PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN SUPERVISI

KEPALA SEKOLAH TERHADAP PERSEPSI KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN SURUH

KABUPATEN SEMARANG

Erma Lilis Suryani

Sudharta

Feny Roshayanti

Program Pascasarjana Universitas PGRI Semarang

ABSTRACT

The problems in this study is: (1) is there a positive influence of leadership style on the perception of pedagogical competence of elementary school teachers?, (2) is there a positive influence of school principal supervision on the perception of pedagogical competence of elementary school teachers? (3) is there a positive influence of the principal’s leadership and supervision style on the perception of the pedagogical competence of elementary school teachers? The purpose on this study is to: (1) know the influence of Principal Leadership Style on Teacher’s Pedagogic Competence Perception, (2) know the effect of Principal Supervision on Teacher’s Pedagogical Competence Perception, (3) know the influence of Principal Leadership Style and Supervision on Teacher’s Pedagogical Competence Perception. The study population was 260 teachers, a sample of 148 teachers with Propotional Random Sampling techniques. Methods of data collection with questionnaires, preliminary test with normality, homogeneity, heteroscedasticity, multicolourierity and linearity test. Test the hypothesis by simple and multiple linear regression analysis processed using SPSS 22. Research results show: (1) There is a positive influence between leadership style on the perception of teacher pedagogical competence which is expressed by the equation Ŷ = 122,313 + 0,681X1 with a correlation strength of 0,580 with a contribution of 33,6%. (2) There is a positive influence between Principal Supervision on the perceptions of teacher pedagogical competencies expressed by the equation Ŷ = 66,667 + 1,298X2 with a correlation strength of 0,855 with a contribution of 73,2%.%. (3) There is a positive influence between leadership style and superintendence of schools which is expressed by the equation Ŷ = 51,709 + 0,194X1 + 0,757X2 with a correlation strength of 0,872 with a contribution of 76%. Based on the results of the study, it is necessary to apply leadership styles that are adjusted to the maturity level of the teacher, especially giving responsibility in completing the task and it is expected that the principal will carry out supervision effectively, so that the quality of learning increases, there by increasing the teacher’s pedagogical competence.

Key words: Leadership Style, Supervision, Competency Perception of Teachers

 

Latar Belakang Masalah

Fenomena yang terjadi pada guru Sekolah Dasar di Kecamatan Suruh (Disampaikan Ketua KKKS pada saat pertemuan KKG bulan Mei 2018) masih ada 30 (67%) guru dari Gugus Cempaka sejumlah 5 sekolah dengan jumlah guru 45 orang sedangkan 15 (33%) guru memberikan gambaran bahwa guru dalam proses pembelajaran, kurang memberikan kebebasan kepada peserta didik dalam menyampaikan aspirasi dan pendapat dalam proses pembelajaran. Guru belum memahami prinsip pengembangan kurikulum, karena belum merancang RPP sesuai silabus. Guru belum mampu memilih materi pembelajaran secara benar sesuai dengan pendekatan yang dipilih yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik. Pelaksanakan penilaian guru belum mengembangkan indikator dan instrumen penilaian. Fenomena ini menunjukkan bahwa masih rendahnya kemauan dan kreatifitas guru Sekolah Dasar di Kecamatan Suruh, yang berarti akan terlihat kompetensi pedagogik yang dimiliki guru dalam menunjang proses pembelajaran di sekolah.

Peran kepala sekolah merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi kompetensi pedagogic guru. Kepala sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan guru yang professional, karena guru professional memerlukan pemimpin dan kepemimpinan kepala sekolah yang professional juga. Keprofesionalan kepala sekolah salah satunya dapat dilihat dari gaya memimpin dan mempengaruhi bawahan dalam hal ini guru. Kepala Sekolah dalam mengelola organisasi sekolah, menampilkan gaya memimpin dan mempengaruhi perilaku orangt-orang yang dipimpin. Penerapan gaya kepemimpinan yang tepat akan mempunyai pengaruh yang berarti dalam mempengaruhi guru bekerja secara professional. Sekolah Dasar di Kecamatan Suruh, dalam menjalankan perannya Kepala sekolah belum mampu mencapai hasil yang terbaik, diantaranya kepala sekolah tidak mampu mengenali kebutuhan guru terkait dengan peningkatan profesionalisme guru. Banyak kendala yang dihadapi belum dapat diatasi, hal ini disebabkan kepemimpinan kepala sekolah yang tidak disesuaikan dengan kondisi sekolah. Kepemimpinan di Sekolah Dasar Kecamatan Suruh dalam pemberian tugas kepada guru masih dalam pemberian penugasan dan pengawasan dengan ketat. Pemberian tugas dengan pengawasan ketat akan memberikan ketidak nyamanan dalam bekerja dan akan memengaruhi kreatifitas profesionalisme guru tidak berkembang. Pemimpin dalam memberikan bantuan atau dukungan kepada guru dalam menyelesaikan tugas rendah. (disampaikan ketua KKKS Sekolah Dasar Kecamatan Suruh). Berdasarkan hasil wawancara ditemukan pula fakta bahwa kepala sekolah belum menerapkan pola kepemimpinan yang mampu membangkitkan kemampuan professional guru, terkadang kepala sekolah kurang memperhatikan kebutuhan guru dalam pengembangan kompetensinya. Selain itu masih ada kepala sekolah yang kurang memberi bantuan guru dalam melakukan perbaikan pembelajaran, sehingga menyebabkan guru tidak memiliki kesempatan untuk melakukan peningkatan profesionalismenya khususnya kompetensi pedagogik. Gaya kepemimpinan kepala sekolah menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi profesionalitas guru (Kartini, 2011: 37), Selain itu seperti yang disampaikan Glattorn sebagaimana yang dikutip Syahrir (2015: 1) ada keterkaitan yang kuat antara gaya kepemimpinan dengan hasil keefektifan dalam memimpin dan menjalankan proses pendidikan disekolah.

Permasalahan rendahnya kompetensi pedagogik juga disebabkan beberapa hal, diantaranya kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi belum menerapkan berbagai metode, pendekatan, teknik dan prinsip-prinsip supervisi yang disesuaikan dengan kebutuhan guru, sehingga belum bisa membantu guru dalam meningkatkan kualitas pembelajarannya. Sesuai Permendiknas No.13 tahun 2007, kepala sekolah memiliki kompetensi supervisi dimana kepala sekolah harus membantu guru dalam rangka meningkatkan profesionalisme. Supervisi kepala sekolah di Sekolah Dasar di Kecamatan Suruh dalam pelaksanaannya lebih ditekankan pada aspek administratif sesuai petunjuk. Selain itu keterbatasan waktu kepala sekolah dalam melaksanakan tugas administratif dan tugas supervisor mengakibatkan pelaksanaan supervisi belum dilaksanakan sepenuhnya (Disampaikan ketua Kelompok Kerja Kepala Sekolah Dasar Kecamatan Suruh). Masih menurut beliau, belum ditemukan cara yang lebih efektif yang dilakukan kepala sekolah dalam melaksanakana supervisi.

Berdasarkan observasi awal pada bulan Mei 2018 di Sekolah Dasar di Kecamatan Suruh, ditemukan permasalahan pelaksanaan supervisi belum berjalan dengan baik, hal ini dilihat dari pelaksanaan supervisi yang baru dilakukan satu tahun satu kali tiap kelas, yang idealnya dilaksanakan minimal satu semester dua kali tiap kelas. Karena kesibukan kepala sekolah belum melakukan kunjungan kelas untuk mengetahui pengalaman proses pembelajaran guru. Kepala sekolah dalam melaksanakan kunjungan kelas bersifat formalitas, hanya diawal kegiatan pembelajaran, tidak sampai diakhir proses pembelajaran. Kepala sekolah melaksanakan supervisi tidak diikuti tindak lanjut serta membuat pelaporan untuk pengembangan lebih lanjut. Supervisi hanya dilaksanakan sekedar memenuhi tugas atau hanya menggugurkan kewajiban, sehingga tujuan utama pelaksanaan supervisi membantu guru dalam memperbaiki proses pembelajaran tidak tercapai.

Untuk melaksanakan supervisi secara efektif diperlukan ketrampilan konseptual, interpersonal dan teknikal. Kepala sekolah harus memiliki ketrampilan teknikal berupa kemampuan menerapkan teknik-teknik yang tepat dalam melaksanakan supervisi. Seperti yang dikatakan oleh Glickman dalam Rachmawati dan Daryanto (2015: 36) supervisi akademik merupakan serangkaian kegiatan yang membantu guru untuk mengembangkan keahliannya mengelola proses pembelajaran demi tercapainya tujuan pembelajaran. Salah satu kompetensi yang dimiliki kepala sekolah sebagai supervisor, harus menyusun perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut, serta membuat pelaporan untuk pengembangan lebih lanjut.

Menurut UUSPN, Setiap kepala sekolah harus memiliki dan menguasai konsep supervisi akademik yang meliputi: pengertian, tujuan dan fungsi, prinsip-prinsip, dan dimensi-dimensi substansi supervisi akademik. Supervisi akademik yang dilakukan kepala sekolah menurut Machali dan Hidayat (2015: 153) antara lain: a. Memahami konsep, prinsip, teori dasar, karakteristik, dan kecenderungan perkembangan tiap bidang pengembangan pembelajaran kreatif, inovatif, pemecahan masalah, berpikir kritis dan naluri kewirausahaan, b. Membimbing guru dalam menyusun silabus tiap bidang pengembangan di sekolah/sekolah atau mata pelajaran di sekolah/sekolah berlandaskan standar isi, standar kompetensi dan kompetensi dasar, dan prinsip-prinsip pengembangan Kurikulum, c. Membimbing guru dalam memilih dan menggunakan strategi/metode/teknik pembelajaran/bimbingan yang dapat mengembangkan berbagai potensi siswa, d. Membimbing guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran/ bimbingan (di kelas, laboratorium, dan/atau di lapangan) untuk mengembangkan potensi siswa, e. Membimbing guru dalam mengelola, merawat, mengembangkan dan menggunakan media pendidikan dan fasilitas pembelajaran, f. Memotivasi guru untuk memanfaatkan teknologi informasi untuk pembelajaran. Kompetensi supervisi akademik intinya adalah membina guru dalam meningkatkan mutu proses pembelajaran.

Sasaran supervisi akademik adalah guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, yang terdiri dari materi pokok dalam proses pembelajaran, penyusunan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), pemilihan strategi/ metode/ teknik pembelajaran, penggunaan media dan teknologi informasi dalam pembelajaran, menilai proses dan hasil pembelajaran. Kurangnya kreativitas guru dalam menetapkan berbagai pendekatan, strategi, metode dan teknik dalam pembelajaran, sehingga pembelajaran terasa membosankan bagi siswa yang berdampak tujuan pembelajaran tidak tercapai. Permasalahan yang muncul di ligkungan pendidikan Sekolah Dasar di lingkungan Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang guru belum sepenuhnya mendapatkan bimbingan dan binaan dalam memilih dan menggunakan strategi/ metode/ teknik pembelajaran yang dapat mengembangkan berbagai potensi siswa. Guru juga belum mendapat bimbingan dalam melaksanakan kegiatan di kelas untuk mengembangkan potensi siswa, hal ini mengakibatkan rendahnya kompetensi pedagogik guru.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, judul penelitian ini adalah: “Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Supervisi Kepala Sekolah terhadap Persepsi Kompetensi Pedagogik Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang.”

KAJIAN PUSTAKA

Pengertian Kompetensi Pedagogik

Unsur terpenting sebuah profesi adalah penguasaan sejumlah kompetensi sebagai keahlian khusus yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan khusus, untuk melaksanakan pembelajaran secara efektif dan efisien. Seperti yang terkandung di dalam UU RI No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen menjelaskan bahwa kompetensi merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.

Kompetensi guru berkaitan dengan profesionalisme adalah guru yang berkompeten dibidangnya. Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru profesional menurut Rusman (2012: 22) diantaranya adalah kompetensi pedagogik yaitu kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Guru yang profesional adalah guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pembelajaran diantaranya kompetensi pedagogik, menurut Undang-undang RI No.14 Tahun 2005, kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi profesionalisme guru merupakan kemampuan memiliki keahlian dan kewenangan dalam menjalankan profesi, hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan engeksplorasi dan mengelaborasi kemampuannya. Wahyudi (2009: 115) kompetensi pedagogik yaitu kemampuan seorang guru dalam mengelola proses pembelajaran peserta didik. Di dalam dunia pendidikan, guru adalah seorang pendidik, pembimbing, pelatih, yang dapat menciptakan kondisi dan suasana belajar yang kondusif, yaitu suasana yang menyenangkan, menarik, memberi rasa aman, memberi ruang pada siswa untuk berfikir aktif, kreatif, dan inovatif dalam pembelajaran Seperti yang disampaikan Wibowo dan Hamrin (2012: 110) kompetensi pedagogik adalah pemahaman guru terhadap anak didik, perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan anak didik untuk mengaktualisasikan sebagai potensi yang dimilikinya dan untuk mencapai hasil belajar siswa yang baik.

Guru harus menguasai manajemen kurikulum, mulai dari merencanakan, melaksanakan, serta mengevaluasi kurikulum, serta memiliki pemahaman tentang psikologi pendidikan, terutama terhadap kebutuhan dan perkembangan peserta didik agar kegiatan pembelajaran lebih bermakna dan berhasil guna. Hal ini terangkum dari kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru yang profesional yaitu kompetensi pedagogik dalam Irianto dan Prihatin (2017: 344-345) adalah: memahami dengan baik-baik dan ciri-ciri peserta didik yang tumbuh dan berkembang, memahami potensi peserta didik, memahami teori belajar, Selain itu masih menurut Irianto dan prihatin guru yang profesional juga harus menguasai berbagai model dan strategi pembelajaran, menguasai cara-cara menerapkan ICT dalam proses pembelajaran, menguasai bahasa Indonesia yang baik dan benar, menguasai pendekatan pedagogik, menguasai cara merancang proses belajar mengajar komprehensif, juga masih dijelaskan Irianto dan Prihatin guru harus menguasai cara menilai kemajuan belajar peserta didik secara total, menguasai cara membimbing peserta didik apabila menghadapi persoalan dalam pembelajaran, menguasai prinsip dan proses mengelola kelas serta proses belajar mengajar dalam Kelas.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru, lebih rinci dijelaskan tentang apa saja yang harus dimiliki dan dikuasai oleh guru terkait dengan kompetensi pedagogik. Kompetensi inti dijelaskan Machali dan Hidayat (2016: 331-332) sebagai berikut: guru harus menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual; menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik; mengembangkan kurikulum terkait dengan mata pelajaran yang diampu. Selain itu masih kata Machali dan Hidayat guru harus bisa menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik; memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran; memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. Lebih lanjut Machali dan Hidayat menjelaskan guru juga harus mampu berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik; menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar; Selain penjabaran diatas guru juga harus mampu memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran: serta melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

Berkaitan dengan kompetensi tersebut sangat penting maka guru harus memiliki kemampuan dalam pengelolaan peserta didik, seperti dalam Sagala (2011: 32) meliputi pemahaman wawasan landasan dan filsafat pendidikan; memahami potensi dan keberagaman peserta didik; mampu mengembangkan kurikulum/silabus; mampu menyusun rencana dan strategi pembelajaran; penjelasan lain oleh sagala dalam pengelolaan peserta didik, guru juga harus mampu melaksanakan pembelajaran yang mendidik dengan suasana dialogis dan interaktif, mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar serta mampu mengembangkan bakat dan minat peserta didik melalui kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki oleh peserta didik.

Berdasarkan beberapa pengertian dan penjelasan tentang kompetensi pedagogik dapat disimpulkan, kompetensi pedagogik adalah kemampuan dalam proses pembelajaran yang memuat pemahaman tentang karakter, sifat, ciri peserta didik dan perkembangannya, mengerti metodologi mengajar, menguasai sistem evaluasi yang baik dan tepat sehingga bisa meningkatkan kemampuan siswa. Dari beberapa penjelasan tentang kompetensi pedagogik jelas bahwa guru perlu mengenal anak didik, memahami sifat-sifat, karakter, tingkat pemikiran, perkembangan fisik dan psikis anak didik. Dengan mengerti hal-hal tersebut guru akan mudah mengerti kesulitan dan kemudahan anak didik dalam belajar. Selain itu guru harus menguasai beberapa teori pendidikan, dengan demikian guru dapat memilih mana yang paling tepat untuk membantu perkembangan anak didik. Guru juga diharapkan memahami bermacam-macam model pembelajaran, membuat sistem evaluasi yang tepat dengan harapan guru mampu melaksanakan proses pembelajaran secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Gaya Kepemimpinan

Kepala sekolah sebagai pucuk pimpinan dalam menjalankan roda organisasi disekolah organisasi disekolah tentu saja memiliki ciri atau teknik memimpin. Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang dipergunakan seseorang pada saat seseorang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain. Gaya kepemimpinan menurut Machali, Hidayat (2016: 89) merupakan sekumpulan ciri yang digunakan pimpinan untuk mempengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai disebut gaya kepemimpinan. Selanjutnya masih gaya kepemimpinan menurut Mulyasa (2014: 108) gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi para pengikutnya. Sedangkan menurut Priansa, Somad (2014: 199-200) gaya kepemimpinan adalah suatu pola perilaku yang konsisten yang ditunjukkan oleh pemimpin dan diketahui pihak lain ketika pemimpin berusaha mempengaruhi kegiatan-kegiatan orang lain.

Dari pengertian dapat dipahami bahwa gaya kepemimpinan merupakan teknik, atau ciri, pola perilaku konsisten yang dimiliki oleh pemimpin untuk mempengaruhi para pengikutnya atau bawahan agar sasaran organisasi tercapai. Gaya kepemimpinan ini digunakan untuk mengelola tiga komponen yang saling terkait, yaitu unsur sumber daya manusia, unsur sarana, dan unsur tujuan. Untuk mencapai ketiga unsur tersebut pemimpin harus memiliki pengetahuan, kecakapan, dan ketrampilan yang memadai.

Kepala sekolah sebagai pemimpin bertanggung jawab atas tercapainya visi, misi, tujuan, peran, dan kualitas pendidikan di sekolah. Agar tujuan sekolah tercapai, maka kepala sekolah membutuhkan suatu gaya dalam memimpin, yang dikenal dengan gaya kepemimpinan kepala sekolah.

Kepemimpinan yang sering digunakan oleh kepala sekolah yaitu teori kontingensi Hersey dan Blanchard, teori keefektifan pemimpin tiga dimensi. Teori ini didasarkan hubungan perilaku tugas, perilaku hubungan dan perilaku kematangan. Teori ini akan menentukan jenis yang tepat dari perilaku kepemimpinan untuk berbagai tingkat kedewasaan bawahan dalam kaitannya dengan pekerjaan. Harsey dan Blanchard dalam Luthans (2006: 685) kunci efektifitas kepemimpinan hanya focus pada tingkat kedewasaan anggota kelompok yaitu menyesuaikan situasi dengan gaya yang sesuai. Gaya yang dimaksud adalah: Telling style, merupakan gaya tugas-tinggi hubungan-rendah dan efektif bila pengikutnya berada di tingkat kedewasaan sangat rendah, Selling style, merupakan gaya tugas-tinggi hubungan-tinggi dan efektif bila kedewasaan pengikutnya rendah, Participating style, merupakan gaya tugas-rendah hubungan-tinggi dan efektif bila kedewasaan pengikutnya tinggi, serta Delegating style, model gaya tugas- rendah hubungan- rendah dan efektif bila tingkat kedewasaan pengikutnya sangat tinggi.

Kepemimpinan situasional didasarkan atas hubungan antara: tingkat bimbingan dan arahan (perilaku tugas) yang diberikan pemimpin; tingkat dukungan sosio-emosional (perilaku hubungan) yang disediakan pemimpin, tingkat kesiapan yang diperlihatkan bawahan (kematangan bawahan) dalam melaksanakan tugas, fungsi atau tujuan tertentu Hersey dan Blanchard, dalam Rosmiati dan Kurniady (2017: 135-136).

Gaya kepemimpinan seperti yang disampaikan Fred E. Fiedler dalam Ivancevich, Donnelly dan Gibson (2003: 317-318) menyebutkan terdapat tiga dimensi yang mengidentifikasi efektif tidaknya kepemimpinan seseorang yaitu Leaeder member relations; Task structure; Position power. Maksud dari ketiga dimensi tersebut adalah kepemimpinan ditentukan oleh tiga dimensi yaitu hubungan antara pemimpin dengan anggota; tingkat struktur tugas dan kekuasaan posisi pemimpin, gaya kepemimpinan ini selaras dengan apa yang dikembangkan oleh Fiedler Seorang pemimpin akan cenderung berhasil dalam menjalankan kepemimpinannya apabila menerapkan gaya kepemimpinan yang berlainan untuk menghadapi situasi berbeda. Terdapat tiga dimensi empiris yang menentukan efektif tidaknya kepemimpinan seseorang (Luthans, 2006: 647), yaitu: hubungan antara pemimpin dengan anggota, tingkat struktur tugas, kekuasaan posisi pemimpin. Penjelasan dari masing-masing dimensi tersebut adalah: a. Hubungan antara pemimpin dengan anggota, merupakan variabel paling kritis dalam menentukan situasi menyenangkan. Artinya hubungan pemimpin dengan anggota bawahan baik, pemimpin disenangi oleh anggota kelompoknya dan ditaati perintahnya, b. tingkat struktur tugas, merupakan input penting kedua terhadap situasi menyenangkan. Artinya struktur tugas-tugas terinci dengan jelas dan dipahami oleh tiap anggota kelompok, setiap anggota memiliki wewenang dan tanggung jawab masing-masing secara jelas, sesuai dengan fungsinya. c. Kekuasaan posisi pemimpin, dicapai melalui otoritas formal, merupakan dimensi situasi kritis ketiga. Artinya pemimpin, kedudukan kekuasaan formal pemimpin kuat dan jelas sehingga memperlancar usahanya untuk mempengaruhi anggota kelompoknya.

Teori ini menyiapkan pemimpin dengan beberapa pengertian mengenai hubungan diantara gaya kepemimpinan yang efektif dan taraf kematangan pengikutnya. Makin matang anak buah, pemimpin harus mengurangi perilaku tugas dan menambah perilaku hubungan. Apabila anak buah bergerak mencapai tingkat rata-rata kematangan, pemimpin harus mengurangi perilaku tugas dan perilaku hubungan. Selanjutnya, pada saat anak buah mencapai tingkat kematangan penuh dan sudah dapat mandiri, pemimpin sudah dapat mendelegasikan wewenang kepada anak buah (Mulyasa, 2012: 115) menurut teori ini gaya berasumsi bahwa pemimpin yang efektif tergantung pada taraf kematangan pengikut dan kemampuan pemimpin untuk menyesuaikan orientasinya, baik orientasi tugas ataupun hubungan antar manusia.

Pengertian Supervisi

Dalam Carter Good’s Dictionary of Education dalam Mulyasa (2014: 155) dikemukakan pengertian supervisi yaitu: Segala usaha pejabat sekolah dalam memimpin guru-guru dan tenaga kependidikan lainnya, untuk memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan dan perkembangan jabatan guru-guru, menyeleksi, dan merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan pengajaran dan metode-metode mengajar serta evaluasi pengajaran.

Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 menyatakan bahwa seorang Kepala Sekolah harus menguasai Standar Kompetensi Kepala Sekolah yang terdiri atas: kompetensi kepribadian, kompetensi manajerial,kompetensi supervisi, kompetensi kewirausahaan dan kompetensi sosial. Penjabaran kompetensi supervisi pada intinya adalah supervisi akademik, dimana langkah-langkah yang dilakukan adalah merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru, melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat serta menindak lanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalismenya.

Supervisi akademik merupakan upaya membantu guru dalam mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran. Esensi supervisi akademik pada dasarnya bukan menilai unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, melainkan membantu guru mengembangan kemampuan profesionalismenya (Machali dan Hidayat, 2016: 145)

Supervisi akademik merupakan kegiatan pembinaan dengan memberi bantuan teknis kepada guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dan meningkatkan kualitas pembelajaran (Mulyasa, 2014: 156). Kompetensi supervisi akademik intinya adalah membina guru dalam meningkatkan mutu proses pembelajaran. Sasaran supervisi akademik adalah guru dalam melaksanakan pro­ses pembelajaran, yang terdiri dari materi pokok dalam proses pembelajaran, penyusunan silabus dan RPP, pemilihan strategi/metode/teknik pembelajaran, penggunaan media dan teknologi informasi dalam pembelajaran, menilai proses dan hasil pembelajaran serta penelitian tindakan kelas. Oleh karena itu, materi ini diharapkan dapat memberikan wawasan kepada Kepala Sekolah dalam meningkatkan kompetensi supervisi akademik yang meliputi: a. memahami konsep supervisi akademik, b. membuat rencana program supervisi akademik, c. menerapkan teknik-teknik supervisi akademik, d. menerapkan supervisi klinis, dan e. melaksanakan tindak lanjut supervisi akademik.

Kepala sekolah menurut Asman (2012: 34) memiliki tugas sebagai supervisor, yaitu berperan dalam upaya membantu mengembangkan profesionalitas guru dan tenaga kependidikan lainnya, sehingga kepala sekolah harus memiliki: Kemampuan menyusun program supervisi pendidikan; kemampuan melaksanakan program supervisi; dan kemampuan memanfaatkan hasil supervisi.

Dari beberapa pengertian dapat disimpulkan, Supervisi kepala sekolah intinya supervisi akademik adalah serangkaian upaya membantu, membimbing, dan membina guru untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran agar tujuan pembelajaran tercapai.

METODOLOGI PENELITIAN

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif pada penelitian ini dipilih berdasarkan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi dan sampel tertentu, teknik pengambilan datanya sesuai dengan kaidah-kaidah kuantitatif serta bertujuan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh gaya Kepemimpinan dan supervisi kepala sekolah terhadap persepsi kompetensi pedagogik guru Sekolah Dasar di Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif dengan rancangan penelitian expost facto. Menggunakan pendekatan kuantitatif karena data-data berupa angka-angka. Penelitian ini dengan pendekatan deskriptif, karena meliputi pengumpulan data-data dalam rangka menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang menyangkut keadaan pada waktu yang sedang berjalan dari pokok suatu penelitian (Arikunto, 2010: 262). Rancangan penelitian expost facto dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh antara vaiabel bebas X1, X2 terhadap variabel terikat Y.

Salah satu penelitian deskriptif yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah penelitian expost facto. Dalam penelitian ini akan mencari pengaruh gaya kepemimpinan dan supervisi kepala sekolah terhadap kompetensi pedagogik guru Sekolah Dasar di Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. Aspek yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah besaran pengaruh variabel bebas gaya kepemimpinan (X1), supervisi kepala ssekolah (X2) terhadap variabel terikat persepsi kompetensi pedagogik guru Sekolah Dasar di Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang.

Penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar di Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. Penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana kontribusi yang terlihat sebagai kenyataan yang berkaitan dengan gaya kepemimpinan, supervisi kepala sekolah dan persepsi kompetensi pedagogik guru khususnya di Sekolah Dasar di Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang.

Sedangkan pelaksanaan penelitian meliputi semua kegiatan yang berlangsung di lapangan yaitu: uji coba instrumen, pengambilan data dengan angket, analisis data, dilakukan pada bulan September sampai bulan November 2018. Dilanjutkan tahap penyelesaian meliputi penulisan tesis, ujian tesis, revisi, dan penyusunan laporan serta perbanyakannya pada bulan Januari 2019.

Populasi Penelitian

Menurut Sugiyono (2016: 117) popupasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi yang digunakan dalam penelitian adalah semua guru Sekolah Dasar di Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang yang sudah mengikuti uji kompetensi guru (UKG) yang berjumlah 260 orang.

Sampel penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2016: 118). Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara acak dari jumlah guru setiap Sekolah Dasar di Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang yang sudah mengikuti uji kompetensi guru. Besarnya sampel ditentukan dengan menggunakan tabel penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu yang dikembangkan oleh Isaac dan Michael (Sugiyono, 2016: 126).

Ukuran sampel berdasarkan tabel jumlah sampel dari populasi yang dikembangkan oleh Isaac dan Michael dari populasi sejumlah 260 dengan taraf kesalahan 5% maka diketahui jumlah sampel sebanyak 149 orang.

Sampling

Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel, pada penelitian ini teknik yang digunakan adalah Propotional Random Sampling, yaitu teknik sampling untuk memperoleh sampel yang representatif, pengambilan subyek dan setiap strata atau setiap wilayah ditentukan seimbang dan sebanding dengan banyaknya subyek dalam masing-masing strata atau wilayah (Arikunto, 2005: 116). Jumlah sampel dari tiap sub bagian ditentukan dengan rumus proporsi (proportional random sampling) (Sugiyono, 2012: 134).

Penentuan jumlah sampel pada masing-masing sekolah dilakukan dengan menentukan proporsinya sesuai dengan jumlah guru pada sekolah yang diteliti. Penentuan jumlah sampel untuk masing-masing sekolah dihitung secara proposional dengan rumus:

N = Populasi tiap sekolah/ Jumlah populasi keseluruhan X Jumlah sampel yang ditentukan.

  1. HASIL PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian, variabel gaya kepemimpinan berpengaruh secara signifikan terhadap kompetensi pedagogik guru. Variabel supervisi kepala sekolah berpengaruh secara signifikan terhadap kompetensi pedagogik guru. Variabel gaya kepemimpinan dan supervisi kepala sekolah secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap kompetensi pedagogik guru. Pembahasan masing-masing hasil penelitian adalah:

Pengaruh Gaya Kepemimpinan (X1) terhadap Persepsi Kompetensi Pedagogik (Y)

Hasil statistik deskriptif terhadap variabel Gaya Kepemimpinan pada Sekolah Dasar di Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang tergolong kategori sedang, hasil penelitian pengaruh gaya kepemimpinan terhadap persepsi kompetensi pedagogik guru diperoleh 33,6%. Diketahui mean 143,2770 dengan standar deviasi 12,82208 dan rentang skor minimum dan maksimum 112 dan 169. Sedangkan hasil angket responden memberikan pernyataan sebanyak 7 responden (4,73%) menyatakan dalam kategori sangat tinggi, sebanyak 40 responden (27,03%) dalam kategori tinggi, sebanyak 51 responden (34,46%) dalam kategori sedang, sebanyak 40 responden (27,03%) dalam kategori rendah, dan sebanyak 10 responden (6,76%) dalam kategori sangat rendah.

Hasil analisis statistik deskriptif diperoleh rata-rata 143,2770 terletak pada interval 138-150, termasuk dalam kategori sedang. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa diperoleh skor koefisien korelasi Pearson correlation adalah 0,580. Dengan demikian, Ho ditolak dan H1 diterima, yang berarti bahwa terdapat pengaruh positif gaya kepemimpinan terhadap kompetensi pedagogik guru Sekolah Dasar di Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. Adapun besar pengaruh ditunjukkan oleh koefisien determinasi R2 (R Square) = 0,336 yang berarti gaya kepemipinan memberikan pengaruh terhadap kompetensi pedagogik guru sebesar 33,6% dan sisanya 66,4% ditentukan oleh faktor lainnya. Hasil analisis regresi sederhana, menunjukkan persamaan regresi (unstandar dizedco efficients B) Ŷ=122,313 + 0,681X1, yang berarti bahwa setiap peningkatan satu unit skor gaya kepemimpinan diikuti peningkatan skor kompetensi pedagogik sebesar 0,681.

Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif variabel gaya kepemimpinan termasuk kategori cukup. Secara teori gaya kepemimpinan seharusnya tinggi, tetapi kenyataannya pengaruh gaya kepemimpinan termasuk kategori cukup. Hasil penelitian ini sesuai dengan latar belakang penelitian yang mengungkap masih ada permasalahan gaya kepemimpinan kepala Sekolah Dasar di kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. Permasalahan tentang gaya kepemimpinan dapat dilihat dari rendahnya dimensi gaya delegatif. Kepala sekolah belum sepenuhnya memberi kesempatan kepada guru untuk melaksanakan tugas mereka sendiri melalui pendelegasian, kepala sekolah belum sepenuhnya mendelegasikan pengambilan keputusan kepada guru, serta belum memberi wewenang kepada guru untuk menentukan langkah, pelaksanaan hasil keputusan dan penyelesaian tugas secara mandiri. Kepala sekolah masih menganggap guru belum matang dalam melaksanakan tugas maupun belum matang secara psikologis.

Gaya kepemimpinan menurut Machali dan Hidayat (2016: 89) merupakan sekumpulan ciri yang digunakan pimpinan untuk mempengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai. Kepala sekolah sebagai pucuk pimpinan dalam menjalankan roda organisasi disekolah tentu saja memiliki ciri atau teknik memimpin. Gaya kepemimpinan ini digunakan untuk mengelola tiga komponen yang saling terkait, yaitu unsur sumber daya manusia, unsur sarana, dan unsur tujuan. Untuk mencapai ketiga unsur tersebut pemimpin harus memiliki pengetahuan, kecakapan, dan ketrampilan yang memadai.

Hasil penelitian ini selaras dengan hasil penelitian Efendi, Suib dan Aswandi (2014), hasil penelitian menyimpulkan adanya pengaruh yang signifikan antara perilaku kepemimpinan, terhadap peningkatan kompetensi pedagogik guru SMAN di Sub Rayon 2 Kabupaten Bengkayang. Hasil penelitian dari Kadarusman, Sumadi, Ambarita (2013) menyimpulkan terdapat pengaruh yang positif antara kepemimpinan kepala sekolah dan terhadap kompetensi pedagogik guru SMP Negeri di Kecamatam Gadingrejo. Kepala sekolah sebagai pemimpin bertanggung jawab atas tercapainya visi, misi, tujuan, peran, dan meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah. Agar tujuan sekolah tercapai, maka kepala sekolah membutuhkan suatu gaya dalam memimpin, yang dikenal dengan gaya kepemimpinan kepala sekolah. Kepala sekolah dan guru terhubung dalam sebuah kegiatan dalam mempengaruhi, memimpin, mengarahkan guru dalam meningkatkan kompetensinya. Kepala sekolah sebagai pemimpin harus mampu mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan tugas yang diberikan guru atau kelompok. Terdapat tiga hal yaitu pertama, kepemimpinan harus melibatkan orang lain, bawahan (guru) atau pengikut, yang membantu menegaskan proses kepemimpinannya. Kedua, kepemimpinan mencakup distribusi kekuasaan yang tidak sama di antara pemimpin dan anggota kelompok. Ketiga, pemimpin memiliki kemampuan untuk menggunakan berbagai bentuk kekuasaan untuk mempengaruhi perilaku guru melalui sejumlah cara, sehingga bisa mempengaruhi guru meningkatkan kompetensinya. Dengan demikian gaya kepemimpinan kepala sekolah akan membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalismenya sebagai guru.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan guru yang kompetensi pedagogiknya tinggi atau rendah dipengaruhi bagaimana kemampuan kepala sekolah mendorong atau mempengaruhi guru dalam melaksanakan tugas dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran. Jika kemampuan kepala sekolah menjaga hubungan baik dan harmonis dengan guru, menerapkan struktur tugas atau pembagian tugas dan kewajiban yang diikuti dengan wewenang dan tanggung jawab yang jelas serta kuat secara legal dan formal, maka keberhasilan memimpin dalam organisasi akan tercapai.

Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah (X2) terhadap Persepsi Kompetensi pedagogik (Y)

Hasil statistik deskriptif terhadap variabel supervisi kepala sekolah pada Sekolah Dasar di Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang diketahui mean adalah skor rata-rata supervisi sebesar 118.0270, standar deviasi 9.92759 dan rentang skor minimum dan maksimum 92 dan 142. Sedangkan hasil responden menyatakan sebanyak 6 responden (4,05%) menyatakan dalam kategori sangat tinggi, sebanyak 32 responden (4,62%) dalam kategori tinggi, sebanyak 58 responden (39,199%) dalam kategori sedang, sebanyak 45 responden (30,4%) dalam kategori sedang, dan sebanyak 7 responden (4,73%) dalam kategori sangat rendah.

Hasil analisis statistik deskriptif diperoleh rata-rata 118.0270 terletak pada interval 114-124, masuk dalam kategori cukup. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa supervisi kepala sekolah pada Sekolah Dasar di Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang adalah cukup. Pengujian hipotesis menunjukkan ada pengaruh positif antara supervisi (X2) terhadap persepsi kompetensi pedagogik guru (Y) adalah 73,2%, hal ini menunjukkan bahwa persepsi kompetensi pedagogik masih banyak dipengaruhi oleh supervisi kepala sekolah.

Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa diperoleh skor koefisien korelasi Pearson correlation adalah 0,855. Dengan demikian, maka Ho ditolak dan H2 diterima, yang berarti bahwa terdapat pengaruh positif dan cukup signifikan supervisi terhadap kompetensi pedagogik pada Sekolah Dasar di Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. Adapun besarnya pengaruh ditunjukkan oleh koefisien determinasi R2 (R Square) = 0,73 yang berarti bahwa supervisi memberikan pengaruh terhadap persepsi kompetensi pedagogik sebesar 73,2% dan sisanya yaitu 26,8% ditentukan oleh faktor lainnya. Hasil analisis regresi sederhana menunjukkan persamaan regresi (unstandardized coefficients B) Ŷ = 66,667 + 1,298X2, tersebut dapat digunakan untuk menjalankan prediksi yang menyatakan bahwa satuan supervisi kepala sekolah akan diikuti dengan peningkatan persepsi kompetensi pedagogik guru Sekolah Dasar di Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang sebesar 1.298.

Hasil analisis statistik deskriptif termasuk dalam kategori cukup. Secara teori supervisi kepala sekolah seharusnya tinggi, tetapi kenyataannya pengaruh supervise kepala sekolah termasuk kategori cukup. Hasil penelitian ini sesuai dengan latar belakang penelitian yang mengungkap masih ada permasalahan supervisi kepala Sekolah Dasar di kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. Permasalahan tentang supervisi kepala sekolah dapat dilihat dari rendahnya dimensi pelaksanaan supervisi. Supevisi yang belum dilaksanakan dengan baik akan memberikan dampak pada perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran. Kegiatan supervisi bertujuan untuk membatu guru dalam rangka perbaikan proses pembelajaran.

Menurut Purwanto (2014:76) supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu guru dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif. Bantuan yang dimaksud adalah dalam pengembangan situasi belajar mengajar agar memperoleh kondisi yang lebih baik. Kepala sekolah dan guru terhubung dalam sebuah kegiatan supervisi kepala sekolah. Kepala sekolah sebagai supervisor, artinya Kepala sekolah berfungsi pengawas, pengendali, pembina, pengarah, dan pemberi contoh kepada guru dan karyawan di sekolah, dalam hal ini yang dimaksud adalah Sekolah Dasar. Supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah meliputi supervisi akademik yaitu serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi tercapainya tujuan pembelajaran. Dengan demikian, esensi supervisi akademik itu sama sekali bukan menilai unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, melainkan membantu guru mengembangkan kemampuan profesinya. Seperti yang disampaikan Daryanto dan Rachmawati (2015: 196) supervisi merupakan kegiatan terencana, terpola dan terprogram dalam mengubah perilaku guru agar dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Kepala sekolah dalam mengubah perilaku guru dituntut tidak sekedar melakukan supervisi guru, tetapi dituntut agar rangkaian kegiatan kepala sekolah dapat membantu guru dalam mengembangkan kemampuan mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian Haryanto (2017) yang menyatakan terdapat pengaruh yang signifikan antara supervisi kepala sekolah terhadap kompetensi pedagogik guru. selain itu terdapat penelitian Teguh (2016) juga menyimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan antara supervisi akademik terhadap kompetensi pedagogik guru. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan guru yang kompetensi pedagogik tinggi atau rendah terhadap efektifitas supervisi Kepala sekolah akan berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran peserta didik. Supervisi Kepala sekolah sebenarnya mengandung bimbingan bagi guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Jika guru kompetensi pedagogik rendah dimungkinkan pelaksanaan supervisi yang dilakukan kepala sekolah tidak efektif dan tidak ada tindak lanjut. Secara langsung supervisi berdampak pada kualitas pembelajaran yang tidak mengalami peningkatan. Supervisi Kepala Sekolah merupakan sarana bagi kepala sekolah untuk melakukan pembinaan/ bimbingan kepada guru dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu diharapkan supervisi yang dilakukan Kepala sekolah akan membawa dampak positif bagi perkembangan kegiatan guru sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai.

Pengaruh Gaya Kepemimpinan (X1) dan Supervisi Kepala Sekolah (X2) terhadap Persepsi Kompetensi Pedagogik Guru (Y)

Pengertian kompetensi pedagogik menurut Rusman (2012: 22) adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Sedangkan Wibowo dan Hamrin (2012: 110) kompetensi pedagogik adalah pemahaman guru terhadap anak didik, perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan anak didik untuk mengaktualisasikan sebagai potensi yang dimilikinya dan untuk mencapai hasil belajar siswa yang baik.

Hasil analisis statistik deskriptif kompetensi pedagogik termasuk dalam kategori cukup. Secara teori kompetensi pedagogik guru dipersepsikan tinggi. Sesuai dengan latar belakang penelitian yang mengungkapkan masih ada permasalahan tentang kompetensi pedagogik guru. Permasalahan ini dapat dilihat dari rendahnya dimensi komunikasi efektif dan pengembangan kurikulum. Rendahnya dimensi komunikasi efektif disebabkan guru belum memberi tanggapan secara tepat, benar dan mutakhir kepada peserta didik dalam proses pembelajaran. Guru belum mampu menyajikan pembelajaran yang menumbuhkan kerjasama antar peserta didik, serta kurangnya perhatian guru mendengarkan semua pertanyaan dan tanggapan peserta didik dalam pembelajaran. Menurut Machali dan Hidayat (2016:133) guru harus mampu berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik. Dengan berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun, maka proses pembelajaran akan berhasil dengan baik. Rendahnya dimensi pengembangan kurikulum, guru belum mengembangkan silabus, belum merancang RPP sesuai silabus, belum memilih materi pelajaran sesuai tujuan pembelajaran. Selain itu guru belum memberi pengalaman kepada peserta didik sesuai katakteristiknya. Permasalahan lain guru belum mengembangkan indikator penilaian sesuai materi yang diajarkan. Guru dalam menyampaikan materi tidak didasarkan tingkat kemampuan dan tingkat kesulitan siswa. Dari beberapa pemahaman tentang kompetensi pedagogik jelas bahwa guru perlu mengenal anak didik, memahami sifat-sifat, karakter, tingkat pemikiran, perkembangan fisik dan psikis anak didik. Dengan mengerti hal-hal tersebut guru akan mudah mengerti kesulitan dan kemudahan anak didik dalam belajar. Guru diharapkan memahami bermacam-macam model pembelajaran, membuat sistem evaluasi yang tepat dengan harapan guru mampu melaksanakan proses pembelajaran secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian hipotesis diatas, terbukti bahwa ada pengaruh positif dan signifikan gaya kepemimpinan dan supervisi kepala sekolah terhadap persepsi kompetensi pedagogik guru Sekolah Dasar di Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang baik secara parsial maupun bersama-sama. Koefisien korelasi gaya kepemimpinan dan supervisi kepala Sekolah terhadap kompetensi pedagogik guru sebesar 0,872 sedangkan koefisien determinasinya menunjukkan nilai sebesar 0,756. Kontribusi gaya kepemimpinan dan supervisi kepala sekolah terhadap kompetensi pedagogik guru sebesar 75,6%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi gaya kepemimpinan dan supervisi kepala Sekolah maka kompetensi pedagogik guru semakin tinggi, dan sebaliknya semakin rendah gaya kepemimpinan dan supervisi kepala sekolah maka semakin rendah kompetensi pedagogik guru. Keberhasilan guru dalam mengajar ditentukan oleh penerapan gaya kepemimpinan yang disesuaikan dengan tingkat kematangan guru serta efektifitas pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh kepala Sekolah.

Gaya kepemimpinan dan supervisi kepala Sekolah berpengaruh terhadap persepsi kompetensi pedagogik guru. Kompetensi pedagogik guru baik jika penerapan gaya kepemimpinan disesuaikan dengan tingkat kematangan bawahan, serta pelaksanaan supervisi kepala sekolah yang efektif. Sebaliknya, kompetensi pedagogik guru rendah jika penerapan gaya kepemimpinan tidak sesuai dengan tingkat kematangan guru dan pemberian supervisi kepala sekolah tidak efektif sehingga akan berpengaruh terhadap kemampuan guru dalam melakukan proses pengelolaan pembelajaran terhadap peserta didik sehingga berdampak tidak tercapainya tujuan.

PENUTUP

Berdasarkan data diskriptif, dan analisis data hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

  1. Persepsi responden terhadap gaya kepemimpinan kepala Sekolah Dasar di Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang pada kriteria sangat baik 16,22%, kriteria baik 25,68%, kriteria cukup baik 34,46%, kriteria kurang baik 16,89%, kriteria tidak baik 6,76%. Dimensi yang dipersepsikan rendah oleh responden adalah dimensi gaya kepemimpinan delegatif dengan skor 0,292. Sedangkan dimensi yang dipersepsikan tinggi adalah dimensi suportif dengan skor 0,593. Hasil penelitian menunjukkan gaya kepemimpinan berpengaruh secara signifikan terhadap persepsi kompetensi pedagogik guru sebesar 33,6%, sisanya 66,4% ditentukan oleh faktor lain diluar gaya kepemimpinan. Peran gaya kepemimpinan mempunyai korelasi cukup terhadap persepsi kompetensi pedagogik guru yang ditunjukkan dengan nilai korelasi sebesar 0,580 dan besarnya pengaruh gaya kepemimpinan terhadap persepsi kompetensi pedagogik guru sebesar 33,6% dengan koefisien regresi Ŷ= 122,313 + 0,681 X1. Persamaan regresi ini menggambarkan bahwa fluktuasi naik turunnya kompetensi pedagogik guru dipengaruhi ketepatan penerapan gaya kepemimpinan, dengan kata lain jika gaya kepemimpinan meningkat, maka persepsi kompetensi pedagogik juga meningkat.
  2. Persepsi responden terhadap Supervisi kepala Sekolah pada kriteria sangat baik 4,05%, kriteria baik 21,62%, kriteria cukup baik 39,19%, kriteria kurang baik 30,41%, kriteria tidak baik 4,37%. Dimensi yang dipersepsikan rendah oleh responden adalah dimensi pelaksanaan supervisi dengan skor 0,602. Sedangkan dimensi yang dipersepsikan tinggi adalah dimensi pelaporan dengan skor 0,903. Hasil penelitian menunjukkan supervisi kepala sekolah berpengaruh secara signifikan terhadap persepsi kompetensi pedagogik guru sebesar 73,2%, sisanya 26,8% ditentukan oleh faktor lain diluar supervisi kepala sekolah. Peran supervisi kepala sekolah mempunyai korelasi cukup terhadap persepsi kompetensi pedagogik guru yang ditunjukkan dengan nilai korelasi sebesar 0,855 dan besarnya pengaruh supervisi kepala sekolah terhadap persepsi kompetensi pedagogik guru sebesar 73,2% dengan koefisien regresi Ŷ= 66,667 + 1,298 X2. Persamaan regresi ini menggambarkan bahwa fluktuasi naik turunnya kompetensi pedagogik guru dipengaruhi oleh naik turunnya efektifitas pelaksanaan supervisi yang dilaksanakan kepala sekolah, dengan kata lain jika supervisi meningkat, maka persepsi kompetensi pedagogik juga meningkat.
  3. Persepsi responden terhadap kompetensi pedagogik pada kriteria sangat baik 1,35%, kriteria baik 16,22%, kriteria cukup baik 31,76%, kriteria kurang baik 39,86%, kriteria tidak baik 10,81%. Dimensi yang dipersepsikan rendah oleh responden adalah dimensi berkomunikasi efektif, empatik dan santun kepada peserta didik dengan skor 0,349. Sedangkan dimensi yang dipersepsikan tinggi adalah dimensi memahami karakteristik peserta didik dengan skor 0,747. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh yang positif dan signifikan antara gaya kepemimpinan dan supervisi kepala sekolah terhadap persepsi kompetensi pedagogik guru. Nilai korelasi variabel gaya kepemimpinan terhadap persepsi kompetensi pedgogik guru sebesar 0,580 dan korelasi variabel supervisi kepala sekolah terhadap kompetensi pedagogik guru 0,855. Besarnya pengaruh variabel pengaruh gaya kepemimpinan dan supervisi kepala sekolah sebesar 75,6% sisanya 24,4% dipengaruhi variabel diluar gaya kepemimpinan dan supervisi kepala sekolah. Persamaan regresi variabel X1 dan X2 terhadap Y adalah Ŷ= 51,79 + 0,194X1 + 0,157X2. Persamaan regresi ini menggambarkan bahwa fluktuasi naik turunnya kompetensi pedagogik guru dipengaruhi oleh naik turunnya gaya kepemimpinan dan efektifitas pelaksanaan supervisi yang dilaksanakan kepala sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto , Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:Rineka Cipta.

 Asman Ma’mur Jamal. 2012. Tips Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Jogjakarta: Diva Press.

Daryanto dan Rachmawati Tutik. 2015. Supervisi Pembelajaran Inspeksi: meliputi Controling, Correcting, Judging, Directing, Demonstration. Yogyakarta: Gava Media.

Gary Yukl. 2010. Leadership in Organizations. New York: Pearson Prentice Hall.

Ghozali. 2016. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Universitas Diponegoro.

Efensi, Suib dan Aswandi. 2014. “Pengaruh Perilaku Kepemimpinan dan Motivasi Kerja Kepala Sekolah terhadap Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru SMAN di Sub Rayon2 Kabupaten Bengkayang.” Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 3(4).

Handayani. 2015. “Kompetensi Pedagogik Guru dalam Mengelola Pembelajaran IPA SD Negeri dan MIN di Kota Jogyakarta.” Jurnal Fenomena, 7(1).

Haryanto, Muhdi, dan Abdullah. 2017. “Pengaruh Motivasi berprestasi dan Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kompetensi Pedagogik Guru Madrasah Tsanawiyah (MTs) di Kecamatan Kedung Kabupaten Blora.” Jurnal Manajemen Pendidikan UPGRIS, 6(3)

Hoy K Wayne, Miscel G Cecil. 2014. Administrasi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kadarusman, Sumadi, dan Ambarita. 2013. “Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Sikap Kerja Guru terhadap Kompetensi Pedagogik Guru SMP Negeri di Kecamatan Gadingrejo.” jurnal Manajemen Mutu Pendidikan Unila,1(3).

Kartono, Kartini. 2003. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: Raja Grafindo persada

Ivancevich, Donelly dan Gibson. 2003. Management Principles and Functions. Delhi:A.I.T.B.S. Publishers & Distributors (Regd.).

Luthans, Fred. 2006. Perilaku organisasi. Jogyakarta: Andi.

Machali Imam dan Hidayat Ara. 2015. Education Management teori dan praktik Pengelolaan Sekolah/Madrasah di Indonesia. Jakarta: PT Fajar Inter Pratama.

Mulyasa. 2014. Manajemen Berbasis Sekolah.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Masaong dan Tilome. 2011. Kepemimpinan Berbasis Multiple Intelligence. Bandung: Alfabeta.

Purwanto, Ngalim. 2014. Administrasi dan Supervisi Pendidikan.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Priansa Donni Juni dan Rismi Somad. 2014. Manajemen Supervisi dan Kepemimpinan Kepala Sekolah. Bandung: Alfabeta.

Riduan. 2011. Metode dan Teknik Menyususn Tesis. Bandung: PT Alfabeta.

Rusman. 2012. Seri Manajemen Sekolah Bermutu Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Bandung: PT Rajagrafindo Persada.

Rusmiati dan Kurniady. 2017. Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Saebani Ahmad Beni dan Sumantri Li. 2014. Kepemimpinan.Bandung: CV Pustaka Setia.

Suhardan Dadang et al. 2017. Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sutrisno, Edy.2016. Manajemen Sumber Daya Manusia. Surabaya: Kencana Prenadamedia Group.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.