UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA

DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA

TENTANG MEMBACA GAMBAR ATAU DENAH BERSKALA

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA

DALAM KELOMPOK KECIL DI KELAS VI SDK YOS SUDARSO

 

Maria Egenia

Guru di SDK Yos Sudarso, Sikka, Flores, NTT

 

ABSTRAK

Pemilihan judul ini berdasarkan atas pengalaman di lapangan bahwa prestasi belajar Matematika siswa kelas VI SDK Yos Sudarso rata-ratanya masih berkisar 5,8. Kenyataan ini menunjukkan masih rendahnya tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran Matematika. Berdasarkan kenyataan tersebut maka perlu adanya upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk itu upaya yang ditempuh adalah dengan diterapkannya model pembelajaran tutor sebaya dalam kelompok kecil untuk menyelesaikan soal cerita dalam membaca gambar atau denah berskala..Rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut. Bagaimanakah cara meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SDK Yos Sudarso melalui model pembelajaran tutor sebaya dalam kelompok kecil dalam menyelesaikan soal cerita tentang membaca gambar atau denah berskala.Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui apakah model pembelajaran tutor sebaya dalam kelompok kecil dapat meningkatkan hasil belajar siswa, dan dapat pula meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam proses belajar mengajar, serta dapat memperoleh cara yang efektif dalam menentukan hasil pengukuran dan pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sarana pembelajaran pada pokok bahasan membaca gambar atau denah berskala dalam menyelesaikan soal cerita.Metode penelitian tindakan kelas ini ditempuh dalam tiga siklus. Setiap siklus terdapat empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Tindakan dalam setiap siklus dilakukan dengan cara guru memberikan tugas berupa materi pelajaran untuk dipelajari secara mandiri, diringkas dan didiskusikan dengan kelompok belajarnya dengan dipandu tutor sebayanya. Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah seswa kelas VI SDK Yos Sudarso yang terdiri dari 30 siswa Tahun Pelajaran 2017/2018. Simpulan yang dapat diambil adalah bahwa melalui model pembelajaran tutor sebaya dalam kelompok kecil, kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat dan bekeja sama dalam setiap kelompoknya dapat ditingkatkan. Selain itu peran tutor sebaya merupakan teman bekerja sekaligus teman belajar sehingga dapat menambah keberanian siswa dalam bertanya, dan mengerjakan tugas guru di depan kelas. Serta ketrampilan siswa dalam menyelesaikan soal cerita menunjukkan kemajuan yang cukup baik. Sehingga hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Berdasarkan penelitian bahwa hasil belajar yang diperoleh siswa kelas VI SDK Yos Sudarso pada pokok bahasan membaca gambar atau denah berskala nilai rata-ratanya meningkat menjadi berkisar 8,11.

Kata Kunci: Hasil Belajar, Model Tutor Sebaya, Siswa

 

PENDAHULUAN

Belajar merupakan proses perubahan tingkah siswa akibat adanya peningkatan pengetahuan, ketrampilan, kemauan, minat, sikap, kemampuan untuk berfikir logis, praktis dan kritis”. Selain itu belajar juga dapat diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu dan belajar merupakan proses pengembangan pengetahuan. Sebagai upaya untuk mencapai suatu perubahan, kegiatan belajar itu sendiri harus dirancang sedemikian rupa sehingga seluruh siswa menjadi aktif, dapat merangsang daya cipta, rasa dan karsa. Dalam hal ini, para siswa tidak hanya mendengarkan atau menerima penjelasan guru secara sepihak, tetapi dapat pula melakukan aktivitas-aktivitas lain yang bermakna dan menunjang proses penyampaian yang dimaksud. Misalnya melakukan percobaan, membaca buku, bahkan jika perlu siswa-siswa tersebut dibimbing menemukan masalah dan sekaligus mencari upaya-upaya pemecahannya.

Di dalam kegiatan belajar mengajar ada tiga ranah yang perlu dikembangkan yakni ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Pada hakikatnya kognitif, afektif, dan psikomotor itulah yang mewarnai kepribadian individu. Ketiga ranah tersebut menyatu dan sulit dipisahkan. Seorang guru harus berupaya mengembangkan ketiga ranah itu pada saat menyajikan pelajaran. Dalam pelaksanaannya tentu ada perbedaan tergantung pada penekanan ranah tertentu sesuai dengan mata pelajaran. Misalnya mata pelajaran Matematika lebih menekankan ranah kognitif disamping ranah lainya. Dalam kaitan itu, perlu diperhatikan asas-asas yang melandasi proses belajar mengajar

Dalam pembelajaran matematika banyak Kenyataan yang ada pada saat ini, masih banyak siswa sekolah dasar yang belum mempunyai keterampilan membaca gambar atau denah berskala. Masih banyak juga siswa yang belum memahami cara menyelesaikan soal-soal cerita yang berhubungan dengan satuan panjang dan luas pada denah berskala. Hal ini dapat dilihat setiap kali siswa diberi soal tentang denah berskala, sebagian siswa masih mengalami kesulitan. Kemauan dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal matematika tidaklah menyenangkan bagi guru. Seringkali semua soal matematika dianggap sulit baginya. Maka minat siswa perlu dibangkitkan dalam proses pembelajaran matematika dengan variasi belajar yang menarik, agar nantinya siswa dapat menyelesaikan soal dengan benar. Siswa diajak belajar di luar kelas untuk dikenalkan pada lingkungan sekitar sebagai obyek pembelajaran. Misalnya siswa diberi tugas melalui kelompokkelompok kecilnya untuk mengukur halaman sekolah. Dengan dipandu tutor sebayanya, kemudian siswa diharapkan mampu menggambar halaman sekolah dengan denah berskala. Siswa juga dituntut untuk bisa menyelesaikan soal-soal cerita yang berhubungan dengan satuan panjang dan luas, sesuai dengan langkahlangkah menyelesaikan soal cerita yang benar.

Proses pembelajaran matematika pada pokok bahasan tersebut selama ini belum memperoleh hasil yang memuaskan, rata-rata berkisar 5,8. Nilai tersebut perlu ditingkatkan melalui penerapan atau praktik langsung pada benda-benda konkret dan siswa sering diberi latihan soal-soal cerita yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Siswa diberi cara atau langkah-langkah menyelesaikan soal cerita dengan benar. Serta diberi pengertian bahwa antara luas pada denah berskala, berbeda dengan luas sebenarnya.

Sehubungan dengan itu dari sekian banyak soal-soal latihan yang diberikan guru, pada bagian ini masih banyak siswa yang belum memahami dan mengalami kesulitan untuk menghitung luas bangun pada denah dengan bangun sebenarnya, terutama dalam menyelesaikan soal cerita pada denah berskala. Maka peneliti mempunyai alasan untuk terus mencari caracara yang baik dan benar dalam menyelesaikan soal cerita. Dengan demikian, nantinya siswa benar-benar memahami cara menyelesaikan soal cerita dengan benar, yakni dari apa yang diketahui, apa yang ditanyakan dan apa jawaban soal tersebut, yang akhirnya siswa mampu menuliskan hasil akhir soal tersebut.

Berangkat dari faktor di atas, tampaknya perlu dicarikan altematif pemecahan agar masalah itu dapat diminimalisasi. Salah satu altematif yang dapat ditempuh adalah dengan cara mengajarkan melalui model pembelajaran tutor sebaya dalam kelompok kecil dalam menyelesaikan soal cerita tentang membaca gambar atau denah berskala. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis uraikan di atas, di rumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Apakah dengan menerapkan model pembelajaran tutor sebaya dalam kelompok kecil dalam menyelesaikan soal cerita tentang membaca gambar atau denah berskala dapat meningkatkan hasil belajar siswa?

Adapun tujuan penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas VI SDK Yos Sudarso melalui model pembelajaran tutor sebaya dalam kelompok kecil dalam menyelesaikan soal cerita tentang membaca gambar atau denah berskala

KAJIAN PUSTAKA

Belajar

Untuk membantu mengatasi berbagai persoalan tentang metode kependidikan dan pengajaran yang efektif, maka peneliti mengajak untuk mengingat kembali apa sebenarnya pengertian belajar itu. Menurut Pedoman Pembinaan Profesional Guru Sekolah Dasar dan Menengah, Dirjen Dikdasmen, Depdikbud, Jakarta (1997-1998) memberikan arti belajar adalah sebagai berikut. “Belajar merupakan proses perubahan tingkah siswa akibat adanya peningkatan pengetahuan, ketrampilan, kemauan, minat, sikap, kemampuan untuk berfikir logis, praktis dan kritis”. Selain itu belajar juga dapat diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu dan belajar merupakan proses pengembangan pengetahuan. Sebagai upaya untuk mencapai suatu perubahan, kegiatan belajar itu sendiri harus dirancang sedemikian rupa sehingga seluruh siswa menjadi aktif, dapat merangsang daya cipta, rasa dan karsa. Dalam hal ini, para siswa tidak hanya mendengarkan atau menerima penjelasan guru secara sepihak, tetapi dapat pula melakukan aktivitas-aktivitas lain yang bermakna dan menunjang proses penyampaian yang dimaksud. Misalnya melakukan percobaan, membaca buku, bahkan jika perlu siswa-siswa tersebut dibimbing menemukan masalah dan sekaligus mencari upaya-upaya pemecahannya.

1.   Tahap-tahap Dalam Proses Belajar

Menurut Bruner (2004:7) jika seseorang mempelajari sesuatu pengetahuan (misalnya suatu konsep matematika), pengetahuan itu perlu dipelajari dalam tahaptahap tertentu agar pengetahuan itu dapat diinternalisasi dalam pikiran (struktur kognitif) orang tersebut. Proses internalisasi akan terjadi secara sungguh-sungguh (yang berarti proses belajar terjadi secara opimal) jika pengetahuan yang dipelajari itu dipelajari dalam tiga tahap yang macamnya dan urutannya adalah sebagi berikut.Tahap enaktif, yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan di mana pengetahuan itu dipelajari secara aktif, dengan menggunakan benda- benda kongkret atau menggunakan situasi yang nyata., Tahap ikonik, yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan di mana pengetahuan itu direspresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual (visual imagery), gambar atau diagram, yang menggambarkan kegiatan kongkret atau situasi kongkret yang terdapat pada tahap enatik tersebut di atas (butir a), Tahap simbolik, yaitu suatu tahap pembelajaran di mana pengetahuan itu direspresentasikan dalam bentuk simbol-simbol abstrak (abstract symbols), yaitu simbol-simbol arbiter yang dipakai berdasarkan kesepakatan orang-orang dalam bidang yang bersangkutan, baik symbol

Proses Pembelajaran Matematika

Menurut M. Mukti Aji dan kawan-kawan (1997:3) faktor utama penyebab matematika dianggap momok bagi siswa adalah penanaman konsep materinya. Banyak siswa kesulitan memahami materi yang sedang dipelajari. Dengan pertimbangan itu, materimateri yang disajikan harus sederhana dan menarik. Sederhana dalam arti penyajian materi mudah dipahami. Agar lebih menarik dan menumbuhkan kesan rekreatif, penanaman materi disertai gambar-gambar yang menarik. Kemudian ini juga sangat berguna untuk orang tua siswa. Tidak bisa disangsikan lagi, metematika sebagai ilmu dasar dewasa ini telah berkembang sangat pesat, baik materi maupun kegunaannya. Matematika sekolah terdiri atas bagian-bagian matematika yang dipilih guna menumbuhkembangkan kemampuan-kemampuan dan membentuk pribadi siswa serta berpandu kepada perkembangan IPTEK.Untuk itu peranan orang tua di rumah sangatlah membantu siswa dalam belajar. Terutama dalam membantu memecahkan kesulitan pekerjaan rumah. Menurut Achmad Kereng (dalam Djoko Waludi, 2003:13) mengatakan tentang orang tua dalam membantu anak-anaknya memecahkan PR matematika masih diperlukan, tetapi tidak harus

Model Pembelajaran Tutor Sebaya dalam Kelompok Kecil

Menurut Hisyam Zaini (dalam Amin Suyitno, 2002:60) mengatakan bahwa metode belajar yang paling baik adalah dengan mengajarkan kepada orang lain. Oleh karena itu, pemilihan pembelajaran tutor sebaya sebagai strategi pembelajaran akan sangat membantu siswa di dalam mengajarkan materi kepada temantemannya

Jika model pembelajaran tutor sebaya dalam kelompok kecil ini diterapkan, maka langkahnya sebagai berikut. Dipilih materi yang memungkinkan materi tersebut dapat dipelajari siswa secara mandiri. Materi pelajaran dibagi dalam sub-sub materi (segmen materi), Para siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang heterogen, sebanyak sub-sub materi yang akan disampaikan guru. Siswa-siswa pandai disebar dalam setiap kelompok dan bertindak sebagai tutor sebaya, Masingmasing kelompok diberi tugas mempelajari satu sub materi. Setiap kelompok dipandu oleh siswa yang pandai sebagai tutor sebaya, Mereka diberi waktu yang cukup untuk persiapan, baik di dalam kelas maupun di luar kelas, Setiap kelompok melalui wakilnya menyampaikan sub materi sesuai dengan tugas yang telah diberikan. Guru bertindak sebagai narasumber utama, Setelah semua kelompok menyampaikan tugasnya secara berurutan sesuai dengan urutan sub materi, beri kesimpulan dan klasifikasi seandainya ada pemahaman siswa yang perlu diluruskan.

KERANGKA BERPIKIR

Materi pengukuran bagi siswa SD kadang merupakan hal yang masih dianggap sulit. Apalagi kalau sudah menyangkut satuan ukuran luas. Karena siswa harus menghafal satuan ukuran panjang terlebih dahulu. Kemudian menghubungkannya dengan satuan luas. Untuk itu peneliti mengangkat masalah tentang bagaimana cara meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SDK Yos Sudarso melalui model pembelajaran tutuor sebaya dalam kelompok kecil dalam menyelesaikan soal cerita tentang membaca gambar atau denah berskala. Sehingga diharapkan nantinya siswa mampu menerapkannya di masa yang akan datang.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini terjadi pada bulan Agustus sampai bulan September 2017. Lokasi penelitian ditetapkan pada SDK Yos Sudarso, Kabupaten Sikka. Subyek penelitiannya adalah siswa-siswi kelas IV SDK Yos Sudarso. Jumlah siswa laki-laki dan perempuan adalah 30 orang, dengan perincian siswa laki-laki sebanyak 15 orang dan siswa perempuan sebanyak 15 orang.

Sedangkan prosedur penelitian dalam penelitian yang sudah dilaksanakan mengikuti alur penelitian tindakan kelas yang dikembangkan oleh Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian adalah suatu rangkaian tahap-tahap penelitian dari awal sampai akhir.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada siklus I disampaikan materi tentang cara membaca gambar atau denah berskala yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Terlebih dahulu siswa diingatkan kembali tentang satuan ukuran panjang dan satuan ukuran luas.Namun karena keterbatasan siswa dalam memahami konsep tentang satuan ukuran panjang dan luas. Sehingga pada saat pembelajaran berlangsung banyak siswa yang masih mengalami kesulitan untuk menerapkan satuan ukuran panjang dan satuan luas pada materi membaca gambar atau denah berskala (perbandingan skala). Respon siswa masih kurang, belum menunjukkan adanya minat terhadap materi tersebut. Sehingga hasil yang diperoleh masi sangat kurang, masih di bawah 50%. Diterapkannya model pembelajaran tutor sebaya dalam kelompok kecil, yaitu dengan memanfaatkan anak-anak pandai diantara kelompoknya untuk memandu dalam menyelesaikan tugas, serta membawa siswa untuk mempelajari materi dengan benda-benda konkret sebagai objek pembelajaran. Anak dibawa ke luar kelas untuk mengukur luas halaman sekolah dan menggambarkannya dalam bentuk gambar atau denah berskala.

Berdasarkan hasil tes yang diperoleh pada siklus I terdapat siswa 16 siswa yang mendapat nilai kurang dari 70, ratarata nilainya 65. Sedangkan ketuntansan belajarnya baru mencapai 42%, kenyataan itu menunjukkan hasil pembejaran masih sangat rendah. Dilihat dari hasil tes 10 siswa yang mendapat nilai rendah, hal ini disebabkan mereka belum memahami benar cara menyelesaikan soal cerita tentang membaca gambar atau denah berskala. Di samping itu kehidupan dunia pendidikan di lingkungan tempat tinggal mereka masih membutuhkan orang-orang yang mampu mendorong agar mereka sadar akan manfaat pendidikan yang sebenarnya dan lebih maju. Sebagai perbaikan pada pelaksanakan siklus I adalah siklus II, pada pelaksanaan siklus II disampaikan materi mengenai cara memecahkan soal cerita tentang membaca gambar atau denah berskala dan cara menafsirkan hasil dari pemecahan soal cerita tentang membaca gambar atau denah berskala. Dikarenakan nilai yang dihasilkan pada siklus I masih ditemui siswa yang mendapat nilai kurang dan kesulitan dalam memahami materi pelajaran. Dengan demikian pelaksanakan pembelajaran pada siklus II, ditekankan pada langkah-langkah menyelesaikan soal cerita tentang membaca gambar atau denah berskala dengan benar. Sehingga diharapkan siswa akan lebih materi pelajaran, serta lebih mudah mengerjakan tes akhir pembelajaran, dengan nilai yang lebih baik.

Pada pelaksanakan siklus II, terdapat 10 siswa yang mendapat nilai kurang dari 70, sedangkan yang mendapat nilai lebih dari 70 adalah 20 siswa. Tingkat ketuntasan yang diperoleh sudah mencapai 63%. Sedangkan rata-rata nilai yang diperoleh 7,26. Dengan demikian tingkat keberhasilan siswa sudah cukup meningkat. Oleh karena itu pelaksanakan penelitian tindakan dan perbaikan pada siklus III Pelaksanaan perbaikan pada siklus III disampaikan materi cara menghitung luas sebenarnya suatu bidang datar pada gambar atau denah berskala dan cara menghitung luas sebenarnya suatu daerah atau kota pada peta berskala. Pelaksanakan proses pembelajaran pada siklus II sudah cukup kondusif, siswa sudah lebih memahami materi pelajaran yang diberikan guru. Dikarenakan sebelum proses pembelajaran berlangsung siswa telah diberi perbaikan bagi yang bernilai kurang, sedangkan yang bernilai lebih diberi pengayaan. Sedangkan untuk lebih menguasai materi pelajaran, diadakan apersepsi sebagai pengulangan materi sebelnya. Dengan demikian pelaksanaan pembelajaran pada sklus III ini sebagian besar siswa sudah memahami materi yang diberikan guru

Pada pelaksanaan siklus III, tinggal 2 siswa yang memperoleh nilai kurang dari 70 sedangkan 28 siswa memperoleh nilai lebih dari 70, rata-rata nilai yang diperoleh dalam siklus III adalah 82, dan tingkat ketuntasan yang diperoleh telah mencapai 79%. Sehingga keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran tutor sebaya dalam kelompok kecil dalam pokok bahasan menyelesaikan soal cerita tentang membaca gambar atau denah berskala telah mencapai ketuntasan. Dengan demikian, hipotesis tindakan penelitian ini dapat diterima.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa melalui model pembelajaran tutor sebaya dalam kelompok kecil, kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat dan bekeja sama dalam setiap kelompoknya dapat ditingkatkan. Selain itu peran tutor sebaya merupakan teman bekerja sekaligus teman belajar sehingga dapat menambah keberanian siswa dalam bertanya, dan mengerjakan tugas guru di depan kelas. Serta ketrampilan siswa dalam menyelesaikan soal cerita menunjukkan kemajuan yang cukup baik. Sehingga hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Berdasarkan penelitian bahwa hasil belajar yang diperoleh siswa kelas VI SDK Yos Sudarso Tahun Pelajaran 2017/2018 pada pokok bahasan membaca gambar atau denah berskala nilai rata-ratanya meningkat menjadi berkisar 82.

Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, ada beberapa hal yang disarankan untuk dilakukan oleh guru dalam pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas VI Sekolah Dasar, antara lain: (1) Model Pembelajaran Tutor Sebaya dalam Kelompok Kecil yang diterapkan guru dapat meningkatkan hasil belajar siswa, maka pada proses pembelajaran bisa menggunakan Model Pembelajaran Tutor Sebaya dalam Kelompok Kecil,(2) Siswa perlu diberi tugas secara individual untuk mempelajari materi, merangkum atau meringkas lalu mendiskusikan dengan tutor sebaya dalam kelompok kecilnya, dengan cara ini diharapkan kemampuan siswa dalam belajar mandirinya akan memingkat dan belajar merupakan kebutuhan siswa.

DAFTAR PUSTAKA                                

Aji, Mukti, M. 1997. Matematika Sekolah Untuk Kelas VI. Jakarta: PT. Intan Pariwara.

Bruner, Jerome. 2004. Materi Pelatihan Terintegrasi. Jakarta: Dirjen Depdiknas. Depdikbud. 1994. Kurikulum Pendidikan Dasar. GarisGaris Besar Program Pengajaran Kelas VI SD. Jakarta: Depdikbud.

Depdikbud. 1999/2000. Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar Kelas VI Sekolah Dasar. Jakarta: Depdikbud.

Depdikbud. 1998. Pedoman Pembinaan Profesional Guru Sekolah Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdikbud.

Depdiknas. 2004. Matematika-Materi Pelaihan Terintegrasi. Jakarta: Dirgen Pendasmen.

Drost, J Pastor (dalam Achmad Kereng). 2003. Tenaga Kependidikan Profesional Menghadapi Tantangan. Jakarta: Suara Guru 7-9.

Kereng, Achmad. 2003. Tenaga Kependidikan Profesional Menghadapi Tantangan. Jakarta: Suara Guru 7-9.

Kereng, Achmad (dalam Djoko Waludi). 2003. Tenaga Kependidikan Profesional Menghadapi Tantangan. Jakarta: Suara Guru 7-9.

Natawijaya, Rochman. 1984. Pengajaran Remedial. Jakarta: Depdikbud. Oemar, Hamalik. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Rahayu Hadinoto, Siti (dalam Achmad Kereng). 2003. Tenaga Kependidikan Profesional Menghadapi Tantangan. Jakarta: Suara Guru 7-9

Sunarto. 1984. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Depdikbud.

Suyitno, Amin. 2004. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matemaika I. Bahan Ajar Program S1 Pendidikan Matematika Konsrentrasi Pendidikan Dasar. Semarang: UNNES.

Suyitno, Amin. 2004. Petunjuk Penulisan Karya Ilmiah Remaja. Semarang