Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Melalui Pembelajaran Problem Based Learning
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MENGIDENTIFIKASI BENUA MELALUI PEMBELAJARAN
PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA SISWA KELAS VI
SEMESTER 1 SDN 1 BRABOWAN TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Yanti Rispawati
SDN 1 Brabowan Kecamatan Sambong Kabupaten Blora
ABSTRAK
Tujuan guru melaksanakan penelitian pembelajaran IPS siswa kelas VI semester 1 SDN 1 Brabowan untuk memperbaiki proses pembelajaran dan peningkatan hasil belajar Guru sebelum melaksanakan pembelajaran menentukan penyusunan program pembelajaran secara sistimatis dilengkapi dengan media, metode yang sesuai dengan karakteristik materi ,sehingga pembelajaran dapat terlaksana secara efektif dan efesien mencapai hasil Pra siklus guru belum melaksanakan pembelajaran menentukan penyusunan program pembelajaran secara sistimatis yang dilengkapi dengan media, metode sesuai karakteristik materi ,siswa sehingga pembelajaran belum terlaksana secara efektif dan efesien tercapainya hasil belum maksimal seperti programnya Pembelajaran siklus I menerapkan Problem Based Learning (PBL) dengan menggunaan alat peraga globe pada pembelajaran dilaksanakan sebanyak dua siklus, siklus I dan siklus II dengan membagi siswa kedalam kelompok yang heterogen dimana siswa dengan nilai lebih dari KKM (siswa yang pandai) bertugas sebagai leader dalam kelompoknya.Pembelajarran siklus II Problem Based Learning (PBL) terdapat peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat pada peningkatan nilai rata-rata siswa mulai dari kondisi pra siklus, dan ketuntasan belajar siswa yaitu pra siklus 50%, siklus I ketuntasan 75% dan siklus II ketuntasan 100% dengan nilai rata-rata siswa pra siklus baru mencapai 69, siklus I nilai rata-rata mencapai 78, dan pada siklus II nilai rata-rata sebesar 84 dengan ketuntasan 100% yang artinya semua siswa mencapai nilai ketuntasan KKM 70.
Kata kunci: Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS Pembelajaran Problem Based Learning
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Berdasarkan hasil evaluasi pada kondisi awal siswa dalam pembelajaran IPS dengan materi mengidentifikasi benua pada semester 1 kelas VI SDN 1 Brabowan dimana dari hasil evaluasi pra siklus diperoleh nilai rata-rata 69 dengan ketuntasan hanya 50% atau baru 6 siswa mampu mencapai nilai di atas kriteria ketuntasan minimum. Sedangkan 6 siswa atau 50% masih belum mencapai nilai batas ketuntasan. Berdasarkan nilai tersebut masih jauh dari harapan maka guru kelas, melaksanakan perbaikan pembelajaran,karena IPS merupakan pelajaran yang sangat penting dan selalu diajarkan pada setiap jenjang pendidikan.
Rendahnya hasil belajar tersebut disebabkan sistem pembelajaran pada mata pelajaran IPS yang dikembangkan selama ini masih tidak terlepas dari pengaruh kultur atau budaya yang telah mengakar. Hal tersebut dapat dilihat dari sistem pembelajaran satu arah dimana guru menjadi sumber pengetahuan utama. kegiatan pembelajaran ini menjadi sangat sulit untuk dirubah walaupun kurikulum yang berlaku sudah berubah. Dalam model mengajar satu arah siswa menjadi tidak aktif, hanya duduk diam mendengar ceramah dari guru, merupakan salah satu yang menyebabkan siswa tidak tertarik pada mata pelajaran IPS. Dalam kondisi yang seperti ini perlu adanya pembaharuan model pembelajaran yang bisa menimbulkan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran siswa diharapkan nantinya bisa aktif pada ranah afektif maupun psikomotorik, sehingga pembelajaran menjadi lebih menarik, menyenangkan dan hasil belajar siswa dapat meningkat.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menerapkan pembelajaran Problem Based Learning (PBL) atau model pembelajaran berdasarkan masalah. Menurut Arends (dalam Trianto, 2007: 68), pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi,lebih berguna dalam pengembangkan kemandirian dan percaya diri.
Pembelajaran berdasarkan masalah untuk peningkatkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran, mengembangkan keterampilan berpikir siswa, sehingga untuk peningkatan pemahaman siswa terhadap pelajaran IPS dalam mengidentifikasi benua. Oleh karena pembelajaran Problem Based Learning (PBL) semoga cocok diterapkan untuk mengatasi permasalahan pembelajaran pada kondisi pra siklus aktivitas belajar rendah menyebabkan hasil belajar rendah siswa kelas VI semester 1 SDN 1 Brabowan Kecamatan Sambong Kabupaten Blora tahun pelajaran 2017/2018. Sekolah menetapkan KKM 70.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti menyusu rumusan masalah dalam penelitian sebagai berikut:
1. Apakah guru melaksanakan pembelajaran IPS dalam mengidentifikasi benua melalui model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada siswa kelas VI semester 1SDN 1 Brabowan tahun pelajaran 2017/2018 ?
2. Apakah guru melaksanakan pembelajaran IPS dapat memberikan motivasi dalam mengidentifikasi benua melalui model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada siswa kelas VI semester 1SDN 1 Brabowan tahun pelajaran 2017/2018 ?
3. Apakah guru dalam peningkatan hasil belajar IPS tentang mengidentivikasi benua melalui model Problem Based Learning (PBL) pada siswa kelas VI SDN 1 Brabowan semester 1 tahun pelajaran 2017/2018 ?.
Tujuan Penelitian
Untuk peningkatan motivasi dan,percaya diri terhadap hasil belajar IPS tentang mengidentifikasi benua pada siswa kelas VI semester 1 SDN 1 Brabowan tahun pelajaran 2017/2018
Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa
Untuk motivasi belajar siswa dalam menyelesaikan masalah mengerjakan soal ulangan harian dan peningkatan hasil belajar khususnya pembelajaran IPS tentang mengidentivikasi benua.
2. Bagi guru
Hasil penelitian ini bermanfaat dalam mempersiapkan diri untuk memilih metode pembelajaran yang lebih tepat sesuai dengan materi yang akan diajarkan.dalam waktu yang akan datang.
3. Bagi Sekolah
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan menyusun kebijakan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, proses pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran IPS pada unit Sekolah Dasar.
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
Kajian Teori
Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar pada hakekatnya dapat dilihat dari nilai ulangan yang diperoleh siswa dalam pelajaran Peningkatan hasil belajar merupakan harapan guru karena pada hakekatnya IPS berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol ketajaman penalaran yang dapat membantu memperjelas dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
Masykur (2007: 87) menjelaskan IPS merupakan ilmu terstruktur, urutan (order), dan hubungan yang meliputi dasar-dasar perhitungan, pengukuran dan penggambaran bentuk objek. Ilmu ini melibatkan logika dan kalkulasi kuantitatif, dan pengembangannya peningkatan derajat idealisasi dan abstraksi subyek.
Standar kompetensi merupakan seperangkat kompetensi pembelajaran yang dibukukan dan harus ditunjukkan oleh siswa pada hasil belajarnya dalam mata pelajaran IPS. Standar ini dirinci dalam komponen kompetensi dasar beserta hasil belajarnya, indikator dan materi pokok untuk setiap aspeknya. Pengorganisasian dan pengelompokan materi pada materi didasarkan menurut disiplin ilmunya atau didasarkan menurut kemahiran atau kecakapan yang hendak dicapai. Aspek atau ruang lingkup materi pada standar kompetensi IPS adalah bilangan, pengukuran dan geometri, aljabar, trigonometri, peluang dan statistik, dan kalkulus.
Pembelajaran IPS di SD
IPS dikenal dengan nama social studies adalah kajian mengenai manusia dengan segala aspeknya dalam sistem kehidupan bermasyarakat. mengkaji bagaimana hubungan manusia dengan sesamanya di lingkungan sendiri, dengan tetangga yang dekat sampai jauh. juga mengkaji bagaimana manusia bergerak dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan demikian, mengkaji tentang keseluruhan kegiatan manusia.
Benua
Benua adalah daratan luas yang berada di permukaan bumi. Dalam persebarannya, benua ada yang dihuni oleh manusia dan ada yang tidak dihuni. Benua yang dihuni manusia adalah Benua Asia, Afrika, Amerika, Eropa, dan Australia. Adapun benua yang tidak dihuni oleh manusia adalah Benua Antartika karena merupakan benua terdingin yang selalu tertutup es. Benua adalah hamparan daratan yang sangat luas yang pada bagian tengahnya bersifat kering karena tidak mendapat pengaruh dari angin laut yang basah dan lembab. Benua dibatasi (dikelilingi oleh samudra). Sedangkan pulau adalah daratan yang relativ sempit dan dikelilingi oleh laut.
Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Based Learning) sering juga disebut dengan istilah pengajaran berdasarkan masalah pembelajaran (Problem Based Instruction).
Menurut Dewey, belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dengan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberi masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis serta dicari pemecahannya dengan baik. Pengalaman siswa yang diperoleh dari lingkungan akan menjadikan kepadanya bahan dan materi guna memperoleh pengertian serta bisa dijadikan pedoman dan tujuan belajarnya (dalam Trianto, 2007: 67).
Menurut Ratumanan, pembelajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks (dalam Trianto, 2007: 68).
Menurut Arends, pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan kemampuan dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri (dalam Trianto, 2007: 68).
Pendekatan pembelajaran berbasis masalah adalah konsep pembelajaran yang membantu guru menciptakan lingkungan pembelajaran yang dimulai dengan masalah yang penting dan relevan (bersangkut-paut) bagi siswa, dan memungkinkan memperoleh pengalaman belajar yang lebih realistik (nyata). Pemecahan masalah memegang peranan penting baik dalam pelajaran sains maupun dalam banyak disiplin ilmu lainnya, terutama agar pembelajaran berjalan dengan fleksibel. Kalau seorang siswa dihadapkan pada suatu masalah akhirnya bukan hanya sekedar memecahkan masalah, tetapi juga belajar sesuatu yang baru
Jadi,pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pembelajaran di mana siswa diorientasikan pada suatu masalah tertentu yang berkaitan dengan kehidupan nyata siswa sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran. Masalah kontekstual yang diberikan bertujuan untuk memotivasi siswa, membangkitkan gairah belajar siswa, meningkatkan aktivitas belajar siswa (belajar aktif), belajar terfokus pada penyelesaian masalah sehingga siswa tertarik untuk belajar, dan menemukan konsep yang sesuai dengan materi pelajaran.
Penelitian Yang Relevan
Menurut Arends, pembelajaran masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud menyusun pengetahuan, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri (Trianto, 2007: 68).
Belajar memperoleh pengetahuan baru yang dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi siapa saja yang melaksanakan kegiatan pembelajaran dapat menyampaikan hasil belajar yang diperoleh dari orang lain yang membutuhkaqn sebab orang pada hakekatnya sebagai makluk social yang tidak bisa terlepas dari orang lain dalam lingkungannya.
Kerangka Berfikir
Pada kondisi awal peneliti belum menerapkan salah satu model pembelajaran dalam pembelajaran IPS mengidentifikasi benua, sehingga hasil belajar siswa rendah. Untuk pembelajaran selanjutnya supaya hasil belajar siswa meningkat maka Peneliti mengambil tindakan. Tindakannya adalah penerapan model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pembelajaran mengidentifikasi benua. Adapun tindakannya adalah sebagai berikut:
Siklus I menerapkan kegiatan pembelajaran Problem Based Learning (PBL) mengidentifikasi benua.. Dengan cara siswa di bagi dalam 3 kelompok tiap kelompok beranggota 4 siswa. dan tiap kelompok memilih leadernya dari siswa yang terpandai. Berdasarkan kajian teori hasil belajar siswa tentang mengidentifikasi benua pada pembelajara IPS kelas VI SDN 1 Brabowan pada semester 1 adanya peningkatan daripada kondisi pembelajaran pra siklus.
Siklus II:menerapkan pembelajaran Problem Based Learning (PBL) mengidentifikasi benua.. Dengan cara siswa di bagi dalam 3 kelompok tiap kelompok terdiri dari 4 siswa. Dan tiap kelompok memilih leadernya dari anak yang terpandai. Kegiatan siswa.pada siklus II disertai bibingan guru secara fokus. Berdasarkan Kajian teori hasil belajar siswa tentang mengidentifikasi benua pada pembelajara IPS kelas VI SDN 1 Brabowan pada semester 1 ternyata ada peningkatan bila dibanding dengan siklus II, dan kondisi pra siklus.
Berdasarkan kajian teori pada siklus I dan II, diduga melalui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) diduga dapat meningkatkan hasill belajar tentang mengidentiifikasi benua pada siswa kelas VI SDN 1 Brabowan pada semester I tahun pelajaran 2017/2018.
|
Hipotesis Tindakan
Hipotesis adalah jawaban sementara berdasarkan pada kajian teori dan kerangka berfikir:Melalui menerapkan pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terdapat peningkatan aktivitas dan hasil belajar mengidentifikasi benua pada siswa kelas VI SDN 1 Brabowan semester 1 tahun pelajaran2017/2018.
METODOLOGI PENELITIAN
Setting Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2017 s.d bulan Oktober 2017 pada semester 1 tahun pelajaran 2017/2018. Jadwal kegiatan penelitian sudah disusun peneliti pelaksanaannya sesuai yang sudah ditentukan
2. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SDN 1 Brabowan Kecamatan Sambong Kabupaten Blora.Alasan pemilihan tempat karena peneliti merupakan guru di SDN 1 Brabowan sehingga lebih efektif dan efisien dalam pelaksanaan penelitian.karena sudah menguasai lokasi tempat penelitian.Subyek penelitian adalah siswa kelas VI SDN 1 Brabowan yang berjumlah 12 siswa yang terdiri dari 5 laki-laki dan 7 siswa perempuan. daftar nama siswa kelas VI SDN 1 Brabowan tahun pelajaran 2017/2018.
Sumber Data
Sumber data primer berasal dari siswa kelas VI SDN 1 Brabowan. Data yang diperoleh dari siswa bertujuan untuk hasil belajar siswa pada kondisi pra siklus serta nilai rata-rata siswa Sumber data sekunder yang digunakan dalam penelitian bersumber dari guru kelas VI SDN 1 Brabowan untuk mengetahui nilai siswa pada ulangan harian di kelas dan data yang diperoleh dari teman sejawat bertujuan untuk mengetahui perilaku kerja sama dalam lingkungan belajar. Selain itu informasi juga digali dari berbagai sumber data dan jenis data yang lain meliputi: dokumentasi sekolah yang berupa nama siswa, nilai selama melaksanakan kegiatan penelitian.
Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara
Wawancara adalah pertanyaan terbuka yang dilakukan dengan tujuan tertentu. Wawancara dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan kepada siswa mengenai materi yang baru saja diberikan. Dengan cara ini, guru mencoba untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami dan sejauh mana penerimaan siswa terhadap materi. Selain itu dengan adanya teknik wawancara siswa mempunyai kesempatan untuk bertanya kepada guru jika ada yang belum jelas.
2. Observasi
Observasi merupakan metode pengumpulan data yang menggunakan pengamatan terhadap obyek penelitian. Dalam penelitian ini, observasi dilakukan dengan menggunakan metode observasi terstruktur. Observasi terhadap siswa dilakukan untuk mengetahui seluruh kegiatan siswa pada pembelajaran Observasi terhadap guru untuk mengetahui tingkat keberhasilan dalam melaksanakan pembelajaran. Hasil observasi kegiatan kemudian dicatat pada lembar observasi yang telah dipersiapkan sebelum pembelajaran dimulai.
3. Teknik Tes
Salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes. Teknik tes dilakukan untuk memperoleh data yang akurat selama penelitian. Teknik tes dilakukan pada akhir kegiatan belajar mengajar sebagai bentuk evaluasi siswa terhadap materi yang disampaikan. Jenis tes yang digunakan adalah tes tertulis yang terdiri dari dua bentuk yaitu pilihan ganda dan isian.
4. Dokumentasi
Sebelum penelitian tindakan kelas dimulai, terlebih dahulu peneliti mengumpulkan dokumen yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian misalnya data siswa, daftar nilai, profil sekolah serta foto selama penelitian. Data yang diperoleh kemudian diolah sedemikian rupa sebagai bahan penyusunan laporan.
Alat Pengumpulan Data
Dalam hal ini peneliti menggunakan alat pengumpulan data berbentuk butir soal ulangan bagi siswa dan lembar observasi/lembar pengamatan (unjuk kerja) bagi siswa maupun guru.Butir soal digunakan untuk menilai hasil belajar siswa yang berupa nilai ulangan, sedangkan lembar pengamatan digunakan untuk menilai aktivitas, dan keaktifan belajar siswa dan keaktifan guru dalam melakssiswaan kegiatan pembelajaran.
Validasi Data
Data Kuantitatif Untuk mendapatkan hasil belajar hasil yang valid, maka butir soal sebelum dibuat harus dibuat kisi-kisi terlebih dahulu yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku.Dengan tujuan bahasannya tidak mengelompok pada satu pokok bahasan saja. Alasan kedua materi matematikaka harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
Data pengamatan yang divalidasi adalah bentuk instrumennya (data kualitatif) melalui Triangulasi Sumber yaitu sumber datanya lebih dari satu orang, bisa menggunakan bantuan orang/teman sejawat (kolaborasi dengan teman sejawat). Triangulasi metode mencari dari sumber, kemudian menggunakan cara/metode atau dengan menggunakan test lisan. Namun dari kedua triangulasi di atas, yang paling mudah dalam memperoleh data adalah melalui triangulasi sumber secara langsung.
Analisa Data
Data kuantitatif berbentuk angka, hasil belajar dianalisis berupa deskriptif komparatif (membandingkan) dilanjutkan dengan refleksi.Deskriptif komparatif (membandingkan) nilai hasil belajar dari kondisi pra siklus dibandingkan dengan nilai siklus kesatu, nilai siklus kesatu dengan siklus kedua, dan nilai kondisi pra siklus dengan kondisi akhir..Data yang berupa kualitatif, menggunakan deskriptif kualitatif yang dilanjutkan refleksi. Deskriptif kualitatif hasil proses pembelajaran dari kondisi pra siklus dengan siklus kesatu, siklus kesatu dengan siklus kedua, kondisi pra siklus dengan kondisi akhir.
Indikator Kinerja
Merupakan kondisi akhir/target yang hendak diharapkan atau dicapai. Berdasarkan pengalaman yang telah lalu dan hasil diperoleh pada soal pada saat melakukan penelitian tindakan kelas. Dan target indikator kinerja diharapkan jangan terlalu tinggi dan jangan terlalu rendah. Contoh kondisi awal kemampuan dalam hasil ulangan pembelajaran tentang mengidentifikasi benua melalui metode Problem Based Learning (PBL) masih rendah, setelah dilakukan tindakan adanya peningkatan yang terlihat hasilnya pada kondisi akhir.
Prosedur Tindakan
Prosedur penelitian ini menggunakan model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart dalam Rochiati (2007:36) yang terdiri dari empat komponen yaitu: 1) Perencanaan (planning), 2) Aksi/tindakan (acting), 3) Observasi (observing), 4) Refleksi (refleting) Berikut ini deskripsi masing-masing tahapan penelitian menurut model Kurt Lewin, (Arikunto, 2006: 92):
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan peneliti menyususn rencana pembelajaran dengan Standart Kompetensi: lembar kerja, lembar observasi siswa, lembar observasi kinerja guru, ulangan harian siswa, kunci jawaban, dan pedoman penilaian.
2. Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan tindakan untuk siklus I guru membagi siswa dalam bentuk kelompok yaitu 4 kelompok heterogen (dipimpin oleh salah satu siswa yang memiliki nilai di atas 70), tiap kelompok diberikan lembar kerja untuk di diskusikan bersama, peneliti dan teman sejawat memgarahkan latihan soal dan diskusi kelompok, setelah berdiskusi perwakilan kelompok maju untuk menuliskan jawaban yang benar dari soal yang diberikan oleh guru. Pada akhir pembelajaran siswa diberikan soal ulangan harian untuk dikerjakan secara individu dan hasil evaluasi pembelajaran.pelaksanaan kegiatan siklus II masih sama dengan siklus I akan tetapi guru lebih memfokuskan pada bimbingan terhadap siswa agar seluruh siswa lebih aktif dibanding siklus sebelumnya.
3. Observasi
Selama pembelajaran di siklus I dan siklus II, guru dan teman sejawat mengobservasi kegiatan pembelajaran.Observasi diarahkan pada poin yang telah ditetapkan dalam indikator yaitu apakah siswa mempelajari materi dengan serius,mencatat hal-hal penting,aktif dalam kelompok berani bertanya jika ada yang belum jelas ,mengerjakan soal dengan tertib Selain melakukan observasi pada aktivitas siswa, teman sejawat melakukan pengamatan terhadap kinerja guru/peneliti yang meliputi:bagaimana guru menyampikan materi dan memberikan arahan pada siswa (lihat lampiran).
4. Refleksi
Dari hasil penelitian pada siklus I, dilakukan analisis dengan cara melihat nilai ulangan harian siswa tentang kemudian hasil analisis pada siklus II digunakan sebagai kesimpulan dari penelitian yaitu apakah pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas VI semester 1 SDN 1 Brabowan dalam pelajaran Kualitas proses pembelajaran dinyatakan mengalami perbaikan apabila pencapaian pada indikator keberhasilan yang ditetapkan tercapai sesuai dengan target yang ditetapkan.Jika hasil penelitian telah sesuai dengan indikator kinerja yang telah ditetapkan maka perbaikan pembelajaran dihentikan. Penelitian berlangsung selama dua siklus karena pada siklus II indikator kinerja sudah terpenuhi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
IPS merupakan salah satu pelajaran yang menduduki peranan penting dalam pendidikan. Sebagai bukti adalah diberikan kepada semua jenjang pendidikan mulai dari Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. diperlukan semua disiplin keilmuan untuk peningkatan daya prediksi dan kontrol dari ilmu Namun pada kenyataannya siswa tidak menyukai bahkan ada yang membenci karena harus banyak hafalan.
Diskripsi Pembelajaran Pra siklus
Pada kondisi pra siklus nilai yang diperoleh siswa tmasih rendah dan jauh dari harapan memuaskan. Pembelajaran masih disampaikan dengan metode ceramah dan pemberian tugas. Metode kurang efektif karena siswa merasa jenuh dan materi yang disampikan terkadang tidak dipahami Dengan pemberian pekerjaan rumah diharapkan dapat berlatih belajar dirumah,tetapi pada kenyataannya, masih banyak yang mengerjakan pekerjaan rumah di sekolah dengan mencontek hasil pekerjaan temannya yang lebih pandai. Melihat kondisi yang demikian, guru belum mencoba menerapkan pebelajaran baru dengan hasil belajar dari 12 siswa, sebanyak 6 siswa yang mencapai nilai ketuntasan nilai rata-rata 69 ketuntasan belajar mencapai 50%..
Diskripsi Pembelajaran I
Pada siklus I peneliti menggunakan pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dimana pelaksanaannya kegiatan dibagi menjadi tiga tahapan kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. dengan membagi siswa kelas VI dalam bentuk kelompok siswa yang pandai bertugas menjadi leader temannya dalam diskusi Guru membagikan lembar kerja untuk didiskusikan dan hasilnya dituliskan di papan tulis oleh perwakilan siswa. Dari hasil observasi peneliti dan teman sejawat, cukup baik dalam berdiskusi karena yang mengarahkan temannya kemungkinan penyampaian materi dengan bahasa yang sederhana, walaupun leader kelompok masih sering bertanya kepada guru maupun teman sejawat.Dari hasil refleksi pada, pembelajaran berlangsung dengan baik dan hasilnya cukup memuaskan dengan jumlah 12 siswa perolehan nilai rata-rata 78 sebanyak 9 siswa ketuntasan belajar mencapai 75%.
Diskripsi Pembelajaran II
Berdasarkan hasil evaluasi yang dilaksanakan pada siklus II peneliti kembali menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan melakukan beberapa perbaikan dalam kegiatan inti dengan lebih memperhatikan siswa berdiskusi dan memberikan perhatian dan arahan pada setiap siswa sehingga yang kurang pandai perlu diberikan perhatian secara khusus karena, leader yang sering bertanya dan menjadi perhatian guru sebagai motivasi pada siswa lainnya. Berdasarkan pengamatan leader sudah bisa memimpin.kelompoknya. dengan. baik. dan. anggota.kelompok. yang. lain. Juga tampak lebih kompak Anggota kelompok saling berbagi tugas menyelesaikan soal yang diberikan guru dan setelah selesai yang bertugas menjadi notulen menyalin jawaban pada selembar kertas. Setelah diskusi selesai siswa dengan semangat maju mengerjakan soal di depan kelas. Pada siklus ini, guru tidak perlu membujuk siswa untuk maju mengerjakan soal di depan kelas karena siswa lebih berani dan lebih percaya diri hasil belajar yang diperoleh semua dari jumlah 12 siswa mencapai nilai ketuntasan nilai rata-rata 84 ketuntasan belajar mencapai 100%..
Pembahasan hasil penelitian
Pembahasan Pra Siklus
No. |
Hasil (Angka) |
Hasil (Huruf) |
Predikat |
Jumlah Siswa |
Prosentase |
1 |
86-100 |
A |
Sangat Baik |
0 |
0% |
2 |
70-85 |
B |
Baik |
6 |
50% |
3 |
61-69 |
C |
Cukup |
3 |
25% |
4 |
51-60 |
D |
Kurang |
3 |
25% |
5 |
≤ – 50 |
E |
Sangat Kurang |
0 |
0% |
Jumlah |
12 |
100% |
Pembelajaran pada pra siklus masih secara konvensional sehingga hasil belajar siswa masih sngat rendah karena dari berbagai alasan dan penyebabnya sehingga guru perlunya melaksanakan perbaikan penyusunan rencana program pembelajaran maupun pengorganesasian pelaksanaannya. Aktifitas dan hasil belajar siswa tentang mengidentifikasi benua pada siswa kelas VI Semester 1 SDN 1 Brabowan. Hasil dari evaluasi dari 12 siswa ketuntasan yang memperoleh nilai predikat baik 6 siswa dan yang memperoleh nilai predikat cukup 3 siswa yang memperoleh nilai predikat kurang 3 siswa ketuntasan 50% nilai rata-rata 69.
Pembahasan Siklus I
No. |
Hasil (Angka) |
Hasil (Huruf) |
Predikat |
Jumlah Siswa |
Prosentase |
1 |
86-100 |
A |
Sangat Baik |
4 |
33% |
2 |
70-85 |
B |
Baik |
5 |
42% |
3 |
61-69 |
C |
Cukup |
3 |
25% |
4 |
51-60 |
D |
Kurang |
0 |
0% |
5 |
≤ -50 |
E |
Sangat Kurang |
0 |
0% |
Jumlah |
12 |
100% |
Pembelajaran siklus I dengan menerapkan Problem Based Learning (PBL) pembelajaran yang dilaksanakan dengan memperhatikan kekurangan yang terjadi pada pra siklus sehingga dapat diperoleh peningkatan aktifitas maupun percaya diri dalam mengikuti pembelajaran sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa mengalami peningkatan meskipun belum maksimal terlihat dalam tabel yang memperoleh nilai predikat sangat baik 4 siswa 33% ,nilai predikat baik 5 siswa 42% dan nilai predikat cukup 3 siswa atau 25% nilai rata-rata 78
Pembahasan Siklus II
No. |
Hasil (Angka) |
Hasil (Huruf) |
Predikat |
Jumlah Siswa |
Prosentase |
1 |
86-100 |
A |
Sangat Baik |
6 |
50% |
2 |
70-85 |
B |
Baik |
6 |
50% |
3 |
61-69 |
C |
Cukup |
0 |
0% |
4 |
51-60 |
D |
Kurang |
0 |
0% |
5 |
≤ -50 |
E |
Sangat Kurang |
0 |
0% |
Jumlah |
12 |
100% |
Pembelajaran yang dilaksanakan siklus II dengan memperhatikan catatan dan kekurangan yang terjadi pada siklus sebelumnya sehingga proses belajar mengajar dapat terlaksana secara efektif hasil belajar yang diperoleh bisa secara maksimal semua siswa mencapai nilai ketuntasan seperti pada tabel dari 12 siswa nilai preikat sangat baik 6 siswa,nilai predikat baik 6 siswa,semua mencapai nilai ketuntasan nilai rata-rata 84 yang ditentukan sekolah KKM.70
PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil kegiatan penelitian dan pembahasan yang dijabarkan pada laporan ini, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1 Pra siklus guru belum melaksanakan pembelajaran menentukan penyusunan program pembelajaran secara sistimatis yang dilengkapi dengan media, metode sesuai karakteristik materi ,siswa sehingga pembelajaran belum terlaksana secara efektif dan efesien tercapainya hasil belum maksimal seperti programnya
2 Pembelajaran siklus I menerapkan Problem Based Learning (PBL) dengan menggunaan alat peraga globe pada pembelajaran IPS siswa kelas VI semester 1 SDN 1 Brabowan dilaksanakan sebanyak dua siklus, siklus I dan siklus II dengan membagi siswa kedalam kelompok yang heterogen dimana siswa dengan nilai lebih dari KKM (siswa yang pandai) bertugas sebagai leader dalam kelompoknya.
3 Pembelajarran siklus II Problem Based Learning (PBL) terdapat peningkatan hasil belajar siswa kelas VI semester 1 SDN 1 Brabowan dapat dilihat pada peningkatan nilai rata-rata siswa mulai dari kondisi pra siklus, dan ketuntasan belajar siswa yaitu pra siklus 50%, siklus I ketuntasan 75% dan siklus II ketuntasan 100% dengan nilai rata-rata siswa pra siklus baru mencapai 69, siklus I nilai rata-rata mencapai 78, dan pada siklus II nilai rata-rata sebesar 84 dengan ketuntasan 100% yang artinya semua siswa mencapai nilai ketuntasan KKM 70.
Saran
1. Bagi Siswa
Siswa diharapkan dapat lebih kompak dan lebih berani bertanya kepada guru apabila belum jelas terhadap materi yang dipelajari untuk mengerjakan soal di depan kelas dan lebih membiasakan mengikuti kegiatan pembelajaran dengan semangat tinggi menumbuhkan motivasi yang kuat setiap melaksanakan kegiatan untuk semua program pembelajaran penuh rasa tanggung jawab,menyelesaikan tugas dari pendidik (guru).
2. Bagi Guru
Guru disarankan untuk selalu mencoba menerapkan berbagai model dan metode pembelajaran yang baru agar pelajaran tidak berjalan monoton sehingga siswa tidak merasa bosan dan mencapai tujuan dari pembelajaran dapat dengan mudah dicapai.secara efektif,efesien dan menyenangkan
3. Bagi Sekolah
Pihak sekolah dapat mengusahakan untuk memberikan pengarahan kepada guru melakukan trobosan dalam mengajar baik pemilihan metode maupun media yang digunakan serta meningkatkan kreatifitas dalam mengajar sehingga siswa merasa senang untuk mengikuti pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Anni, Catharina Tri, dkk. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: UNNES Press.
Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Bandung: Yrama Widya.
Arends, Richard I. 2008. Learning to Teach (Belajar untuk Mengajar). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S, Suhardjono dan Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Asmin. 2003. “Implementasi Pembelajaran IPS Realistik (PMR) dan kendala yang muncul di lapangan†dalam jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No 44 tahun ke-9, September 2003.
Dahar, Ratna Wilis. 1996. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga
Masykur, Moch. 2007. Mathematical Intellegence: Cara Cerdas Melatih Otak Dan Menanggulangi Kesulitan Belajar. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Mulyadi, HP. (2009). Materi Pelatihan Penyusunan PTK, Semarang: Depdiknas LPMP
Moleong. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004 (Pertanyaan dan Jawaban). Jakarta: PT. Gramedia Widiasana Indonesia.
Sinambela, Pardomuan N.J.M. 2008. Faktor-Faktor Penentu Keefektifan Pembelajaran dalam Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction)diunduh dari http://jurnal.pdii.lipi.go. id/admin/jurnal/12087485.pdf pada hari Selasa, 22 Februari 2011 jam 10:14 WIB.
Slameto. 1992. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta
Slavin, Robert E. 2008. Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media.
Sugiyono, Prof. Dr. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sutopo. 1996. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Wiriaatmadja, Rochiati. 2007. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya