PENINGKATAN HASIL BELAJAR KEMAMPUAN BAHASA

KEGIATAN MENGUNGKAPKAN BAHASA EKSPRESIF

DENGAN METODE BERCERITA PADA ANAK DIDIK KELOMPOK A

TK NEGERI PEMBINAKECAMATAN BATURETNO

KABUPATEN WONOGIRI SEMESTER II

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

 

Dian Ekawati

TK Negeri Pembina Kecamatan Baturetno

 

ABSTRAK

Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya kemampuan bahasa bercerita pada anak didik kelompok A TK Negeri Pembina Kecamatan Baturetno kabupaten Wonogiri semester II tahun pelajaran 2017/2018. Padakondisiprasiklus dari 18 anak hanya 7 anak yang dapat tuntas atau sekitar 38,9% terdiri dari 3 anak (16,7%) mendapat nilai BSB dan 4 anak (22,2%) mendapat nilai BSH, siklus I sebanyak 12 anak atau 66,7% dapat tuntas terdiri dari 5 anak (27,8%) mendapat nilai BSB dan 7 anak (38,9%) mendapat nilai BSH. Pada siklus II sebanyak 15 anak tuntas atau 83,3% terdiri dari 7 anak (38,9%) mendapat nilai BSB dan 8 anak (44,4%) mendapat nilai BSH. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah proses pembelajaran dengan menggunakan metode bercerita untuk meningkatkan hasil belajar kemampuan bahasa kegiatan mengungkapkan bahasa ekspresif pada anak didik kelompok A TK Negeri Pembina Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018? dan seberapa banyak peningkatan hasil belajar kemampuan bahasa kegiatan mengungkapkan bahasa ekspresif setelah diberikan metode bercerita pada anak didik kelompok A TK Negeri Pembina Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018?. Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan dapat disimpulkan bahwa tindakan melalui penggunaan metode bercerita dapat meningkatkan hasil belajar kemampuan bahasa kegiatan mengungkapkan bahasa ekspresif.

Kata kunci: Hasil belajar, kemampuan bahasa, mengungkapkan bahasa ekspresif, metode bercerita

 

PENDAHULUAN

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa pendidikan anak usia dini merupakan upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan belajar dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pembelajaran diberikan melalui kegiatan bermain. Melalui kegiatan bermain ini anak memperoleh pengalaman langsung dan pengetahuan langsung. Sepadan dengan pendidikan pada usia dini yaitu bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain sehingga porsinya lebih banyak bermain. Kegiatan bermain ditujukan pada aspek pengembangan yang terdapat pada kurikulum Taman Kanak-kanak. Terdapat 6 bidang pengembangan di Taman Kanak-kanak yaitu nilai-nilai agama dan moral, fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial emosional, dan seni (Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 146 Tahun 2014). Penelitian kali ini penulis fokuskan pada bidang pengembangan bahasa kompetensi dasar mengungkapkan bahasa ekspresif. Kemampuan bahasa menurut Rasyid, Mansyur dan Suratno (2009: 126) bahasa merupakan struktur dan makna yang bebas dari penggunanya sebagai tanda yang menyimpulkan suatu tujuan. Kemampuan bahasa pada penelitian ini ditekankan pada kemampuan anak dalam hal bercerita atau berbicara. Menurut Tarigan (2008: 3) menyatakan bahwa berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak dan masa tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar dipelajari.

Kondisi pembelajaran bahasa saat ini tentang mengungkapkan bahasa ekspresif anak masih sangat rendah. Rendahnya kemampuan ini diperoleh dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh penelitidari 18 anak 5 anak (27,8%) anak aktif mengikuti kegiatan pembelajaran sedangkan 13 anak (72,2%) anak belum aktif sedangkan hasil belajar yang diperoleh dari 18 anak 11 anak belum tuntas terdiri dari 3 anak (16,7%) masih dengan bimbingan atau dicontohkan oleh guru atau mendapat sebutan belum berkembang (BB), 8 anak (44,4%) dapat melakukan tetapi masih harus diingatkan atau dibantu oleh guru atau mendapat sebutan mulai berkembang (MB) sedangkan 7 anak sudah tuntas terdiri dari 4 anak (22,2%) dapat melakukan sendiri tanpa harus diingatkan atau mendapat sebutan berkembang sesuai harapan (BSH) dan 3 anak (16,7%) dapat melakukan sendiri dan sudah dapat membantu teman atau mendapat sebutan berkembang sangat baik (BSB). Faktor yang menyebabkan rendahnya kemampuan ini adalah kegiatan yang kurang menarik bagi anak. sehingga anak enggan untuk melakukan kegiatan bahasa yang diberikan oleh guru.

Kurikulum 2013 PAUD pada bidang bahasa adalah perwujudan suasana untuk berkembangnya kematangan bahasa dalam konteks bermain. Kegiatan yang diberikan adalah kegiatan sesuai dengan tingkat usia perkembangan anak. Pada penelitian ini adalah usia 4-5 tahun. Kegiatan bermain sangat diminati anak. Anak-anak akan mendapat pengetahuan atau pengalaman tanpa adanya unsur paksaan. Jadi pendidikan yang diberikan melalui kegiatan bermain yang menyenangkan bagi anak.

Penelitian tentang bahasa dilakukan juga oleh Suyono dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Bahasa dengan Metode Bercerita melalui Kegiatan Out Bond pada Anak Didik Kelompok B1 Semester I Tahun Pelajaran 2017/2018 TK Negeri Pembina Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri”. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil yaitu sampai dengan siklus II terjadi peningkatan yang signifikan. Kondisi prasiklus dari 15 anak, 1 anak (7%) mendapat nilai Belum Berkembang (BB), 6 anak (40%) mendapat nilai Mulai Berkembang (MB), 5 anak (33%) mendapat nilai Berkembang Sesuai Harapan (BSH) dan 3 anak (20%) mendapat nilai Berkembang Sangat Baik (BSB). Pada siklus II dari 15 anak, 0 anak (0%) mendapat nilai Belum Berkembang (BB), 1 anak (7%) mendapat nilai Mulai Berkembang (MB), 6 anak (40%) mendapat nilai Berkembang Sesuai Harapan (BSH) dan 8 anak (53%) mendapat nilai Berkembang Sangat Baik (BSB). Persamaan penelitian ini adalah keduanya meneliti tentang kemampuan bahasa dengan menggunakan metode bercerita.

Rendahnya kemampuan bahasa pada anak kelompok A TK Negeri Pembina Baturetno membuat penulis berkeinginan untuk meningkatkan kemampuan bahasa tersebut. Penulis memilih dengan menggunakan metode bercerita. Harapan penulis dengan menggunakan metode inidapat mengatasi rendahnya hasil belajar kemampuan bahasa pada anak kelompok A di TK Negeri Pembina Kecamatan Baturetno.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat diambil rumusan masalah penelitian sebagai berikut:

1.     Bagaimanakah proses pembelajaran dengan menggunakan metodebercerita untuk meningkatkan hasil belajar kemampuan bahasa kegiatan mengungkapkan bahasa ekspresif pada anak didik kelompok A TK Negeri Pembina Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018?

2.     Seberapa banyak peningkatan hasil belajar kemampuan bahasa kegiatan mengungkapkan bahasa ekspresif setelah diberikan pembelajaran denganmetode berceritapada anak didik kelompokA TK Negeri Pembina Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.     Untuk mengetahui proses pembelajaran dengan menggunakan metode berceritauntuk meningkatkanhasil belajar kemampuan bahasa kegiatan mengungkapkan bahasa ekspresif pada anak didik kelompok A TK Negeri Pembina Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018.

2.     Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar kemampuan bahasa kegiatan mengungkapkan bahasa ekspresif setelah diberikan pembelajaran dengan metode bercerita pada anak didik kelompok A TK Negeri Pembina Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018.

KAJIAN TEORI

Hasil Belajar Kemampuan Bahasa

Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat diamati. Menurut Nana Sudjana (2009: 3) menjelaskan bahwa hasil belajar pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar. Dalam pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotor. Menurut pendapat Nawawi dalam Susanto (2013: 5) menjelaskan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajarai materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.

Menurut Rasyid, Mansyur dan Suratno (2009: 126) bahasa merupakan struktur dan makna yang bebas dari penggunanya sebagai tanda yang menyimpulkan suatu tujuan. Supartini Elis (2015: 32) menuturkan bahasa merupakan sarana berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini tercakup semua cara untuk berkomunikasi dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk tulisan, lisan, isyarat atau gerak dengan menggunakan kata-kata, kalimat bunyi, lambang, gambar atau lukisan. Dengan bahasa semua manusia dapat mengenal dirinya, sesama manusia, alam sekitar, ilmu pengetahuan dan nilai-nilai moral atau agama.

 

 

Mengungkapkan Bahasa Ekspresif

Pendidikan di Taman Kanak-kanak salah satunya adalah mengembangkan kemampuan bahasa. Kemampuan bahasa pada usia prasekolah dibedakan menjadi 3 yaitu: memahami bahasa reseptif, memahami bahasa ekspresif dan keaksaraan. Pada penelitian ini yang akan diteliti adalah kemampuan bahasa ekspresif. Menurut Permendikbud Nomor 137 tahun 2014 dijelaskan bahwa kemampuan bahasa ekspresif mencakup kemampuan bertanya, menjawab pertanyaan, berkomunikasi secara lisan, menceritakan kembali yang diketahui, belajar bahasa pragmatik, mengekspresikan perasaan, ide dan keinginan dalam bentuk coretan. Menurut Sarahaswati (2016: 123) bahasa ekspresif anak adalah bahasa yang dipakai oleh anak untuk menyampaikan keinginan, pikirannya, harapannya, permintaan dan lain-lain untuk kepentingan pribadinya.

Metode Bercerita

Metode pembelajaran merupaka cara yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu metode yang digunakan di Tamna Kanak-kanak adalah metode bercerita. Menurut Suparman (2016: 73) metode bercerita merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar bagi anak PAUD. Bachri (2005: 10) mengungkapkan bahwa bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan/sesuatu kejadian dan disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain. Moeslihatoen (2004: 157) menyatakan bahwa metode bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak TK dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. Cerita yang dibawakan guru harus menarik dan mengandung perhatian anak dan tidak lepas dari tujuan pendidikan anak TK.

Anak Didik Kelompok A (Usia 4-5 Tahun)

Usia prasekolah digolongkan ke dalam kelompok usia tertentu. Salah satu penggolongan usia tersebut adalah kelompok anak yang berusia 4-5 tahun. Anak pada usia ini berada di kelompok A Taman Kanak-kanak. Adapun karakteristik anak pada usia ini menurut Sholehuddin dalam Masitoh (2009: 1.14) adalah sebagai berikut: anak bersifat unik, anak mengekspresikan perilakunya secara relatif spontan, anak bersifat aktif dan energik, anak bersifat egosentris, anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak hal, anak bersifat eksploratif dan berjiwa petualang, anak umumnya kaya dengan fantasi, anak masih mudah frustasi, anak masih kurang pertimbangan dalam bertindak, anak memiliki daya perhatian yang pendek, masa anak merupakan masa belajar yang paling potensial, dan anak semakin menunjukkan minat terhadap teman.

Kerangka Berpikir

Kondisi prasiklus pada kegiatan mengungkapkan bahasa ekspresif pada anak masih sangat rendah. Sebagian besar anak belum bersemangat atau belum aktif saat mengikuti kegiatan yang diberikan oleh guru. Hal ini dikarenakan media serta metode yang digunakan oleh guru belum menyentuh perhatian anak.

Berdasarkan pada kondisi prasiklus kegiatan mengungkapkan bahasa ekspresif pada anak, guru berkeinginan untuk meningkatkan hasil belajar kemampuan bahasa khususnya kemampuan bahasa ekspresif. Guru melaksanakan dengan membuat perencanaan yang akan dilaksanakan pada siklus I. Pada siklus I ini guru memilih metode bercerita dengan menggunakan media kartu gambar berbantuan papan planel. Kegiatan pada siklus I ini dikerjakan anak secara berkelompok. Setelah guru melaksanakan siklus I hasil yang diperoleh digunakan sebagai refleksi untuk kegiatan pada siklus berikutnya.

Pelaksanaan siklus II didasarkan pada hasil refleksi siklus I. Pada siklus I hasil yang diperoleh belum sesuai dengan indikator kinerja yang sudah ditentukan sehingga perlu dilaksanakan siklus II. Pada siklus II pelaksanaan kegiatan sama seperti pada siklus sebelumnya. Media yang digunakan masih dengan kartu gambar dengan papan planel dan juga menggunakan metode bercerita. Kegiatan memngungkapkan bahasa ekspresif dikerjakan anak secara individual.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berpikir diatas, maka dapat dibuat hipotesis tindakan yaitu:

1.     Proses pembelajaran dengan menggunakan metode bercerita untuk meningkatkan hasil belajar kemampuan bahasa kegiatan mengungkapkan bahasa ekspresif pada anak didik kelompok A TK Negeri Pembina Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018 lebih efektif dan meningkat.

2.     Terdapat peningkatan hasil belajar kemampuan bahasa kegiatan mengungkapkan bahasa ekspresif setelah diberikan metode bercerita pada anak didik kelompok A TK Negeri Pembina Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018.

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian

Penentuan waktu penelitian disamakan dengan semester pembelajaran berjalan. Penelitian ini dilakukan pada semester II tahun pelajaran 2017/2018 selama 6 bulan, dimulai bulan Januari 2018 sampai dengan bulan Juni 2018. Tempat penelitian dilaksanakan di TK Negeri Pembina Baturetno, Kabupaten Wonogiri pada anak didik kelompok A semester II tahun pelajaran 2017/2018.

Subjek dan Objek Penelitian

Berdasarkan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini maka subjek penelitian ini adalah anak didik kelompok A TK Negeri Pembina Baturetno Kabupaten Wonogiri pada semester II tahun pelajaran 2017/2018 sejumlah 18 anak terdiri dari anak laki-laki 5 anak dan anak perempuan sejumlah 13 anak. Obyek dari penelitian ini adalah hasil belajar anak tentang kemampuan bahasa ekspresif.

Validasi Data

Guna menjamin validasi data yang diperoleh dalam penelitian ini maka dignakan keabsahan melalui triangulasi data. Tujuan adalah untuk mengecek kebenaran data terentu dengan mambandingkan data yang diperoleh dari sumber lain. (S. Nasution, 1996: 115).Triangulasi dalam penelitian ini dilakukan dengan membandingkan data yang diperoleh sebelum tindakan dibandingkan dengan data hasil setiap siklus, hasil observasi kemudian diolah disusun menjadi data akhir yang valid.

 

Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif komparatif dengan membandingkan nilai antar siklus dan indikator kinerja.

Indikator Kinerja

Penelitian ini menargetkan proses pembelajaran didasarkan dengan prosentase banyaknya anak didik yang dapat mencapai minimal 75% anakaktif dalam mengikuti kegiatan bercerita dengan kartu gambar. Berikut ini kategori proses pembelajaran anak: 76% – 100% kategori sangat baik, 51% – 75% kategori baik, 26% – 50% kategori cukup, 0% – 25% kategori kurang. Hasil belajar anak pada penelitian ini adalah dengan 4 macam kategori. Empat macam kategori tersebut adalah

a.     BSB (Berkembang Sangat Baik) kategori untuk anak yang dapat melakukan sendiri dan sudah dapat membantu teman.

b.     BSH (Berkembang Sesuai Harapan) kategori untuk anak yang dapat melakukan sendiri tanpa harus diingatkan.

c.     MB (Mulai Berkembang) kategori untuk anak yang dapat melakukan tetapi masih harus diingatkan.

d.     BB (Belum Berkembang) kategori untuk anak yang dapat melakukan tetapi masih dengan bimbingan atau dicontohkan oleh guru.

HASIL PENELITIAN

Deskripsi Prasiklus

Kegiatan pembelajaran pada prasiklus masih kurang menarik perhatian anak untuk mengerjakan kegiatan. Metode yang digunakan guru belum menyentuh perhatian anak. Pengambilan nilai pada proses pembelajaran berupa keaktifan anak dalam mengikuti kegiatan.Hasil keaktifan anak dapat diperoleh hasil bahwa pada prasiklus dari 18 anak terdapatanak yang aktif sebanyak 5 anak atau 27,8%, sedangkan yang belum aktif sebanyak 13 anak atau 72,2%.

Pelaksanaan pengamatan prasiklus dilakukan untuk memperoleh data awal pada penelitian ini sebelum diadakan perbaikan. Pengamatandilakukan terhadap kegiatan anak pada saat anak bercerita dengan kartu gambar yaitu bercerita dengan kalimat sederhana dan bercerita dengan gambar.Kedua aspek tersebut dijumlahkan dan selanjutnya dicocokkan dengan rubrik dan kriteria nilai. Pengamatan prasiklus terhadap hasil belajar anak dapat diperoleh hasil bahwa ketuntasan belajar baru tercapai 38,9% atau 7 anak sedangkan belum tuntas sebanyak 11 anak atau sebesar 61,1%.

Deskripsi Siklus I

Pelaksanaan siklus I dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan. Pada penelitian ini guru memilih tema Negaraku. Bidang pengembangan pada penelitian ini adalah bahasa dengan kompetensi dasar 3.11 yaitu Memahami bahsa ekspresif (menyimak dan membaca) dan 4.11 yaitu Menunjukkan kemampuan berbahasa ekspresif (mengungkapkan bahasa secara verbal dan nonverbal).

Pengamatan dilakukan pada proses pembelajaran yang difokuskan pada keaktifan anak pada saat mengikuti kegiatan pembelajaran. Anak semangat mengikuti kegiatan yang diberikan oleh guru. Pada kondisi prasiklus keaktifan anak masih belum nampak. Pada siklus I ini keaktifan anak sudah mulai nampak. Anak mulai tertarik dengan kegiatan yang diberikan oleh guru. Anak antusias melakukan kegiatan bercerita dengan kartu gambar yang sudah disediakan oleh guru. Anak berebut untuk lebih dulu melaksanakan kegiatan bercerita. Hal ini membuat guru untuk lebih memperhatikan tingkah laku anak yang berebut untuk dapat maju lebih dulu. Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil bahwa pada siklus I dari 18 anak terdapat anak yang aktif sebanyak 10 anak atau 55,6%, sedangkan yang belum aktif sebanyak 8 anak atau 44,4%.

Pengamtan dilakukan ketika kegiatan bercerita dengan kartu gambar. Penelitian menggunakan panduan instrumen observasi pada anak dapat bercerita dengan kalimat sederhana dan anak dapat bercerita dengan gambar. Penelitian dipusatkan pada perkembangan keterampilan berbicara menceritakan kartu gambar dan mencatat hasil observasi menggunakan instrumen yang sudah disiapkan. Hasil pengamatan pada Siklus I menunjukan bahwa keterampilan berbicara menceritakan kartu gambar anak mulai mengalami peningkatan. Hasil Pelaksanaan tindakan siklus I dapat dilihat perbandingan ketuntasan belajar anak. Anak yang sudah tuntas belajar sebanyak 12 anak sedangkan yang belum tuntas sebanyak 6 anak.

Deskripsi Siklus II

Pelaksanaan siklus II dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu, 21 Maret 2018 dan pertemuan kedua hari Rabu, 28 Maret 2018. Pada penelitian ini guru memilih tema Negaraku. Bidang pengembangan pada penelitian ini adalah bahasa dengan kompetensi dasar 3.11 yaitu memahami bahasa ekspresif (mengungkapkan bahasa secara verbal dan nonverbal) dan 4.11 yaitu menunjukkan kemampuan berbahasa ekspresif (mengungkapkan bahasa secara verbal dan nonverbal).

Pengamatan dilakukan pada proses pembelajaran yang difokuskan pada keaktifan anak pada saat mengikuti kegiatan pembelajaran. Anak semangat mengikuti kegiatan yang diberikan oleh guru. Pada kondisi siklus I keaktifan anak sudah mulai nampak. Anak mulai tertarik dengan kegiatan yang diberikan oleh guru. Pada siklus II ini anak lebih antusias melakukan kegiatan bercerita dengan kartu gambar yang sudah disediakan oleh guru. Anak mengerjakan kegiatan secara individu. Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh data bahwa pada siklus II dari 18 anak terdapat anak yang aktif sebanyak 15 anak atau 83,3%, sedangkan yang belum aktif sebanyak 3 anak atau 16,7%. Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat perbandingan keaktifan belajar anak. Anak yang sudah aktif mengikuti kegiatan belajar pada siklus II sebanyak 15 anak sedangkan yang belum aktif sebanyak 3 anak.

Pengamtan dilakukan ketika kegiatan bercerita dengan kartu gambar. Penelitian menggunakan panduan instrumen observasi pada anak dapat bercerita dengan kalimat sederhana dan anak dapat bercerita dengan gambar. Penelitian dipusatkan pada perkembangan keterampilan berbicara menceritakan kartu gambar dan mencatat hasil observasi menggunakan instrumen yang sudah disiapkan. Hasil pengamatan pada siklus II menunjukan bahwa keterampilan berbicara menceritakan kartu gambar anak mengalami peningkatan. Hasil Pelaksanaan tindakan siklus II dapat diperoleh hasil bahwa ketuntasan belajar tercapai 83,3% atau 15 anak sedangkan belum tuntas sebanyak 3 anak atau sebesar 16,7%. Berdasarkan hasil tersebut maka indikator kinerja yang sudah ditetapkan pada penelitian ini sudah tercapai. Pada indikator kinerja ditentukan minimal 80% sementara pada penelitian ini dihasilkan 83,3%.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada siklus II diperoleh hasil bahwa keaktifan anak sudah meningkat dan sudah dapat mencpai indikator kinerja yang ditetapkan pada penelitian ini demikian pula dengan hasil belajar anak. Pada siklus II ini sudah ada peningkatan. Peningkatan yang terjadi sudah menunjukkan ketercapaian pada indikator kinerja yang ditetapkan pada penelitian ini sehingga penelitian ini dihentikan sampai dengan siklus II.

PEMBAHASAN

Prasiklus ke siklus I

Pengamatan yang telah dilakukan oleh guru selama prasiklus menunjukkan bahwa anak yang aktif mengikuti kegiatan baru ada beberapa anak saja, anak belum sebagian besar belum aktif mengikuti kegiatan bercerita dengan kartu gamabr. Pada siklus I keaktifan anak dalam pembelajaran sudah mulai meningkat. Berikut rekapitulasi data keaktifan anak dalam proses pembelajaran pada prasiklus ke siklus I diperoleh hasil bahwa pada prasiklus anak yang aktif hanya sebanyak 5 anak atau 27,8% sedangkan pada siklus I sebanyak 10 anak atau 55,6%. Peningkatan keaktifan anak dari 27,8% menjadi 55,6%.

Hasil belajar anak pada prasiklus belum memperoleh hasil yang sesuai dengan indikator kinerja demikian juga pada siklus I juga belum mencapai indikator kinerja yang telah ditentukan pada penelitian ini. Berikut data hasil belajar anak pada prasiklus ke siklus I hasil belajar pada prasiklus ketuntasan belajar sebanyak 7 anak atau 38,9% sedangkan pada siklus I ketuntasan belajar sebanyak 12 anak atau 66,7%. Hasil ini belum sesuai dengan indikator kinerja yang diharapkan pada penelitian ini.

Siklus I ke Siklus II

Proses pembelajaran pada siklus I keaktifan anak dalam pembelajaran sudah mulai bertambah. Pada siklus II keaktifan anak semakin bertambah bahkan hampir semua anak sudah aktif mengikuti kegiatan. Hal ini disebabkan metode ataupun kegiatan lebih menarik daripada siklus I. Berikut rekapitulasi data keaktifan anak dalam proses pembelajaran pada siklus I ke siklus II diperoleh hasil bahwa pada siklus I anak yang aktif sebanyak 10 anak atau 55,6% sedangkan pada siklus II sebanyak 15 anak atau 83,3%. Sehingga pada siklus II sudah ada peningkatan. Kriteria keaktifan anak sudah mencapai kriteria sangat baik. Berdasarkan indikator keaktifan pada penelitian ini minimal 75% atau kriteria minimal baik.

Hasil belajar anak pada siklus I belum memperoleh hasil yang sesuai dengan indikator kinerja. Pada siklus II ini ketuntasan belajar dapat mencapai indikator kinerja yang diharapkan pada penelitian ini. Berikut data hasil belajar anak pada siklus I ke siklus II hasil belajar pada siklus I ketuntasan belajar sebanyak 12 anak atau 66,7% sedangkan pada siklus II ketuntasan belajar sebanyak 15 anak atau 83,3%.

Prasiklus ke Siklus I ke Siklus II

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan oleh guru selama prasiklus, siklus I dan siklus II keaktifan anak dalam pembelajaran semakin bertambah. Pada siklus II sebagian besar anak aktif mengikuti kegiatan bercerita dengan kartu gambar. Berikut rekapitulasi data keaktifan anak dalam proses pembelajaran pada prasiklus, siklus I dan siklus II diperoleh hasil bahwa keaktifan belajar anak pada prasiklus sebanyak 5 anak atau 27,8%, siklus I sebanyak 10 anak atau 55,6% sedangkan pada siklus II sebanyak 15 anak atau 83,3%.

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan guru terhadap hasil belajar anak pada prasiklus, siklus I dan siklus IIterdapat peningkatan pada setiap siklus. Berikut data hasil belajar anak pada prasiklus, siklus I dan siklus II dapat diperoleh hasil bahwa hasil belajar pada prasiklus ketuntasan belajar sebanyak 7 anak atau 38,9%, pada siklus I ketuntasan belajar sebanyak 12 anak atau 66,7% sedangkan pada siklus II ketuntasan belajar sebanyak 15 anak atau 83,3% sehingga ketuntasan belajar telah mencapai indikator kinerja yang diharapkan pada penelitian ini yaitu 80%. Dengan tercapainya indikator yang ditetapkan berarti penelitian ini dikatakan berhasil.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Proses pembelajaran dengan menggunakan metode bercerita untuk meningkatkan hasil belajar kemampuan bahasa kegiatan mengungkapkan bahasa ekspresif pada anak didik kelompok A TK Negeri Pembina Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018 berjalan lancar dan sesuai dengan RPPH yang direncanakan. Pembelajaran lebih efektif dan meningkat yang ditandai dengan bertambahnya anak yang aktif mengikuti proses pembelajaran dari kategori cukup menjadi kategori sangat baik.Terdapat peningkatan hasil belajar kemampuan bahasa kegiatan mengungkapkan bahasa ekspresif setelah diberikan metode bercerita pada anak didik kelompok A TK Negeri Pembina Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018 sebesar 44,4%.

Dengan demikian penggunaan metode bercerita dapat meningkatkan hasil belajar kemampuan bahasa kegiatan mengungkapkan bahasa ekspresif pada anak didik kelompok A TK Negeri Pembina Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018.

Saran

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan maka saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut:

a.     Guru hendaknya menggunakan metode belajar yang tepat untuk menyampaikan kegiatan pembelajaran.

b.     Guru hendaknya menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi anak sehingga pembelajaran dapat tercapai.

c.     Guru hendaknya dapat mencari solusi pada permasalahan pembelajaran di kelas guru sendiri sehingga rendahnya pembelajaran dapat diatasi dengan segera.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Bachri, S Bachtiar.2005. Pengembangan Kegiatan Bercerita, Teknik dan Prosedurnya. Jakarta: Depdikbud.

Masitoh Solehudin. 2009. Strategipembelajaran TK. Surakarta: Universitas Terbuka.

Moeslichatoen.2004. Metode Pengajaran. Jakarta: Rineka Ilmu.

Nana Sudjana. 2009. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Nasution. 1996. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.

Rasyid, Mansyur dan Suratno.2009. Asesment Perkembangan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Multi Presindo

Sarahaswati. 2016. Modul Guru Pembelajar Taman Kanak-kanak Kelompok Kompetensi D. Jakarta: Kemendikbud.

Suparman. 2016. Modul Guru Pembelajar Taman Kanak-kanak Kelompok Kompetensi B. Jakarta: Kemendikbud

Supartini Elis. 2015.Modul Guru Pembelajar Taman Kanak-kanak Kelompok Kompetensi A. Jakarta: Kemendikbud.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana

Tarigan.2008. Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa