Peningkatan Hasil Belajar Al-Qur’an Hadits Melalui Media Visualisasi Tarjamah Secara Lafzhiyah
PENINGKATAN HASIL BELAJAR AL-QUR’AN HADITS
MELALUI MEDIA VISUALISASI TARJAMAH SECARA LAFZHIYAH PADA SISWA KELAS IX-D MTS NEGERI 1 KABUPATEN KUDUS
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Sulimin
Guru MTs Negeri 1 Kudus
ABSTRAK
Berdasarkan observasi awal tentang hasil belajar siswa mata pelajaran Al-Qur’an Hadits tidak menunjukkan hasil yang memuaskan dan ketuntasan mencapai 80%, akan tetapi hasil belajar hanya 48,9%. Mereka masih sulit untuk menjawab soal kandungan ayat, terjemah dan soal Quran Hadist. Hasil penelitian tindakan kelas ini terbagi menjadi 3 bagian. Bagian pertama menggambarkan kondisi awal siswa yang menunjukkan hasil bahwa tidak ada satupun siswa yang tuntas mencapai KKM 70 (43,6%) dengan keaktifan yang sangat rendah. Setelah diadakan metode pembelajaran di siklus I, menunjukkan hasil 63,2% siswa mampu menjawab benar dengan ketuntasan 40,9%, demikian halnya dengan keaktifan siswa yang menunjukkan data “cukup aktifâ€. Siklus II, menunjukkan 84,6% siswa mencapai ketuntasan dengan hasil jawaban benar mencapai 73%.
Kata kunci: hasil belajar siswa, keaktifan siswa, Tarjamah Secara Lafzhiyah.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an adalah kitab suci berQuran Hadist yang secara ideologis sebagai pedoman hidup, didalamnya sarat dengan ajaran, tuntunan dan bimbingan untuk mendidik umat manusia. Maka Allah Yang Maha Bijaksana tidak mungkin menurunkan al-Qur’an dengan bahasa yang sulit dipelajari.
Mata Pelajaran al-Qur’an Hadits adalah salah satu mata pelajaran PAI yang menekankan pada kemampuan membaca dan menulis al-Qur’an dan Hadits dengan benar, hafalan, pengenalan arti atau makna secara sederhana dan hadits-hadits shahih sesuai kompetensi dasar yang diajarkan untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari melalui keteladanan.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mengadakan tindakan kelas agar hasil yang dicapai siswa mencapai KKM, dan posisi mata pelajaran Al-Qur’an Hadits adalah sangat penting dan strategis karena mata pelajaran ciri khusus di madrasah.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang uraian di atas, maka peneliti merumuskan permasalahan adalah “Dengan melakukan visualisasi Tarjamah Secara Lafzhiyah dapat meningkatkan hasil belajar dan meningkatkan keaktifan siswa materi Al-Qur’an Hadits pada siswa kelas IX-D Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Kudus semester 1 tahun pelajaran 2018/2019â€.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa secara kognitif dan menjadikan siswa aktif dalam proses pembelajaran mata pelajaran Al-Qur’an Hadits melalui visualisasi Tarjamah Secara Lafzhiyah.
Kajian Teori
Hakekat Belajar dan Hasil Belajar
Secara umum istilah belajar dimaknai sebagai suatu kegiatan yang mengakibatkan terjadinya perubahan tingkah laku. Dengan pengertian demikian, maka pembelajaran dapat dimaknai sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku peserta didik berubah ke arah yang lebih baik (Darsono, 2000: 24).
Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar: (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004: 22).
Ruang Lingkup Materi Al-Qur’an Hadits
Komponen mata pelajaran al-qur’an dan hadits, khususnya di tingkat pendidikan Madrasah Aliyah adalah sebagai berikut:
Menjelaskan kandungan atau nilai-nilai atau pesan moral ayat-ayat Al-qur’an atau hadits yang diambil sebagai bahan materi atau bahan ajar yang telah disesuaikan dengan standar kompetensi dan komptensi dasar.
a. Mufrodat
Mufrodat biasanya tidak disebutkan semuanya melainkan hanya beberapa mufrodat saja yang dianggap sukar bagi siswa. Hal ini bertujuan untuk memudahkan para peserta didik dalam hal pemahaman mufrodatnya.
b. Terjemah
Secara etimologis kata terjamah digunakan untuk mengacu pada empat makna. Pertama, berarti menyampaikan pembicaraan kepada orang lain yang pembicaraan tersebut tidak sampai kepadanya. Kedua, berarti menafsirkan pembicaraan dengan bahasa yang sama dengan bahasa pembicaraan itu. Ketiga, berarti menafsirkan pembicaraan dengan bahasa, dan yang Keempat, berarti proses pengalihan dari satu bahasa ke bahasa yang lain (Az-Zarqoni dalam Ainin, 2003: 54)
c. Tafsir atau penjelasan
Tafsir menurut bahasa adalah penjelasan atau keterangan, seperti yang bisa dipahami dari Quran S. Al-Furqan: 33. ucapan yang telah ditafsirkan berarti ucapan yang tegas dan jelas. Menurut istilah, pengertian tafsir adalah ilmu yang mempelajari kandungan kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi SAW., berikut penjelasan maknanya serta hikmah-hikmahnya.
d. Tajwid
Pengertian Tajwid menurut bahasa (ethimologi) adalah: memperindah sesuatu.Sedangkan menurut istilah, Ilmu Tajwid adalah pengetahuan tentang kaidah serta cara-cara membaca Al-Quran dengan sebaik-baiknya.
Media Visualisasi Pembelajaran
Visualisasi mengacu pada teknik untuk menampilkan gambar, diagram, atau animasi untuk menyampaikan pesan. Penggunaan Visualisasi sudah meluas meliputi sains, teknik dalam berbagai bentuk pendidikan dan dalam interaktif multimedia, pengguna khusus visualisasi dalam komputer grafik memungkinkan berkembangnya penggunaan Visualiasasi.
Visualisasi yang dimaksud adalah visualisasi materi Al-Qur’an Hadits melalui bantuan Tarjamah Secara Lafzhiyah sebagai media utama dalam pembelajaran karena di perpustakaan Madrasah Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Kudus tidak ada Tarjamah Secara Lafzhiyah, oleh karena itu peneliti memodifikasi materi kedalam bentuk slide.
Tarjamah Secara Lafzhiyah
Adapun yang menarik dalam Tarjamah Secara Lafzhiyah adalah setiap kata dalam kalimat sudah ditandai dengan kata-kata tertentu dalam bahasa jawa sebagai kode kedudukan kata dalam kalimat, misalnya: mubtada ditandai kata utawi, jika khobar ditandai kata iku, jika isim fa’il ditandai kata sopo/opo, jika maf’ul bih ditandai kata ing, dan lain-lainnya.
Penggunaan Tafsir Sebagai Media untuk Memahami Al-Qur’an
Pemahaman Al Qur’an diperlukan perangkat-perangkat dan instrumen keilmuan yang lain, seperti Ilmu Nahwu, Sharaf (Quran Hadist), Fiqh, Ushul Fiqh, Ulumul Qur’an, Sosiologi, Antropologi dan budaya guna mewujudkan Al-Qur’an sebagai pedoman dan pegangan umat Islam yang berlaku sepanjang jaman.
Memang memahami ayat-ayat Al-Quran dengan benar tidaklah mudah, sejarah mencatat, terdapat beberapa kosa kata pada ayat Al-Qur’an yang tidak difahami oleh sebagian sahabat nabi dan sahabat langsung menanyakan hal tersebut kepada Nabi. Hipotesis Tindakan
Berdasaran kerangka berpikir di atas dapat dinyatakan bahwa kegiatan pembelajaran melalui media visualisasi tarjamah secara lafzhiyah dapat meningkatkan hasil belajardan keaktifan siswa materi Al-Qur’an Hadits pada siswa kelas IX-D MTs Negeri 1 Kudus semester 1 tahun pelajaran 2018/2019.
METODOLOGI PENELITIAN
Setting Penelitian
Waktu Penelitian
Waktu yang digunakan untuk melakukan penelitian ini pada bulan Agustus sampai dengan Oktober 2018
Tempat Penelitian
Tempat penelitian di Madrasah MTs Negeri 1 Kudus
Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas IX-D MTs Negeri 1 Kudus semester 1 tahun pelajaran 2018/2019 yang berjumlah 22 Siswa.
Instrumen/Sumber Data
Instrumen atau Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa yang diperoleh dengan cara sebagai berikut:
Melalui tes kognitif
Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan cepat dan tepat (Indrakusuma, 1993:21). Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa, didalamnya terdapat pengertian-pengertian:
a. Tes itu adalah hanya merupakan alat dan bukan merupakan tujuan. Sedangkan tujuannya adalah terletak pada apakah maksud kita memberikan tes itu.
b. Alat itu telah disusun secara sistematis dan objektif, menurut syarat-syarat tertentu. Meskipun dalam kenyataannya tidak ada tes yang seratus persen sistematis dan objektif.
c. Dengan adanya tes yang telah disusun secara sistematis dan objektif itu, maka hasil yang diperoleh dari tes atau alat itu boleh dikatakan akan tepat. Artinya benar-benar akan memberikan gambaran yang sesuai dengan keadaannya.
Pengamatan (observasi)
Observasi adalah suatu penyelidikan yang dijalankan secara sistematis dan sengaja diadakan dengan menggunakan alat indra terutama mata terhadap kejadian-kejadian yang langsung (Bimo Walgito, 1987:54)
Wawancara
Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data. Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog (tanya jawab) secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung (I. Djumhur dan Muh. Surya, 1985).
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data digunakan: (1) tes/ulangan, (2) observasi, (3) wawancara.
2. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpul data yang digunakan oleh peneliti berupa:
a. Butir soal tes sebanyak 20 soalpilihan ganda untuk mengetahui hasil belajar siswa di siklus I dan siklus II
b. Lembar Observasi berupa checklist untuk mengetahui keaktifan siswa dengan indikator sebanyak 6 indikator yang masing-masing indikator terdiri dari 5 item pilihan.
Analisis Data
Tahap analisis data dalam tahapan pekerjaan analisis adalah proses mengidentifikasi, elemen demi elemen, kebutuhan data suatu fungsi, dan diidentifikasi juga sumber dari data tersebut (melakukan olah data).
Langkah-langkah Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas merencanakan terdiri dari 2 siklus. Langkah-langkah dalam tiap siklus terdiri dari: (1) Perencanaan/persiapan, (2) Tindakan, (3) Observasi, (4) Refleksi.
Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dari metode ini terjadi peningkatan nilai penguasaan materi, prestasi siswa yang mencapai ketuntasan belajar mencapai minimal 80%. Persentasi siswa yang terlibat cukup aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hasil wawancara, lebih dari 50% menyatakan sangat tertarik terhadap pembelajaran Al-Qur’an Hadits dengan media visualisasi Tarjamah Secara Lafzhiyah.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Dari hasil ulangan harian dari 22 siswa nilai tertinggi jawaban benar 8 soal sebanyak 9 siswa, sedangkan nilai terendah jawaban benar 5 soal sebanyak 2 siswa. Hasil ini masih sangat rendah, bahkan 100% gagaltidak semua siswa mencapai Kriteria Kelulusan Minimal (KKM) sebesar 70.
Hasil prestasi dapat dipetakan menjadi 3 jenis soal meliputi penjelasan/ kandungan ayat sebanyak 6 soal, Quran Hadist 5 soal, dan terjemah/mufradat sebanyak 4 soal. Ketiga jenis soal tersebut yang paling rendah dalam penguasaan Quran Hadist sebesar 32,7%, sekalipun dalam penguasaan penjelasan/kandungan ayat ada yang nilainya 0 dikarenakan jenis soal yang berkategori sulit.Sedangkan penguasaan terjemah atau mufradat (55,7) lebih banyak dibandingkan dengan penguasaan penjelasan/kandungan ayat yaitu 44,7%.
Deskripsi Tindakan dan Hasil Siklus I
Siklus I dilakukan sebagai langkah dari hasil kondisi awal bahwa hasil belajar dari mata pelajaran Al-Qur’an Hadits sangat rendah bahkan semua tidak mencapai KKM 70. Sedangkan deskripsi atau langkah-langkah dalam siklus I adalah sebagai berikut: (1) Perencanaan/persiapan, (2) Tindakan, (3) Observasi hasil pengamatan, (4) Tindakan, (5), Refleksi.
Deskripsi Tindakan dan Hasil Siklus II
Setelah mencermati hasil pembelajaran siswa di siklus I yang kurang memuaskan, maka peneliti meneruskan untuk melakukan pada tindakan berikutnya dalam siklus II dengan gambaran sebagai berikut: (1) Perencanaan/persiapan, (2) Tindakan, (3) Observasi hasil pengamatan, (4) Tindakan, (5), Refleksi.
Pembahasan Antar Siklus
Pembahasan antar siklus I dan siklus II adalah menggambarkan perbandingan hasil belajar siswa dan keaktifan siswa dalam mengikuti materi pelajaran Al-Qur’an Hadits dalam bentuk tabel dan grafik, sehingga secara umum dengan perbandingan ini akan mudah dipahami.
Pembahasan pertama tentang perbandingan hasil belajar siswa dalam nilai kognitif hasil dari tes formatif di masing-masing siklus dengan data sebagai berikut:
No Urut |
Kategori Soal |
Jawaban Benar Siklus I (%) |
Jawaban Benar Siklus II (%) |
1 |
Penjelasan/ kandungan ayat |
76,1 |
84,1 |
2 |
Quran Hadist |
48,1 |
54,5 |
3 |
Terjemah/mufradat |
78,4 |
81,1 |
4 |
Tafsir |
68,2 |
77,3 |
5 |
Tajwid |
52,3 |
77,3 |
Persentasi |
63,2% |
73% |
Perbandingan Jawaban Kategori Soal Siklus I dan Siklus II
Tabel 16 diperoleh gambaran bahwa hasil siklus I jawaban yang benar sebesar 63,2%, artinya hasil tersebut masih di bawah nilai KKM yang sudah ditentukan sebesar 70 sebab kenyataannya siswa yang tuntas mencapai KKM sebanyak 9 dari 22 siswa, sedangkan 13 siswa belum mencapai ketuntasan.
Pada siklus II pada tabel 16 menunjukkan jawaban benar sebesar 73% dengan jumlah ketuntasan nilai sejumlah 19 siswa, sedangkan 3 siswa belum tuntas. Kategori atau jenis soal sebanyak 5 item, masing-masing mengalami kenaikan di siklus II.
Faktor kejenuhan merupakan salah satu penyebab rendahnya nilai belajar, termasuk juga jam pelajaran di akhir waktu. Dan hasil wawancara dengan siswa tentang media yang digunakan untuk pembelajaran di siklus I sebesar 63,6% (14 siswa) menyatakan biasa-biasa saja, maka akan berpengaruh hasil nilai kognitif siswa.
Siklus II mengalami kenaikan yang cukup banyak dari 40,9% ke 86,4%. Kenaikan ini diikuti pula dengan kenaikan-kenaikan lain dalam kategori soal (tabel 16), sehingga dalam siklus II peneliti menyimpulkan sudah berhasil dalam metode pembelajaran ini. Hasil ini berkaitan erat dengan media pembelajaran yang peneliti sajikan, bahwa sesuai dengan wawancara siswa tentang ketertarikan cara penyajian data di siklus II, diperoleh 71,4% menyatakan menarik, dan 28,6% menyatakan biasa-biasa saja.
Ketertarikan ini akan menjadikan siswa untuk semangat belajar untuk membaca tulisan arab jawa (pegon), minimal mereka pernah membaca sebagai salah satu pengalaman belajar.
Ketidaktuntasan siswa menunjukkan penurunan yang sangat banyak dari 59,1% menjadi 13,6%. Tren penurunan ini karena kenaikan hasil belajar siswa, sebagaimana dalam grafik 2. Disamping itu, menggambarkan hasil yang positif terhadap proses pembelajaran walaupun ada kekurangan, tetapi mayoritas siswa sudah tuntas, bagi yang belum tuntas, maka akan menjadi tugas dan tanggung jawab guru untuk menuntaskannya.
Pada siklus I dapat ditemukan data bahwa siswa sangat aktif dari semua unsur aspek afektif sangat rendah sebesar 2,3%, sedangkan siswa yang aktif sebesar 54,5% dan siswa cukup aktif 43,%. Sedangkan siswa kurang aktif dan tidak aktif 0%. Oleh karena itu, jika berdasarkan metodologi penelitian tentang analisa data yang berkaitan tentang klasifikasi keaktifan siswa yang menyatakan bahwa: sangat aktif jika 81%-100% siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran; dinyatakan aktif jika 61%-80% siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran; dan dinyatakan cukup aktif jika 41%-60% siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, maka data siklus I tentang keaktifan siswa dinyatakan cukup aktif. Data ini didukung dengan pengamatan langsung peneliti di kelas selama proses pembelajaran.
Pada siklus II dinyatakan cukup aktif siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran (diatas 41% dinyatakan cukup aktif). Hasil ini sama dengan siklus I tetapi ada perubahan persen pada kategori sangat aktif dan aktif, namun tidak berpengaruh pada hasil akhir keaktifan siswa karena persentasi sangat aktif dan aktif pada siklus II tidak mencapai klasifikasi sangat aktif (81%-100%) dan klasifikasi aktif (61%-80%).
Grafik 4, perbandingan keaktifan siswa pada siklus I dan siklus II menggambarkan perolehan persentasi keaktifan siswa, sehingga mudah diketahui tinggi rendahnya skor nilai keaktifan. Dan tidak ada data (0%) yang menunjukkan siswa kurang aktif atau tidak aktif.
Berbeda jika dibandingkan dengan madrasah yang menyatu atau dekat dengan pesantren atau madrasah diniyah,. Tatkala peneliti kenalkan kepada siswa, termasuk kepada guru, merupakan keasingan tersendiri. Tetapi mereka lebih tahu dengan tafsir-tafsir yang berbahasa Indonesia, seperti tafsir al-Azhar, tafsir Departemen Agama, tafsir terjemah al-Maraghi, terjemah tafsir ibn Katsir dibandingan dengan Tarjamah Secara Lafzhiyah.
Dapat disimpulkan tentang bisa dan tidak bisanya membaca tulisan arab pegon (tulisan arab jawa). Data yang diperoleh adalah hanya 14,3% siswa yang bisa membaca tulisan pegon karena di daerahnya ada madrasah diniyah yang pernah mengajarkan kitab-kitab kuno yang diterjemahkan kedalam arab pegon, sehingga sekalipun belum pernah membaca Tarjamah Secara Lafzhiyah tetapi masih bisa membaca tulisan pegon tersebut.
Grafik 8 diperoleh data bahwa 28,6% agak bisa membaca (kurang lancar), siswa dengan sendirinya mampu mengira-ira ejaan kata dalam tulisan pegon. Sedangkan sebagian besar kesulitan untuk membacanya (57,1%).Oleh karena itu, agar bisa membaca tulisan pegon yang berkaitan erat dengan rencana penelitian, maka peneliti buatkan beberapa kata kunci/istilah-istilah/kode pegon dengan tulisan arab dan alpabet yang menunjukkan kedudukan kata dalam kalimat, sehingga lebih mudah mengidentifikasinya tanpa mengenai makna/arti dari ayat yang dikaji.
Sebagian besar siswa tidak tahu/mengenal tokoh Yayasan Pembinaan Masyarakat Islam “Al-Hikmah†Jakarta sebagai penulis Terjamahan Al-Qur’an secara Lafzhiyah. Sedangkan persentasi yang kurang mengenal dan mengenal sama-sama 14,3%, hal ini sangat sesuai dengan hasil data tentang pernah tahu dan tidaknya terhadap kitab al-Ibriz (grafik 7), artinya sangat berhubungan antara belum tahu kitab tafsir dan belum mengenal tokoh penulis kitab Tarjamah Secara Lafzhiyah tersebut.
Kesimpulan Hasil Penelitian
Dari beberapa data dan analisa di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Al-Qur’an Hadits dengan visualisasiTarjamah Secara Lafzhiyah mampu mengoptimalkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat pada akhir siklus II dengan hasil penilaian mencapai ketuntasan 86,4%. Sedangkan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran cukup aktif, dan ketertarikan siswa dalam penggunaan metode ini sebesar 81,8% dengan segala variasi kekurangan dalam pemahaman atau pengetahuan tentang Tarjamah Secara Lafzhiyah.
PENUTUP
SIMPULAN
Setelah menganalisis data-data yang diperoleh dari data kondisi awal, siklus I dan siklus II, maka peneliti simpulkan adalah keberhasilan dalam meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan media visualisasi Tarjamah Secara Lafzhiyah dengan hasil akhir penilaian ketuntasan mencapai 86,4%, dan siswa terlibat cukup aktif dalam pembelajaran.
SARAN
1. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat menjadi acuan dalam pemecahan masalah pembelajaran mata pelajaran Al-Qur’an Hadits yang meliputi banyak ruang lingkup pembahasan materi.
2. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi yang dapat menjadi pijakan dalam mengembangkan pendekatan dan media pembelajaran yang lebih efektif dalam SK, KD, dan materi pokok lain dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits.
DAFTAR PUSTAKA
Al Hikmah, 1999, Al-Qur’an Terjamahan Secara Lafzhiyah, Yayasan Pembinaan Masyarakat Islam Al-Hikmah Jakarta
Al-Qattan, Manna Kholil, 2007, Studi Ilmu-ilmu Qur-an, Pustaka Litera Antarnusa
Arikunto, Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Edisi Revisi), Jakarta: Bumi Aksara, Cet. VI
Bimo Walgito, 1987,Manajemen, Jakarta: Aneka Ilmu..
Daien Indra Kusuma, Amir. 1993. Pengantar Ilmu Pendidikan. IKIP.Malang. Depdikbud
Darsono, Max, dkk., 2000, Belajar dan Pembelajaran, Semarang: IKIP Semarang Press