PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MATERI PERBANDINGAN DAN SKALA

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW

PADA SISWA KELAS V SD NEGERI RANDUAGUNG REMBANG

TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Siti Ulfah

Guru Mata Pelajaran Matematika di Kelas V SD Negeri Randuagung

ABSTRAK

Hasil belajar siswa kelas V SDN Randuagung Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang pada semester 2 tahun pelajaran 2010/2011, dirasa masih rendah, pada pembelajaran Matematika tenrtang operasi hitung menggunakan skala. Data hasil tes menunjukkan bahwa hanya 28% siswa (7 siswa) dari 25 siswa yang mencapai tuntas belajar.sedangkan sebagian besar siswa yaitu 72% atau 19 siswa masih di bwah nilai KKM yaitu 65. Nilai rata-rata kelasnya adalah 52, jauh di bawah nilai KKM. Berdasarkan permasalahan ini penulis terdorong untuk mengadakan penelitian tindakan kelas dengan mengambil judul “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Perbandingan dan Skala Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Pada Siswa Kelas V SD Negeri Randuagung Rembang Tahun Pelajaran 2010/2011”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah dengan melalui model pemebelajaran kooperatif jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajran matematika tentang operasi hitung menggunakan skala. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Randuagung Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang pada semester 2 tahun pelajaran 2010/2011, dengan jumlah siswa 25 terdiri atas 11 siswa perempuan dan 14 siswa putra. Dalam penelitian ini ditempuh 2 siklus, setiap siklus terdiri atas 4 tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Data tes diambil dari tes tulis. Data non tes diambil dengan lembar pengamatan. Tolok ukur keberhasilannya adalah bila rata-rata kelas tes hasil belajar mencapai 75% siswa mencapai ketuntasan klasikal. Hasil penelitian yang dilaksanakan 2 siklus menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa. Siklus I rata-rata kelas mencapai 75,60 dan ketuntasan mencapai 76%. Siklus II rata-rata kelas 85,20 dan ketuntasan 88%. Dengan demikian dapat disimpulkan metode jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa SDN Randuagung dengan alasan ketuntasan kelas sudah melebihi 75% dari ketuntasan belajar yang diharapkan.

Kata Kunci: hasil belajar, pembelajaran Matematika, jigsaw


PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pendidikan Matematika di Indonesia masih menghadapi tantangan yang berat berkaitan dengan rendahnya mutu pendidikan dengan indikator rendahnya hasil belajar Matematika siswa di sekolah. Rendahnya hasil belajar tidak hanya pada aspek kemampuan untuk mengerti matematika sebagai pengetahuan (cognitive) tetapi juga aspek rendahnya sikap (attitude) terhadap Matematika. Tidak tercapainya tujuan pembelajaran Matematika tidak hanya berasal dari faktor siswa, tetapi juga berasal dari faktor guru.

Model pembelajaran merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. Model pembelajaran merupakan satu bidang yang harus dikuasai guru, artinya guru tidak hanya menguasai model pembelajaran tetapi juga harus mampu memilih dengan tepat model pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran di kelas. Joyce (dalam Trianto, 2007:5) menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

Demikian halnya terjadi di kelas yang peneliti alami pada semester 2 tahun pelajaran 2010/2011 pembelajaran Matematika materi melakukan operasi hitung dengan menggunakan perbandingan dan skala menunjukkan rendahnya tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi tersebut. Dari hasil analisa nilai tes formatif peserta didik yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dengan nilai ≥70, hanya 7 dari 25 peserta didik. Nilai rata-rata peserta didik satu kelas hanya 52,00, nilai tertinggi 90, dan nilai terendah 10. Masih terdapat 19 peserta didik (72%) yang belum menguasai materi.

Dari hasil tes formatif di atas, jelas terlihat bahwa pembelajaran Matematika materi melakukan operasi hitung dengan menggunakan perbandingan dan skala masih belum berhasil. Oleh sebab itu peneliti berusaha untuk memperbaiki pembelajaran matematika materi melakukan operasi hitung dengan menggunakan perbandingan dan skala, melalui penelitian tindakan kelas di kelas V SD Negeri Randuagung Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang Semester 2 Tahun Pelajaran 2010/2011 dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Perbandingan dan Skala Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Pada Siswa Kelas V SD Negeri Randuagung Rembang Tahun Pelajaran 2010/2011”, yang dilaksanakan dalam dua siklus dengan dibantu teman sejawat.

Rumusan Masalah

“Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran Matematika materi melakukan operasi hitung menggunakan skala di kelas V semester 2 SD Negeri Randuagung Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang Tahun Pelajaran 2010/2011?”

Tujuan Penelitian

Mendiskripsikan penerapan strategi pembelajaran Kooperatif Jigsaw untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika tentang operasi hitung menggunakan skala di SDN Randuagung Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang Tahun Pelajaran 2010/2011.

LANDASAN TEORI

Tinjauan Belajar dan Pembelajaran

Dalam kamus Umum Bahasa Indonesia Purwodarminto menjelaskan arti belajar yaitu berusaha (berlatih dsb) supaya mendapat suatu kepandaian (1984: 108).

Sudwihantopo menyimpulkan bahwa: Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar, dalam mana perubahan tersebut adalah positif. (Sudwihantopo, 1990:10).

Morgan dan kawan – kawan yang dikutip oleh Toeti Sukamto menyatakan bahwa: Belajar dapat didefinisikan sebagai setiap perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman. (1994: 9).

Salah satu yang berpengaruh terhadap hasil pembelajaran adalah bakat. Bakat merupakan salah satu fikir yang berhubungan dengan perasaan individu.

Anak yang berbakat akan lebih mudah menguasai materi pembelajaran dibandingkan anak yang kuarang memiliki bakat. Tetapi bakat bukan merupakan satu – satunya hal yang berpengaruh pada hasil belajar. Siswa yang memiliki bakat akan mudah dibimbing untuk menyelesaikan tugas belajarnya.

Sarlito Wirawan dalam Teori – teori Psikologi Sosial mengatakan bahwa dalam kehidupan manusia ada 2 macam belajar yaitu belajar secara fisik ( belajar menari, belajar naik sepeda dan lain – lain ) dan belajar psikis. Termasuk belajar psikis ini: belajar sosial (social learning), dimana seorang mempelajari perannya dan peran orang lain dalam kontak sosial.

Hasil belajar merupakan sesuatu yang diperoleh seseorang setelah melakukan usaha untuk belajar. Hasil tersebut berupa perubahan tingkah laku dan kemampuan berpikir/berkarya. Sesorang dikatakan berhasil dalam belajarnya apabila telah ada perubahan tingkah laku dalam dirinya.

Kegiatan belajar dapat diketahui hasilnya dengan alat ukur yang tepat. Hasil belajar biasanya ditentukan dengan memberikan nilai atau penghargaan. Nilai hasil belajar dapat berupa angka-angka (kuantitatif) juga dapat diberikan secara kualitatif. Untuk menentukan hasil belajar seseorang dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan membandingkan hasil belajar sesorang dengan orang lain atau dengan membandingkan hasil belajar dengan pathokan standar yang telah ditetapkan.

Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw

Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya (Trianto, 2007:41). Di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri 4-6 orang siswa yang sederajat dan heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling membantu. Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan pada siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dari kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar.

Eggen and Kauchak (dalam Trianto, 2007:42) menyebutkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara kolaborasi untuk mencapai tujuan bersama.

Trianto (2007:42) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif disusun dalam usaha untuk meningkatkan pertisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru. Dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai tujuan bersama, maka siswa akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah.

Falsafah yang mendasari pembelajaran kooperatif (pembelajaran gotong royong) dalam pendidikan adalah “homo homini socius” yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial.

Menurut Anita Lie dalam bukunya “Cooperative Learning”, bahwa model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif, untuk itu harus diterapkan lima unsur model pembelajaran gotong royong yaitu: 1) Saling ketergantungan positif, 2) Tanggung jawab perseorangan, 3) Tatap muka, 4) Komunikasi antar anggota, 5) Evaluasi proses kelompok.

Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok konvensional yang menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya (Slavin, 1994).

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh Ibrahim, et al. (2000), yaitu: 1) Hasil belajar akademik, 2) Penerimaan terhadap perbedaan individu, 3) Pengembangan keterampilan sosial.

Jigsaw (Tim Ahli)

Pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw adalah suatu teknik pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends, 1997).

Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Dengan demikian, “siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan” (Lie, A., 1994).

Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topic pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim/kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.

Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan Jigsaw untuk belajar materi baru maka perlu dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi yang runtut serta cukup sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Tinjauan Matematika

Matematika adalah ilmu dasar yang sehari-hari sangat berguna bagi kehidupan (Djauzak, 1994:13).

Menurut tim penyusun kamus besar bahasa Indonesia (edisi ketiga 2000:723) ”Matematika adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara bilangan yang digunakan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari mengenai bilangan.

Ditinjau dari bahasa matematika berasal Mathein (Yunani) atau Mantenain yang artinya mempelajari, namun ada yang mengatakan bahwa matematika dari kata Medha/Widya yang artinya kepandaian kesatuan atau inteligensi (Nasution, 1980:12).

Menurut Johnson dan Rising (1972) menyatakan bahwa matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang logis matematika adalah ilmu bahasa yang menggunakan istilah didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat.

Menurut Moch. Ichsan {2003:5} terdapat beberapa karakteristik pembelajaran matematika di SD sebagai berikut: 1) Pembelajaran matematika adalah berjenjang, 2) Pembelajaran matematika mengikuti metode spiral, 3) Pembelajaran matematika menekan pola pendekatan induktif, d) Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi.

Tujuan umum pendidikan matematika dijenjang pendidikan dasar mengacu pada fungsi matematika dan tujuan pendidikan Nasional sesuai dengan yang diungkapkan dalam GBPP matematika kurikulum pendidikan dasar meliputi: 1) mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan dalam kehidupan yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur dan efektif, 2) mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.

Tujuan khusus pendidikan matematika SD adalah: 1) menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung dalam kehidupan sehari-hari, 2) menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat meningkatkan prestasi melalui pembelajaran matematika, 3) memiliki pengetahuan dasar matematika sebagai bekal belajar kejenjang yang lebih tinggi, 4) membentuk sifat logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin (Kurikulum Pendidikan Dasar, 1994:112).

Kerangka Berpikir

Penerapan strategi Kooperatif Jigsaw pada operasi hitung menggunakan skala disekolah dasar akan berhasil apabila dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna.

Pembelajaran melalui strategi Kooperatif Jigsaw, siswa akan lebih mudah memahami dan mengingat materi karena siswa memperoleh informasi melalui bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain (Arends, 1997).

Strategi Kooperatif Jigsaw pada materi operasi hitung menggunakan skala dalam pembelajaran sebagai berikut: 1) Guru menjelaskan materi operasi hitung menggunakan skala dengan menggunakan istilah-istilah sehari –hari, 2) Secara perwakilan siswa maju kedepan untuk menerima soal dalam memecahkan soal-soal yang menyangkut skala dengan melihat peta, 3) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok heterogen untuk mengerjakan lembar kerja yang telah dipersiapkan guru, setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa, 4) Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda, 5) Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan, 6) Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka, 7) Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh, 8) Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi, 9) Guru memberi evaluasi.

Dengan langkah-langkah ini ditemukan adanya peningkatan prestasi hasil belajar siswa pada materi operasi hitung menggunakan skala. Hal ini terbukti dengan siswa menjadi lebih memperhatikan karena alasan mengalami hal yang baru, siswa menunjukkan pola kerjasama yang sangat baik karena saling berlomba-lomba mencapai hasil yang memuaskan, siswa menjadi lebih bertanggungjawab karena dituntut untuk menjadi tutor sebaya kelompok asal, siswa menjadi lebih aktif dalam mengerjakan soal karena sudah merasa lebih memahami materi dan siswa menjadi lebih antusias dalam menerima materi karena alasan mendapat penghargaan setimpal yang diberikan guru.

Hipotesis

Penerapan model pembelajaran kooperatif Jigsaw diduga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran Matematika materi melakukan operasi hitung menggunakan skala di kelas V semester 2 SD Negeri Randuagung Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang Tahun Pelajaran 2010/2011.

METODE DAN POSEDUR PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang bentuk penelitiannya dilakukan oleh guru untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam menjalankan tugas pokoknya. Penelitian Tindakan Kelas adalah kajian tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan didalamnya. Penelitian tindakan ini sesuai dengan model Kemmis dan Mc.Taggart, setiap satu siklus atau putaran terdiri empat tahapan yaitu perencanaan (Planning), aksi atau tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting).

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri Randuagung Desa Randuagung Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang pada semester 2 Tahun Pelajaran 2010/2011. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga bulan Mei 2010.

Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelas V SD Negeri Randuagung Kabupaten Rembang Tahun Pelajaran 2010/2011. Jumlah siswa sebanyak 25 anak yang terdiri dari 11 siswa putri dan 14 siswa putra.

Instrumen Pengumpulan Data

Dalam penelitian tindakan ini instrument pengumpulan data yang digunakan adalah menurut Sudikin, dkk (2008; 108- 111 ) meliputi: 1) Lembar Tes Hasil belajar siswa, 2) Lembar observasi.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: 1) Dokumenter, 2) Observasi, 3) Tes.

Prosedur Penelitian

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Pengkategorian penelitian ini kedalam penelitian tindakan sesuai dengan model Kemmis dan Mc. Taggart. Setiap satu siklus atau putaran terdiri empat tahapan yaitu perencanaan (Planning), aksi atau tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting). Sesudah satu siklus selesai diimplementasikan, kemudian diikuti dengan adanya perencanaan ulang yang dilaksanakan dalam bentuk siklus tersendiri. Demikian seterusnya, atau dengan beberapa siklus (Aqib, Z., 2006:22).

Penelitian ini terdiri dari 2 siklus, setiap siklus terdiri 2 jam pelajaran (2×35 menit). Diharapkan, pada pelaksanaan setiap siklus akan terjadi perbaikan didalam proses pembelajaran Matematika.

Pelaksanaan penelitian bersifat kolaboratif bersama teman guru sebagai upaya bersama untuk mewujudkan perbaikan yang diinginkan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

1. Hasil Pra Siklus

Dalam pembelajaran awal hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Randuagung Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang pada semester 2 Tahun Pelajaran 2010/2011, dapat diketahui data nilai sebelum perbaikan maka diketahui bahwa nilai Tuntas Tingkat Klasikal sebelum perbaikan pembelajaran hanya dicapai oleh 7 siswa atau 28% dari sejumlah 25 siswa, Sedangkan nilai tertinggi adalah 90, nilai terendah 10, dan nilai rata-rata kelas 52,00. Hasil belajar tersebut menjadi perhatian serius bagi guru. Kesimpulannya persentase kelas belum tuntas karena masih di bawah persentase 75%.

2. Hasil Siklus I

Secara umum pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus I dapat dikatakan berjalan dengan cukup baik. Dari 25 peserta didik yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ≥ 70 keatas adalah 19 peserta didik atau 76% dan 6 peserta didik atau 24% yang belum mencapai KKM. Nilai tertinggi adalah 100 yang dicapai oleh 4 peserta didik, nilai terendah adalah 40 yang dicapai oleh 2 peserta didik , dan nilai rata-rata adalah 75,60. Kesimpulannya persentase kelas sudah tuntas karena sudah mencapai persentase 75%.

Hal ini juga didapat dapat dari refleksi yang menyatakan hal-hal sebagai berikut: a) Nilai hasil belajar peserta didik siklus I, terbukti ada peningkatan, b) Adanya perubahan positif dengan usaha yang dilakukan oleh guru dalam perbaikan pembelajaran yang terlihat dari naiknya ketuntasan belajar Peserta didik dari 28% menjadi 76%, c) Perbaikan pembelajaran ini dapat dikatakan berhasil, untuk lebih menambah keyakinannya akan dilanjutkan pada siklus II.

3. Hasil Siklus II

Secara umum pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus II dapat dikatakan berjalan dengan baik. Dari 25 peserta didik yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ≥ 70 adalah 22 peserta didik atau 88% dan 3 peserta didik atau 12% yang belum mencapai KKM. Nilai tertinggi adalah 100 yang dicapai oleh 9 peserta didik, nilai terendah adalah 60 yang dicapai oleh 3 peserta didik , dan nilai rata-rata adalah 85,20.

Hal ini juga didapat dapat dari refleksi yang menyatakan hal-hal sebagai berikut: a) Nilai hasil belajar peserta didik dari siklus I ke II siklus juga terjadi peningkatan, b) Perbaikan pembelajaran ini dapat dikatakan berhasil karena adanya perubahan positif juga di siklus II yaitu terlihat dari naiknya ketuntasan belajar Peserta didik dari 76% menjadi 88%. Oleh karena itu penulis memutuskan mengakhiri perbaikan pembelajaran pada siklus II dan menganggap perbaikan pembelajaran sudah selesai.

Pembahasan Hasil Penelitian

Dari 25 peserta didik yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ≥ 70 hanya 7 peserta didik atau 28%, dan 18 peserta didik atau 72% yang belum mencapai KKM. Nilai tertinggi adalah 90 yang dicapai oleh 2 peserta didik, nilai terendah adalah 10 yang dicapai oleh 4 peserta didik, dan nilai rata-rata adalah 52,00.

Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan peserta didik masih rendah, sehingga penelitian ini dilakukan proses perbaikan pembelajaran dengan perbaikan pembelajaran siklus I.

Berdasarkan hasil perolehan tes formatif pada perbaikan pembelajaran siklus I ada peningkatan dibandingkan dengan pembelajaran sebelum siklus atau pra siklus, yaitu 7 dari 25 peserta didik yang tuntas sebelum siklus menjadi 19 dari 25 peserta didik atau 28% menjadi 76%. Jadi pada perbaikan pembelajaran siklus I ada kenaikan 12 peserta didik yang tuntas atau naik 48%. Begitu juga nilai rata-rata, naik dari 52,00 menjadi 75,60.

Peningkatan nilai rata-rata tas formatif dan tingkat ketuntasan peserta didik pada siklus I, karena dalam mengajar guru telah menerapkan model pembelajaran Jigsaw, menurut Mohamad Nor (dalam Amin Suyitno, 2008:5) bahwa model pembelajaran Jigsaw termasuk model pembelajaran Cooperatif Learning yaitu model pembelajaran yang salah satu cirinya adalah kemampuan peserta didik untuk bekerja sama dalam kelompok kecil yang heterogen, yang berguna memupuk kerjasama antara peserta didik yang kemampuannya tidak sama dengan cara berdiskusi, peserta didik yang mampu membantu peserta didik lain yang kurang mampu. Begitu juga tanggung jawab anggota kelompok disesuaikan dengan kemampuannya masing-masing.

Akan tetapi pada siklus I masih ada 6 peserta didik yang belum tuntas, hal tersebut terjadi karena: 1) Peserta didik tersebut kurang memahami materi, 2) Peserta didik masih bingung dengan model pembelajaran yang diterapkan guru, 3) Kemampuam peserta didik tersebut ada yang dibawah rata-rata.

Untuk meningkatkan hasil belajar khususnya 6 peserta didik yang belum tuntas tersebut, dalam siklus II peneliti lebih memperhatikan dan lebih banyak memberi bimbingan serta motifasi agar mereka tidak putus asa dan lebih aktif dalam proses pembelajaran.

Pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II diperoleh hasil tes formatif dengan nilai rata-rata 85,20. Begitu juga tentang ketuntasan, pada siklus I siswa tuntas sebanyak 19 dari 25 peserta didik meningkat menjadi 22 dari 25 peserta didik pada siklus II atau meningkat dari 76% menjadi 88%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan pemahaman peserta didik sebesar 12%.

Peningkatan pemahaman peserta didik tersebut, disebabkan karena dalam mengajar guru telah menerapkan model pembelajaran kooperatif Jigsaw secara optimal.

PENUTUP

Kesimpulan

Dengan menggunakan metode Kooperatif Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar matematika dalam operasi hitung menggunakan skala pada siswa kelas V semester 2 di SD Negeri Randuagung Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang Tahun Pelajaran 2010/ 2011.

Saran

1. Guru hendaknya mau mengembangkan kreatifitas dalam pelaksanaan pembelajaran, guru sangat dimungkinkan untuk menerapkan berbagai model pembelajaran yang inovatif, membuat peserta didik aktif dan kreatif. Oleh karena itu, disarankan menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw, tampaknya layak untuk diterapkan.

2. Guru hendaknya aktif dan kreatif serta dapat mengembangkan kualitas profesinya. Baik dalam pertemuan antar guru seprofesi maupun kegiatan lain yang berkaitan dengan dunia pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto Suharsimi, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Karso, dkk. 2004. Pendidikan Matematika I. Jakarta: Universitas Terbuka.

Moeliana, Anton M., dkk. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Pitajeng. 2006. Pembelajaran Matematika yang Menyenangakan. Jakarta: Depdiknas.

Ruseffendi, E.T., dkk. 1997. Pendidikan Matematika III. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sudjana, Nana. 2003. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo

Sudjana Nana. 2007. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Suyitno, Amin. 2008. Karya Ilmiah Untuk Seminar. Semarang: FMIPA UNNES

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovativ Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Uzer, Usman dkk. 1993. Upaya Optimalisasi kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Wahyudin, Dinn., dkk. 2007. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka.