang diciptakan oleh sekumpulan masyarakat yang memiliki unsur keindahan yang hasilnya menjadi milik bersama (Alwi, 2003: 1028). Keseniaan merupakan unsur dari kebudayaan, kesenian itu sendiri dapat dibagi dalam berbagai jenis salah satunya ialah tari. Tari merupakan gerak, bukan gerak yang biasa dilakukan oleh semua orang melainkan gerak yang memiliki ritme atau tempo yang dilakukan dengan cara berkelompok dan memiliki gerak yang khas yang diiringi dengan musik, memakai kostum atau baju yang menarik dan memiliki tema dalam setiap pertunjukannya.

Kabupaten Semarang ialah salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang memiliki berbagai jenis kebudayaan. Misalnya di Desa Ngrawam kecematan Getasan memiliki ragam jenis kesenian antara lain Kuda Lumping, Keprajuritan, Warok, Rodat dan salah satunya Tari Topeng Ireng. Tari Topeng Ireng dulunya bernama Dayakan karena kata Dayakan menyinggung salah satu suku yang ada di Kalimantan dan menimbulkan isu SARA maka tari Dayakan ini diubah menjadi Tari Topeng Ireng. Tari Topeng Ireng merupakan tari tradisional yang terwujud dari kearifan lokal yang ada dalam masyarakat. Nama Topeng Ireng sendiri berasal dari kata “Toto Lempeng Irama Kenceng”. Toto berarti menata sedangkan Lempeng artinya lurus Irama artinya nada dan Kenceng berarti kencang. Topeng ireng berarti penarinya berbaris lurus dengan irama yang penuh semangat. Tari Topeng Ireng dulunya dipertunjukkan pada saat tertentu misalnya saat ada acara-acara khusus, ada pementasan diacara Pernikahan, Kitan, Saparan,dan lain-lain.

Pada masa sekarang ini banyak budaya yang masuk ke Indonesia. Budaya yang ada kini telah bercampur dengan budaya lokal. Budaya modern adalah budaya yang berkembang di jaman sekarang budaya modern ini dapat mempengaruhi kehidpan manusia dalam berbagai aspek seperti dalam ekonomi, politik, sosial, IPTEK bahkan dalam bidang budaya. Budaya selalu berkembang seiring berkembangnya ilmu pengetahuan manusia, sehingga budaya atau kebudayaan selalu mengalami perubahan yang dinamis. Proses ini sering disebut dengan akulturasi budaya, bercampurnya dua budaya namun tidak meninggalkan budaya yang lama. Perkembangan tari tradisional yang sangat pesat ini sekarang seni tari menjadi cabang ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri.(Soedarsono, 1972: 52).

Dengan adanya budaya modern Tari Topeng Ireng mengalami pencampuran budaya dan menghasilkan tarian yang indah dan harmonis. Dalam perkembangannya Tari Topeng Ireng sekarang ini menjadi sebuah suguhan yang sangat menarik bagi masyarakat. Tari Topeng Ireng juga berperan dalam pertumbuhan perkonomian baik bagi kelompok kesenian itu sendiri maupun bagi masyarakat Desa Ngrawan. Tari Topeng Ireng yang dulu hanya sebagai hiburan rakyat kini bertranformasi menjadi suguhan yang berkelas. Rumusan masalah penelitian adalah faktor apa saja yang mempengaruhi adanya perubahan dalam Tari Topeng Ireng dan bagaimana Tari Topeng Ireng dapat mengikuti perkembang jaman. Tujuan penelitian ini untuk menjelaskan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi adanya perubahan pada Tari Topeng Ireng. Dan mendriskripsikan bagaimana Tari Topeng Ireng dapat mengikuti perkembangan jaman. Manfaat Penelitian diharapkan bisa memberikan manfaat yaitu dapat memberikan kontribusi pada bidang antropologi budaya tentang pengaruh budaya modern terhadap Tari Topeng Ireng sebagai wujud dari kearifan lokal yang ada di Desa Ngrawan, kecamatan Getasan, kabupaten Semarang. Dan memperkenalkan Tari Topeng Ireng sebagai warisan masyarakat Jawa khusunya Jawa Tengah.

KAJIAN TEORI

Budaya kata dasar dari kebudayaan yang berasal dari bahasa sansakerta ”buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau “akal”. Koentjaraningrat mendefinisikan budaya sebagai “daya budi” yang berupa cipta, karsa dan rasa, sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa, dan rasa itu. Jadi budaya merupakan hasil dari kegiatan yang dilakukan manusia yang menghasilkan kebudayaan. (Koetjaraningrat, 1964: 76). Modern menurut Wijaya Nitisastra adalah sebuah proses transformasi dengan sebuah perubahan kearah yang lebih baik dan lebih maju dalam segala aspek yang ada dalam kehidupan baik dalam sisi politik, ekonomi, dan juga sosial. Dapat disimpulkan bahwa Budaya Modern adalah hasil dari budaya yang diciptakan oleh manusia yang mengalami tranformasi atau perubahan sesuai dengan perkembangan zaman sekarang ini (Modernisasi). Modernisasi itu seringkali sinonim dengan budaya modern, dengan hadirannya yang melibatkan berbagai ranah kebudayaan misalnya budaya pikir.(Nasruddin Anshoriy, 2013: 40).

Kesenian merupakan salah satu isi dari tujuh unsur kebudayaan yang disampaikan oleh Koentjaraningrat (1964). Kesenian adalah salah satu segi kebudayaan. Hubungannya dari segi-segi yang lain tidak dapat diabaikan, begitu juga mengenai peran dan seluk belunya. (Mahjunir. 1967: 163). Kesenian mengalami perubahan dari gejala-gejala dalam proses perubahan yang terjadi sepanjang masa baik dari dalam sendiri maupun perubahan-perubahan yang ada dalam masyarakat itu sendiri. Perubahan sosial dan kebudayaan ini merupakan perubahan yang dialami setiap masyarakat. Perubahan sosial dan kebudayaan selalu berkembang secara beriringan, tidak dapat dipisahkan bahkan saling mempengaruhi satu sama lain. Perubahan ini merupakan proses akulturasi budaya, akulturasi adalah proses sosial yang timbul dari satu kelompok manusia berhadapan dengan kebudayaan tertentu. Kebudayaan tersebut membawa nilai-nilai baru yang mengakibatkan diterimanya kebudayaan tersebut oleh nilai-nilai lokal, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan sendiri (Koentjaraningrat, 1976: 143).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksakan pada tanggal 10 bulan Juni 2019 sampai dengan tanggal 21 Juli 2019 di Desa Ngrawan, Kecamatan etasan, Kabupaten Semarang. Teknik pengambilan data melalui observasi dilakukan untuk mendapatkan data tentang Tari Topeng Ireng yaitu dokumentasi berupa foto-foto hasil wawancara dan pertunjukan Tari Topeng Ireng. Wawancara tak berstruktur kepada ketua paguyupan seni tari Rodatin Wahyu Illahi, anggota Tari Topeng Ireng, dan kepala Desa Ngrawan. Studi kepustakaan diperoleh dari buku-buku, skripsi, jurnal yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas untuk mendapatkan landasan teori dan konsep-konsep dalam penulisan ini. Studi pustaka tersebut dilakukan di perpustakaan Universitas Kristen Satya Wacana, perpustakaan daerah Kabupaten Semarang dan perpustakaan pribadi. Analisis data merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pengumpulan data. Teknik analisis data pada penelitian ini yaitu kualitatif deskriptif. Analisis data bertujuan untuk mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, menyederhanakan data dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasi. Perolehan data diolah dan dianalisis kembali untuk mendapatkan gambaran yang kongkrit dan jelas mengenai Tari Topeng Ireng. Seluruh hasil analisis dikemas dalam sebuah laporan yang sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Desa Ngrawan merupakan satuan wilayah pemerintahan yang berada di Kecamatan Getasan. Desa Ngrawan berdiri kira-kira sebelum tahun 1800an, yang terletak dilereng gunung Telomoyo bagian timur, yang dinamai Batur. Cikal bakal terbentuknya desa ini berawal dari kelurga yang bernama Nyi Joyo Kartiko. Asal kata Ngrawan ini berasal dari kata rawa karena daerah atau tanah yang ditempati adalah tanah persawahan maka lama kelamaan penduduk setempat menyebutnya dengan kata Ngrawan. Juga ada yang bilang kata Ngrawan diambil dari kata Bambang Irawan yaitu dari tokoh pemuda yang gagah perkasa yang menjadi pemimpin di desa waktu itu.

Desa Ngrawan terdiri dari 5 dusun/ kebayanan yaitu dusun Tanon, dusun Padan, dusun Ploso, dusun Tegalsari dan dusun Ngrawan itu sendiri. Desa Ngrawan terbagi atas 2 RW dan 17 RT yang memiliki jumlah penduduknya kurang lebih 1500 orang. Kebudayaan Masyarakat Desa Ngrawan. Di desa Ngrawan sekarang sudah lebih maju dan masyarakat masih mau melestarikan kebudayaan-kebudayaan yang ada sampai sekarang. Seperti kesenian, nyadran, saparan, dan festival desa untuk memperingati hari kemerdekaan RI. Wujud dari kebudayaan adalah kesenian, kesenian ini terdiri dari Kuda Lumping, Reog, Rodat, Topeng Gecul, Topeng Tembem, Warok, Keprajuritan, Kobro, Tari Topeng Ireng dan masih banyak lagi. Dengan adanya kesenian Desa Ngrawan berkembang kearah yang lebih maju lagi. Desa Ngrawan menjadi salah satu destinasi wisata Jawa Tengah yang mengutamakan kesenian tradisional yang masih sangat dinikmati rakyat ditengah arus perkembangan jaman.

Kesenian Tari Topeng Ireng

Sejarah Kesenian Tari Topeng Ireng di Desa Ngrawan

Tari Topeng Ireng berasal dari Kabupaten Magelang. Tari Topeng Ireng awalnya bernama Dayakan, karena nama Dayakan ini menimbulkan salah sangka, menyinggung salah satu Suku yang ada di Pulau Kalimantan dan menimbulkan isu SARA maka diganti dengan nama Tari Topeng Ireng. Topeng Ireng sendiri berasal dari kata “Toto Lempeng Irama Kenceng”. Toto berarti menata sedangkan Lempeng artinya lurus Irama artinya nada dan Kenceng berarti kencang. Topeng ireng berarti penarinya berbaris lurus dengan irama yang penuh semangat. Tari Topeng Ireng ini mainkan oleh 10-15 orang laki-laki dan perempuan yang memakai pakain seperti orang Dayak menggunakan pakaian atau rok yang berbentuk rumbai-rumbai, memakai mahkota yang indah yang terbuat dari bulu-bulu ayam, memakai sepatu boat dan memakai krincingan di kakinya yang mengisahkan seorang prajurit yang gagah berani. Sedangkan dalam riasannya kesenian topeng ireng memiliki khas tata cara coreng-coreng beraneka warna. Warna-warna memiliki simbol tersendiri, warna putih yang terdapat pada kuluk yang dikenakan pemain memiliki simbol kepala singa yg memiliki arti liar dan kuat tak tertandingi. Warna merah memiliki arti tegas dan berani, dan warna hitam memiliki arti kesederhanaan.

Tari Topeng Ireng juga diiringi musik dari seperangkat gamelan dan lagu-lagu bernadakan islami. Pada tahun 2010 Kesenian Tari Topeng Ireng pertama kali dibawa oleh kelompok seni tari Rodatin Wahyu Illahi yang belajar tari Topeng Ireng di Desa Sawit Kecamatan Ngablak. Tari Topeng Ireng merupakan perkembangan dari Seni Tari Rodat. Kesenian Tari Topeng Ireng merupakan kesenian yang sedang diminati pemuda-pemudi yang ada di Desa Ngrawan khususnya pemuda Ngrawan tiga. Dalam organisasi keanggotaan pada tahun 2010 diketuai oleh bapak Sunar, dan pada tahun 2016 digantikan oleh bapak Junari. Organisasi ini memiliki kurang lebih 40 anggota yang terdiri dari penari, pemain musik, perias, dan ketua.

Unsur-unsur yang ada dalam Tari Topeng Ireng yaitu, sebagai berikut gerakan Tari Topeng Ireng merupakan tarian yang memiliki gerakan enerjik, lincah dan luwes. Dalam pementasan formasi yang digunakan adalah 1-2-3-4 dan seterusnya menyesuaikan dengan tepat atau lokasi, pemain yang paling depan itu dapat disebut sebagai pemimpin dan yang hafal gerakannya. Gerakan yang ada dalam tari Topeng Ireng ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu “Atur Sugeng” (mengucapkan selamat datang) untuk para penonton, “Pemuda” dan “Ayo Prokonco” (mengajak teman).

Musik menurut Sylado (1893: 12)[1] adalah suatu wujud yang hidup dari beberapa ilusi dan alunan suara. Dengan adanya alunan musik dan nada maka akan menggerakkan isi jiwa manusia sebagai penikmatnya. Musik yang digunakan untuk mengiringi pementasan tari Topeng Ireng dulunya adalah musik yang masih sangat sederhana yaitu menggunakan alat musik klasik seperti Bonang Tiga, Jedor dan Tiplak Rebana. Namun lambat laun semakin kesini alat musik yang digunakan untuk mengiringi pertunjukan Topeng Ireng mengalami perkembangan seiring berkembangnya jaman. Alat musik yang digunakan kini semakin modern misalnya Keyboard, Gitar, Bass, dan Drum. Musik yang sekarang ini digunakan merupakan musik yang dikolaborasikan antara gamelan dan musik-musik modern. Musik Tari Topeng Ireng yang kini dapat dikolaborasikan dengan musik Dangdut, Campursari, Reggae, Pop bahkan bernuansakan musik Bali.

Tembang atau lagu adalah Tembang yang digunakan untuk mengiringi pementasan tari Topeng Ireng merupakan syair/tembang jawa yang bernuansakan Islami, yaitu tembang-tembang yang diajarkan dan digunakan Walisongo dalam menyiarkan agama Islam. Ayo Prokonco Dolanan, Pemuda (menurut daerahnya), dan Atur Sugeng. Seiring perkembangan jaman lagu-lagu yang digunakan dalam mengiringi Tari Topeng Ireng mulai bermacam-macam sesuai dengan lagu-lagu yang lagi tren saat ini. Seperti lagu campursari, lagu kebangsaan, lagu dangdut, regge bahkan lagu pop bisa digunakan. Lagu wajib yang digunakan biasanya hanya di awal pergantian gerakan saja setelah itu dilanjutkan dengan lagu-lagu yang lain. Lagu untuk jalannya (kiprahnya) menggunakan lagu bebas.

Kostum yang digunakan oleh penari Topeng Ireng ini seperti orang dayak. Dari mahkota sampai ujung kaki sangat menarik untuk di pandang dan memberikan rasa keindahan meski sangat sederhana. Kostum yang digunakan Tari Topeng Ireng yang sekarang kini sudah mengalami proses akulturasi yang di gabungkan dengan kostum reog Kostum ini dibagi menjadi tiga yaitu

  • Bagian kepala ini ada mahkota (lancur/kuluk).

Mahkota yang digunakan penari ini memberikan kesan seorang perkasa yang memiliki kekuasaan yang kuat dan megah. Mahkota yang dipakai oleh para penari berbeda dengan yang dulu mahkota yang sekarang dipakai telah mengalami perkembangan baik dari bahan yang digunakan model yang dipakai. Bahan yang sekarang digunakan sekarang menggunakan bulu sintetis, hiasan dari gliter dan hiasan yang lainnya, jadi setiap pemain modelnya berbeda-beda tergantung kreatifitasnya masing-masing.

  • Bagian dada, lengan dan pergelangan tangan
  • Bagian dada (Badong). Badong yang digunakan sekarang seperti yang digunakan untuk Reog. Badong yang sekarang terbuat dari kain yang dilapisi manik-manik dan dikasih rumbai-rumbai sehingga terkesan mewah.
  • Lengan dan pergelangan tangan (Gelang). Gelang ini merupakan kreasi dari kostum Reog dikolaborasikan dengan Tari Topeng Ireng.
  • Bagian pinggang dan kaki

Bagian pinggang (sayak/rok), pergelangan kaki (Krincingan dan gelang) dan sepatu boot

Riasan merupakan seni yang mengutamakan keindahan, keindahan yang dimaksud adalah keluwesan yang memberikan makna dan memberikan simbol dari Tari Topeng Ireng. Dengan adanya riasan ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai Tari Topeng Ireng. Makna corak yang digunakan dalam Tari Topeng Ireng ini dulunya hanya untuk mengelabuhi musuh saja. Kabupaten Magelang terdapat tiga ciri riasan yang pertama ciri Borobudur yaitu corak riasannya setengah macan dan setengah kucing. Kedua, yaitu Muntilan corak riasannya setengah kucing dan lebih ayu (cantik). Dan yang ketiga, yaitu Kabupaten Magelang yang memiliki ciri semakin ayu (cantik). Corak ini semakin ke arah timur yaitu daerah Boyolali maka semakin lebih Ayu dan musiknya menjadi Dangdut atau Reggae, menjadi semakin rusak atau tidak ada Pakemnya lagi. Corak riasan yang digunakan oleh kelompok Kesenian Tari Topeng Ireng di desa Ngrawan menggunakan ciri corak riasannya dari Kabupaten Magelang, riasannya ayu namun masih tetap ada ciri khas dari aslinya. Perpaduan yang digunakan sekarang ini memberikan warna tersendiri untuk Tari Topeng Ireng.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Akulturasi

Faktor Internal yaitu Organisasi merupakan perkumpulan pemuda dan para sesepuh dalam melestarikan kesenian tradisional yang ada di Desa Ngrawan. Organisasi Rodatin Wahyu Illahi merupakan sebuah organisasi yang bergerak dalam bidang kesenian. Organisasi ini memiliki tiga kesenian yaitu Rodat, Kobro Dan Tari Topeng. Organisasi yang telah berdiri kurang lebih 20 tahun ini dulunya hanya melestarikan satu kesenian saja yaitu Rodat tarian yang bernuansakan Islami. Seiring berkembangnya zaman dan telah majunya pemikiran atau gagasan-gagasan kelompok Rodatin Wahyu Illahi maka organisasi berkreasi dan menambah dua kesenian lagi meski bukan kesenian asli dari Desa Ngrawan. Kesenian itu bernama Kobro dan Tari Topeng Ireng.

Angota kesenian Tari Topeng Ireng memiliki pemahaman yang ingin berkembang. Perkembangan yang ingin dicapai agar kesenian Tari Topeng Ireng selalu digemari oleh semua penikmat kesenian. Sebagai orang muda jaman sekarang pasti mereka juga merasa tidak memiliki greget dalam berseni, karena mereka juga pasti memiliki rasa ingin maju seiring berkembangnya jaman agar mereka tidak dibilang kuno, norak dan jadul karna melestarikan budaya lokal namun setelah dikolaborasikan dengan budaya sekarang Tari Topeng Ireng telah memikat para penikmatnya dengan suasana yang baru membuahkan kolaborasi yang bagus dan dapat diterima oleh masyarakat tanpa menghilangkan budaya lokal.

Faktor eksternal yaitu Masyarakat, hal penting dalam pemasaran Tari Topeng Ireng ini adalah minat masyarakat. karena sangat menentukan laku dan tidaknya kesenian itu sendiri, jadi faktor masyarakatlah yang menentukan kesenian itu masih disukai atau tidak. Setiap organisasi kesenian harus berpikir kritis dan memiliki kreatifitas yang tinggi karena harus bisa mengikuti perkembangan jaman dan dapat membaca minat masyarakat. jika tidak dapat mengikuti permintaan pasar maka kesenian ini akan hilang dan terlupakan begitu saja.

Kemajuan teknologi yang begitu cepat sekarang-sekarang ini memberikan dampak dalam setiap kehidupan manusia tidak terkecuali dalam bidang kesenian. Kemajuan teknologi sangat membantu para penggiat seni Tari Topeng Ireng untuk mempromosikan Tari Topeng Ireng ke masyarakat luas. Dengan menggunakan media sosial maka masyarakat luas dapat mengetahui kesenian Tari Topeng Ireng yang ada di Desa Ngrawan, mereka dapat berkunjung ke Desa Ngrawan untuk melihat dan menikmati kesenian Tari Topeng Ireng. Sehingga masyarakat ikut berkontribusi dalam melestarikan budaya lokal. Dan seiring berkembangnya jaman banyak dari grup kesenian yang menggunakan kemajuan teknologi dalam bidang teknologi penyimpanan seperti flashdisk. Karena dengan menggunakan flashdisk semua arasemen yang dibutuhkan untuk pementasan Tari Topeng Ireng dapat disimpan dan tidak membutuhkan banyak pemain musik untuk mengiringi pementasan Tari Topeng Ireng dan lebih efisien.

Perkembangan dalam bidang musik dan lagu ini sangat berpengaruh dalam pekembangan kesenian Tari Topeng Ireng. Musik modern yang dipakai dalam mengiringi kesenian ini memiliki peran yang penting karena jika tidak menggunakan alat musik modern yang ada maka setiap kali pentas harus menggunakan musik tradisional yang banyak dan jika salah seorang pemain sedang berhalangan ikut maka harus mencari pengganti. Tidak seperti jika menggunakan alat musik modern seperti keyboard dalam alat musik ini terdapat banyak instrumen-istrumen, jenis-jenis musik seperti seperangkat gamelan, angklung, dan yang lainnya hanya dengan satu alat musik modern saja sudah dapat mewakili bayak alat musik. Perkembangan lagu-lagu yang adal di provinsi Jawa Tengah bahkan di Indonesia ini juga mempengaruhi dalam kesenian Tari Topeng Ireng. Banyak lagu-lagu yang tren saat ini di kolaborasikan dengan gerakan tari Topeng Ireng. Dengan kolaborasi yang tepat memberikan suasana yang berbeda dalam tarian Topeng Ireng senghingga dapat dinikmati oleh semua kalangan baik yang muda maupun orang tua.

Dampak

Kesenian tari Topeng Ireng memberikan manfaat yang baik bagi organisasi, anggota, desa bahkan untuk masyarakat setempat. Dampak positif yang diberikan pada bidang organisasi dan anggota adalah menjadikan kesenian ini semakin terkenal dan dapat menambah penghasilan untuk anggota. Semakin terjalinnya rasa kekeluargaan antar anggota yang ada dalam organisasi. Memberikan kegitan yang positif bagi para anggota terkhusus para pemuda. Para pemuda semakin mencintai budaya sendiri (tradisional). Dampak bagi desa yaitu menjadikan desa semakin terkenal di luar daerah, dalam bidang kesenian. Menjadikan desa sebagai obyek wisata daerah. Memberikan ciri khas di desa Ngrawan menjadi desa tari karena memiliki banyak kesenian. Dampak positif bagi masyarakat yaitu masyarakat semakain tahu, mencintai bahkan mau untuk melestarikan budaya lokal yang dimiliki desa Ngrawan. Memberikan penghasilan tambahan bagi para pedagang yang berjualan disekitar pertunjukan atau saat ada kunjungan wisata.

 

 

SIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil yang sudah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan yaitu budaya modern yang mempengaruhi unsur-unsur tari dalam Tari Topeng Ireng yaitu pada unsur gerak, musik, kostum, lagu/tembang dan riasan. Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi dalam akulturasi yaitu faktor internal adalah organisasi dan anggota, sedangkan dari faktor eksternal meliputi masyarakat, teknologi, perkembangan musik dan perkembangan lagu. Tari topeng ireng memberikan dampak positif bagi organisasi, anggota, desa dan bahkan masyarakat setempat baik dalam aspek sosial, ekonomi, budaya dan pariwisata.

Saran

Kesenian tari topeng ireng yang ada di Desa Ngrawan Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Berikut ada beberapa saran yang ingin peneliti sampaikan, yaitu sebagai berikut:

  1. Kepada warga di Desa Ngrawan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, agar tetap mempertahankan dan menjaga kesenian Tari Topeng Ireng supaya oleh anak, cucu, buyut dan seterusnya dapat mengetahui kesenian Tari Topeng Ireng.
  2. Kepada pemerintahan setempat agar dapat memberikan kontribusinya setidaknya dengan memperkenalkan budaya setempat ke daerah-daerah yang lain supaya dapat memberikan dampak dalam aspek soasial ekonomi pada masyarakat setempat.
  3. Kepada para penonton supaya tidak hanya melihat tetapi mempelajari kesenian Tari Topeng Ireng. Dengan mempelajari kesenian tersebut maka ikut serta dalam pelestarian budaya lokal.
  4. Kepada paguyupan Rodatin Wahyu Illahi agar lebih menjaga dan mengembangkan kesenian Tari Topeng Ireng yang ada dengan mengkolaborasikan dengan kearifan lokal agar kesenian Tari Topeng Ireng tidak hilang seiring berkembangnya jaman.

DAFTAR PUSTAKA

Budiman, Hikmat. 2004. Perkembangan Kebudayaan Indonesia “Seni Rupa, Tari, Teater, Film, Sastra, Musik Dan Penerbitan”. Jakarta: The Japan Foundation.

Ch Anshoriy. Nasruddin. 2013. Strategi Kebudayaan “Titik Balik Kebangkitan Nasional”. Malang: Universitas Brawijaya Press.

H.Sulasman & Setia Gumilar. 2013. Teori- Teori Kebudayaan (Dari Teori Hingga Aplikasi). Bandung: Pustaka Setia.

Heri, Poerwanto. 2000. Kebudayaan dan Lingkungan dalam Perspektif Antropologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Koentjaraningrat.1969. Pengantar Antropologi, Edisi Ke-3. Djakarta: P.D.Aksara.

Mahjunir. 1967. Pokok-Pokok Antropologi Dan Kebudajaan. Jakarta: Bhratara.

Rohidi. Tjetjep Rohendi.2016. Pendidikan Seni (Isu Dan Paradikma). Semarang: Cipta Prima Nusantara.

Soedarsono. 1972. Djawa Dan Bali (Dua Pusat Perkembangan Drama Tari Tradisional di Indonesia). Jogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sutrisno, Mudji & Hendar Putranto. 2005. Teori-Teori Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius.

Sylado, Remi. 1983. Menuju Apresiasi Musik. Bandung: Angkasa.

 

 

[1]     Sylado, Remi. 1983. “Menuju Apresiasi Musik”. Bandung: Angkasa.