PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI PERUBAHAN BENDA

PADA SISWA KELAS VI SDK DELANG KECAMATAN NELE KABUPATEN SIKKA TAHUN AJARAN 2017/2018

 

Agustina Nona Lehan

Guru di SDK Delang, Nele, Sikka, NTT

 

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA materi Perubahan Benda melalui metode demonstrasi di kelas VI SDK Delang Tahun Ajaran 2017/2018. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan subjek penelitian adalah siswa kelas VI SDK Delang yang berjumlah 11 siswa yang terdiri dari 4 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan. Desain penelitian dalam PTK menggunakan model Kurt Lewin dengan 2 siklus dimana masing-masing siklus terdiri atas 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu tiap pertemuan adalah 2JP. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi dan tes hasil belajar. Instrumen penelitian menggunakan lembar observasi dan soal tes. Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran IPA dengan menggunakan metode demonstrasi pada siklus I dimana aktivitas siswa dan guru serta hasil belajar siswa meningkat, hal ini dapat dilihat dari aktivitas siswa pada pertemuan 1 mendapat skor 75 dengan kategori baik dan pertemuan 2 adalah 81,25 dengan kategori baik sehingga rata-rata aktivitas siswa siklus I adalah 78,12 dengan kategori baik. Sementara pada sikllus II pertemuan I diperoleh 87,5 dengan kategori baik dan pertemuan 2 adalah 93,75 dengan kategori sangat baik sehingga rata-rata aktivitas siswa pada siklus II adalah 90,62 dengan kategori sangat baik. Sementara itu untuk hasil belajar siswa diperoleh, siklus I sebanyak 7 orang siswa yang tuntas (63,64%) dan yang tidak tuntas sebanyak 4 orang (36,36%) dengan nilai rata-rata kelas adalah 70,48. Untuk siklus II diperoleh 9 orang siswa yang tuntas (81,82%) dan 2 orang yang tidak tuntas (18,18%) dengan nilai rata-rata adalah 81,28. Dengan adanya peningkatan yang terjadi pada siswa yang telah mencapai 81,82% maka dinyatakan bahwa standar keberhasilan telah mencapai 75% dan tuntas.

Kata Kunci: hasil belajar IPA, metode demonstrasi

 

PENDAHULUAN

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004:22). Sedangkan menurut Kingsley (dalam Sudjana, 2004:22) membagi tiga macam hasil belajar mengajar: (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita. Belajar adalah suatu perubahan perilaku, akibat interaksi dengan lingkungannya (Muhammad, 2004:14). Perubahan perilaku dalam proses belajar terjadi akibat dari interaksi dengan lingkungan. Interaksi biasanya berlangsung secara sengaja. Dengan demikian belajar dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan dalam diri individu. Sebaliknya apabila terjadi perubahan dalam diri individu maka belajar tidak dikatakan berhasil.Pembelajaran IPA seharusnya siswa lebih aktif sehingga hasil belajar siswa dapat optimal. Banyak kalangan pelajar menganggap bahwa belajar adalah aktivitas yang tidak menyenangkan, duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian dan pikiran pada suatu pokok bahasan, baik yang sedang disampaikan guru maupun yang sedang dihadapi di meja belajar. Kegiatan ini hampir selalu dirasakan pelajar sebagai beban daripada upaya aktif untuk memperdalam ilmu. Banyak diantara siswa yang menganggap bahwa mengikuti pelajaran tidak lebih dari sekedar rutinitas untuk mengisi daftar absensi, mencari nilai, menghabiskan waktu tanpa diiringi kesadaran untuk menambah wawasan ataupun mengasah keterampilan.

Menurunnya gairah belajar siswa, selain disebabkan oleh ketidaktepatan metode, juga berakar pada paradigma konvensional yang selalu menggunakan metode pengarahan klasikal seperti ceramah. Metode ceramah dianggap sebagai cara yang ampuh dalam menyampaikan informasi kepada para siswa tanpa melihat kemungkinan penerapan metode lain yang sesuai dengan jenis materi dan bahan serta alat yang tersedia. Peristiwa yang menonjol ialah siswa kurang berpatisipasi, kurang terlibat dan tidak punya inisiatif, baik secara intelektual maupun emosional. Dalam proses pembelajaran, kebanyakan siswa hanya melaksanakan aktivitas 3DCH yaitu, Duduk, Diam, Dengar, Catat dan Hapal (Ansyar, 1993:20), sehingga apabila mereka diminta untuk menggunakan pengetahuan yang mereka peroleh dari kegiatan belajar mengajar tersebut, mereka akan mengalami kesulitan. Hal ini dikarenakan siswa hanya berperan sebagai penerima pengetahuan dan guru sebagai pemberi. Siswa tidak dibiasakan untuk belajar secara aktif, sehingga hasil belajar kurang memuaskan.

Berdasarkan hasil observasi di kelas VI SDK Delang terlihat siswa kurang antusias dalam proses pembelajaran. Kurang antusiasnya siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya siswa kurang menyukai materi yang diajarkan karena terlalu banyak hafalan, kurangnya rasa ingin tahu terhadap mata pelajaran IPA atau enggan untuk bertanya pada saat proses pembelajaran. Siswa juga cukup ramai dengan jumlah 11 siswa. Siswa lebih suka bercanda dengan teman-teman yang lain, terutama sebagian besar siswa dalam kelas ini adalah laki-laki dan sebagian kecil siswa perempuan. Siswa banyak berbicara dengan teman sebangkunya, dan jalan-jalan tanpa sebab. Guru sudah mencoba mengingatkan siswa, namun tidak butuh waktu lama siswa kembali ramai. Ketika pembelajaran berlangsung, guru berkali-kali memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan tanya jawab namun hanya satu dua siswa yang bertanya, sehingga siswa terkesan pasif dalam mengikuti pembelajaran IPA. Hal ini berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, dimana data hasil belajar IPA dari siswa kelas VI SDK Delang masih tergolong rendah, yang ditandai dengan banyaknya siswa yang belum mencapai KKM yang telah ditetapkan yaitu 65. Dari hasil pembelajaran tersebut terdapat 5 siswa (45%) dari 11 siswa yang mencapai KKM, sedangkan 6 siswa (55%) belum mencapai KKM dengan nilai rata-rata yang diperoleh 60,45.

Guru hendaknya menerapkan prinsip belajar aktif yaitu pembelajaran yang melibatkan siswa secara fisik, mental (pemikiran dan perasaan), dan sosial serta sesuai dengan tingkat perkembangannya, sehingga hasil belajar dapat meningkat. Sesuai dengan kenyataan di atas, rendahnya hasil belajar pada mata pelajaran IPA kelas VI pada SDK Delang, maka perlu adanya pemecahan masalah tersebut dalam pembelajaran dengan menerapkan metode Demonstrasi.

Menurut Kardi dan Nur (dalam Trianto, 2012:136) IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada dipermukaan bumi, di dalam perut bumi dan di luar angkasa, baik yang dapat diamati indera maupun yang tidak dapat diamati dengan indera. Oleh karena itu, dalam menjelaskan hakikat fisika, pengertian IPA dipahami terlebih dahulu. IPA atau ilmu kealaman adalah ilmu tentang dunia zat, baik makhluk hidup maupun benda mati yang diamati.

Pembelajaran IPA secara khusus sebagaimana tujuan pendidikan secara umum sebagaimana diungkapkan dalam taksonomi Bloom bahwa diharapkan dapat memberikan pengetahuan (kognitif), yang merupakan tujuan utama dari pembelajaran. Jenis pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan dasar dari prinsip dan konsep yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari. Pengetahuan secara garis besar tentang fakta yang ada di alam untuk dapat memahami dan memperdalam lebih lanjut, dan melihat adanya keterangan serta keteraturannya. Di samping hal itu, pembelajaran sains diharapkan pula memberikan keterampilan (psikomotorik), kemampuan sikap ilmiah (afektif), pemahaman, kebiasaan dan apresiasi. Di dalam mencari jawaban terhadap suatu permasalahan. Karena ciri-ciri tersebut yang membedakan dengan pembelajaran lainnya (Trianto, 2012:142). Dengan demikian, semakin jelaslah bahwa proses belajar mengajar IPA lebih ditekankan pada pendekatan keterampilan proses, sehingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori dan sikap ilmiah siswa itu sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap kualitas proses pendidikan maupun produk pendidikan. Selama ini proses belajar mengajar IPA hanya menghafalkan fakta, prinsip atau teori saja. Untuk itu perlu dikembangkan suatu model pembelajaran IPA yang melibatkan secara aktif dalam kegiatan pembelajaran untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-idenya. Guru hanya memberi tangga yang membantu siswa untuk mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi, namun harus diupayakan agar dapat menaiki tangga tersebut.

Zakiah Drajat (2001: 296) mengemukakan bahwa metode demonstrasi adalah “metode pembelajaran dengan menggunakan peragaan yang berguna untuk memperjelas suatu pengertian atau konsep-konsep, atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada siswa. Dalam pengertian lain, Sanjaya (dalam Gunawan, 2012:176) juga mengemukakan pendapatnya bahwa metode demonstrasi merupakan metode penyajian materi pelajaran dengan cara memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya tiruan.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004: 22). Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar: (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004: 22).Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:250-251), hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar.Menurut Oemar Hamalik (2006: 30) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Berdasarkan pengertian ini maka dapat disintesiskan bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.

METODE PENELITIAN

Dalam melaksanakan penelitian digunakan Metode deskriptif, yaitu metode penelitian yang merupakan pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subyek atau obyek penelitian yang tampak diselidiki apa adanya. Dengan kata lain, penelitian Deskritif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data, jadi ia juga menyajikan data, menganalisis dan menginterpretasi. Ia juga bisa bersifat komparatif dan korelatif.

Bentuk yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Muklis (2000:1-4) mengemukan PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar siswa semakin meningkat. Menurut Oja dan Sumarjan (dalam Muklis, 2000:8) mengelompokkan penelitian tindakan menjadi empat macam yaitu (a) guru bertindak sebagai peneliti, (b) penelitian tindakan kolaboratif, (c) Simultan terintegratif, dan (d) administrasi sosial ekperimental.

Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentuk yang dikemukakan oleh Kurt Lewin dimana tindakan dan observasi dilaksanakan dalam satu kegiatan dan peneliti, penanggung jawab penuh penelitian tindakan adalah praktisi (guru). Tujuan utama dari penelitian tindakan ini adalah meningkatkan hasil pembelajaran di kelas dimana guru secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.

Setting penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah setting kelas, di mana data diperoleh selama proses pembelajaran berlangsung. Peneliti dibantu satu orang peneliti lainyang berperan menjadi observer dalam melakukan pengamatan selama proses pembelajaran, berupa penerapan metode demonstrasi pada pada mata pelajaran IPA di kelas VI SDK Delang Desa Nele Wutung Kecamatan Nele Kabupaten Sikka. Sedangkan subyek penelitian ini adalah siswa kelas VI pada SDK Delang yang berjumlah 11 siswa yang terdiri dari 4 orang siswa laki-laki, 7 orang siswa perempuan dan guru sekaligus sebagai peneliti.

Teknik yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.     Teknik Observasi Langsung

Adalah cara mengumpulkan data yang dilakukan melalui pengamatan dan pencatatan gelaja-gelaja yang tampak pada objek penelitian yang pelaksanaannya langsung dilakukan di kelas pada saat proses penerapan metode demonstrasi dilakukan.

2.     Teknik Pengukuran

Teknik ini adalah cara pengumpulan data yang megharuskan peneliti mengukur setiap kemampuan siswa secara individu dan diberikan angka agar bisa dibandingkan dengan data lain yang diperlukan di dalam penelitian untuk mengukur kemampuan penguasaan materi.

Instrumen pengumpul data dalam penelitian ini berupa lembaran observasi langsung pedoman observasi yang mempergunakan sebuah daftar yang memuat jenis-jenis gejala yang akan diamati dan lembaran tes dimana melaksanakan pembelajaran dengan cara memberikan angka terhadap kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan. Alat yang digunakan berupa soal-soal tes formatif. Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi).

Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan.

Siklus I

a.     Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.

b.     Kegiatan yang dilakukan dalam tindakan meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa.

c.     Pengamatan, pengamatan yang dilakukan dalam siklus pertama ialah mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya metode pembelajaran demonstrasi.

d.     Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.

Siklus II

a.     Rencana yang telah diperbaiki berdasarkan observasi siklus I, peneliti membuat lagi tujuan dan membuat rencana tindakan termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran sebagaimana perencanaan pada siklus I.

b.   Kegiatan yang dilakukan dalam tindakan meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa.

c.     Pengamatan, pengamatan yang dilakukan dalam siklus kedua ialah mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya metode pembelajaran demonstrasi.

d.     Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.

PEMBAHASAN

Kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran IPA dengan menggunakan metode demonstrasi diketahui bahwa dari tiap tindakan selalu mengalami peningkatan. Pada pertemuan pertama siklus I jumlah skor kemampuan guru sebesar 62,5 dengan kategori cukup, pada pertemuan kedua siklus I mengalami peningkatan sebesar 70,83 dengan kategori baik, peningkatan ini juga terjadi pada pertemuan pertama siklus II sebesar 21 dengan kategori baik dan pada tindakan terakhir (pertemuan kedua siklus II) sebesar 22 dengan kategori sangat baik. Rata-rata dari setiap siklus adalah untuk siklus I skor aktivitas guru 67 dengan kategori cukup dan siklus II adalah 89,6 dengan kategori baik.

Tingkat pastisipasi siswa dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan metode demonstrasi pada pertemuan pertama siklus I sebesar 16 dengan skor akhir adalah 67, pada pertemuan selanjutnya sebesar 16 dengan skor akhir adalah 67, dan rata-rata dari pertemuan pertama dan kedua adalah 67 dengan kategori cukup sedangkan pada pertemuan pertama siklus II sebesar 21 dengan skor akhir adalah 87,5 dan pertemuan terakhir sebesar 22 dengan skor akhir adalah 92. Rata-rata dari siklus II ini adalah 89,75 dan termasuk kategori baik.

Hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA dengan menggunakan metode demonstrasi di kelas VI SDK Delang selama penelitian dilaksanakan terdapat pada tabel 3 di bawah ini.

Tabel Rekapitulasi Hasil belajar siswa Siklus I dan Siklus II

 Komponen

 Tindakan

 Siklus I

 Siklus II

Jumlah Siswa Tuntas

 7

 9

Jumlah Siswa Tidak Tuntas

 9

 2

Nilai rata-rata

 

 

Persentase Ketuntasan

 63,64

 81,82

Simber: Hasil analisis data penelitian

Pada implementasi tindakan siklus I dan II menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa yang cukup memuaskan dengan penerapan metode demonstrasi. Di siklus I meningkat dengan nilai rata-rata 67,73 dengan ketuntasan 63,64% yaitu7 siswa yang tuntas dan 36,36% yaitu 4 siswa yang belum tuntas. Pada tindakan siklus II, hasil belajar siswa meningkat dengan nilai rata-rata 80 dengan ketuntasan 81,82%. Dengan demikian penelitian ini tidak perlu dilanjutkan pada siklus III karena penelitian tindakan kelas telah berhasil dan telah terjadi peningkatan hasil belajar siswa di atas nilai KKM (65,00).

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya dalam penelitian ini, dapat disimpulkan sebagai berikut:

a.     Kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI di SDK Delang pada mata pelajaran IPA mengalami peningkatan.

b.     Partisipasi siswa kelas VI SDK Delang meningkat dari siklus I maupun siklus II yaitu dengan kategori baik.

c.     Hasil belajar siswa kelas VI SDK Delang setelah diterapkan metode demonstrasi pada mata pelajaran IPA mengalami peningkatan yang signifikan.

 

Saran

Metode demonstrasi hanya salah satu dari beberapa metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar. Setiap metode memiliki kelebihan dan kekerangan masing-masing, oleh karena itu, metode yang satu dapat melengkapi metode yang lain. Berdasarkan hal tersebut, peneliti memberikan beberapa saran meliputi:

a.     Kepala sekolah memotivasi guru khususnya kelas VI agar dapat menerapkan metode demonstrasi sebagai ganti dari metode yang lain dalam menyampaikan materi pelajaran IPA.

b.     Guru dapat menerapkan metode yang bervariasi dalam menyampaikan materi, hal ini dilakukan dengan tujuan agar siswa tidak merasa bosan dalam menerima materi yang disampaikan.

DAFTAR PUSTAKA

Annurrahman. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Aqib, Zainal. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.

Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Drajat, Zakiyah. 2001. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Bandung:Diponegoro.

H. Daryanto. 2008. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Kun P, Zuhdan. 2003. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam SD. Yogyakarta:Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Kusumah, Wijaya dkk. 2011. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT.Indeks.

Nara H dkk. 2012. Ilmu Pengetahuan Alam. Karanganyar: CV Hasan Pratama.

Prihantoro, Laksmi dkk. 1986. IPA Terpadu. Jakarta: Depdikbud Universitas Terbuka.

________.2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Trianto. 2012. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.