PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

TENTANG KONSEP JARING-JARING KUBUS DAN BALOK MELALUI MODEL NHT

PADA SISWA KELAS V SDN SENDANGGAYAM TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Juliawati Puji Wahyuni

SDN Sendanggayam Kecamatan Banjarejo

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan meningkatkan hasil belajar matematika materi jaring-jaring kubus dan balok melalui model Numbered Heads Together pada siswa kelas V SDN Sendanggayam Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada semester 2 dengan jumlah siswa 21 orang yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. Analisis data meliputi data kuantitatif dan kualitatif. Analisis data dengan menggunakan metode diskriptif komparatif. Data hasil penelitian menunjukkan pada kondisi awal dari 21 siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 70 hanya 8 siswa atau 38,10%. Pada siklus I setelah pembelajaran menggunakan model NHT, hasil belajar meningkat yang memenuhi KKM sebanyak 15 siswa (71,43%). Pada siklus II nilai meningkat lagi yaitu yang memenuhi KKM menjadi 21 siswa (85,71%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan model Numbered Heads Together dapat meningkatkan hasil belajar Matematika materi jaring-jaring kubus dan balok pada siswa kelas V SDN Sendanggayam Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora tahun pelajaran 2015/2016.

Kata Kunci : hasil belajar, jaring-jaring kubus dan balok, model Numbered Heads Together

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sebagai tolok ukur keberhasilan dalam pembelajaran pada umumnya adalah hasil atau prestasi belajar. Hasil atau prestasi belajar Matematika di kelas V SDN Sendanggayam untuk beberapa kompetensi dasar umumnya menunjukkan nilai yang rendah. Hal ini standar kompetensi dan kompetensi dasar Matematika memang kebanyakan tentang penguasaan konsep. Di sisi lain Matematika merupakan ilmu deduktif, aksiomatik, formal, hirarkis, abstrak, bahasa simbul yang padat arti. Jika dilihat dari hasil ulangan harian sebagian besar masih di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu sebesar 61,90%,. Hanya 38,10% siswa yang telah memenuhi standar ketuntasan minimal, dengan rata –rata kelas sebesar 60,48.

Rendahnya hasil atau prestasi belajar Matematika di kelas V SDN Sendanggayam, Kecamatan Banjarejo dimungkinkan juga karena guru belum menggunakan metode, alat peraga atau pun media pembelajaran serta belum menggunakan skenario pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik materi maupun kondisi siswa sehingga memungkinkan siswa kurang aktif dan kreatif. Namun sebaliknya kecenderungan guru menggunakan model pembelajaran konvensional yang bersifat satu arah, yang sering dilakukan sehingga siswa merasa jemu dan merasa bosan. Kegiatan pembelajaran masih didominasi guru. Siswa sebagai obyek hendaknya diberi kesempatan untuk berpartisipasi dan justru tidak membatasi siswa dalam berkreatifitas selama proses pembelajaran.

Melihat kenyataan tersebut untuk merangsang dan meningkatkan peran aktif siswa baik secara individual maupun kelompok terhadap proses pembelajaran Matematika, maka masalah ini harus ditangani dengan mencari solusi yang tepat sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal. Guru sebagai pengajar dan fasilitator harus mampu melakukan pembelajaran yang bersifat aktif , inovtif, kreatif dan menyenangkan (PAIKEM). Kenyataan selama ini kegiatan belajar mengajar masih bersifat konvensional yaitu kegiatan satu arah dimana guru hanya memeberi informasi, tidak memberi kesempatan pada siswa untuk menggali sendiri, untuk menemukan sendiri konsep-konsep matematika ,sehingga hasil yang dicapai siswa hanya mampu menghafal fakta, konsep, prinsip, hukum-hukum, simbol-simbol, dan teori hanya pada tingkat ingatan..

Upaya yang harus dilakukan untuk memenuhi tuntutan lulusan yang kompetitif di era globalisasi adalah menyelaraskan kegiatan pembelajaran dengan mengacu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diindikasikan dengan keterlibatan siswa secara aktif dalam membangun gagasan/pengetahuan oleh masing-masing individu baik di dalam maupun diluar lingkungan sekolah dengan metode mengajar yang dapat membuat siswa kreatif dalam proses pembelajaran. Salah satu diantaranya adalah dengan penggunaan alat peraga dan model Numbered Heads Together. Dengan penggunaan alat peraga dan model Numbered Heads Together diharapkan siswa dapat menggali dan menemukan pokok materi secara bersama-sama dalam kelompok atau secara individu.

Dengan penggunaan alat peraga dan model Numbered Heads Together , merupakan tindakan pemecahan masalah yang ditetapkan dalam upaya meningkatkan hasil belajar Matematika khususnya tentang Konsep jaring-jaring kubus dan balok pada siswa kelas V SDN Sendanggayam Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora tahun Pelajaran 2015/2016. Sehingga diharapkan dapat membantu para guru untuk mengembangkan gagasan tentang strategi kegiatan pembelajaran yang efektif dan inovatif serta mengacu pada pencapaian kompetensi individual masing-masing siswa.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah “Apakah model pembelajaran Numbered Heads Together dapat meningkatkan hasil belajar Matematika tentang jaring-jaring kubus dan balok bagi siswa Kelas V SDN Sendanggayam Kecamatan Banjarejo tahun pelajaran 2015/2016?”

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah yang telah ditetapkan, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai pada penelitian yang akan dilakukan adalah: Untuk meningkatkan hasil belajar matematika tentang konsep jaring-jaring kubus dan balok melalui penggunaan alat peraga dan model Numbered Heads Together pada siswa kelas V Semester 2 SDN Sendanggayam Kecamatan Banjarejo Blora Tahun Pelajaran 2015/2016.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini : (1) bagi siswa dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan mengatasi kejenuhan siswa dalam kegiatan pembelajaran serta melatih siswa untuk bekerjasama dengan siswa lain (2) bagi guru meningkatkan efektifitas kegiatan pembelajaran melalui model Numbered Heads Together dan sebagai bahan referensi untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran di kelas, (3) bagi sekolah meningkatkan kualitas pendidikan di SDN Sendanggayam, dan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi perbaikan kualitas pembelajaran di SDN Sendanggayam.

KAJIAN PUSTAKA

Hasil Belajar

Menurut Nana Sudjana hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan. Hasil belajar siswa dalam hal ini meliputi tiga aspek, yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik. (1) aspek kognitif, kemampuan kognitif yang meliputi: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. (2) Aspek afektif, kemampuan afektif meliputi penerimaan, partisipasi, penilaian, dan penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup. (3) Aspek psikomotorik, kemampuan psikomotorik meliputi: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, gerakan penyesuaian dan kreativitas (Hamalik, 2003:160)

Jaring-jaring Balok dan Kubus

Jaring-jaring balok dan kubus merupakan salah satu bahan kajian yang terdapat dalam pembelajaran matematika untuk tingkat SD/MI. Pembahasan mengenai jaring-jaring balok dan kubus perlu disampaikan kepada siswa karena sangat penting dalam mengenal dan memahami materi yang berhubungan dengan bangun ruang, agar siswa dapat dengan lancar berinteraksi dalam kehidupan sehari-harinya mengenai materi tersebut.

Sejak kelas 1 Sekolah Dasar, siswa telah belajar tentang materi yang berhubungan dengan bangun-bangun. Namun materi jaring-jaring balok dan kubus ini khusus mulai dipelajari di kelas 4 Sekolah Dasar. Hal ini disebabkan dalam penyampaian materi pembelajaran kepada siswa dimulai dari materi yang mudah menuju materi yang sukar, dengan alasan pemilihan materi pelajaran disesuaikan dengan tingkat perkembangan pengetahuan siswa.

Kubus adalah suatu bangun ruang yang dibatasi oleh enam sisi berbentuk persegi yang kongruen. Hal ini serupa dengan yang diungkapkan oleh Mustaqim (2008 : 209) bahwa, “Kubus adalah sebuah benda ruang yang dibatasi oleh enam buah persegi yang berukuran sama”. Kubus apabila dipotong menurut rusuk-rusuknya kemudian tiap sisinya direntangkan akan menghasilkan jaring-jaring kubus. Jaring-jaring kubus terdiri dari enam persegi kongruen yang saling berhubungan.

Balok adalah suatu bangun ruang yang dibatasi oleh enam persegi panjang, dimana setiap sisi persegi panjang berimpit dengan tepat satu sisi persegi panjang yang lain dan persegi panjang yang sehadap adalah kongruen. Seperti yang diungkapkan oleh Mustaqim (2008 : 211) bahwa,“Balok adalah sebuah benda ruang yang dibatasi oleh tiga pasang (enam buah) persegi panjang dimana setiap pasang persegi panjang saling sejajar (berhadapan) dan berukuran sama”. Balok apabila dipotong menurut rusuk-rusuknya kemudian tiap sisinya direntangkan akan membentuk jaring-jaring balok. Seperti yang diungkapkan oleh Mustaqim (2008 : 214) bahwa : Bangun ruang kubus dan balok terbentuk dari bangun datar persegi danpersegi panjang. Gabungan dari beberapa persegi yang membentuk kubus disebut jaring-jaring kubus. Sedangkan jaring-jaring balok adalah gabungan dari beberapa persegipanjang yang membentuk balok.

Model Numbered Heads Together/NHT

NHT (Numbered Heads Together) atau banyak disebut pula dengan penomoran, berpikir bersama, atau kepala bernomormerupaka salah satu inovasi dalam pembelajaran kooperatif. NHT (Numbered Heads Together) pertama kali dikembangkam oleh spenser Kagan tahun 1993 untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.

Menurut Ahmad Zuhdi (2010:64) NHT (Numbered Heads Tofether) adalah suatu model pembelajaran kooperatif dimana siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok, lalu secara acak guru memanggil nomor dari siswa. NHT (Numbered Heads Together) menurut Trianto (2007 : 62) merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional.

NHT (Numbered Heads Together) Sebagai model pembelajaran pada dasarnya merupakan sebuah variasi diskusi kelompok dengan ciri khas dari NHT adalah guru memberi nomor dan hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya. Dalam menunjuk siswa tersebut, guru tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompok. Cara tersebut akan menjamin keterlibatan total semua siswa dan merupakan upaya yang sangat baik untuk menungkatkan tanggungjawab individual dalam diskusi kelompok.

Model pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) ini secara tidak langsung melatih siswa untuk saling berbagi informasi mendengarkan dengan cermat serta berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam pembelajaran. Tahapan dalam pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) menurut Trianto (2007:62) adalah :

a. Penomoran

Penomoran adalah hal yang utama di dalam NHT (Numbered Heads Together) dalm tahap ini guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan tiga sampai lima orang dan memberi siswa nomor sehingga setiap siswa dalam tim mempunyai nomor berbeda-beda, sesuai dengan jumlah siswa di dalam kelompok

b. Pengajuan pertanyaan

Langkah berikutnya adalah pengajuan pertanyaan, guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan yang diberikan dapat diambil dari materi pelajaran tertentu yang memang sedang dipelajari., dalam membuat pertanyaan usahakan dapat bervariasi dari yang spesifik hingga yang bersifat umum dan dengan tingkat kesulitan yang bervariasi pula.

c. Berpikir Bersama

Setelah mendapatkan pertanyaan dari guru, siswa berpikir bersama untuk menemukan jawaban dan menjelaskan jawaban kepada semua anggota dalam timnya sehingga semua anggota mengetahui jawaban.

d. Pemberian jawaban

Langkah teakhir yaitu guru menyebut salah satu nomor dan setiap siswa dari tiap kelompok yang bernomor sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban, kemudian guru secara random memilih kelompok yang menjawab pertanyaan tersebut. Siswa yang nomornya disebut guru dari kelompok tersebut mengangkat tangan dan berdiri untuk menjawab pertanyaan. Kelompok lain yang bernomor sama menanggapi jawaban tersebut.

Kerangka Berpikir

Pada pembelajaran awal siswa masih banyak yang memperoleh hasil belajar dibawah kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan karena guru masih menerapkan pembelajaran secara konvensional.

Pada siklus I dan siklus II guru menggunakan alat peraga dengan model Numbered Heads Together (NHT) pada pembelajaran jaring-jaring kubus dan balok. Ternyata hasil belajar pada siklus I dan Siklus II mengalami peningkatan.

Berdasarkan kerangka berpikir di atas diduga bahwa dengan penggunaan alat perga dan model Numbered Heads Together dapat meningkatkan hasil belajar matematika tentang jaring-jaring kubus dan balok pada siswa kelas V SDN Sendanggayam.

Hipotesis Tindakan

Dari landasan teori dan kerangka berpikir di atas disusun hipotesis bahwa penggunaan alat peraga dan model Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar matematika tentang jaring-jaring kubus dan balok pada siswa kelaas V SDN Sendanggayam Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora tahun pelajaran 2015/2016

METODOLOGI PENELITIAN

Sebagai subyek penelitian adalah siswa kelas V SDN Sendanggayam Tahun Pelajaran 2015/2016 semester 2 Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora. Jumlah siswa berjumlah 21 orang yang terdiri dari 10 laki-laki dan 11 perempuan. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan mulai bulan Maret sampai bulan Mei 2016. Penelitian ini dilakasanakan 3 tahap yaitu pembelajaran awal, siklus I dan siklus II dilaksanakan. Setiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

Instrumen dalam penelitian ini berupa RPP, laporan kegiatan siswa , daftar nilai, daftar hadir siswa , soal ulangan harian, dan lembar observasi. Analisis data yang digunakan adalah : 1) deskriptif komparatif hasil belajar dengan cara membandingkan hasil belajar pada pembelajaran awal dengan siklus I dan siklus II; 2) deskriptif kualitatif hasil observasi dengan cara membandingkan hasil observasi dan refleksi pada pembelajaran awal dengan siklus I dan siklus II.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Hasil Pra Siklus

Pada pembelajaran awal guru menyajikan materi pelajaran dengan menggunakan pembelajaran konvensional dengan metode ceramah, tanyajawab, dan tugas. Guru cenderung menstranfer ilmu pada siswa, sehingga siswa pasif, kurang kreatif, bahkan cenderung bosan sehingga hasil belajar yang diperoleh kurang memuaskan. Berikut ini adalah rekap hasil ulangan pada pembelajaran awal :

Tabel 1

Daftar Rekap Hasil Belajar Pembelajaran Awal

No

Nilai

Jumlah

Persen

1

40

2

9,52%

2

50

5

23,81%

3

60

6

28,57%

4

70

6

28,57%

5

80

2

9,52%

Data hasil belajar pada pra siklus adalah : 2 siswa mendapat nilai 40; 5 siswa mendapat nilai 50; 6 siswa mendapat nilai 60; 6 siswa mendapat nilai 70; dan 2 siswa mendapat nilai 80.

Dari data di atas, dapat ditentukan nilai rata-rata ulangan harian pada pembelajaran pra siklus yaitu 60,48. Dengan KKM 70, dari 21 siswa kelas V SDN Sendanggayam yang tuntas belajar adalah 8 siswa atau 38,10% dan sisanya sebanyak 13 siswa atau 61,90% tidak tuntas belajar.

Deskripsi Hasil Siklus I

Pelaksanaan tindakan pada Siklus I pada bulan April 2016. Dalam pelaksanaan tindakan pada siklus 1 ini peneliti membentuk kelompok yang terdiri dari 4 orang dan guru menyiapkan alat peraga sedangkan siswa disuruh menyiapkan alat peraga yang dibawa dari rumah bersama kelompoknya kemudian guru memberi tugas dan masing-masing siswa mengerjakannya setelah itu kelompok mendiskusikan jawaban yang benar/mengetahui jawabannya kemudian pembahasan bersama guru.

Selanjutnya peneliti mengamati ternyata siswa mulai banyak yang aktif dan siswa merasa senang dan asyik. Berikut ini adalah rekap hasil ulangan pada siklus I :

Tabel 2

Daftar Rekap Hasil Belajar Pembelajaran Siklus I

No

Nilai

Jumlah

Persen

1

50

2

9,52%

2

60

4

19,05%

3

70

7

33,33%

4

80

6

28,57%

5

90

2

9,52%

Hasil dari ulangan harian siklus I adalah : 2 siswa mendapat nilai 50; 4 siswa mendapat nilai 60; 7 siswa mendapat nilai 70; 6 siswa mendapat nilai 80; dan 2 siswa mendapat nilai 90.

Dari data di atas, dapat ditentukan nilai rata-rata ulangan harian pada pembelajaran siklus I yaitu 70,95. Dari 21 siswa yang tuntas belajar adalah 15 siswa atau 71,43% dan sisanya sebanyak 6 siswa atau 28,57% tidak tuntas belajar.

Deskripsi Hasil Siklus II

Pelaksanaan tindakan pada Siklus II pada bulan Mei 2016. Dalam pelakasanaan tindakan pada siklus 2 ini langkah-langkah yang dilakukuan peneliti yait : 1) Siswa dibagi dalam kelompok, setiap kelompok mendapat nomor; 2) Guru memberi tugas dan masing-masing siswa mengerjakannya; 3) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar/mengetahui jawabannya; 4) Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka; 5) Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain; 6). Kesimpulan

Dari pengamatan siklus II siswa sangat aktif, tampak rileks dan asyik, antusias dalam belajar dan hasil evaluasi meningkat. Berikut ini adalah rekap hasil ulangan pada siklus II :

Tabel 3

Daftar Rekap Hasil Belajar Pembelajaran Siklus II

No

Nilai

Jumlah

Persen

1

60

3

14,29%

2

70

6

28,57%

3

80

6

28,57%

4

90

4

19,05%

5

100

2

9,52%

Pada akhir siklus dilakukan ulangan harian untuk mengukur tingkat ketercapaian pembelajaran pada Siklus II. Hasil dari ulangan harian siklus II adalah : 3 siswa mendapat nilai 60; 6 siswa mendapat nilai 70; 6 siswa mendapat nilai 80; 4 siswa mendapat nilai 90; dan 2 siswa mendapat nilai 100.

Dari data di atas, dapat ditentukan nilai rata-rata ulangan harian pada pembelajaran siklus II yaitu 78,10. Dari 21 siswa yang tuntas belajar adalah 18 siswa atau 85,71% dan sisanya sebanyak 3 siswa atau 14,29% tidak tuntas belajar.

Pembahasan

Penerapan pembelajaran Numbered Heads Together pada siklus I dan siklus II mampu meningkatkan hasil belajar matematika materi jaring-jaring kubus dan balok. Dari data hasil penelitian terjadi peningkatan rata-rata nilai ulangan harian. Pada pembelajaran pra siklus, rata-rata nilai ulangan harian siswa adalah 60,48. Pada siklus I meningkat menjadi 70,95. Siklus II rata-rata nilai ulangan kembali meningkat menjadi 78,10.

Peningkatan juga terjadi pada ketuntasan belajar siswa. Pada pembelajaran pra siklus tingkat ketuntasan belajar siswa adalah 38,10%. Pada siklus I meningkat menjadi 71,43% dan siklus II kembali meningkat menjadi 85,71%.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan Pembelajaran model Numererd Heads Together dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran matematika tentang konsep jaring-jaring kubus dan balok pada siswa kelas V SDN Sendanggayam Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora Tahun Pelajaran 2015/2016.

Saran

Berkaitan dengan kesimpulan hasil penelitian di atas, maka disarankan bahwa guru hendaknya dalam pembelajaran menggunakan alat peraga dan model pembelajaran. Sesuaikan alat peraga dan model pembelajaran dengan materi yang diajarkan. Dari kesimpulan di atas, penggunaan alat peraga dan penerapan model Numbered Heards Together sangat sesuai diterapkan pada mata pelajaran matematika terutama pada konsep jaring-jaring kubus dan balok.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini. 1991. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Mustaqim, Burhan dkk. 2008. Ayo Belajar Matematika 4. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Oemar Hamalik. 2003. Metode Mengajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar. Bandung : Tarsito.

Trianto. 2007. Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Surabaya: Prestasi Pustaka Publiser

Zuhdi, Ahmad. 2010. Guru Idola. Yogyakarta: Gen-K Publisher.

Â