Pengaruh Tipe Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru BK
PENGARUH TIPE KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH
TERHADAP KINERJA GURU BK DI SMP NEGERI DAN SWASTA
SE-KOTA SALATIGA
Devince B. Lapura
Mahasiswa Progdi BK FKIP UKSW
Tritjahjo Danny Soesilo
Dosen Progdi BK FKIP UKSW
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tipe kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru BK di Sekolah. Penelitian ini diselenggarakan di SMP Negeri dan Swasta Se-Kota Salatiga dengan populasi sebanyak 42 guru BK. Alat ukut yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Sikap Tipe Kepemimpinan Kepala Sekolah berdasarkan teori dari Wahab dan Skala Sikap Kinerja Guru BK diukur berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor yang dimodifikasi oleh penulis. Teknik analisis data menggunakan data regresi linear sederhana. Hasil penelitian yang didapat adalah nilai rxy=0,0566 dan sig 2-tailed 0,000 < 0,05 dan koefisien determinasi 32% yang artinya ada pengaruh yang signifikan antara tipe kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru BK di sekolah.
Kata Kunci: Tipe Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Guru BK
PENDAHULUAN
Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan kunci yang menentukan perkembangan dan kemajuan suatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia yang masih merupakan negara berkembang tentu saja SDM merupakan hal yang sangat penting yang perlu ditingkatkan dan dikembangkan. Salah satu jalur pengembangan SDM adalah jalur pendidikan formal, yang mana merupakan jalur pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah melalui kegiatan belajar secara berjenjang dan berkesinambungan (UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Dan dijelaskan lebih lanjut bahwa jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
Dalam proses mengembangkan SDM di lembaga pendidikan tentu saja tidak terlepas dari komponen tenaga kependidikan khususnya guru. Menurut UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, guru yang berkualitas adalah guru yang memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Dan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasioanal tentu saja guru harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi yang meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian dan kompetensi profesional. Kualitas seorang guru sangat penting karena akan jadi penentu kualitas suatu pendidikan yang diampu.
Guru dituntut memiliki kinerja yang mampu memberikan dan merealisasikan harapan dan keinginan semua pihak terutama masyarakat umum yang telah mempercayai sekolah dan guru dalam membina anak didik. Secara umum mutu pendidikan yang baik menjadi tolak ukur bagi keberhasilan kinerja yang ditunjukkan guru.
Menurut Muhlisin (2008), guru pada prinsipnya memiliki potensi yang cukup tinggi untuk berkreasi guna meningkatkan kinerjanya. Namun potensi yang dimiliki guru untuk berkreasi sebagai upaya meningkatkan kinerjanya tidak selalu berkembang secara wajar dan lancar disebabkan adanya pengaruh dari berbagai faktor baik yang muncul dalam pribadi guru itu sendiri maupun yang terdapat di luar pribadi guru.
Keberhasilan pendidikan di sekolah sangat ditentukan oleh keberhasilan kepala sekolah dalam mengelola tenaga kependidikan yang tersedia di sekolah. Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang berpengaruh dalam meningkatkan kinerja guru. Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana (Mulyasa., 2004).
Hal tersebut menjadi lebih penting sejalan dengan semakin kompleksnya tuntutan tugas kepala sekolah, yang menghendaki dukungan kinerja yang semakin efektif dan efisien.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilaksanakan penulis di SMP Negeri dan Sederajat di Kota Salatiga, diperoleh bahwa sebagian guru BK mengalami kesulitan dalam menyusun RPL, kurangnya disiplin yang ditekankan kepada guru, penggunaan metode layanan, menyusun alat-alat evaluasi, dan kurangnya kemampuan dalam menentukan pendekatan dan cara-cara evaluasi.
Dengan demikian, maka kuat dugaan bahwa tipe kepemimpinan kepala sekolah mempengaruhi kinerja guru di sekolah.
Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti “Pengaruh tipe kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru BK di SMP Negeri dan Swasta Se-Kota Salatigaâ€.
LANDASAN TEORI
Pengertian Kinerja
Kinerja adalah permormance atau unjuk kerja. Kinerja dapat pula diartikan sebagai prestasi kerja atau pelaksanaan kerja atau hasil unjuk kerja. Menurut August W. Smith (Nursalim 2015), performance is output derives from processes, human otherwise. Pernyataan Smith berarti kinerja adalah hasil dari suatu proses yang dilakukan manusia. Smith juga mengatakan bahwa kinerja sebagai hasil keluaran suatu proses. Berdasarkan pengertian ini, maka kinerja merujuk pada proses dan hasil-hasil yang dicapai.
SupriÂadi (1998) mengartikan kinerja guru dari aspek usaha yaitu usaha guru daÂlam meningkatkan prestasi belajar siswa melalui pembelajaran.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan produk yang dihasilkan oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi atau lembaga dalam kurun waktu yang telah ditentukan dengan kriteria-kriteria tertentu dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Produk yang dimaksud di sini adalah berupa layanan ataupun barang. Dan kinerja guru merupakan prestasi kerja/hasil kerja yang diperoleh dari kemampuan dan kemamuan guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam rangka menghasilkan output yang sesuai dengan standar kerja yang telah ditetapkan. Dengan demikian kinerja guru dinyatakan berhasil dengan baik bila guru mempunyai keahlian dan kemampuan yang tinggi dan bekerja secara optimal.
Kinerja Guru BK
Kinerja Guru BK dapat dilihat dan diukur berdasarkan spesifikasi/kriteria kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap Guru BK. Berkaitan dengan Guru BK, wujud perilaku yang dimaksud adalah kegiatan Guru BK dalam proses bimbingan dan konseling, yaitu bagaimana Guru BK merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi program bimbingan dan konseling.
Penilaian kinerja guru BK dalam melaksanakan proses bimbingan meliputi kegiatan merencanakan dan melaksanakan pembimbingan, mengevaluasi dan menilai hasil pembimbingan. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor, terdapat empat ranah kompetensi yang harus dimiliki oleh guru BK. Penilaian kinerja guru BK mengacu kepada 4 (empat) domain kompetensi dan mencakup 17 (tujuh belas) kompetensi khusus.
Uraian kompetensi tersebut adalah kompetensi pedagogis yang berkaitan dengan penguasaan penguasaan teori dan praktis pendidikan dan keilmuan BK, pemahaman perilaku konseli, dan penguasaan esensi bimbingan dan konseling; kompetensi kepribadian yang merupakan kemampuan personal guru BK yang menscerminkan kepribadian yang baik; kompetensi sosial yang merupakan kemampuan guru BK untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik serta masyarakat sekitar; dan kompetensi profesional yang berkaitan dengan penguasaan bimbingan dan konseling secara menyeluruh dan mendalam.
Kepemimpinan
Rivai, dkk (2013), menyatakan bahwa “pemimpin adalah seorang yang mempunyai keahlian memimpin, mempunyai kemampuan mempengaruhi pendirian/pendapat orang atau sekelompok orang tanpa menyatakan alasan-alasannyaâ€.
Menurut Wahab (2008) kepemimpinan pendidikan memiliki dua pengertian, yaitu “pendidikan†yang berarti dalam lapangan apa dan dimana kepeminpinan itu berlangsung, sekaligus menjelaskan sifat atau ciri-ciri yang harus dimiliki oleh kepemimpinan. Sedangkan pengertian “kepemimpinan†bersifat universal, berlaku dan terdapat berbagai bidang kegiatan hidup manusia.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang atau pemimpin untuk mempengaruhi, memotivasi, mengarahkan dan membimbing bawahannya atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
Tipe Kepemimpinan
Menurut Wahab (2008), berdasarkan konsep, sifat, sikap dan cara-cara memimpin, melakukan dan mengembangkan kegiatan kepemimpinan dalam lingkungan kerja, maka tipe kepemimpinan dibagi menjadi empat (4) yaitu sebagai berikut:
Tipe otoriter
Tipe kepemimpinan otoriter disebut juga tipe kepemimpinan “authoritarianâ€. Dalam kepemimpinan yang otoriter, pemimpin bertindak sebagai diktator terhadap anggota-anggota kelompoknya. Baginya memimpin adalah menggerakkan dan memaksa kelompok. Kekuasaan pemimpin yang otoriter hanya dibatasi oleh undang-undang.
Kepemimpinan yang otoriter tidak menghendaki rapat atau musyawarah. Berkumpul atau rapat hanya menyampaikan instruksi-instruksi. Setiap pembedaan di antara anggota kelompoknya diartikan sebagai kelicikan, pembangkangan atau pelanggaran disiplin terhadap perintah yang diberikan. Pengawasan bagi pemimpin tipe ini hanyalah berarti mengontrol, apakah segala perintah yang diberikan ditaati atau dijalankan dengan baik oleh anggotanya.
Tipe Laissez faire
Tipe kepemimpinan ini sebenarnya kepemimpinan tidak memberikan kepemimpinannya, pemimpin membiarkan bawahannya berbuat sekehendaknya, dan pemimpin sama sekali tidak memberikan kontrol dan koreksi terhadap pekerjaan bawahannya.
Pembagian tugas dan kerja sama diserahkan sepenuhnya kepada bawahan tanpa petunjuk atau saran-saran dari pemimpin. Kekuasaan dan tanggung jawab bersimpang siur, berserakan secara tidak merata di antara anggota kelompok. Dengan demikian mudah terjadi kekacauan-kekacauan dan bentrokan-bentrokan, dan tingkat keberhasilan organisasi semata-mata karena kesadaran beberapa anggota kelompok dan bukan pengaruh dari pemimpin.
Tipe demokratis
Tipe demokratis menafsirkan kepemimpinannya bukan sebagai diktator, melainkan sebagai pemimpin di tengah-tengah anggota kelompoknya. Kepemimpinan demokratis selalu berusaha menstimulasi anggota-anggotanya agar bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan bersama.
Dalam pelaksanaan tugas, pemimpin tipe ini selalu mengharapkan menerima pendapat dan saran-saran serta kritik-kritik yang membangun dari anggotanya. pemimpin demokratis juga percaya pada anggota-anggotanya akan melaksasnakan tugas dengan baik dan bertanggungjawab, pemimpin selalu memupuk rasa kekeluargaan dan persatuan, membangun samangat anggota kelompok dalam mengembangkan daya kerjanya serta memberikan kesempatan kepada anggota kelompoknya agar mempunyai kecakapan memimpin dengan jalan mendelegasikan sebagian kekuasaan dan sebagian tanggungjawabnya.
Tipe Psedo-Demokratis
Tipe kepemimpinan disebut juga demokratis semu atau manipulasi diplomatik. Pemimpin yang bertipe pseudo-demokratis hanya tampaknya saja bersikap demokratis padahal ia bersikap otokratis. Pemimpin tipe ini menganggap dirinya pemimpin yang demokratis, tetapi sebenarnya ia adalah pemimpin yang memanipulasi demokrasi, menganut demokrasi semu dan lebih mengarah kepada kegiatan pemimpin yang otoriter dalam bentuk halus, samar-samar, dan yang yakin dilaksanakan tanpa disadari bahwa tindakan itu bukan tindakan demokratis.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah dalam menjalankan kepemimpinan di sekolah menggunakan tipe kepemimpinan yang berbeda-beda dengan masing-masing cirinya.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif., dimana penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh tipe kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru BK.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru BK SMP Negeri dan Swasta Se-Kota Salatiga sebanyak 42 orang. Dari populasi tersebut yang akan dijadikan sampel adalah keseluruhan populasi tersebut dan sekaligus sebagai sampel total dalam penelitian ini.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan Skala sikap. Uji persyaratan instrumen yang digunakan adalah uji validitas dan realibilitas. Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi linear sederhana. Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh antar variabel. Analisis data ini menggunakan software SPSS 22 for windows.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri dan Swasta Se-Kota Salatiga. Dua pulus SMP tersebut adalah SMP Negeri 1 Salatiga, SMP Negeri 2 Salatiga, SMP Negeri 3 Salatiga, SMP Negeri 4 Salatiga, SMP Negeri 5 Salatiga, SMP Negeri 6 Salatiga, SMP Negeri 7 Salatiga, SMP Negeri 8 Salatiga, SMP Negeri 9 Salatiga, SMP Negeri 10 Salatiga, MTs Negeri Salatiga, SMP Kristen 1 Salatiga, SMP Kristen 2 Salatiga, SMP Kristen Satya Wacana, SMP Muhammadiyah Salatiga, SMP Stella Matutina Salatiga, SMP Islam Al-Azhae 18 Salatiga, MTs NU Salatiga, MTs Plus Al-Madinah, SMP Dharma Lestari. Populasi dalam penelitian ini adalah guru BK SMP Negeri dan Swasta Se-Kota Salatiga yang berjumlah 42 orang dan sekaligus menjadi sampel dalam penelitian ini.
Deskripsi data variabel Kinerja Guru
Data variabel kinerja guru dalam penelitian ini diperoleh menggunakan angket yang diisi oleh 42 orang guru berjumlah 42 pernyataan. Bobot skor setiap butir peryataan 1sampai 4. Perolehan skor penelitian variabel kinerja guru BK dikelompokkan dalam 4 (empat) skala (sangat rendah, rendah, sedang, dan tinggi)
Diketahui tingkat kinerja guru BK di SMP Negeri dan Swasta Se-Kota Salatiga sebagian besar pada kategori sedang, dimana 42 responden yang diteliti tampak 38,2% atau sebanyak 17 guru BK memperoleh kinerja sedang, sebanyak 32,4% atau 11 guru memiliki skor kinerja yang rendah, 8 guru atau 17,6% mempunyak kinerja dalam kategori tinggi, dan sisanya 6 orang atau 11,8% mempunyai skor kinerja dalam kategori sangat rendah.
Dari sebaran frekuensi di atas didapan nilai mean yaitu 125 dimana terletak pada kategori sedang, sehingga dapat disimpulkan bahwa kinerja guru BK dalam penelitian ini adalah sedang.
Deskripsi Data Variabel tipe Kepemimpinan Kepala Sekolah
Data Variabel tipe kepemimpinan kepala sekolah dalam penelitian ini diperoleh menggunakan skala sikap yang diisi oleh 42 gu/ru dengan jumlah pernyataan sebanyak 45. Bobot skor setiap butir pernyataan 1 sampai 4.
Tipe kepemimpinan yang dilakukan oleh kepala sekolah di SMP Negeri dan Swasta Se-Kota Salatiga cenderung pada tipe kepemimpinan otoriter dimana memiliki prosentase sebesar 32,4%, artinya pemimpin lebih banyak memberikan perintah tanpa memperhatikan kondisi guru dalam pelaksanaan kegiatan.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa “ada pengaruh yang signifikan antara tipe kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru BK di Sekolah Menangah Pertama (SMP) Negeri dan Swasta Se-Kota Salatiga†dengan nilai F hitung 15,077 dan probabilitas 0,000 < 0,05. Dalam kepemimpinan kepala sekolah SMP Negeri dan Swasta Se-Kota Salatiga cenderung menggunakan tipe kepemimpinan otoriter.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka penulis mengajukan saran kepada guru BK, Kepala sekolah dan peneliti mendatang.
Bagi guru BK
Guru BK SMP Negeri dan Swasta Se-Kota Salatiga mempunyai kinerja yang rata-rata sedang, sehingg guru BK perlu meningkatkan kinerjanya.
Kepala sekolah
Kepala sekolah memiliki tipe kepemimpinan yang ideal agar dapat membantu guru memiliki kinerja yang baik.
Peneliti mendatang
Untuk peneliti mendatang diharapkan dapat melakukan penelitian lebih mendalam terhadap salah satu pengaruh tipe kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru.
DAFTAR PUSTAKA
Menteri Pendidikan Nasional. 2008, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 27 tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Muhlisin. 2008.Profesionalisme Kinerja Guru Menyongsong Masa Depan. (online).(http://webcache.googleusercon
Mulyasa, E. 2004. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Nursalim, Mochammad. 2015. Pengembangan profesi Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Penerbit Erlangga
Rivai, Veithzal, dkk. 2013. Pemimpin dan Kepemimpinan dalam Organisasi. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
Supardi. 1998. Dasar-Dasar Administrasi Pendidikan. Jakarta: P2LTKWahab, Abdul Azis. 2008. Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan: Telaah terhadap Organisasi Pendidikan. Bandung: Penerbit Alfabeta
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Online). (http://kelembagaan.ristekdikti.go.id